• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kunci Jawaban Ujian Akhir Semester (UAS) Hukum Agraria

N/A
N/A
desakputu sripadmawati

Academic year: 2024

Membagikan "Kunci Jawaban Ujian Akhir Semester (UAS) Hukum Agraria"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU) UAS TAKE HOME EXAM (THE) SEMESTER 2022/23.1 (2022.2)

Nama Mahasiswa : DESAK PUTU SRI PADMAWATI Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 045241482

Tanggal Lahir : 26/05/1990

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4211/ HUKUM AGRARIA Kode/Nama Program Studi : 311/ ILMU HUKUM

Kode/Nama UPBJJ : 77/ DENPASAR

Hari/Tanggal UAS THE : SELASA, 20 DESEMBER 2022

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.

2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.

3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.

4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN RISET, DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS TERBUKA

Tanda Tangan Peserta Ujian

(2)

BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Desak Putu Sri Padmawati

NIM : 045241482

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4211/ HUKUM AGRARIA

Fakultas : Fakultas Hukum, Ilmu Sosial, dan Ilmu Politik Program Studi : Ilmu Hukum

UPBJJ-UT : Denpasar

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman https://the.ut.ac.id.

2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.

3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian UAS THE.

4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan saya).

5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.

6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak

melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

Tabanan, 20 Desember 2022 Yang Membuat Pernyataan

Desak Putu Sri Padmawati

(3)

1. Tanah merupakan sarana untuk melaksanakan pembangunan. Kedudukan tanah yang penting ini maka harus diimbangi dengan usaha untuk mengatasi berbagai permasalahan yang timbul dalam bidang pertanahan, sehingga diatur dalam hukum agraria dan melaksanakan administrasi pertanahan.

Pertanyaan :

A. Silakan Saudara analisis akibat hukumnya bila agraria dan hukum agraria tidak dikaitkan dengan administrasi pertanahan.

Jawab

Menurut Analisa saya, akibat hukumnya bila agraria dan hukum agraria tidak dikaitkan dengan administrasi pertanahan hal tersebut akan sangat menghambat kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan di negara ini, karena tidak di pungkiri Indonesia merupakan negara agraris dan setiap kegiatan yang dilaksanakan di Indonesia di laksanakan di atas tanah itu sendiri, oleh karena itu tanah memiliki arti yang sangat penting bagi manusia, dan untuk mengatur agar setiap kegiatan dan kepentingan itu, maka dibutuhkanlah hukum agraria guna sebagai penuntun untuk menuju administrasi yang aman dan seadil-adilnya.

Pentingnya administrasi pertahanan dengan cita hukum,manusia hidup diatas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan cara memanfatkan tanah.Dinamika masalah pertanahan memiliki muatan kerumitan yang tinggi, hal ini disebabkan oleh realitas yang menunjukkan bahwa kebutuhan manusia akan tanah senantiasa meningkat seiring dengan laju pertumbuhan dan pembangunan di segala bidang. Di lain pihak secara kuantitas jumlah tanah tidak bertambah luas (relatif tetap). Oleh karena itu pengelolaan tanah yang tersedia di bidang pertanahan di tuntut supaya dapat di lakukan secara optimal, secara masing-masing kepentingan dapat diakomodir secara proposional sebagai pencerminan dari cita-cita pembangunan nasional di segala bidang.

Dimana kita ketahui tanah merupakan sarana untuk melaksanakan pembangunan.Kedudukan tanah yang penting ini kadang tidak diimbangi dengan usaha untuk mengatasi berbagai permasalahan yang timbul dalam bidang pertanahan.Fakta memperlihatkan bahwa keresahaan di bidang pertanahan mendatangkan dampak negatif di bidang sosial,politik dan ekonomi.

Pentingnya tanah bagi kehidupan mestinya harus digunakan sesuai dengan fungsi dan mafaat tanah yang bersangkutan. Terdapat kewajiban bagi pemegang hak atas tanah, baik perorangan, badan hukum, maupun sekelompok orang secara bersama-sama untuk selalu menjaga dan memelihara tanah yang dimilikinya.

