• Tidak ada hasil yang ditemukan

buku filsafat pendidikan tentang konsep manusia

N/A
N/A
Atin Noviana

Academic year: 2023

Membagikan "buku filsafat pendidikan tentang konsep manusia"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

NAMA : MOH YASSIR ARAFAT

NIM : 2281130952

NO ABSEN : 2

KELAS : A20

SEMESTER : 3

FAKULTAS : PENDIDIKAN JARAK JAUH (PJJ) PROGRAM STUDI : FPENDIDIKAN AGAMA ISLAM (IPAI) MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

JUDUL TUGAS : KONSEP MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Alqur’an mengungkapkan manusia dengan istilah yang bemacam -macam, diantaranya albasyar, al ins dan al insan.

Al Basr

Al-Basyar secara bahasa berarti fisik manusia.

Pendapat para ahli tentang makna albasr.

 Al-Ragib al-Ashfahany dalam kitabnya Mu’jam Mufradat Alfaz Al-Qur’an, menyebutkan bahwa kata al-Basyar adalah karena kulitnya nampak dengan jelas.

 Menurut M.Quraish Shihab Manusia dikatakan Albasr karena kulitnya nampak dengan jelas yang berbeda dengan kulit binatang yang ditutupi dengan bulu-bulu.

 Ibn Mansur menguraikan bahwa kata al-Basyr dipakai untuk menyebut manusia baik laki laki ataupun perempuan, baik satu ataupun banyak. Kata al-Basyar adalah jama’ dari kata alBasyarah yang artinya permukaan kulit kepala, wajah, dan tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut atau bulu.

 Ibn Bazrah mnegartikan albasr sebagai kulit luar.

 Al-Lais mengartikan albasr sebagai permukaan kulit pada wajah dan kulit pada manusia seluruhnya.

Dari berbagai uraian tersebut memberikan penekanan bahwa makna al-Basyar adalah sisi fisik manusia yang secara biologis memiliki persamaan antara seluruh umat manusia.

kata al-Basyar digunakan dalam alquran untuk menjelaskan manusia sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal (Mufrad) dan hanya sekali dalam bentuk Musanna (dua)

(2)

manusia yang dijelaskan dengan istilah al-Basyar menekankan kepada ciri umum yang ada pada fisik manusia.

Pengertian al-Basya adalah pengertian manusia pada umumnya, yaitu manusia yang sangat bergantung kepada kodrat alamiah, seperti makan, minum, berhubungan seks, tumbuh, berkembang dan akhirnya mati, hilang dari peredaran kehidupan dunia.

Sebagai makhluk biologis, manusia dibedakan dengan makhluk biologis lainnya seperti hewan yang pemenuhan kebutuhan primaernya berdasarkan insting.

Sebaliknya manusia didasarkan tata aturan yang baku dari Allah SWT. Dalam memenuhi kebutuhan biologisnya manusia diatur dalam syari’at agama Allah,

Al ins

Aisyah Abdurrahman bintu al-Syati’ berpendapat bahwa kata al-Ins memiliki penekanan makna jinak. yaitu kata al-Ins sebagai lawan dari kata al-Jinn yang bermakna buas.

kata al-Ins didalam Al-Qur’an untuk sesuatu yang berkaitan dengan berbagai potensi jiwa manusia, yaitu sebagai hamba Allah yang selalu patuh sehingga akan menjadi penghuni surga, akan tetapi juga berpotensi menjadi pembangkang Allah, sehingga akan membawanya menjadi penghuni neraka.

al-Ins juga dikaruniai kemampuan untuk mengembangkan potensinya agar dapat menguasai alam. Semua kemampuan tersebut pada dasarnya adalah sifat-sifat yang dimiliki manusia.

Kata al-Ins biasanya digunakan berdampingan dengan kata al-Jinn. yang artinya alins menunjukkan sikap manusia yang selalu ingin bersahabat yaitu lawan dari kata al-Jinn yang berarti liar dan buas. Jadi makna tersirat dari penggunaan kata al ins adalah manusia makhluk yang memiliki sifat jinak, ramah dan bersahabat. Juga kata al-Ins diistilahkan dalam AlQur’an untuk menunjukkan bahwa karakteristik manusia yang labil. Meski telah dianugrahi Allah dengan berbagai potensi yang bisa digunakan untuk mengenal Tuhannya, akan tetapi hanya sebagian manusia yang mau menggunakan sesuai dengan ajaran Tuhannya.

