Tanda Tangan Peserta Ujian
BUKU JAWABAN UJIAN (BJU) UAS TAKE HOME EXAM (THE) SEMESTER 2023/2024 Ganjil (2023.2)
Nama Mahasiswa : DESAK PUTU SRI PADMAWATI Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 045241482
Tanggal Lahir : 26/05/1990
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4210/ Hukum Lingkungan Kode/Nama Program Studi : 311/ ILMU HUKUM
Kode/Nama UPBJJ : 77/ DENPASAR
Hari/Tanggal UAS THE : SELASA, 12 DESEMBER 2023
Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
Surat Pernyataan Mahasiswa Kejujuran Akademik
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Desak Putu Sri Padmawati
NIM 045241482
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4210/ Hukum Lingkungan
Fakultas : Fakultas Hukum, Ilmu Sosial, dan Ilmu Politik Program Studi : Ilmu Hukum
UPBJJ-UT : Denpasar
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Tabanan, 12 Desember 2023 Yang Membuat Pernyataan
Desak Putu Sri Padmawati
1. Kasus Rempang Ecocity menjadi trending topik di berbagai isu media akhir-akhir ini. Kemenko Perekonomian menunjuk Pulau Rempang masuk dalam daftar proyek strategi nasional merujuk Peraturan menko Bidang Perekonomian RI Nomor 7 Tahun 2023 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional. Pemerintah pusat melalui kerja sama antara BP Batam dan PT Makmur Elok Graha (MEG) menyiapkan Pulau Rempang sebagai kawasan industri, perdagangan, hingga wisata yang terintegrasi demi mendorong peningkatan daya saing Indonesia dari Singapura dan Malaysia. Tujuan Pengembangan Pulau Rempang meliputi: 1). Berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi (Spillover Effect) bagi Kota Batam serta kabupaten/kota lain di Provinsi Kepri. 2). Membuka sekitar 308.000 tenaga kerja yang dibekali dengan pendidikan dan pelatihan khusus agar lebih siap menghadapi persaingan industri bagi masyarakat Kepulauan Riau. Dalam Upaya Pembangunan Kawasan tersebut mensyaratkan relokasi warga masyarakat di Kawasan Rempang. Reaksi Masyarakat sangat ekstrim dimana masyarakat menolak implementasi program strategi nasional Rempang Ecocity.
Bentrok warga dengan aparat gabungan TNI-Polri pecah pada 7 September 2023 ketika aparat gabungan memaksa masuk perkampungan untuk memasang tapal batas di Pulau Rempang. Kerusuhan kembali pecah ketika masyarakat berunjuk rasa di depan Kantor BP Batam pada 11 September 2023.
PERTANYAAN 1
Berikan analisis saudara terhadap dampak rempang eco city merujuk pada prinsip keadilan antar generasi (intergenerational equity) yang meliputi:
a) conservation of options, b).Conservation of quality, c).Conservation of access!
Jawab
Analisis Dampak Rempang Ecocity Berdasarkan Prinsip Keadilan Antar Generasi dimana prinsip keadilan antar generasi (intergenerational equity) adalah prinsip yang menekankan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan sumber daya alam untuk kepentingan generasi mendatang. Prinsip ini mencakup tiga aspek, yaitu:
1) Conservation of Options (Konservasi Pilihan)
Conservation of Options menjaga agar generasi mendatang memiliki pilihan yang sama untuk memenuhi kebutuhannya. Adapun keuntungan dari Proyek Rempang Eco City yaitu dapat memberikan peluang ekonomi dan pekerjaan baru, sehingga berpotensi meningkatkan kesejahteraan generasi mendatang.Meskipun demikian kerugian dari Proyek Rempang Eco City yaitu dimana relokasi warga dan transformasi kawasan dapat membatasi pilihan hidup generasi sekarang dan mendatang serta pemilihan model pembangunan yang tidak berkelanjutan dapat mengurangi opsi pengembangan masa depan.
Sehingga jika berdasarkan prinsip Conservation of Options, dimana dampak Rempang Ecocity terhadap keadilan antar generasi dapat dianalisis dimana Rempang Ecocity berpotensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat Kepulauan Riau. Hal ini dapat memberikan pilihan baru bagi generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Namun, jika pembangunan Rempang Ecocity tidak dilakukan secara berkelanjutan, maka dapat berdampak negatif terhadap lingkungan dan sumber daya alam. Hal ini dapat mengurangi pilihan yang tersedia bagi generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.
2) Conservation of Quality (Konservasi Kualitas)
Conservation of Quality menjaga agar kualitas lingkungan dan sumber daya alam tetap baik untuk memenuhi kebutuhan generasi mendatang. Adapun keuntungan dari Proyek Rempang Eco City jika dilihat dari prinsip Conservation of Quality yaitu jika pembangunan dilakukan dengan baik, proyek tersebut dapat meningkatkan kualitas hidup generasi mendatang melalui peningkatan infrastruktur, akses pendidikan, dan peluang pekerjaan. Meskipun demikian kerugian dari Proyek Rempang Eco City jika dilihat dari prinsip Conservation of Quality yaitu dimana resiko kerusakan lingkungan dan ekosistem dapat merugikan kualitas hidup generasi mendatang. Perubahan ekologis dapat mengurangi kualitas lingkungan yang diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Sehingga jika berdasarkan prinsip Conservation of Quality dimana dampak Rempang Ecocity terhadap keadilan antar generasi dapat dianalisis dimana Rempang Ecocity berpotensi untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan sumber daya alam di Kepulauan Riau. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan aspek lingkungan dan sosial. Namun, jika pembangunan Rempang Ecocity tidak dilakukan secara berkelanjutan, maka dapat berdampak negatif terhadap lingkungan dan sumber daya alam. Hal ini dapat menurunkan kualitas lingkungan dan sumber daya alam yang tersedia bagi generasi mendatang.
