• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Digital - KEPERAWATAN KOMUNITAS GERONTIK DAN TRANSKULTURAL

N/A
N/A
Zidna Ilma

Academic year: 2023

Membagikan "Buku Digital - KEPERAWATAN KOMUNITAS GERONTIK DAN TRANSKULTURAL"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi. Setiap orang yang tanpa hak dan/atau izin Pencipta atau pemegang hak cipta melanggar hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f dan/atau huruf h. untuk penggunaan komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau denda paling banyak lima ratus juta rupee. Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit atau Penulis.

Kami berharap buku ini dapat memberikan kontribusi positif bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam kaitannya dengan keperawatan komunitas, gerontologis, dan transkultural. Sistematika buku keperawatan berbasis komunitas, gerontologis, dan transkultural ini berhubungan dengan pendekatan konseptual teoritis dan studi kasus. Buku ini terdiri dari 32 bab yaitu konsep dasar filosofi dan paradigma keperawatan komunitas, trend dan isu keperawatan komunitas, promosi kesehatan dan pelayanan kesehatan primer, peran dan fungsi perawat komunitas, etika dan nilai-nilai komunitas. keperawatan, teori model. dan praktik keperawatan komunitas, keperawatan komunitas berbasis bukti, proses keperawatan dan dokumentasi keperawatan komunitas, proses implementasi keperawatan komunitas dalam studi lapangan, layanan perawatan di rumah dan terapi komplementer dalam keperawatan komunitas, upaya kesehatan sekolah dan puskesmas, keperawatan rawat jalan untuk kelompok rentan : lansia dan tunawisma, konsep dasar trend dan isu keperawatan geriatri, konsep perubahan dan permasalahan kesehatan lansia, teori dan model keperawatan geriatri, peran perawat dan komunikasi dengan lansia, posyandu lansia dan gizi lansia, aspek psikososial dan spiritual lansia, keperawatan individu lansia, keperawatan kelompok lansia, insomnia dan penatalaksanaan medis/non medis lansia dengan insomnia, konsep dasar, budaya dan tujuan keperawatan transkultural, hubungan dan model keperawatan transkultural, antropologi medis, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapan keperawatan transkultural, globalisasi pelayanan kesehatan, perspektif nutrisi.

Oleh karena itu, kami berharap buku ini mampu menjawab tantangan dan permasalahan dalam sistem pengajaran baik di perguruan tinggi maupun di lembaga sejenis lainnya. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih yang tiada habisnya kepada semua pihak yang mendukung proses pengumpulan dan penerbitan buku ini, khususnya Penerbit Indonesia Science Media Publisher sebagai pemrakarsa buku ini.

POSYANDU LANSIA DAN NUTRISI PADA LANSIA

Definisi

Tujuan

Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga dapat terbentuk pelayanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Organisasi di Posyandu Lanjut Usia merupakan organisasi kemasyarakatan yang berbasis gotong royong untuk mewujudkan masyarakat sehat dan sejahtera dan diselenggarakan oleh seorang ketua, sekretaris, bendahara dan beberapa kader. Kelompok-kelompok dalam masyarakat seperti kelompok agama, kelompok sosial dan kelompok lain yang peduli terhadap kesehatan lansia.

Lokasi penyelenggaraan kegiatan Posyandu Lanjut Usia sebaiknya berada di tempat yang mudah dijangkau oleh lanjut usia, ditetapkan dan disetujui oleh masyarakat, nyaman bagi lanjut usia dan petugas, serta mempunyai luas yang cukup untuk menampung lima meja dan fisik. kegiatan lansia, serta kegiatan pendukung lainnya. Kerangka kesehatan di Posyandu lansia dapat berasal dari kelompok lansia yang lebih muda dan sehat sehingga lansia dapat tetap aktif dan memberikan motivasi kepada lansia lainnya untuk selalu berpartisipasi dalam posyandu melalui ikatan emosional yang positif antar lansia. Kader kesehatan juga dapat berasal dari masyarakat lanjut usia, yang mampu, mau dan berkomitmen mengelola Posyandu lanjut usia.

Biaya kegiatan posyandu diperlukan untuk penyediaan sarana prasarana, pemberian makanan tambahan (PMT), transportasi tenaga penyuluh atau pelatih olah raga, bantuan pemeriksaan dan obat-obatan di luar Puskesmas, dokumentasi dan biaya tak terduga dalam penyelenggaraan posyandu. Kinerja Posyandu Lansia dikenal dengan alur lima tabel, berupa tingkat pelayanan kesehatan yang diberikan kepada lansia dalam satu kinerja Posyandu. Di meja ini petugas kesehatan memeriksa identitas lansia dan memasukkan informasi identitas lansia ke dalam buku rekam medis lansia.

