BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini pemahaman tentang wacana tidak bisa ditinggalkan oleh siapa saja yang ingin menguasai informasi. Wacana sebagai dasar dalam pemahaman sangat diperlukan oleh masyarakat bahasa dalam komunikasi dengan informasi yang utuh. Dengan wacana seseorang dapat menyampaikan gagasannya yang urut dan utuh sehingga membuat satu kesatuan. Analisis wacana bukanlah kajian yang tergolong tua. Kajian ini muncul sejak tahun 1990-an sebagai sebuah kecendrungan dalam kajian atau telaah terhadap fungsi bahasa secara alami.
Istilah wacana (discours, discourse) dipopulerkan oleh Foucault dan merupakan konsep penting dalam pemikirannya (Akhyar Yusuf, 2009: 6). Wacana dalam perspektif Foucault bukanlah sebagai rangkaian kata atau proposisi dalam teks, melainkan sesuatu yang memproduksi sesuatu yang lain. Oleh karena itu, dalam analisis wacana hendaknya mempertimbangkan peristiwa bahasa dengan melihat bahasa dari dua segi yaitu segi arti dan referensi. Hal ini bertentangan dengan strukturalisme yang hanya melihat bahasa sebagai sistem dan tidak mempertimbangakn pengalaman berbicara sebagai peristiwa bahasa.
Dalam sebuah wacana terdapat pernyataan (proposisi) yang bertujuan untuk menyatakan sesuatu (arti/makna), akan tetapi juga mengatakan sesuatu tentang sesuatu (referensi). Referensi inilah yang memperluas dimensi makna bahasa dan memengaruhi sistem sosial budaya sampai pikiran manusia. Oleh sebab itulah, maka wacana harus dilihat dalam satu kesatuan yang utuh. Foucault mengatakan bahwa sementara wacana dikonstruksi oleh bentuk diskursif atauepis teme (Akhyar Yusuf, 2009: 15).
Analisis wacana sebagai studi bahasa yang didasarkan pada pendekatan pragmatik yang berarti mengkaji wacana bahasa dalam pemakaiannya. Di sini dikatakan bahwa wacana yaitu suatu konstruksi dan makna (Samsuri dalam Pranowo, 1996:73). Dengan pandangan tersebut maka jenis wacana dapat dibagi menjadi wacana tulis dan wacana lisan. Wacana tulis bisa disebut dengan teks, namun karena wacana lisan bila akan dilakukan analisis juga harus ditranskip dalam tulisan maka keduanya juga disebut teks. Pada dasarnya di dalam kegiatan analisis wacana peneliti ingin menganalisis secara makro dan mikro struktural yang kemudian akan dicari pesan yang dimaksud pembicara atau penulis dengan cara merekontruksi teks sebagai produk ujaran atau tulisan kepada proses ujaran atau tulisan sehingga diketahui segala konteks yang mendukung wacana yang diujarkan atau dituliskan.
Segala alat pembangun wacana yang pada saat wacana itu dalam proses dihasilkan melingkupi pembicara atau penulis akan dihadirkan kembali (direkonstruksi) dan dijadikan alat untuk menginterpretasi. Hasil interpretasi diharap dapat membantu pembaca atau penyimak untuk memahami pesan yang dimaksud oleh pembicara atau penulis. Analisis wacana pada hakikatnya merupakan kajian tentang fungsi bahasa atau penggunaan bahasa sebagai sarana komunikasi. Hal demikian sejalan dengan kerangka pikir Hilliday dan Hasan (dalam Sumarlam, 2003: 86) bahwa langkah penting untuk memahami suatu bahasa terletak dalam kajian wacana.
Pada dasarnya, ada tiga paradigma dalam analisis wacana yaitu Positivis - empiris (lazim juga disebut Positivisme), konstrukstivisme, dan kritis. Pertama, positivis - empiris salah satu cirinya adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas inti bahasanya, bagaimana suatu pernyataan disampaikan secara benar menurut kaidah sintaksis dan semantik. Dengan demikian analisis wacana dimaksudkan untuk menggambarkan tata aturan ayat, bahasa, dan pengertian bersama. Kedua, konstruktivisme yang menolak pemisahan antara subjek dan objek bahasa yang
menempatkan subjek sebagai aktor sentral dalam kegiatan wacana. Ketiga, kritis. Di sini, analisis wacana menekankan pada konstalasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dipandang sebagai subjek yang netral, karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada di masyarakat. Sedangkan dalam pandangan paradigma kritis dikatakan bahwa analisis wacana dapat dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-setrategi di dalamnya. Karenanya, analisis wacana digunakan untuk menguraikan segala sesuatu yang ada di dalam setiap proses bahasa.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis kritis wacana adalah sebuah metodologi penafsiran yang menempatkan sebuah wacana tidak saja sebagai teks, melainkan juga sebagai sebuah konteks praktik sosial sehingga menyebabkan sebuah hubungan yang dialektis di antara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, institusi, dan struktur sosial yang membentuknya (Yuris, 2008).