3) Conservation of Access (Konservasi Akses)
Conservation of Access menjaga agar generasi mendatang memiliki akses yang sama terhadap lingkungan dan sumber daya alam. Adapun keuntungan dari Proyek Rempang Eco City jika dilihat dari prinsip Conservation of Access yaitu dimana pembangunan Rempang Eco City dapat membuka akses baru ke sektor industri, perdagangan, dan wisata, memberikan peluang akses lebih baik untuk generasi mendatang. Meskipun demikian kerugian dari Proyek Rempang Eco City jika dilihat dari prinsip Conservation of Access yaitu dimana relokasi warga dan perubahan kawasan dapat mengurangi akses terhadap sumber daya tradisional dan membatasi kebebasan akses bagi generasi sekarang dan mendatang.
Sehingga jika berdasarkan prinsip Conservation of Access dimana dampak Rempang Ecocity terhadap keadilan antar generasi dapat dianalisis dimana Rempang Ecocity berpotensi untuk meningkatkan akses masyarakat Kepulauan Riau terhadap lingkungan dan sumber daya alam. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan ruang publik dan fasilitas umum yang terjangkau oleh masyarakat. Namun, jika pembangunan Rempang Ecocity tidak dilakukan secara adil, maka dapat berdampak negatif terhadap akses masyarakat terhadap lingkungan dan sumber daya alam. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan akses antara generasi mendatang.
Oleh karena itu dapat disimpulkan secara umum, Rempang Ecocity berpotensi untuk memberikan dampak positif terhadap keadilan antar generasi. Namun, jika pembangunan Rempang Ecocity tidak dilakukan secara berkelanjutan dan adil, maka dapat berdampak negatif terhadap keadilan antar generasi. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan prinsip keadilan antar generasi dalam pembangunan Rempang Ecocity agar dapat memberikan manfaat yang optimal bagi generasi saat ini dan generasi mendatang.
Sehingga berdasarkan analisis di atas, berikut adalah beberapa rekomendasi untuk meningkatkan dampak positif Rempang Ecocity terhadap keadilan antar generasi:
a) Pembangunan Rempang Ecocity harus dilakukan secara berkelanjutan yang memperhatikan aspek lingkungan dan sosial. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, seperti:
1) Pelestarian lingkungan: menjaga kelestarian lingkungan dan sumber daya alam agar tetap baik untuk memenuhi kebutuhan generasi mendatang.
2) Keberlanjutan sosial: meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi kesenjangan sosial.
b) Pembangunan Rempang Ecocity harus dilakukan secara adil yang melibatkan partisipasi masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan:
1) Menampung aspirasi masyarakat dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
2) Memberikan kompensasi yang adil kepada masyarakat yang terkena dampak pembangunan.
Dengan menerapkan rekomendasi tersebut, diharapkan pembangunan Rempang Ecocity dapat memberikan manfaat yang optimal bagi generasi saat ini dan generasi mendatang.
Sumber Referensi :
Buku
Samekto, A. (2023). Hukum Lingkungan (HKUM4210). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Situs Web
https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/jisep/article/download/17219/16765/34693
Dasar Hukum
Undang-undang (UU) Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
PERTANYAAN 2
Berikan analisis saudara merujuk pada isu lingkungan dalam pembangunan dalam prinsip keadilan dalam satu generasi!
Jawab
Analisis Dampak Rempang Ecocity yang merujuk pada isu lingkungan dalam pembangunan dalam prinsip keadilan dalam satu generasi terhadap lingkungan dalam prinsip keadilan dalam satu generasi yaitu dimana prinsip keadilan dalam satu generasi (intragenerational equity) adalah prinsip yang menekankan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan sumber daya alam untuk kepentingan generasi saat ini.
Prinsip ini mencakup dua aspek, yaitu:
1) Pelestarian lingkungan: menjaga agar lingkungan dan sumber daya alam tetap baik untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini.
2) Pembagian yang adil: memastikan bahwa semua anggota masyarakat memiliki akses yang sama terhadap lingkungan dan sumber daya alam.
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, dampak Rempang Ecocity terhadap lingkungan dalam prinsip keadilan dalam satu generasi dapat dianalisis sebagai berikut:
a. Pelestarian Lingkungan
Pembangunan Rempang Ecocity berpotensi untuk berdampak negatif terhadap lingkungan, seperti:
1. Deforestasi dimana pembangunan kawasan industri dan pariwisata dapat menyebabkan deforestasi dan degradasi hutan. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati dan meningkatnya risiko bencana alam.
2. Pencemaran dimana pembangunan kawasan industri dan pariwisata dapat menyebabkan pencemaran udara, air, dan tanah. Hal ini dapat membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan.
3. Perubahan iklim dimana pembangunan Rempang Ecocity dapat berkontribusi terhadap perubahan iklim. Hal ini dapat menyebabkan naiknya permukaan laut dan meningkatnya intensitas cuaca ekstrem.
Dampak negatif tersebut dapat mengancam kelestarian lingkungan dan sumber daya alam yang dibutuhkan oleh masyarakat Kepulauan Riau saat ini. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan prinsip pelestarian lingkungan dalam pembangunan Rempang Ecocity agar dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
b. Pembagian yang Adil
Pembangunan Rempang Ecocity berpotensi untuk berdampak positif terhadap lingkungan, seperti:
1. Peningkatan kualitas udara dimana pembangunan kawasan industri dan pariwisata dapat meningkatkan kualitas udara di Kepulauan Riau. Hal ini dapat meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas hidup.
2. Peningkatan akses terhadap sumber daya alam dimana pembangunan Rempang Ecocity dapat meningkatkan akses masyarakat Kepulauan Riau terhadap sumber daya alam, seperti air bersih dan lahan pertanian. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dampak positif tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kepulauan Riau saat ini. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan prinsip pembagian yang adil dalam pembangunan Rempang Ecocity agar dapat memastikan bahwa semua anggota masyarakat memiliki akses yang sama terhadap lingkungan dan sumber daya alam.
