• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Ilmu Tauhid (Konsep Ketuhanan Dalam Teologi Islam)

N/A
N/A
Sudar Mono

Academic year: 2023

Membagikan "Buku Ilmu Tauhid (Konsep Ketuhanan Dalam Teologi Islam)"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

Sebagaimana firman Allah: “Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi atas segala hamba-Nya, dan Dia telah mengutuskan kepadamu malaikat-malaikat penjaga...” (Al An’am: 61). Kemudian hujah peringkat ketiga di atas ialah firman Allah: "Dan kamu tidak dapat (untuk mengikuti jalan itu) melainkan apabila dikehendaki Allah, Tuhan sekalian alam." (QS. At Takwir [81]: 29).

ILMU TAUHID

Hakekat dan Kedudukan Tauhid

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (yang menyerukan): Sembahlah (hanya) Allah dan jauhilah Toghut (penyembahan selain Allah).” (QS. An Nahl: 36). Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah (hanya) Allah dan jauhilah thoghut (yang menyembah selain Allah). (QS. An Nahl: 36).

Akidah Islam

Sebagai contoh, Allah berfirman dalam ayat lain "[iaitu] orang-orang yang telah membahagi-bahagikan Al-Quran." (QS. 15:91). Allah berfirman dalam al-Quran: “Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman” (QS. 33:43), maksudnya Allah swt.

SIFAT-SIFAT TUHAN

Sifat Tuhan Menurut Aliran Teologi Islam

Oleh itu, menurutnya, sifat-sifat Allah itu tidak lain hanyalah zat-Nya. Ilmu-Nya tidak mempunyai makna tentang harta-Nya, perbuatan-Nya, atau keadaan-Nya.22 Sifat adalah sesuatu yang terdapat pada apa yang digambarkan.

Nama-Nama Tuhan dan Sifat-sifat-Nya

Dia berkuasa atas semua yang ada, sesuai dengan firman-Nya: "Dia berkuasa atas segala sesuatu." (QS. 5: 120). Firman-Nya bukanlah makhluk dan bukan muhdat (baru) sesuai dengan firman-Nya: "Di antara mereka ada yang Allah bercakap langsung dengannya." (QS. 2: 253).

KALAM DAN WAHYU ALLAH

Kalam Allah Dalam Pemikiran Teologi Islam

Menurut al-Baqillani, ayat 2 surah al-Anbiya di atas tidak menunjukkan bahawa al-Quran itu baharu. Begitu juga perkataan al-Quran tidak boleh dikatakan makhluk atau tidak lain hanyalah makhluk. Demikian ayat "Allah adalah pencipta segala sesuatu." (QS. 13:16) tidak menunjukkan bahawa Al-Quran adalah ciptaan.

Qadim Al-Qur'an tidak berubah sesuai dengan ayat "Tidak ada yang bisa mengubah kalimat Allah." (QS. Al-Quran yang diturunkan adalah al-maqru, yaitu kalam Allah yang qadim dan merupakan hakikat substansi-Nya. Oleh karena itu, ada perbedaan antara al-qira'at (bacaan) dan al-maqru (apa yang dibaca). ), seperti yang terlihat pada ayat “Ketika kamu membaca Al-Quran”.

Kedudukan Akal dan Fungsi Wahyu

Aliran ini diasaskan oleh Abu Hasan al-Asy'ari yang pada asalnya adalah pengikut setia Mu'tazilah. Al-Asy'ari berpendapat bahawa atas dasar akal tidak boleh dikatakan bahawa Allah wajib menerima taubat orang yang melakukan dosa besar. Untuk menghilangkan masalah di atas, al-Asy'ari membezakan antara orang kafir dan orang lemah.

Sejalan dengan itu, al-Asy'ari tidak menyamakan orang kafir dengan orang lemah. Lebih lanjut, baik al-Ash’ari maupun al-Baqillani sepakat bahwa Allah dapat dilihat dengan mata (al-Afsar) karena sesuatu yang ada dapat dilihat. Al-Asy'ari dan al-Baqillani sepakat bahwa Allah tidak dapat dilihat di dunia tetapi dapat dilihat di akhirat sesuai dengan ayat “Dan tidak dapat dijangkau oleh mata.” (QS. 6:103) dan “kepada Tuhannya mereka memandang”.

KONSEP IMAN DAN KUFUR

Iman dan Kufur dalam Pandangan Teologi Islam

Isu orang yang melakukan dosa besar menjadi topik perbincangan dalam aliran teologi Islam terkini, seperti Mu'tazilah, Murjiah, Asy'arijah dan Maturidiyah. Kemunculan gerakan Mu'tazili dalam bidang pemikiran teologi Islam juga berkaitan dengan status pelaku dosa besar, sama ada dia masih beriman atau telah menjadi kafir. Satu lagi aspek penting dalam konsep akidah mu'tazilah ialah apa yang mereka kenal pasti sebagai ma'rifah (ilmu dengan akal).

