• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU ASURANSI.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BUKU ASURANSI.pdf"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

Puji syukur pada Allah SWT atas segala berkah dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan buku dengan judul: “Hukum Asuransi Jiwa: Masalah-Masalah Aktual di Era Disrupsi 4.0.”. Buku ini dibagi menjadi lima bagian yang membedah berbagai problem Hukum Asuransi Jiwa antara lain: Prinsip Iktikad Baik dalam Perjanjian Asuransi Jiwa Studi Perbandingan Indonesia dan Inggris, Kewajiban Menjelaskan dan Mengungkapkan Fakta Material sebagai Iktikad Baik dalam Perjanjian Asuransi Jiwa, Karakteristik Perjanjian Keagenan Asuransi jiwa, Penyelesaian Sengketa Asuransi Jiwa Melalui Jalur Non Litigasi serta Penerapan Iktikad Baik oleh Pengadilan dalam Perjanjian Asuransi Jiwa.

Latar Belakang

Dimensi yang kedua adalah dimensi yang memaknai iktikad baik sebagai kerasionalan dan kepatutan atau keadilan. Iktikad baik dalam kontrak memiliki tiga fungsi yaitu pertama, semua kontrak harus ditafsirkan dengan iktikad baik.

Perjanjian Asuransi

Sedangkan standar subjektif berkaitan dengan sikap batin dan kejiwaan para pihak pada waktu membuat perjanjian asuransi jiwa. Kata good faith diterapkan dalam prinsip kontrak komersial sedangkan utmost good faith untuk kontrak asuransi jiwa. Pengadilan telah menafsirkan bahwa “utmost good faith” adalah standar yang sesuai untuk diterapkan dalam perjanjian asuransi jiwa.

Makna iktikad baik pra kontrak asuransi jiwa memiliki standar subjektif, yang didasarkan pada kejujuran untuk memberitahukan secara teliti dan sejelas-jelasnya mengenai fakta-fakta material yang berkaitan dengan objek asuransi. Iktikad baik dalam perjanjian asuransi jiwa di Indonesia mewajibkan tertanggung untuk memberitahukan atau menjelaskan (mededelingsplicht) dan juga meneliti (onderzoekplicht) fakta material berkaitan dengan objek asuransi jiwa. Iktikad baik dalam perjanjian asuransi jiwa mewajibkan tertanggung untuk menjelaskan dan mengungkapkan secara teliti dan sejelas-jelasnya mengenai segala fakta material yang berkaitan dengan objek yang diasuransikan (Robert Merkin, 2007:37).

Untuk itu akan dibahas kewajiban untuk menjelaskan dan meng- ungkapkan segala fakta material yang berkaitan data diri dan riwayat kesehatan tertanggung sebagai bentuk iktikad baik dalam perjanjian asuransi jiwa. Berdasarkan jenisnya fakta material dalam perjanjian asuransi jiwa dapat dikategorikan menjadi dua yaitu physical hazard dan moral hazard. Mekanisme penyelesaian sengketa asuransi jiwa ditempuh melalui dua cara yaitu penyelesaian melalui BMAI (internal dispute resolution) dan penyelesaian sengketa melalui lembaga peradilan (external dispute resoution).

Iktikad baik dalam perjanjian asuransi jiwa mewajibkan tertanggung untuk memberitahukan secara teliti dan sejelas-jelasnya. Asuransi Jiwa Sequis Life, Nomor 1949 K/Pdt/2012 Mahkamah Agung menerapkan ajaran iktikad baik pra kontrak dalam perjanjian asuransi jiwa. Perkara Penerapan iktikad baik dalam perjanjian kredit dengan syarat adanya perjanjian asuransi jiwa dalam perkara Erna Dwiningsih v.PT.

Hakikat Iktikad Baik dalam Perjanjian Asuransi Jiwa

Kesimpulan

Penanggung menggunakan alasan tertanggung tidak beriktikad baik dalam menjelaskan dan mengungkapkan fakta material secara benar berkaitan dengan kondisi objek asuransi yang diketahuinya dengan cara membatalkan perjanjian asuransi jiwa tersebut (Huda, 2016). Contohnya, saat tertanggung mengisi Surat Perjanjian Asuransi Jiwa (SPAJ) dan Surat Keterangan Kesehatan (SKK) pada saat akan dilakukan kesepakatan perjanjian asuransi jiwa.

Ketentuan Iktikad Baik dalam Perjanjian Asuransi Jiwa

Menurut Susan Hodges bahwa the principle applies to all policies whatever the risk or the subject-matter insured (Hodge, 2004, p.83). Ltd juga menyimpulkan bahwa kewajiban untuk melaksanakan “utmost good faith” dan membuat pengungkapkan fakta material berlaku sama untuk kedua pihak yaitu tertanggung dan penanggung. The duty of disclosure arises because the facts relevant to the estimation of the risk are most likely to be within the knowledge of the insured and the insurer therefore has to rely upon him to disclose matters material to that risk.