Adapun kesimpulan secara umum, Rempang Ecocity berpotensi untuk memberikan dampak negatif dan positif terhadap lingkungan dalam prinsip keadilan dalam satu generasi. Dampak negatif dapat dikurangi dengan menerapkan prinsip pelestarian lingkungan, sedangkan dampak positif dapat ditingkatkan dengan menerapkan prinsip pembagian yang adil.
Berdasarkan analisis di atas, berikut adalah beberapa rekomendasi untuk meningkatkan dampak positif Rempang Ecocity terhadap lingkungan dalam prinsip keadilan dalam satu generasi dimana pembangunan Rempang Ecocity harus dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip- prinsip pembangunan berkelanjutan, seperti:
a. Pelestarian lingkungan yang tujuannya untuk menjaga agar lingkungan dan sumber daya alam tetap baik untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini dan generasi mendatang.
b. Pembagian yang adil dengan memastikan bahwa semua anggota masyarakat memiliki akses yang sama terhadap lingkungan dan sumber daya alam.
Berikut adalah beberapa contoh penerapan prinsip-prinsip tersebut dalam pembangunan Rempang Ecocity:
1. Pemanfaatan lahan yang berkelanjutan: lahan yang digunakan untuk pembangunan Rempang Ecocity harus merupakan lahan yang tidak produktif atau lahan yang telah rusak.
2. Pemilihan teknologi yang ramah lingkungan: teknologi yang digunakan dalam pembangunan Rempang Ecocity harus ramah lingkungan dan tidak menimbulkan pencemaran.
3. Pembentukan regulasi yang melindungi lingkungan: regulasi yang mengatur pembangunan Rempang Ecocity harus melindungi lingkungan, seperti regulasi tentang perlindungan hutan, pengendalian pencemaran, dan mitigasi perubahan iklim.
4. Dengan menerapkan rekomendasi tersebut, diharapkan pembangunan Rempang Ecocity dapat memberikan manfaat yang optimal bagi generasi saat ini dan generasi mendatang.
Analisis Dampak Rempang Ecocity Terhadap Lingkungan Dalam Prinsip Keadilan Dalam Satu Generasi yaitu dimana terdapat dampak positif dari pembangunan Rempang Eco City yang dapat meningkatkan infrastruktur dan akses generasi sekarang terhadap fasilitas yang lebih baik dan peningkatan ekonomi dapat memberikan manfaat langsung kepada masyarakat setempat dan meningkatkan kesejahteraan sebagian populasi. Meskipun demikian terdapat dampak negatif dimana resiko kerusakan lingkungan seperti deforestasi, kerusakan ekosistem, dan polusi dapat merugikan kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan relokasi warga dapat mengakibatkan ketidaksetaraan akses dan pilihan hidup di antara masyarakat, menciptakan konflik dan ketidakadilan sosial.Sehingga solusi potensial yaitu mesti melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan untuk memastikan kepentingan mereka diakomodasi dan menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
Adapun analisis ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang seimbang tentang dampak proyek Rempang Eco City, dengan menyoroti baik aspek positif maupun negatifnya terhadap prinsip keadilan antar generasi dan dalam satu generasi.
Sumber Referensi :
Buku
Samekto, A. (2023). Hukum Lingkungan (HKUM4210). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Situs Web
https://regional.kompas.com/read/2023/09/21/212244078/keuntungan-proyek-rempang-eco-city-menurut- bp-batam?page=all
Dasar Hukum
Undang-undang (UU) Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL/UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan
Pertanyaan A
Jelaskan perbedaan AMDAL, UKL/UPL dan SPPL?
Jawab
AMDAL, UKL/UPL, dan SPPL adalah dokumen lingkungan hidup yang digunakan untuk menilai dampak suatu usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup. Dokumen-dokumen tersebut diperlukan untuk mendapatkan izin lingkungan.
Adapun perbedaan AMDAL, UKL/UPL, dan SPPL yaitu : 1) AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
AMDAL adalah kajian dampak lingkungan yang bersifat menyeluruh untuk proyek atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak signifikan terhadap lingkungan yang cakupannya berlaku untuk proyek atau kegiatan yang memerlukan analisis dampak lingkungan yang mendalam dan melibatkan konsultasi publik dengan tujuan memberikan pemahaman tentang dampak lingkungan yang mungkin terjadi dan menyusun langkah-langkah mitigasi.
Dengan kata lain AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) adalah kajian mengenai dampak penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup. AMDAL merupakan dokumen lingkungan hidup yang paling komprehensif dan mendalam, karena mengkaji seluruh aspek lingkungan hidup, baik lingkungan fisik, lingkungan biologi, maupun lingkungan sosial dan ekonomi.
2) UKL/UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup/Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup)
UKL/UPL adalah dokumen perencanaan pengelolaan lingkungan yang lebih sederhana dibanding AMDAL, digunakan untuk proyek atau kegiatan dengan dampak lingkungan yang lebih rendah yang cakupannya cocok untuk proyek dengan dampak lingkungan yang terbatas dan tidak memerlukan analisis mendalam dengan tujuan mengidentifikasi upaya-upaya untuk mengelola dan memantau dampak lingkungan.
Dengan kata lain UKL/UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan) adalah dokumen lingkungan hidup yang disusun untuk rencana usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib AMDAL. UKL/UPL mengkaji dampak penting rencana usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup, dan merumuskan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan untuk meminimalkan dampak negatif yang mungkin terjadi.
3) SPPL (Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan)
SPPL adalah pernyataan dari pelaku usaha yang menyatakan kesiapannya untuk mematuhi persyaratan pengelolaan lingkungan yang cakupannya digunakan untuk usaha atau kegiatan yang memiliki dampak lingkungan minimal dengan tujuan menjelaskan tindakan-tindakan yang akan diambil oleh pelaku usaha untuk memastikan kepatuhan terhadap standar lingkungan.