Isu gejolak keimanan yang merupakan persoalan teologis warisan mazhab Murjiah rupanya juga dilontarkan oleh kaum Mu'tazilah. Aliran Asy'ariyah lahir sebagai respon terhadap kekerasan Mu'tazilah yang dipaksakan oleh ideologi Khalq al-Qur'an. Oleh karena itu, dalam urusan keimanan dan kekufuran, Asy'ariyah berbeda diametral dengan Mu'tazilah.

Analisis Pemikiran Tentang Konsep Iman dan Kufur . 79

Oleh itu, menurut mereka, orang yang hanya mengucap syahadat, sebagai munafik, tanpa disertai perbuatan, telah menyempurnakan agamanya. Al-Syahrastani juga mengatakan bahawa menurut al-Asy'ari, orang yang hanya menegaskan dalam hatinya bahawa Tuhan itu wujud dan rasul-rasulnya daripadanya mempunyai agama yang sah sehingga dia mati dalam keadaan sedemikian. Contohnya menafikan sifat-sifat Tuhan dan orang yang beriman bahawa Tuhan itu nur dalam erti kata cahaya atau sinar, atau roh, atau jasad yang duduk di atas arasy.

Termasuk juga orang-orang yang mengingkari isi Al-Qur'an atau ajaran Nabi Muhammad SAW, seperti yang menyatakan bahwa surga dan neraka lenyap, bahwa surga bukanlah kenikmatan fisik, dan neraka adalah ma'nawiyah atau siksa yang bersifat abstrak. Demikian pula orang-orang yang mengingkari kewajiban shalat, puasa, dan zakat, menghalalkan perceraian dan menghalalkan khamr. Lebih lanjut al-Baqillani mengatakan bahwa orang-orang yang termasuk golongan kafir di atas telah menyia-nyiakan seluruh amal shalehnya.

Teologi Islam Tentang Perbuatan Manusia dan

Manusia ibarat wayang yang bergerak jika berpindah dari wayang. 3 Segala perbuatan manusia merupakan perbuatan yang wajib dilakukannya, termasuk perbuatan melaksanakan kewajiban, menerima imbalan, dan menanggung siksa. 4 Oleh karena itu, menurut Harun Nasution, orang dikatakan bertindak bukan dalam arti sebenarnya, melainkan dalam arti kiasan atau kiasan. Segala perbuatan manusia bukanlah perbuatan manusia, bukan pula perbuatan yang keluar dari kehendaknya, melainkan perbuatan yang merupakan kewajibannya. Di satu sisi mengakui kebebasan manusia dan di sisi lain Tuhan berkuasa mutlak dalam menciptakan tindakan manusia.

Al-Maturidi menyimpulkan bahwa terjadinya suatu perbuatan merupakan akibat perbuatan Tuhan dan perbuatan manusia. Perbuatan Tuhan berbeda dengan perbuatan manusia.12 Beliau menekankan bahwa pencipta perbuatan adalah Allah karena Dialah satu-satunya pencipta. Dengan demikian jelas bahwa perbuatan manusia adalah perbuatan Tuhan karena perbuatan Tuhan adalah ciptaan dari perbuatan tersebut.

Analisis Pemikiran Tentang Perbuatan Manusia dan

Asy'ariyah menolak pandangan kaum Mu'tazilah di atas karena menurut al-Asy'ari pandangan tersebut bertentangan dengan ayat tersebut. Tampaknya tidak ada perbedaan pendapat dalam pemahaman janji dan ancaman Allah antara al-Asy'ari dan al-Baqillani. Lebih lanjut Al-Asy'ari dan al-Baqillani mengatakan bahwa ayat-ayat tersebut di atas tidak menunjukkan bahwa Allah menolak permintaan hamba-hamba-Nya yang ingin melihatnya dengan jelas, seperti yang diklaim oleh Mu'tazilah.

Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa dalam masalah Ru’jat Allah tidak ada perbedaan pendapat antara al-Ash’ari dan al-Baqillani. Ayat-ayat Alquran yang dijadikan bukti oleh al-Asy'ari juga dijadikan bukti oleh al-Maturidi dalam mempertahankan pendapatnya bahwa Allah dapat dilihat dengan mata telanjang di akhirat. Namun dari segi metodologi berpikir, al-Baqillani lebih rasional dibandingkan gurunya (al-Ash'ari).

