Tanda Tangan Peserta Ujian
BUKU JAWABAN UJIAN (BJU) UAS TAKE HOME
EXAM (THE)
SEMESTER 2023/2024 Ganjil (2023.2)
Nama Mahasiswa : Yudha Bayu Pratama Nomor Induk
Mahasiswa/NIM : 049075672
Tanggal Lahir : 29 Agustus 2002
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4403 / Ilmu Perundang- Undangan
Kode/Nama Program Studi : 311 / Ilmu Hukum
Kode/Nama UT-Daerah : 42 / Semarang Hari/Tanggal UAS THE : Kamis, 21 Desember 2023
Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN,
KEBUDAYAAN RISET, DAN
TEKNOLOGI UNIVERSITAS
TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Surat Pernyataan Mahasiswa Kejujuran Akademik
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
Mahasiswa NIM Kode/Nama Mata Kuliah Fakultas Program Studi
: Yudha Bayu Pratama : 049075672
: HKUM4403 / Ilmu Perundang-Undangan : Hukum S1
: 311 / Ilmu Hukum
UT-Daerah : 42 / Semarang
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Kamis, 21 Desember 2023 Yang Membuat
Pernyataan
Yudha Bayu Pratama
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS
TERBUKA
1. Konvensi Ketatanegaraan merupakan bagian dari norma Hukum Konstitusi tidak tertulis yang berfungsi melengkapi, menyempurnakan atau bahkan mengubah dan menyatakan tidak berlaku substansi Konstitusi tertulis (UUD 1945) sebagai norma hukum tertinggi dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
PERTANYAAN :
a. Bagaimana kedudukan Konvensi Ketatanegaraan dalam sistem norma yang berlaku di Indonesia.
b. Berikan 3 contoh bentuk Konvensi Ketatanegaraan.
2. Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan mengatur tentang jenis dan tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu setiap jenis peraturan perundang-undangan memuat materi tertentu, yang berbeda dengan jenis peraturan perundang-undangan lainnya. Dalam kurun waktu relatif singkat Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2011 telah dilakukan perubahan sebanyak 2 kali dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022.
PERTANYAAN :
- Jelaskan apa saja yang menjadi substansi materi Perubahan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
3. Dewan Perwakilan Daerah tidak memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Dewan Perwakilan Daerah hanya dapat mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR. Dengan demikian, DPD tidak mempunyai hak inisiatif mandiri dalam pembuatan undang-undang.
Secara sistematik ketentuan ini berkaitan dengan pasal 20 ayat (1); DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Berdasarkan ketetuan ini, sangat logis kalau DPD bukan pembentuk undang-undang melainkan hanya memiliki hak mengajukan rancangan undang - undang saja.
PERTANYAAN :
- Jelaskanlah materi kewenangan yang dapat Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dalam pembentukan Undang-Undang?
4. Konsideran merupakan awal dari pokok pikiran atau landasan dari penyusunan regulasi.
Konsideran adalah awalan sebuah peraturan pada halaman pertama peraturan awalan pembukaan, sesuai dengan UU 12/2011 angka 17 sampai 27 lampiran 2. Ciri
konsideran biasanya
diawali dengan menimbang, memuat uraian singkat mengenai pokok pikiran yang menjadi pertimbangan dan alasan pembentukan perundang-undangan.
PERTANYAAN :
- Jelaskan urutan muatan pertimbangan apa saja yang harus dijabarkan dalam membuat konsideran suatu peraturan perundang-undangan?
JAWABAN :
1.A. Kedudukan Konvensi Ketatanegaraan dalam Sistem Norma yang Berlaku di Indonesia.
- Konvensi Ketatanegaraan merupakan salah satu sumber hukum tata negara di Indonesia.
Kedudukan konvensi tata negara dalam sistem norma yang berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut:
- Bersifat tidak tertulis = Konvensi tata negara tidak dimuat dalam peraturan perundang- undangan, melainkan hanya dalam praktik ketatanegaraan.
- Bersifat mengikat = Konvensi tata negara mengikat semua lembaga negara dan warga negara Indonesia.
- Bersifat melengkapi UUD NRI 1945 = Konvensi tata negara dapat melengkapi,
menyempurnakan, atau bahkan mengubah dan menyatakan tidak berlaku substansi UUD NRI 1945.