Dengan kata lain SPPL (Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan) adalah dokumen lingkungan hidup yang disusun untuk rencana usaha dan/atau kegiatan yang tidak memiliki dampak penting terhadap lingkungan hidup. SPPL mengemukakan kesanggupan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Berikut adalah tabel perbedaan AMDAL, UKL/UPL, dan SPPL:
Kriteria AMDAL UKL/UPL SPPL
Kriteria
wajib Usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup
Usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib AMDAL
Usaha dan/atau kegiatan yang tidak memiliki dampak penting terhadap lingkungan hidup
Cakupan
kajian Seluruh aspek
lingkungan hidup Dampak penting terhadap lingkungan hidup
Tidak ada kajian dampak lingkungan hidup
Isi dokumen
Kajian dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup, dan rencana pemantauan lingkungan hidup
Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup
Kesanggupan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk
melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup
Proses penyusunan
Melalui proses yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan
Melalui proses yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan
Melalui proses yang melibatkan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
Izin yang
diperlukan Izin lingkungan Izin lingkungan Tidak memerlukan izin lingkungan
AMDAL, UKL/UPL, dan SPPL merupakan dokumen lingkungan hidup yang penting untuk melindungi lingkungan hidup dari dampak negatif kegiatan manusia. Dokumen-dokumen tersebut harus disusun secara cermat dan komprehensif, agar dapat menjadi dasar bagi pengambilan keputusan yang tepat dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Sumber Referensi :
Buku
Samekto, A. (2023). Hukum Lingkungan (HKUM4210). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Situs Web
https://dlh.banjarmasinkota.go.id/2020/04/perbedaan-amdal-ukl-upl-dan-sppl.html
Dasar Hukum
Undang-undang (UU) Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah No.27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
Pertanyaan B
Kasus Posisi Pelanggaran Amdal dalam pada Mega Proyek Wisata Pulau Komodo Nusa Tenggara Timur!
1) Kawasan Taman Nasional terletak di Pulau Komodo, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
UNESCO menetapkan Kawasan ini sebagai salah satu warisan keajaiban dunia. Muncul masalah berkait privatisasi penataan dan pembangunan sarana dan prasarana ‘Jurassic Park Taman Nasional Komodo’. 'Jurassic Park' di Taman Nasional Komodo (TNK), Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Privatisasi berdampak berkurangnya wilayah kelola masyarakat, kerusakan habitat asli komodo, menyingkirkan penduduk setempat dan dilakukan hanya demi kepentingan investasi.
2) Pulau Komodo dan Pulau Rinca sendiri sudah ditetapkan sebagai taman nasional sejak 1980 untuk melindungi satwa komodo atau Varanus Komodoensis, hewan endemik purba yang hanya bisa ditemukan di NTT.
3) Proyek di TN Komodo merupakan bagian dari Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Super Prioritas Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur ( NTT).Salah satu kawasan yang akan mengalami perubahan desain secara signifikan adalah Pulau Rinca di Kabupaten Manggarai Barat.
4) di Kabupaten Manggarai Barat. 4). Pembangunan objek wisata di pulau komodo ini melanggar asas-asas UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup salah satunya adalah asas melestarikan lingkungan, yang berdampak pada habitat dan ekosistem hewan komodo.
5) Proyek wisata pulau komodo ini tidak memiliki kajian AMDAL sehingga menimbulkan permasalahan teknis yang serius seperti, masuknya alat berat di habitat komodo dan pembangunan sumor bor di Pulau Rinca yang ditakutkan berimbas pada matinya sumber air.
PERTANYAAN :
Analisislah kasus pelanggaran AMDAL dalam pada Mega Proyek Wisata Pulau Komodo Nusa Tenggara Timur
Jawab
Analisis Kasus Pelanggaran AMDAL dalam Mega Proyek Wisata Pulau Komodo Nusa Tenggara Timur yaitu dimana mega proyek wisata Pulau Komodo yang digagas oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) telah menuai kontroversi. Proyek ini dikritik oleh berbagai pihak, termasuk masyarakat setempat, aktivis lingkungan, dan organisasi internasional, karena berpotensi merusak habitat komodo dan ekosistem di Taman Nasional Komodo (TNK).
Salah satu poin kritik yang paling utama adalah pelanggaran AMDAL. Pembangunan mega proyek wisata di Pulau Komodo tidak memiliki kajian AMDAL. Padahal, AMDAL merupakan dokumen lingkungan hidup yang wajib disusun untuk semua kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.
Ketiadaan kajian AMDAL membuat pemerintah dan investor proyek tidak memiliki gambaran yang jelas tentang dampak pembangunan terhadap lingkungan. Akibatnya, pembangunan proyek berpotensi menimbulkan dampak negatif yang tidak terduga, seperti kerusakan habitat komodo, pencemaran lingkungan, dan gangguan terhadap masyarakat setempat.
Berikut adalah beberapa dampak negatif yang berpotensi ditimbulkan oleh pembangunan mega proyek wisata Pulau Komodo:
1) Kerusakan habitat Komodo
Komodo adalah hewan endemik yang hanya hidup di TNK. Habitat komodo tersebar di Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar. Pembangunan mega proyek wisata di Pulau Komodo akan mengubah kondisi habitat komodo, seperti pembukaan lahan, pengerasan jalan, dan pembangunan infrastruktur. Perubahan-perubahan tersebut dapat mengganggu siklus hidup komodo dan mengancam kelangsungan hidupnya.
2) Pencemaran lingkungan
Pembangunan mega proyek wisata akan membutuhkan banyak sumber daya, seperti bahan bangunan, energi, dan air. Penggunaan sumber daya tersebut dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, seperti pencemaran udara, air, dan tanah. Pencemaran lingkungan dapat berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan ekosistem.
3) Gangguan terhadap masyarakat setempat
Pembangunan mega proyek wisata dapat menyebabkan gangguan terhadap masyarakat setempat, seperti hilangnya lahan, tempat tinggal, dan mata pencaharian. Masyarakat setempat yang menggantungkan hidup pada alam akan kehilangan sumber penghidupannya.
Selain itu banyaknya kasus Pelanggaran AMDAL pada Mega Proyek Wisata Pulau Komodo yaitu :
1) Lokasi Strategis dimana pelanggaran AMDAL dikarenakan tidak dilakukannya kajian AMDAL yang menyebabkan ketidaktahuan dampak lingkungan yang signifikan terhadap lokasi warisan dunia UNESCO.