JANJI DAN ANCAMAN TUHAN

Janji dan Ancaman Tuhan

Ia berpendapat bahwa para Fasiq tetaplah orang yang beriman, bukan orang yang kafir atau musyrik.11 Pendapat ini sesuai dengan pendapat al-Asyar yang mengatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang beriman. Menurutnya, ayat seperti itu ditujukan kepada orang-orang kafir, yaitu orang-orang yang tidak beriman dan tidak memiliki kebaikan. -Baqillani berpendapat bahwa ayat yang berbunyi: “Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka dia adalah kafir”.

Ayat tersebut hanya ditujukan kepada sebahagian orang yang tidak berpandukan kepada al-Quran yang diturunkan oleh Allah. Begitu juga dengan ayat "Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka itu benar-benar di dalam neraka." (QS. 82: 14), ia hanya ditujukan kepada sebahagian orang yang durhaka, bukan semua. Tidak ada yang akan tinggal di neraka, kecuali orang-orang kafir dan musyrik,17 menurut firman Allah: "Dan sesungguhnya neraka itu menutupi orang-orang kafir".

Konsep Keadilan Tuhan

26. Orang yang diperintahkan Allah beragama, namun Dia tidak memberikan kudrat agamanya, berarti orang tersebut tidak mendapat pertolongan-Nya. Padahal Allah sendiri berfirman bahwa Dia menghendaki dan menjadikan mereka berbeda-beda sesuai dengan ayat-Nya “Mereka selalu berselisih paham” (QS dan Allah sendiri tidak menghendaki mereka menjadi satu kaum seperti yang tercantum dalam ayat-Nya “Kecuali orang-orang yang dirahmati oleh Tuhanmu. .” Terlebih lagi Allah berfirman dalam salah satu ayat-Nya: “Dan jika Tuhanmu menghendaki, niscaya berimanlah seluruh yang ada di muka bumi.” (QS. 10: 99).

Allah tidak menyukai, tidak memuji dan memberi pahala pada perbuatan buruk meskipun itu terjadi atas kehendak-Nya.49. Untuk menguatkan dalil di atas, beliau mengatakan bahwa Allah memberi petunjuk kepada sebagian manusia untuk menaati-Nya dan menyesatkan sebagian yang lain sesuai dengan firman-Nya “Sebagian dari mereka diberi petunjuk, sebagian lagi pasti sesat.” (Pertanyaan 7:30). 53. Keempat, qada' dalam arti al-amr seperti dalam firman beliau “Dan Tuhanmu telah memerintahkan kamu untuk tidak menyembah siapapun selain Dia.

MELIHAT TUHAN DAN TASYBIH

Melihat Tuhan

Al-Ash'ari dan al-Baqillani sepakat bahwa Allah dapat dilihat dengan mata telanjang.10 Oleh karena itu, mereka menolak pandangan Mu'tazili di atas karena menurut mereka pandangan ini bertentangan dengan ayat "Maka jika kamu diam di tempat kamu berada .. , pasti kamu akan dapat melihat - Aku." (QS.7:143). Suatu bau yang harum, misalnya, yang tidak terlihat dengan mata telanjang, dipuji bukan karena tidak terlihat, tetapi karena baunya. Kelompok Asy'ariyah justru meyakini, bahwa Tuhan akan terlihat oleh manusia dengan mata kepala sendiri di akhirat nanti.

Hujah 'aqli yang dikemukakan oleh al-Asy'ari ialah yang tidak dapat dilihat hanyalah yang tidak wujud. Maturidiyah Samarkand sependapat dengan Asy'ariyah dalam masalah Tuhan dapat dilihat dengan mata kepala di akhirat. Maturidiyah Bukhara juga bersetuju dengan Asy'ariyah dan Maturidiyah Samarkand bahawa Tuhan boleh dilihat dengan mata.

Anthropomorphisme (Tasybih)

Salah satu cabang dari lima ajaran resmi Mu'tazila, yaitu alt-tawheed (ridha Allah) mengatakan bahwa Allah swt. Dalam mencirikan Allah, Asi'ariyyah menolak pandangan antropomorfisme dan juga mengemukakan pendapat yang berbeda dengan kaum Mu'tazila. Penggunaan ta’wil (penafsiran metaforis) terhadap ayat-ayat mutasyabihat tersebut memberikan kesan bahwa al-Juwayni berusaha kembali pada ajaran mu’tazilah, meski tidak secara dramatis.

Dalam hal ini, al-Maturidi sependapat dengan Mu'tazilah bahawa ayat yang menggambarkan Tuhan itu berbentuk fizikal. Al-Baghdadi, Al-Farqu baina al-Firaq, (Lubnan: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, t.th) al-Bazdawi, Abu al-Jusr Muhammad, Kitab Usul al-Din, (Kaherah: Isa al- Babi al-Halabi, 1963). Al-Quran dan Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 1992).

Referensi

Dokumen terkait