Al insan

(3)

Uraia di atas pada gilirannya mengantarkan kita kepada sebuah kesimpulan bahwa manusia telah diberikan Allah ilmu pengetahuan, disamping juga manusia memiliki potensi, dan sarana-saran dalam dirinya untuk menemukan, mengembangkan, dan menciptakan ilmu pengetahuan.Inilah salah satu keistimewaan manusia dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya.

Kata al-Insân pada umumnya digunakan menggambarkan pada keistimewaan manusia penyandang predikat khalifah di muka bumi, sekaligus dihubungkan dengan proses penciptaannya.memperlihatkan bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh, antara aspek material (fisik) immateriil (psikis) yang dipadu dengan Rûh Ilahiyah.

Penciptaan Manusia Dari Unsur Materi Dan Non-Materi Al-Qur’an telah menceritakan bagaimana Allah SWT manciptakan manusia dari unsur materi dan non materi, setelah melewati beberapa tahap pembentukan: dari debu menjadi tanah, lalu menjadi lumpur hitam yang diberi bentuk, kemudian menjadi tanah liat kering, setelah itu Allah meniupkan roh-Nya, maka terciptalah Adam AS

Dengan demikian, sifat penciptaan manusia merupakan perpaduan antara sifat materi dan sifat ruh, antara sifat hewan dan sifat malaikat, antara kebutuhan- kebutuhan dan motif fisik instinktif yang penting untuk hidup dan keberlangsungan hidupnya, yang juga dimiliki hewan.

Al-Ghazali dalam bukunya Mi’raj alSalikin menjelaskan tentang manusia terdiri dari al-nafs (nafsu), al-ruh (rohani) dan al-jism (tubuh)

TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA: KHALIFAH DAN ABDU ALLAH

Manusia adalah makhluk yang selalu membutuhkan pendidikan karena memiliki potensi yang dinamis dan dapat dikembangkan menjadi kekuatan dahsyat. Akan tetapi, potensibesar itu tidak akan menjadi apa-apa jika tidak dikembangkan dengan pendidikan.

Menurut Imam Al-Ghazali, salah satu sifat alami manusia adalah tidak pernah berhenti bertanya dalam mencari kebenaran. Manusia ingin selalu mengetahui rahasia

(4)

alam Semakin jauh rahasia alam yang bisa diselidiki, semakin banyak pula misteri yang tidak diketahui maka semakin tinggi kekagumannya kepada Allah. Manusia menyadaris bahwa kodratnya sebagai makhluk yang tidak ingin berhenti mencari kebenaran.

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang secara aktif menumbuh kembangkan seluruh potensi manusia, baik jasmani maupun rohani.

Potensi jasmani yaitu seluruh organ jasmaniah manusia yang berwujud nyata. dan potensi rohaniah bersifat spiritual. Itulah yang akan dikembangkan pendidikan menurut konsep Islam. Hal inisejalan dengan tujuan penciptaan manusia menurut Al- Qur’an, yaitu sebagai khalîfah dan ‘âbid.

Pendidikan Islam berorientasi kepada persoalan duniawi dan ukhrawi sekaligus. kehidupan ukhrawi dipandang sebagai kehidupan yang sesungguhnya dan terakhir. Sedangkan kehidupan dunia bersifat sementara, bukan kehidupan yang terakhir

Sistem Pendidikan Islam berbeda dengan konsep tabularasa dari John Locke, yang memandang jiwa manusia dilahirkan sebagai kertas putih bersih yang kemudian sepenuhnya tergantung pada tulisan yang mengisinya kemana jiwa itu akan dibentuk dan dikembangkan, atau dalam artian tergantung pada kepribadian macam apa yang ingin dikembangkan oleh pendidik dan masyarakat. Perbedaan mendasar antara sistem Pendidikan Islam dengan teori tabularasa John Locke, yang kemudian dikenal sebagai aliran empirisme dalam ilmu pendidikan umum, adalah putihnya anak bukan berarti kosong, tidak membawa potensi apa-apa, tetapi justru berisi dengan daya-daya perbuatan. Maka peran pendidik dalam sistem Pendidikan Islam lebih terbatas pada aktualisasi daya-daya fitrah ini, tidak sebebas sistem pendidikan empirisme yang tidak dibatasi oleh nilai-nilai tertentu.

Demikian pula dengan nativisme yang dipelopori oleh Arthur Schopenhauer yang terkenal dengan teori bakat. Menurut teori ini, anak lahir dengan pembawaan dasar yang cepat atau lambat nanti akan terbentuk. Oleh karena itu, fungsi guru sebagai pendidik hanya berperan sebagai fasilitator dalam sebuah sistem pendidikan.