2) Privatisasi dan Dampak Sosial dikarenakan tidak adanya kajian menyebabkan tidak teridentifikasinya dampak sosial seperti pengusiran penduduk lokal dan perubahan struktur masyarakat.
3) Perubahan Desain dan KSPN dimana kegiatan yang signifikan seperti perubahan desain di Pulau Rinca seharusnya dianalisis dalam AMDAL untuk memahami dampaknya secara menyeluruh.
4) Pemenuhan Asas Perlindungan Lingkungan dikarenakan tidak adanya AMDAL mengakibatkan pelanggaran asas perlindungan lingkungan, khususnya terhadap habitat dan ekosistem hewan komodo.
5) Permasalahan Teknis yang tanpa kajian AMDALsehingga proyek menghadapi permasalahan teknis serius seperti masuknya alat berat dan pembangunan yang berpotensi merusak habitat.
Pemerintah dan investor proyek harus segera mengambil langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan yang ada. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah menyusun kajian AMDAL secara komprehensif dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk masyarakat setempat dan aktivis lingkungan. Sehingga perlu dilakukan pengkajian AMDAL yang menyeluruh untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang dampak lingkungan dengan melibatkan konsultasi publik untuk memperoleh masukan dan menjaga keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat lokal. Kajian AMDAL harus dapat memberikan gambaran yang jelas tentang dampak pembangunan terhadap lingkungan dan memberikan solusi untuk meminimalkan dampak negatif.
Selain itu, pemerintah juga harus memastikan bahwa pembangunan proyek dilakukan dengan mengikuti peraturan dan standar yang berlaku, termasuk peraturan tentang perlindungan lingkungan. Pemerintah juga harus memberikan kompensasi yang adil kepada masyarakat setempat yang terdampak pembangunan proyek.
Dengan mengambil langkah-langkah yang tepat, pemerintah dapat mewujudkan pembangunan mega proyek wisata Pulau Komodo yang berkelanjutan dan tidak merusak lingkungan.
Sumber Referensi :
Buku
Samekto, A. (2023). Hukum Lingkungan (HKUM4210). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Situs Web
https://ejournal.umbandung.ac.id/index.php/identitas/article/download/103/92/469
Dasar Hukum
Undang-undang (UU) Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2022 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor P.16/Menlhk/Setjen/Set.1/8/2020 Tentang Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Tahun 2020-2024
3. Tepat 16 tahun pada 29 Mei 2022 Lumpur Lapindo telah mengubah hidup warga Sidoarjo khususnya wilayah Porong lewat semburan lumpur panas dari pengeboran perusahaan Tambang, PT Lapindo Brantas di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Melihat dari kasus pencemaran lingkungan yang terjadi di kawasan tersebut membuat para aktivis lingkungan hidup dan warga mengecam kinerja pemerintah dalam menangani permasalahan lingkungan dan kesehatan dari warga sekitar yang terkena dampak semburan Lumpur Lapindo. Kemunculan lumpur ini terjadi pada pukul 04.30 WIB di tengah area persawahan desa dengan suhu 60 derajat celcius. Semburan lumpur tersebut ternyata tidak kunjung berhenti dan mulai mengganggu aktivitas warga di sekitar lokasi. Luas wilayah yang tergenang lumpur juga terus bertambah dan menenggelamkan fasilitas umum, pemukiman, sawah, dan perkebunan milik warga. Diketahui semburan Lumpur Lapindo sejak 29 Mei 2006 memiliki volume 100.000-150.000 meter kubik per hari atau 12.500 truk tangki per hari.Semburan Lumpur Lapindo ditengah area pemukiman warga diduga karena kesalahan prosedur pengeboran terkait pemasangan casing yang seharusnya dilakukan sehingga membuat runtuhnya dinding sumur sehingga lumpur menyembur ke luar dan tidak bisa dikendalikan. Namun hingga kini belum ditemukan penyebab pasti dari tragedi semburan lumpur panas ini. Lumpur Lapindo telah membuat 20 orang kehilangan nyawanya dan tak kurang dari 10.426 unit rumah serta 77 rumah ibadah terendam lumpur yang membuat ribuan jiwa mengungsi dan kehilangan tempat tinggalnya. Sementara kerugian material ditaksir mencapai lebih dari 45 trilliun rupiah. Lumpur Lapindo juga menenggelamkan kantor-kantor pemerintahan, sekolah- sekolah, dan fasilitas publik lain, memutus jalan raya, tol, jalur kereta, jaringan listrik, telepon, dan air bersih di 15 desa. Dampak bagi lingkungan yaitu ditemukannya kandungan H2S(hidrogen sulfida) di area permukiman penduduk yang menyebabkan warga mengalami penurunan fungsi indera penciuman, dan dipastikan bahwa air yang berada di sekitar kawasan semburan memliki kualitas yang buruk karena mengandung coliform dan Bakteri E. coli yang berbahaya bagi manusia. Dampak bagi sosial ekonomi yaitu warga pasti kehilangan tempat tinggal, lahan untuk bercocok tanam dan pekerjaan. Para petani yang menggantungkan hidupnya pada usaha budidaya tanaman padi, palawija, maupun para petani tebu kini mengalami nasib yang tidak menentu. Masyarakat juga mengalami masalah sosial yaitu banyak warga yang mengalami stres serta tekanan jiwa semakin berat.
PERTANYAAN A
Analisislah kasus diatas merujuk parameter berikut:
1.Kronologis kasus 2.Pihak yang berperkara 3.Masalah yang disengketakan Jawab
Analisis Kasus Lumpur Lapindo di Sidoarjo yaitu : 1. Kronologis Kasus Lumpur Lapindo
Pemicu kasus Lumpur Lapindo di Sidoarjo yaitu dimana pada tanggal 29 Mei 2006 terjadi semburan lumpur panas terjadi di tengah area persawahan desa di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur akibat pengeboran perusahaan Tambang, PT Lapindo Brantas di Porong, Sidoarjo.