The duty is, however, limited to facts which are material to the risk insured, that is to say facts which would influence a prudent insurer in deciding whether to accept the risk and, if so, upon what terms and a prudent insured in entering into the contract the terms proposed by the insurer. Thus any facts which would increase the risk should be disclosed by the insured and any facts known to the insurer but not the insured, which would reduce the risk, should be disclosed by the insurer, There is, in general, no obligation to disclose supervening facts which come to the knowledge of either party after conclusion of the contract. Manifestasi paling jelas dari kewajiban iktikad baik tersebut adalah kewajiban untuk menjelaskan dan mengungkapkan fakta material (representation and disclosure of material facts).

Perjanjian asuransi jiwa tertanggung dinilai lebih memahami tentang objek yang akan dipertanggungkan yang berupa data kesehatan, karena itu tertanggung harus menjelaskan dan mengungkapkan seluruh fakta material (material facts) yang berkaitan dengan objek pertang- gungan secara akurat dan lengkap baik diminta atau tidak, seperti sakit yang pernah dialami, kebiasaan merokok dan bahkan kebiasaan dalam berolah raga yang berbahaya seperti panjat tebing, para layang dan menyelam. Semua fakta material tersebut dinilai oleh penanggung, sehingga dapat mempengaruhi keputusan penanggung untuk menerima atau.

Makna Fakta Material dalam Perjanjian Asuransi Jiwa

Pelanggaran fakta material meliputi tidak memberikan penjelasan atau keterangan yang keliru atau tidak benar (misrepresentation) dan tidak mengungkapkan setiap apa yang diketahui oleh tertanggung (non disclosure) yang membawa akibat batal perjanjian asuransi jiwa tersebut. Industri asuransi jiwa memberikan perhatian khusus masalah kode etik, sebab berkembangnya perusahaan asuransi sangat ditentukan oleh para agen asuransi. Asuransi jiwa dinyatakan mulai berlaku dan mengikat para pihak terhitung sejak premi diterima oleh agen asuransi (Pasal 28 ayat 3 Undang-Undang tentang Perasuransian).

Guna untuk memberikan kepastian hukum penyelesaian sengketa asuransi jiwa maka dikeluarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. Penelitian ini akan mengkaji bagaimana karakteristik penyelesaian sengketa asuransi jiwa melalui jalur di luar pengadilan (non litigasi).”. Putusan BMAI terhadap konsumen asuransi jiwa tidak mengikat, akan tetapi bersifat final dan mengikat bagi perusahaan asuransi.

Pelanggaran Kewajiban Pengungkapan dan Menjelaskan Fakta

Kesimpulan

Sesuatu merupakan fakta material (material facts) jika pemberitahuan atau penyembunyian suatu fakta akan mempengaruhi penanggung dalam mengambil keputusan untuk menerima atau menolak risiko yang ditawarkan, dan menentukan kondisi-kondisi dan syarat-syarat asuransi jiwa apabila akan menerima risiko tersebut. Konsep dan Penerapan Asuransi Jiwa Unitlink Proteksi Sekaligus Investasi; Buku Penuntun Agen dan Konsultan Keuangan Unit Link untuk Sukses Meraih Lisensi. Karena produk asuransi jiwa merupakan produk tak berwujud maka metode pemasarannya pun berbeda dengan metode pemasaran barang berwujud.

Sifat dan karakteristik produk yang berbeda-beda mendorong dan menentukan daya tarik penjualan, prosedur, metode penetapan harga serta teknik yang dipergunakan untuk mendistribusikan produk asuransi jiwa tersebut (Khairandy Untuk meningkatan jumlah pemegang polis maka prinsipal harus membangun sistem pemasaran yang. Agen atau underwriting menghubungi calon pemegang polis dan melaporkan langsung kepada pihak prinsipal segala informasi yang telah diperoleh dari calon pemegang polis (Chai, 1992:307). Bentuk pelanggaran agen yang dapat merugikan pemegang polis seperti memberikan informasi yang tidak benar, palsu dan/atau menyesatkan calon pemegang polis serta tidak menyetorkan premi yang telah di bayar tersebut pada prinsipal.

Adapun masalah yang dikaji dalam tulisan ini adalah karakteristik perjanjian keagenan asuransi jiwa yang berkaitan dengan tanggung jawab prinsipal dan agen. Hubungan antara Prinsipal dengan Agen Asuransi JiwaIstilah agen berasal dari bahasa Inggris dari kata “agent” (Birds,.

Hubungan Antara Prinsipal dengan Agen Asuransi Jiwa

Demikian dominasinya posisi agen asuransi jiwa, maka agen juga yang dapat menyebabkan pelanggaran dalam bisnis asuransi (Sendra. Prinsipal, adalah pihak yang memberikan perintah/kuasa kepada agen untuk melakukan perbuatan hukum tertentu dalam hubungannnya dengan pemegang polis/pihak ketiga. Mengutamakan kepentingan para pemegang polis dan prinsipal dengan selalu memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pemegang polis maupun kepada mereka yang ditunjuk untuk menerima faedah asuransi;.