Berdasarkan uraian tersebut, penulis akan menganalisis sebuah wacana lisan dari tayangan media elektronik yaitu televisi yang berjudul “Opera Van Java” yang ditayangkan di Trans 7. Disebut wacana lisan karena cara penyampaiannya dilakukan secara langsung atau lisan .
Trans7 dengan programnya Opera Van Java, ditayangkan setiap hari Senin sampai Jumat, pada pukul 20.00 - 21.00 WIB. Program tayangan Opera Van Java adalah suatu komedi situasi yang acaranya dikonsep dengan model wayang orang yang dipandu oleh satu dalang beserta sinden dan satu grup gamelan yang mengiringinya. Konsep tayangan mengisahkan cerita legenda dahulu seperti Lutung Kasarung, Keong Mas, dan juga legenda dari luar negeri misalnya Romeo Juliet, dan Ko Ping Hoo serta kehidupan sosial saat ini. Jalan ceritanya cenderung ngawur serta
tidak jelas, karena tingkah para pemainnya tidak ada yang serius dan bercanda sepanjang cerita. Tetapi di sinilah yang menjadi kekuatan serta nilai lebih dari Opera Van Java (OVJ).
Acara ini dipandu oleh Parto sebagai dalang, Rina sebagai sinden, dan didukung oleh pemain-pemain tetap seperti Sule Steven, Olga Saputra, Aziz Gagap, Andre Stinky, Nunung, dan berbagai bintang tamu yang selalu berganti setiap episodenya. Karakter masing-masing tokoh dalam setiap episode memang berbeda-beda, tetapi tidak meninggalkan karakter yang telah melekat pada diri masing-masing pemain tersebut.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, konsep yang diambil dari acara opera Van Java adalah wayang orang didukung dengan tata panggung yang cenderung unik. Dikatakan demikian karena penataannya lebih variatif bila dibandingkan dengan wayang orang yang ada pada zaman dahulu. Jika dilihat dari segi kebahasaannya, tayangan tersebut terdapat banyak penyimpangan-penyimpangan yang tidak sesuai dengan tema cerita yang diangkat. Setiap episode penayangan mengangkat tema yang berbeda-beda, dan terdapat suatu pesan atau informasi yang berbeda pula.
Pada kesempatan kali ini penulis akan mencoba menganalisis Opera Van Java dengan judul “ Ratapan Ibu Tiri”, Pendekar Bergitar”, ”Drakula Mencari Mangsa”, ”Mas Timun”, ”Keong Mas” dan ” Lahirnya Gatotkaca” yang ditayangkan trans7 pada bulan Oktober 2009. Adapun yang akan penulis kaji dari episode tersebut adalah mengkaji dari segi kontekstual melalui teori analisis wacana yang dititik beratkan pada pendekatan mikro dan makro struktural.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan sebelumnya, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah aspek gramatikal dan leksikal wacana lisan Opera Van Java jika ditinjau dari pendekatan makro dan mikro struktural?
2. Bagaimanakah cara Opera Van Java dalam menyampaikan pesan yang terkandung di dalam tayangannya?
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan aspek gramatikal dan leksikal melalui pendekatan makro dan mikro struktural pada Opera Van Java.
2. Mengetahui cara Opera Van Java dalam menyampaikan pesan-pesannya.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan berhasil dengan baik, yaitu dapat mencapai tujuan penelitian secara optimal, mampu menghasilkan laporan yang sistematis dan bermanfaat secara umum. Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk menambah kajian keilmuan, yaitu bidang wacana.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat menambah pengetahuan kajian wacana yang berhubungan dengan analisis kritis wacana lisan melalui media elektronik , dengan menggunakan pendekatan makro dan mikro struktural.
b. Dapat memperkaya pengetahuan kita tentang pesan yang terkandung dalam sebuah tayangan yang kita lihat.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi proposal ini, maka sistematika penulisan harus dicantumkan. Sistematikanya sebagai berikut.
Bab satu berisi pendahuluan yang terdiri atas; (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) sistematika penulisan.
Bab dua adalah Landasan Teori. Pada bagian ini dijelaskan tentang (1) pengertian wacana, (2), wacana lisan, (3) analisis makro dan mikro struktural, (4) analisis wacana sebagai sebuah alternatif analisis teks media.
Bab tiga berisi metodologi penelitian terdiri atas (1) pengumpulan data, (2) analisis data, dan (3) penyajian hasil analisis data.
Bab empat adalah analisis data yang terdapat pada Opera Van Java. Bab lima berisi kesimpulan dan saran.