Dampak awal dari kejadian tersebut yaitu dimana lumpur panas dengan suhu 60 derajat celcius menyembur dan terus bertambah sehingga mengakibatkan tenggelamnya fasilitas umum, pemukiman, sawah, dan perkebunan akibat dari semburan lumpur panas tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa lumpur tersebut memiliki volume 100.000-150.000 meter kubik per hari atau 12.500 truk tangki per hari.
Adapun dampak dari peristiwa tersebut menelan korban jiwa sebanyak 20 orang yang tewas, 10.426 unit rumah dan 77 rumah ibadah terendam, ribuan jiwa mengungsi, kerugian material mencapai lebih dari 45 trilliun rupiah.
Pada tahun 2007 Pemerintah membentuk Tim Nasional Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (TNP2SL) dan mulai melakukan upaya penanganan semburan lumpur, termasuk dengan membangun tanggul penahan lumpur dan pada tahun 2015 Pemerintah menetapkan status TNP2SL sebagai Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS).
Hingga tahun 2022 kemarin dimana Lumpur Lapindo telah menyembur selama 16 tahun dan belum juga berhenti.
2. Pihak yang Berperkara
Pihak yang Berperkara dalam kasus Lumpur Lapindo yaitu : 1) PT Lapindo Brantas
PT Lapindo Brantas merupakan perusahaan tambang yang melakukan pengeboran dan dianggap bertanggung jawab atas tragedi Lumpur Lapindo.
2) Warga Sidoarjo
Warga Sidoarjo yang menjadi korban langsung diaman telah kehilangan tempat tinggal, mata pencaharian, dan mengalami dampak kesehatan.
Adapun dalam kasus Lumpur Lapindo Pemerintah juga ikut bertanggung jawab untuk menangani masalah lingkungan dan sosial akibat semburan lumpur.
3. Masalah yang Disengketakan
Penyebab semburan lumpur masih belum diketahui secara pasti. Ada yang menduga karena kesalahan prosedur pengeboran, ada juga yang menduga karena faktor alam.
Adapun PT Lapindo Brantas diduga bertanggung jawab atas semburan lumpur namun PT Lapindo membantah tuduhan tersebut. Hal ini dikarenakan belum ditemukan penyebab pasti tragedi Lumpur Lapindo, yang menjadi perdebatan antara pihak terkait. Akibatnya warga sekitar yang menjadi korban semburan Lumpur Lapindo mengalami kerugian yang sangat besar, baik materiil maupun non-materiil.
Hingga saat ini Pemerintah belum juga memberikan kompensasi yang memadai kepada warga terdampak akibat semburan Lumpur Lapindo.
Sehingga dapat di simpulkan dimana kasus semburan lumpur Lapindo merupakan salah satu kasus pencemaran lingkungan terbesar di Indonesia. Kasus ini telah menimbulkan dampak yang sangat luas, baik bagi lingkungan, sosial, maupun ekonomi.
Penyebab semburan lumpur masih menjadi perdebatan. Namun, terlepas dari penyebabnya, PT Lapindo Brantas diduga bertanggung jawab atas semburan lumpur tersebut. PT Lapindo Brantas harus bertanggung jawab atas kerugian yang dialami warga terdampak.
Pemerintah juga memiliki tanggung jawab untuk menangani masalah lingkungan dan sosial akibat semburan lumpur.
Pemerintah harus memastikan bahwa semburan lumpur dapat dihentikan dan warga terdampak mendapatkan kompensasi yang memadai.
Berikut adalah beberapa rekomendasi untuk menyelesaikan kasus semburan lumpur Lapindo:
1. Pemerintah harus segera membentuk tim independen untuk menyelidiki penyebab semburan lumpur.
2. Pemerintah harus menuntut PT Lapindo Brantas bertanggung jawab atas kerugian yang dialami warga terdampak.
3. Pemerintah harus memberikan kompensasi yang memadai kepada warga terdampak, baik secara materiil maupun non-materiil.
4. Pemerintah harus melakukan upaya rehabilitasi lingkungan di kawasan terdampak semburan lumpur.
Dengan menyelesaikan kasus semburan lumpur Lapindo secara adil dan tuntas, diharapkan dapat memberikan keadilan bagi warga terdampak dan mencegah terjadinya kasus serupa di masa mendatang.
Sumber Referensi :
Buku
Samekto, A. (2023). Hukum Lingkungan (HKUM4210). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Situs Web
https://repository.um-surabaya.ac.id/1382/3/BAB_II_skripsi_muliadi_new.pdf
Dasar Hukum
Undang-undang (UU) Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
PERTANYAAN B
Analisislah penyelesaian kasus lumpur Lapindo di Sidoarjo melalui Hak Gugat Masyarakat!
Jawab
Analisis Penyelesaian Kasus Lumpur Lapindo di Sidoarjo melalui Hak Gugat Masyarakat yaitu dimana kasus semburan lumpur Lapindo telah berlangsung selama lebih dari 16 tahun dan belum juga menunjukkan titik terang.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini adalah melalui hak gugat masyarakat.
Hak gugat masyarakat adalah hak yang dimiliki oleh masyarakat untuk menggugat pemerintah atau pihak lain yang melakukan perbuatan melawan hukum yang menimbulkan kerugian bagi kepentingan masyarakat. Hak gugat masyarakat diatur dalam Pasal 93 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Dalam kasus semburan lumpur Lapindo, hak gugat masyarakat dapat digunakan oleh masyarakat terdampak untuk menggugat PT Lapindo Brantas, pemerintah, atau pihak lain yang dianggap bertanggung jawab atas semburan lumpur tersebut.
Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari penyelesaian kasus semburan lumpur Lapindo melalui hak gugat masyarakat, yaitu:
1. Keadilan bagi masyarakat terdampak dimana hak gugat masyarakat dapat menjadi sarana bagi masyarakat terdampak untuk mendapatkan keadilan atas kerugian yang mereka alami.