Menggunakan cara yang layak dan tidak melanggar kode etik untuk mendapatkan/menutup calon pemegang polis dan dengan tegas akan menolak segala cara yang dapat menurukan derajat profesi aparat pemasaran asuransi jiwa, serta tidak akan mem- berikan peryataan-peryataan dan janji-janji yang menyimpang dari ketentuan polis;. Memberikan keterangan yang benar dan lengkap serta tepat agar pemegang polis dapat mengambil keputusan yang sesuai dengan kebutuhan (Keputusan RAT No. 02/AAJI). Agen asuransi memiliki tiga wewenang yang meliputi: pertama, wewenang tersurat yang tercantum dalam kontraknya dengan prinsipal yang dalam hal ini adalah perusahaan asuransi jiwa; kedua, wewenang yang tersirat.

Demikian pula ketentuan Pasal 255 Wet van Koophandel mengatur bahwa “hak dan kewajiban penanggung dan pemegang polis timbul pada saat ditutupnya asuransi walaupun polis belum diterbitkan.”. Penutupan asuransi dalam praktiknya dibuktikan dengan disetujuinya aplikasi atau ditandatangani perjanjian sementara (cover note) dan dibayarnya premi.Selanjutnya apabila suatu asuransi ditutup langsung antara si calon pemegang polis atau seorang yang telah diperintahkan untuk itu atau mempunyai kekuasaan untuk itu dan prinsipal, maka haruslah polisnya dalam waktu 24 jam setelah ditangantangani oleh prinsipal sudah diserahkan pada calon pemegang.

Tanggung Jawab Prinsipal dan Agen Terhadap Pemegang Polis 50

Perusahaan asuransi yang melakukan pemasaran melalui agen asuransi jiwa bertanggung jawab penuh terhadap konsekuensi yang timbul dari penutupan asuransi yang dilakukan oleh agen asuransi yang bersangkutan. Untuk permohonan penyelesaian sengketa asuransi jiwa maka konsumen harus mengisi lengkap formulir permohonan penyelesaian sengketa (FPPS) yang disediakan oleh BMAI dan menyampaikan kepada BMAI, untuk digunakan sebagai dasar melakukan investigasi atas suatu sengketa. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa rumusan dalam Pasal 251 Wet Boek van Kophandel dalam perjanjian asuransi jiwa oleh Hoge Raad dimaknai dengan kewajiban yang sama bagi penanggung untuk meneliti (mededelingsplicht) fakta material (material facts) seperti riwayat data kesehatan tertanggung dalam proses negosiasi kontrak.

Di sini hakim menggunakan interprestasi sistimatis dan historis pada Pasal 251 Wet Boek van Kophandel untuk memberikan rasa keadilan pada perjanjian asuransi jiwa. Dalam pertimbangan hukumnya hakim (ratio decedenci) pada Mahkamah Agung mempertimbangkan bahwa riwayat penerbitan polis asuransi jiwa atas nama alm. Tertanggung juga telah mengisi formulir Permintaan Penutupan Asuransi Jiwa Kredit (SPPAJK) sesuai dengan ketentuan asuransi.

Untuk memberikan kesamaan dalam makna dan standar iktikad baik pra kontrak dalam perjanjian asuransi jiwa, Mahkamah Agung harus memberikan pedoman iktikad baik pra kontrak dalam perjanjian asuransi jiwa dalam bentuk Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) yang mewajibkan tertanggung untuk memberikan keterangan fakta-fakta material (mededeling plicht).

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perjanjian asuransi jiwa, risiko tersebut adalah meninggalnya si tertanggung, dengan meninggalnya tertanggung maka penanggung akan membayarkan sejumlah manfaat

IMPLEMENTASI ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN ASURANSI UNTUK MEWUJUDKAN KEADILAN BAGI TERTANGGUNG SEBAGAI KONSUMEN (Studi Pada Polis Asuransi Jiwa

Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 yang tidak menyetor premi tertanggung, bahwa Jaka S, selaku kepala Operasional Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Syariah Unit

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK TERTANGGUNG DALAM ASURANSI JIWA

Asuransi Jiwa Credit Life Maxima merupakan produk Asuransi Jiwa Kredit yang memberikan Manfaat Asuransi sebesar Uang Pertanggungan kepada Pemegang Polis Bank jika Tertanggung

Adapula asuransi jiwa dwiguna, yaitu asuransi jiwa yang menyediakan sejumlah uang pertanggungan untuk dibayarkan jika peserta asuransi meninggal dunia pada saat kontrak

Jika tertanggung hidup sampai akhir kontrak asuransi maka akan dibayarkan. Akumulasi

Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 yang tidak menyetor premi tertanggung, bahwa Jaka S, selaku kepala Operasional Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Syariah Unit Pangkalpinang,