Pengendalian di Posyandu Lanjut Usia dilakukan dengan melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan posyandu untuk mengetahui tingkat keberhasilan, perkembangan, hambatan dan peluang.

Status gizi lansia

Proses ini melibatkan faktor internal posyandu yaitu pengelola, dan faktor eksternal posyandu yang meliputi lansia, petugas kesehatan, masyarakat sekitar dan pihak eksternal lainnya. Hal-hal yang menjadi fokus pemantauan adalah keberadaan lansia, keberadaan petugas dan tenaga kesehatan, hasil pemeriksaan kesehatan lansia, ketersediaan dana dan keberhasilan kegiatan pendukung lainnya. Gizi kurang merupakan suatu keadaan dimana tubuh kekurangan konsumsi makanan secara relatif atau absolut dalam jangka waktu tertentu.

Ketidakseimbangan merupakan kondisi dimana tubuh mengalami ketidaksesuaian nutrisi, misalnya peningkatan kadar kolesterol dalam tubuh akibat ketidakseimbangan fraksi lemak tubuh.

Faktor resiko terjadinya masalah nutrisi pada lansia

Sfingter esofagus bagian bawah kehilangan tonus, sehingga refleks muntah pada lansia melemah dan risiko aspirasi meningkat.Pada lambung terjadi atrofi mukosa lambung dan penurunan motilitas lambung sehingga makanan sulit dicerna. Pada lansia, terutama setelah usia 70 tahun, ukuran hati dan pankreas akan mengecil, serta terjadi penurunan kapasitas penyimpanan dan kemampuan sintesis protein dan enzim pencernaan. Kantung empedu pada lansia mengalami perubahan antara lain penurunan sintesis asam empedu, pelebaran saluran empedu, peningkatan sekresi hormon peptida yang menyebabkan kontraksi kandung empedu, dan peningkatan sekresi getah pankreas, sehingga dapat meningkatkan risiko lansia terkena kolesistitis (batu empedu).

Lansia cenderung menderita berbagai penyakit degeneratif akibat gaya hidup dan menurunnya fungsi anatomi dan fisiologis lansia. Salah satu upaya pengobatan penyakit degeneratif pada lansia adalah dengan mengatur pola makan berupa pembatasan jenis makanan. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan penilaian status gizi lansia secara rutin melalui prosedur pengobatan.

Rendah atau tingginya IMT pada lansia berdampak pada fungsi fisik lansia, dan sebaliknya pada lansia yang mengalami gangguan fungsi fisik seperti berkurangnya fungsi motorik, penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecapan maka keinginan untuk makan akan berkurang. dalam penurunan berat badan pada lansia dan masalah gizi.lain-lain. Proses penuaan yang terjadi pada lansia juga menurunkan fungsi kognitif lansia seperti perubahan persepsi, demensia dan depresi. Orang lanjut usia yang memiliki gangguan fungsi kognitif mungkin mengalami masalah dalam mengatur pola makan, pilihan makanan, keengganan untuk makan, dan penilaian makanan yang buruk.

Di sisi lain, kekurangan nutrisi pada lansia, antara lain riboflavin, asam folat, vitamin B12, rendahnya vitamin C, mempengaruhi rendahnya skor tes memori dan pemikiran abstrak nonverbal pada lansia. Lansia yang hidup sendiri dan merasa kesepian cenderung kurang memiliki motivasi makan sehingga berdampak pada menurunnya status gizi lansia. Para lansia dengan kemampuan finansial yang rendah seringkali harus membagi keuangan mereka yang terbatas untuk makanan, kebutuhan hidup sehari-hari, obat-obatan, tempat tinggal dan seringkali untuk kebutuhan sosial yang berkaitan dengan budaya lokal.

Terbatasnya kemampuan finansial lansia berdampak pada terbatasnya variasi makanan, kemampuan memilih makanan yang mengandung vitamin dan mineral, konsumsi lemak dan kolesterol yang berlebihan, serta asupan kalori yang tidak mencukupi sehingga menyebabkan malnutrisi pada lansia.