2. Transparansi dan akuntabilitas dengan penyelesaian kasus melalui hak gugat masyarakat dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemerintah dalam menangani kasus semburan lumpur Lapindo.
3. Pencegahan dimana penyelesaian kasus melalui hak gugat masyarakat dapat menjadi sarana untuk mencegah terjadinya kasus serupa di masa mendatang.
Namun, ada juga beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam penyelesaian kasus semburan lumpur Lapindo melalui hak gugat masyarakat, yaitu :
1. Biaya dimana penyelesaian kasus melalui hak gugat masyarakat membutuhkan biaya yang tidak sedikit, terutama untuk biaya pengacara dan biaya persidangan
2. Waktu karena penyelesaian kasus melalui hak gugat masyarakat membutuhkan waktu yang lama, karena prosesnya harus melalui berbagai tahapan, mulai dari gugatan, persidangan, hingga putusan.
3. Kompleksitas dalam hal kasus semburan lumpur Lapindo merupakan kasus yang kompleks, karena melibatkan berbagai pihak dan aspek, seperti aspek hukum, aspek lingkungan, dan aspek sosial.
Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa hak gugat masyarakat merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan kasus semburan lumpur Lapindo. Hak gugat masyarakat dapat memberikan keadilan bagi masyarakat terdampak dan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemerintah dalam menangani kasus ini.
Namun, penyelesaian kasus melalui hak gugat masyarakat juga membutuhkan biaya, waktu, dan upaya yang tidak sedikit.
Berikut adalah beberapa rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas penyelesaian kasus semburan lumpur Lapindo melalui hak gugat masyarakat:
1. Pemerintah harus memberikan bantuan biaya hukum kepada masyarakat terdampak yang ingin menggugat PT Lapindo Brantas.
2. Pemerintah harus mempercepat proses penyelesaian kasus melalui hak gugat masyarakat 3. Pemerintah harus membentuk tim independen untuk menyelidiki penyebab semburan lumpur.
Selain itu dalam penyelesaian kasus melalui hak gugat masyarakat yaitu :
1. Proses Hukum dimana Masyarakat dapat mengajukan gugatan kolektif sebagai upaya mendapatkan ganti rugi dan keadilan hukum dengan pengumpulan bukti dan melibatkan ahli lingkungan untuk mendukung tuntutan masyarakat.
2. Permasalahan Penyelesaian jika mengalami kesulitan identifikasi penyebab dimana tanpa penemuan pasti penyebab, proses hukum menjadi lebih kompleks maka Masyarakat / Korban dapat menuntut ganti rugi atas kerugian materiil dan immateriil yang mereka alami.
3. Dampak Sosial dan Ekonomi yaitu dimana dalam Rehabilitasi Sosial proses hukum dapat mencakup tuntutan untuk rehabilitasi sosial bagi warga yang mengalami stres dan tekanan jiwa. Sehingga dukungan psikologis bagi korban menjadi elemen penting dalam penyelesaian.
4. Tantangan dalam Penyelesaian dimana keterlibatan pemerintah dalam memastikan keadilan dan mempercepat penyelesaian kasus ini menjadi kunci dan keterbukaan informasi dari PT Lapindo dan pihak berwenang dalam memberikan informasi kepada masyarakat dapat memengaruhi proses penyelesaian.
5. Pentingnya Pendekatan Holistik dengan Keseimbangan Lingkungan dan Kesejahteraan Masyarakat:
Penyelesaian harus memperhatikan baik pemulihan lingkungan maupun kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat yang terkena dampak.
Oleh karena itu dengan adanya dukungan dari pemerintah, diharapkan penyelesaian kasus semburan lumpur Lapindo melalui hak gugat masyarakat dapat berjalan lebih efektif dan memberikan keadilan bagi masyarakat terdampak dan dalam menganalisa serta penyelesaian kasus Lumpur Lapindo memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan berbagai pihak termasuk perusahaan, pemerintah, dan masyarakat untuk mencapai keadilan dan pemulihan yang optimal.
Sumber Referensi :
Buku
Samekto, A. (2023). Hukum Lingkungan (HKUM4210). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Situs Web
https://repository.um-surabaya.ac.id/1382/3/BAB_II_skripsi_muliadi_new.pdf
https://repository.umj.ac.id/12411/1/Gugatan%20Lumpur%20Panas%20Lapindo.pdf
Dasar Hukum
Undang-undang (UU) Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
4. Reklamasi Terganjal Amdal Aspek Sosio Kultural
Teluk Benoa memiliki luas 1400 Ha area, kaya akan biodiveristas yang mendukung potensi wisata. PT TWBI berencana mereklamasi 700 hektare dengan cara mengeruk 23 juta kubik pasir laut di pantai Lombok, Nusa Tenggara Barat. Namun sebelum proyek tersebut berjalan, masyarakat Bali menolak proyek tersebut. Kasus reklamasi Teluk Benoa, Bali merepresentasikan proyek pembangunan yang gagal karena tidak memenuhi persyaratan sosial kultural. Penolakan masyarakat Bali yang kompak terhadap proyek tersebut karena kawasan status Teluk Benoa merupakan wilayah konservasi dan kawasan pelestarian hutan manggove yang harus dilestarikan. Merujuk Peraturan Presiden (Perpres) 2011, Teluk Benoa yang sejatinya adalah kawasan konservasi, ternyata juga merupakan kawasan suci bagi Agama Hindu. Dalam kitab sucinya yaitu Weda, dituliskan bahwa yang disebut dengan tempat- tempat suci dan kawasan suci yaitu gunung, danau, campuhan (pertemuan sungai), pantai, laut dan sebagainya. Oleh sebab itu pula, tempat peribadatan seperti pura dan tempat- tempat suci umumnya didirikan di tempat tersebut, dan dipercayai bahwa di tempat itu jugalah orang-orang suci dan umat Hindu mendapatkan pikiranpikiran suci (wahyu). Maka dari itu, tempat-tempat suci seperti pura perlu dikembangkan untuk menjaga keserasian dengan lingkungannya.