B. ( 3 ) Tiga Contoh Bentuk Konvensi Ketatanegaraan :
- Upacara bendera setiap tanggal 17 Agustus = Upacara bendera merupakan salah satu bentuk konvensi tata negara yang telah lama dilaksanakan di Indonesia. Upacara bendera merupakan simbol dari kedaulatan negara dan cinta tanah air.
- Pidato presiden pada tanggal 16 Agustus = Pidato presiden pada tanggal 16 Agustus
merupakan salah satu bentuk konvensi tata negara yang telah lama dilaksanakan di Indonesia.
Pidato presiden pada tanggal 16 Agustus biasanya berisi mengenai arah kebijakan pemerintah untuk tahun yang akan datang.
- Pemilihan menteri dan jabatan tertentu oleh presiden = Pemilihan menteri dan jabatan tertentu oleh presiden merupakan salah satu bentuk konvensi tata negara yang telah lama dilaksanakan di Indonesia. Pemilihan menteri dan jabatan tertentu oleh presiden biasanya dilakukan secara musyawarah mufakat dengan DPR.
2. Bahwa untuk mewujudkan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang terencana, terpadu, dan berkelanjutan dibutuhkan penataan dan perbaikan mekanisme Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sejak perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan hingga pengundangan dengan menambahkan antara lain pengaturan mengenai metode Omnibus Law dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan serta memperkuat keterlibatan dan partisipasi masyarakat yang bermakna. Maka telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan pada tanggal 16 Juni 2022.
Dengan metode Omnibus Law merupakan metode penyusunan peraturan perundang-undangan dengan:
a. Memuat materi muatan baru;
b. Mengubah materi muatan yang memiliki keterikatan dan/atau kebutuhan hukum yang diatur dalam berbagai Peraturan Perundang-undangan yang jenis dan hierarkinya sama;
dan/atau
c. Mencabut Peraturan Perundang-undangan yang jenis dan hierarkinya sama, dengan menggabungkannya ke dalam satu Peraturan Perundang-undangan untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan pertisipasi masyarakat yang bermakna dapat diwujudkan melalui pemenuhan hak masyarakat untuk memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam setiap tahapan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Penyampaian masukan dapat dilakukan secara daring dan/atau luring. Oleh karena itu, masyarakat yang merupakan perorangan atau kelompok orang yang terdampak langsung dan/atau mempunyai kepentingan atas materi muatan, diberikan kemudahan dalam mengakses Naskah akademik dan/atau Rancangan Peraturan Perundang- undangan.
Selain itu, pemrakarsa Peraturan Perundang-undangan dapat melakukan kegiatan konsultasi publik sebagaimana Pasal 96 ayat (6) melalui:
a. rapat dengar pendapat umum;
b. kunjungan kerja;
c. seminar, lokakarya, diskusi; dan/atau d. kegiatan konsultasi publik lainnya.
Hasil kegiatan konsultasi publik tersebut nantinya dapat menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan, penyusunan, dan pembahasan Rancangan Peraturan Perundang-undangan.
3. Pasal 22D UUD 1945 telah menyebutkan kewenangan DPD dibidang legislasi yakni pengajuan RUU tertentu, ikut membahas bersama DPR dan Pemerintah terhadap penyusunan RUU tertentu, pemberian pandangan dan pendapat terhadap RUU tertentu, pemberian pertimbangan terhadap RUU tentang APBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama, serta pengawasan terhadap pelaksanaan UU tertentu.
4. - Pokok-pokok pikiran yang bersifat filosofi, sosiologis, dan yuridis.Pokok-pokok pikiran ini memuat nilai-nilai dasar dan asas-asas yang mendasari pembentukan peraturan
perundang- undangan tersebut.
- Pokok-pokok pikiran yang bersifat yuridis normative. Pokok-pokok pikiran ini memuat ketentuan peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar kewenangan pembentukan peraturan perundang-undangan tersebut.
- Pokok-pokok pikiran yang bersifat faktual. Pokok-pokok pikiran ini memuat kondisi dan kenyataan yang menjadi latar belakang pembentukan peraturan perundang-undangan tersebut