Ia hanya duduk sebagai pembantu bagi pemuculan bakat atau bawaan yang sudah melekat pada anak sejak lahir. Akan tetapi, dalam sistem Pendidikan Islam, seorang guru, selain duduk dan berdiri sebagai fasilitator, unsur bakat yang dibawanya juga bertanggung jawab akan pembentukan kepribadian anak didik. dan merasa bertanggung jawab kepada Tuhan atas kerja pendidikan yang dilakukan. Namun , jika

(5)

anak telah dewasa, kemudian menetapkan sendiri agama apa yang akan dipeluknya, maka itu adalah urusan dirinya dengan Tuhan.

Kemudian perbedaan antara sistem Pendidikan Islam dengan teori konvergensi, yang menggabungkan faktor endogen (bakat yang dibawanya sejak lahir, nativisme) dan faktor eksogen (pengaruh-pengaruh luar, empirisme) sebagai dua faktor yang berjalan bersamaan dalam pembentukan masa depan anak didik, adalah sistem Pendidikan Islam menekankan pada pembentukan kepribadian yang berujung pada fitrah dasar manusia untuk ma’rifatullah dan bertaqwa kepadanya.

Pendidikan menurut Ibnu Miskawaih yang tercermin dalam judul kitabnya Tahdzib al-Akhlak ialah terwujudnya pribadi susila yang tercermin dalam perilaku- perilaku luhur (berbudi pekerti). Dan untuk meraihnya diperlukan pendidikan.

Menurut Ibnu Sina pendidikan berkaitan dengan cara mengatur dan membimbing manusia dalam berbagai tahap dan sistem. Diawali dari pendidikan individu, yaitu bagaimana seseorang mengendalikan diri (akhlak), kemudian dilanjutkan dengan bimbingan terhadap keluarga dan selanjutnya kepada masyarakat, akhirnya kepada seluruh umat manusia. maka, menurut Ibnu Sina pendidikan yang diberikan Nabi Muhammad SAW. adalah pendidikan kemanusiaan. Ia berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah mencapai kebahagiaan secara bertingkat sesuai dengan tingkat pendidikan yang dikemukakan sebelumnya, yaitu: kebahagiaan pribadi, kebahagiaan rumah tangga, kebahagiaan masyarakat dan kebahagiaan manusia secara menyeluruh dan pada akhirnya adalah kebahagiaan manusia di Akhirat kelak. Jika setiap individu anggota keluarga memiliki akhlak mulia maka akan tercipta kebahagiaan di rumah tangga. Selanjutnya jika setiap rumah tangga memiliki akhlak mulia, maka akan tercipta kebahagiaan masyarakat dan selanjutnya kebahagiaan manusia seluruhnya.

Menurut Ibnu Khaldun Pendidikan tercermin dalam kalimat “al-’ilm wa al- ta’lim thabi’iyyun fi al ‘umran al-basyari. Pengetahuan dan pendidikan merupakan tuntutan alami dari peradaban manusia. karena manusia dibekali dengan akal, dengan akal manusia dapat berpikir dan memiliki motivasi untuk mengetahui sesuatu. Dengan berpikir berarti bersosialisasi dengan realitas disekitarnya. keunggulan akal inilah yang membuat manusia sampai pada titik tertentu lebih unggul dibandingkan dengan realitas lainnya.

(6)

As-Sahlani dalam bukunya Al-Tarbiyah wa al-Ta’lim Al-Qur’an alKarim, mengartikan Pendidikan Islam sebagai proses mendekatkan manusia kepada tingkat kesempurnaan dan mengembangkan kemampuannya.

Definisi tersebut mengandung tiga prinsip Pendidikan Islam:

1. Pendidikan merupakan proses bantuan untuk mencapai tingkat kesempurnaan, yaitu mewujudkan manusia yang beriman dan berilmu yang disertai amal saleh.

2. Pendidikan merupakan proses bantuan untuk menciptakan pribadi yang uswatun hasanah.

3. Pada diri manusia terdapat potensi baik dan buruk, potensi negatif dan lemah, tergesa-gesa, berkeluh kesah, dan roh Tuhan ditiupkan kepadanya saat penyempurnaan penciptaannya, manusia diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya.

Oleh karena itu, pendidikan ditujukan sebagai pembangkit potensi-potensi yang baik pada anak didik dan mengurangi potensinya yang jelek.