Sumber: https://asumsi.co/post/56628/reklamsi-teluk-benoa-batal/
PERTANYAAN
Analisislah kasus tersebut diatas dalam perspektif sosiologis penegakan hukum lingkungan yang terfokus pada
a. Perspektif masyarakat!
b. Penegakan hukum yang berbasis kebenaran ekologis!
Jawab
Analisis Kasus Reklamasi Teluk Benoa dalam Perspektif Sosiologis Penegakan Hukum Lingkungan yaitu : A. Perspektif Masyarakat
Dalam kasus reklamasi Teluk Benoa, masyarakat Bali menolak proyek tersebut karena memiliki beberapa alasan, yaitu:
a. Konservasi dan Budaya Lokal
Masyarakat Bali menolak proyek reklamasi karena Teluk Benoa adalah wilayah konservasi dan memiliki nilai budaya sebagai kawasan suci dalam Agama Hindu. Adapun tindakan penolakan mencerminkan kepedulian masyarakat terhadap keberlanjutan lingkungan dan pelestarian warisan budaya mereka.
b. Partisipasi Masyarakat
Penolakan yang kompak menunjukkan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan lingkungan dan kebijakan pembangunan di wilayah mereka. Hal ini dikarenakan adanya pemahaman bahwa melibatkan masyarakat dalam keputusan yang memengaruhi lingkungan adalah esensial.
c. Ketidakpercayaan Terhadap Proyek
Masyarakat meragukan manfaat proyek reklamasi dan merasa bahwa dampak negatifnya akan lebih besar daripada positifnya. Hal ini dikarenakan kurangnya Kepercayaan masyarakat terhadap otoritas dan transparansi proyek tersebut.
d. Unsur Ekologis
Teluk Benoa merupakan kawasan konservasi yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.
Reklamasi Teluk Benoa akan mengancam kelestarian ekosistem di kawasan tersebut.
e. Alasan ekonomi
Masyarakat Bali khawatir bahwa reklamasi Teluk Benoa akan hanya menguntungkan segelintir orang, sementara masyarakat lokal justru akan dirugikan.
Perlawanan masyarakat Bali terhadap proyek reklamasi Teluk Benoa merupakan contoh dari penegakan hukum lingkungan dari perspektif masyarakat. Masyarakat memiliki peran penting dalam penegakan hukum lingkungan, karena merekalah yang paling terdampak oleh dampak lingkungan dari berbagai kegiatan pembangunan.
B. Penegakan Hukum yang Berbasis Kebenaran Ekologis
Dalam Penegakan Hukum yang Berbasis Kebenaran EkologisKasus Reklamasi Teluk Benoa meliputi yaitu : a. Pembangunan Berkelanjutan
Persyaratan untuk memenuhi standar ekologis, terutama terkait konservasi dan pelestarian lingkungan, harus diutamakan. Selain itu penegakan hukum harus mendorong penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan yang memperhitungkan dampak jangka panjang.
b. Kesesuaian dengan Hukum dan Perpres
Perlu dilakukan evaluasi terhadap kesesuaian proyek dengan perundang-undangan yang berlaku, termasuk (Perpres) Nomor 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan (RTRW) Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan (Sarbagita) yang menetapkan Teluk Benoa sebagai kawasan konservasi.
c. Keadilan Ekologis
Penegakan hukum harus mengedepankan prinsip keadilan ekologis, mempertimbangkan hak-hak masyarakat untuk lingkungan yang sehat dan terjaga. Adapun Evaluasi dampak lingkungan harus didasarkan pada kebenaran ekologis, bukan hanya aspek ekonomi.
d. Transparansi dan Partisipasi Publik
Penegakan hukum harus mendorong transparansi dalam proses pengambilan keputusan dan melibatkan masyarakat secara aktif dan proses evaluasi dan perizinan harus dapat diakses oleh masyarakat sehingga tercipta partisipasi yang berarti.
Penegakan hukum lingkungan yang berbasis kebenaran ekologis adalah penegakan hukum lingkungan yang berorientasi pada perlindungan lingkungan. Penegakan hukum lingkungan yang berbasis kebenaran ekologis harus memperhatikan aspek-aspek ekologis, seperti keanekaragaman hayati, ekosistem, dan sumber daya alam.
Dalam kasus reklamasi Teluk Benoa, penegakan hukum lingkungan yang berbasis kebenaran ekologis akan menolak proyek tersebut. Hal ini karena reklamasi Teluk Benoa akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti kerusakan ekosistem dan keanekaragaman hayati.
Berikut adalah beberapa rekomendasi untuk meningkatkan penegakan hukum lingkungan yang berbasis kebenaran ekologis:
1) Pemerintah harus melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan terkait pembangunan yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan.
2) Pemerintah harus memperkuat instrumen hukum lingkungan, seperti peraturan perundang-undangan dan instrumen ekonomi.
3) Pemerintah harus meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan lingkungan.
Oleh karena itu dapat disimpulkan Kasus reklamasi Teluk Benoa menyoroti pentingnya mendengarkan dan memahami perspektif masyarakat serta memastikan penegakan hukum yang berbasis kebenaran ekologis.
Perlu ada keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan serta warisan budaya.
Penegakan hukum yang efektif harus melibatkan partisipasi masyarakat dan memastikan bahwa setiap tindakan pembangunan mematuhi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Dengan meningkatkan penegakan hukum lingkungan yang berbasis kebenaran ekologis, diharapkan dapat mencegah terjadinya kerusakan lingkungan dan menjamin keberlanjutan pembangunan.
Sumber Referensi :
Buku
Samekto, A. (2023). Hukum Lingkungan (HKUM4210). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Situs Web
https://asumsi.co/post/56628/reklamsi-teluk-benoa-batal/
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/dplr/article/download/5023/2645
Dasar Hukum
Undang-undang (UU) Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Perpres No 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil yang melarang reklamasi dilakukan di kawasan konservasi.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 17 tahun 2013 tentang Perizinan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 28 tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 17 tahun 2013 tentang Perizinan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
(Perpres) Nomor 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan (RTRW) Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan (Sarbagita).