Dampak masalah gizi pada lansia

Menurunnya kemampuan finansial lansia juga menyebabkan lansia membatasi pengeluaran finansial terkait perawatan fisik dan kognitif lansia, sedangkan kemampuan fisik dan kognitif lansia sangat mempengaruhi status gizi lansia. Kondisi ini seringkali disebabkan oleh pola konsumsi berlebihan, yaitu mengandung banyak lemak dan kalori melebihi kebutuhan tubuh lansia. Konsumsi berlebihan pada kondisi berkurangnya proses metabolisme pada lansia, apabila tidak diimbangi dengan aktivitas fisik maka kelebihan kalori tersebut akan diubah oleh tubuh menjadi lemak yang dapat menyebabkan obesitas.

Obesitas pada lansia terutama pada daerah perut meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit kandung empedu. Keadaan ini dapat menyebabkan penurunan berat badan, cepat terjadinya kerutan pada kulit dan jaringan ikat, serta penampilan lansia akan tampak lebih kurus. Gejala kekurangan energi kronis yang dialami lansia antara lain rasa lelah yang berkepanjangan, penurunan konsentrasi dan daya ingat, pembengkakan kelenjar getah bening di leher atau ketiak, nyeri otot atau sendi tanpa sebab yang jelas, dan sering sakit kepala atau sakit tenggorokan.

Pada kondisi yang parah, lansia dengan kekurangan energi kronis mengalami kesulitan melakukan aktivitas sederhana, kesulitan berjalan, sensitif terhadap suara atau cahaya, dan merasa sangat lelah meski dengan aktivitas minimal. Defisiensi gizi ini tidak hanya terjadi pada lansia dengan gizi buruk, namun juga terjadi pada lansia dengan gizi baik. Kekurangan nutrisi pada lansia dapat menyebabkan penurunan nafsu makan, demensia, penurunan imunitas, penurunan kelembaban kulit, lemas dan sembelit.

Pengkajian status nutrisi pada lansia

Hasil pengukuran TBC menggunakan tinggi lutut atau panjang depa kemudian dihitung ke dalam rumus BMI untuk selanjutnya diinterpretasikan melalui klasifikasi status gizi. Hasil pengkajian dengan MNA menunjukkan status gizi lansia yaitu: gizi baik atau normal, berisiko mengalami gizi buruk, dan gizi buruk atau gizi buruk.

Diet untuk lansia

Mengonsumsi makanan seimbang bermanfaat untuk mencegah atau mengurangi risiko penyakit degeneratif dan gizi buruk pada lansia. Orang lanjut usia disarankan memilih karbohidrat kompleks seperti nasi, beras merah, jagung, sagu, dan umbi-umbian. Orang lanjut usia disarankan untuk mengonsumsi lemak tak jenuh dari kacang-kacangan, alpukat, minyak zaitun, dan ikan berlemak.

Sarapan sangat dianjurkan bagi lansia karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan produktivitas kerja. Lakukan aktivitas fisik dan olah raga secara teratur. Aktivitas fisik sebaiknya tetap dijaga pada lansia, karena dapat mengurangi risiko penurunan fungsi neuromuskular dan menjaga fungsi organ-organ dalam tubuh lansia. Para lansia tidak disarankan mengonsumsi alkohol karena meningkatkan risiko demensia dan Alzheimer, perubahan fungsi jantung dan pembuluh darah.

Para lansia juga disarankan membaca label makanan agar sesuai untuk tubuh lanjut usia dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan tambahan. Model prediksi tinggi badan lansia etnis Jawa berdasarkan tinggi lutut, panjang telapak tangan dan tinggi duduk. Penggunaan Tinggi Lutut dan Panjang Lengan Sebagai Prediktor Tinggi Badan dan Indeks Massa Tubuh pada Lansia di Kelurahan Sambiroto Kota Semarang.

Rahmita Nuril Amalia, S.Kep., Ns., M.Kep Ketertarikan penulis terhadap promosi kesehatan bermula saat penulis menempuh pendidikan Sarjana Keperawatan (Sarjana) pada tahun 2003 dan pada tahun 2007 melanjutkan program pendidikan profesi keperawatan di Yogyakarta UniversitasMuhammadiyah. Penulis Saat ini aktif sebagai dosen keperawatan setelah menyelesaikan gelar (S2) Magister Keperawatan Universitas Padjadjaran. Dan untuk mewujudkan karirnya sebagai dosen yang profesional, penulis juga aktif sebagai peneliti di bidang keahliannya.

Gambar

Gambar 17.1 Status Nutrisi pada Lansia
Tabel 17.1 Klasifikasi status gizi

Referensi

Dokumen terkait

bagaimana mungkin mereka yang sudah terpuruk dengan keadaan diri sendiri yang terkucilkan dari lingkungan sosialnya masih harus terbebani dengan harapan-harapan