POTENSI MANUSIA: (A) JISMIYAH: DAYA GERAK DAN DAYA

BERPINDAH, (B) RÛHIYAH: DAYA-DAYA AL-‘AQL, AL-NAFS, DAN AL- QALB

Para pakar Pendidikan Islam memiliki persepsi yang bervariasi tentang potensi diri manusia. Akan tetapi persepsi tersebeut juga memiliki persamaan bahwa manusia sejak lahir telah membawa potensi.

Haidar Putra Daulay, dalam bukunya “Qalbun Salim” membagi potensi manusia kepada dua macam yaitu: potensi jasmani dan potensi rohani.

1. Potensi jasmani. Potensi jasmani manusia adalah seluruh organ tubuh manusia yang berwujud nyata bersifat material seperti panca indra, jantung, paru-paru, ginjal, daging, darah, dan sebagainya. Potensi jasmani ini sejak dalam rahim sampai sepanjang hidup manusia memerlukan perawatan. Lewat pemberian makanan yang bergizi, perawatan kesehatan dan olah raga.

2. Potensi rohani.

(7)

a) Akal

Akal merupakan daya pikir yang ada dalam diri manusia dan merupakan salah satu daya dari jiwa manusia. Kata akal berasal dari bahasa Arab, yaitu ‘aqala yang artinya mengikat dan menahan. pandangan Quraish Shihab akal adalah:

1) Daya untuk memahami dan menggambarkan sesuatu, seperti pada surat al-Ankabut 2) Dorongan moral, seperti pada surat al-An’am ayat 151

3) Dorongan untuk mengambil pelajaran dan kesimpulan serta hikmah. Sebagaimana terdapat dalam surat al-Mulk ayat 10

b) Qalb.

Kata qalb berasal dari kata yang bermakna membalik karena sering kali ia berbolak- balik, sekali senang sekali susah, sekali setuju dan sekali menolak.

c) Nafs.

Kata nafs di dalam Al-Qur’an mengandung berbagai makna, diantaranya :

Manusia sebagai makhluk hidup, Kata al-nafs yang memiliki arti zat Ilahiyah, seperti firman Allah dalam surat Thaha ayat 41. Menurut Quraish Shihab bahwa nafs dalam konteks pembicaraan manusia tentang sisi dalamnya berpotensi baik dan buruk.

Dalam pandangan Al-Qur’an, nafs diciptakan Allah dalam keadaan sempurna yang berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan.

Hasan Langgulung menafsirkan ayat yang menyatakan “Aku telah membentuknya dan meniupkan kepadanya ruh-Ku” (Q.S. 15: 29) bermakna bahwa Allah telah memberi manusia sejumlah potensi sesuai dengan sifat-sifat pada zat Allah, tetapi dalam batas-batas tertentu.

Hasan Langgulung menyamakan makna sifat-sifat dan potensi manusia dengan sebutan “fitrah”.

fitrah itu dapat pandang dari dua sudut.

Pertama, dari segi sifat naluri (pembawaan) manusia atau sifat-sifat Tuhan yang menjadi potensi manusia semenjak lahir.

Kedua, fitrah juga dilihat segi wahyu Tuhan yang diturunkan kepada Nabi-Nabi-Nya.

IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM

Pendidikan adalah proses atau usaha menumbuhkembangkan potensi diri manusia agar aktual semaksimal mungkin. hubungannya dengan potensi-potensi jiwa dan raga manusia, dapat dijelaskan bahwa secara umum manusia memperoleh ilmu pengetahuan melalui lima cara. Masing-masing pada dasarnya melalui lima potensi manusia yaitu potensi aljism, potensi akal. potensi qalb, potensi ruh dan potensi fitrah.

(8)

Manusia sebagai makhluk berfikir, dengan kemampuannya dapat menangkap dan memahami hal-hal yang berada di luar dirinya. Pada awalnya, kemampuan itu masih berbentuk potensi. Dia menjadi aktual (mencapai suatu titik perkembangan) melalui al-ta’lim (pendidikan) dan al-riyadhah (latihan) yang sesuai dengan irama perkembangan fisik dan mentalnya. Atas dasar ini, pengaruh dunia luar terprogram dan terencana akan dapat mengoptimalkan potensi manusia ke arah yang lebih sempurna.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa fraksi etil asetat propolis trigona (Apis trigona) mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji dari

Conference Hall Activities organized by UIIC, JNTUH: University Industry Interaction Centre has organized 'Campus to Corporate' programs, Seminars, Workshops, Job Fairs and training