Kewajiban tersebut juga dicantumkan dalam ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok Agraria. Penyelenggaraan tertib administrasi memang sangatlah diperlukan dalam bidang pertanahan. Hal ini dapat dilihat dari penyelenggaraan kegiatan pendaftaran tanah, yang mana pendaftaran tanah merupakan rangkaiankegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan dan teratur,meliputi pengumpulan, pengolahan,pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidangbidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. Pengertian pendaftaran tanah ini dapat dilihat dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Mengingat strategisnya fungsi tanah saat ini, maka pemerintah memerlukan perangkat hukum yang tertulis, lengkap, jelas, dan dilaksanakan secara konsisten.Maka di undangkanlah UndangUndang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau lebih dikenal dengan UUPA. Kehadiran Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1960 ini salah satu tujuannya untuk menciptakan adanya kepastian hukum atas tanah secara nasional.

(4)

B. Menurut analisis Saudara, apakah tata ruang dan pemanfaatan sumber daya alam merupakan bagian dari hukum agrarian

Jawab

Menurut analisis saya tata ruang dan pemanfaatan sumber daya alam merupakan bagian dan hal yang tidak dapat dilepaskan dari hukum agrarian hal ini dapat kita lihat dari kaitannya UUD 1945 Pasal 33 ayat 3 dengan UUPA itu sendiri, dimana pada UUD 1945 Pasal 33 ayat 3 menerangkan bahwa “bumi dan air dan kekayaan alam yg terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Hukum Agraria (Agrarisch dan Recht) adalah keseluruhan dari ketentuan-ketentuan hukum, baik hukum perdata maupun hukum tata negara (Staatsrecht) maupun hukum tata usaha negara (Administratifrecht) yang mengatur hubungan-hubungan antara orang termasuk badan hukum dengan bumi,air dan ruang angkasa dalam seluruh wilayah negara dan mengatur pula wewenang-wewenang yang bersumber pada hubungan-hubungan tersebut.

Dalam definisi secara umum, tata ruang adalah bentuk dari susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan sarana prasarana pendukung aktivitas sosial-ekonomi masyarakat (struktur ruang), yang

peruntukannya terbagi-bagi dalam fungsi lindung dan budidaya (pola ruang). Tata ruang memiliki kaitan erat dengan kegiatan penataan ruang di setiap negara. Maka itu, pemerintah Indonesia pun mempunyai kebijakan penataan ruang. Kebijakan itu didasarkan pada undang-undang. Pemerintah Indonesia, baik pusat maupun daerah, juga melandaskan kebijakan terkait pemanfaatan ruang dalam pembangunan pada Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW).

Mengutip publikasi Kementerian ATR/BPN [2021:16], rencana tata ruang di setiap negara disusun dengan tujuan yang sama: bagaimana memanfaatkan ruang yang terbatas supaya manusia bisa menjalankan aktivitasnya untuk memelihara kehidupan. Artinya, penataan ruang berhubungan dengan kegiatan pemanfaatan ruang.

Ada tiga undang-undang yang bisa dicermati. Pertama, adalah Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Undang-undang ini sekarang sudah tidak berlaku lagi setelah dicabut dan digantikan dengan UU Nomor 26 Tahun 2007. Kedua, Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Setelah berlaku selama sekitar 13 tahun, sejumlah ketentuan di UU tersebut direvisi (diubah) dalam UU Cipta Kerja. Artinya, UU ini masih berlaku, tapi sebagian ketentuan di dalamnya sekarang sudah diubah. Ketiga, Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. UU Cipta Kerja memuat perubahan ketentuan banyak undang-undang, yang salah satunya adalah UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Berikut ini perincian rumusan pengertian istilah Ruang dan Tata Ruang dalam ketiga undang-undang tersebut. Sekalipun definisi di 3 undang-undang itu tidak jauh berlainan, ada sedikit perbedaan yang bisa diamati.

1) UU Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang [PDF] -Pengertian Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya. -Pengertian Tata Ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak. -Pengertian Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

2) UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang [PDF] -Pengertian Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. - Pengertian Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. -Pengertian Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

3) UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja [PDF] -Pengertian Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

Pengertian Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.Pengertian Penataan Ruang adalah suatu sistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

(5)

Selain itu demi mencapai catur tertib pertanahan yang terdiri dari : a. Tertib pertanahan

b. Tertib administrasi pertanahan c. Tertib penggunaan tanah d. Tertib pemeliharaan tanah

Maka sangat penting adanya dan hubungannya antara tata ruang dan pemanfaatan sumber daya alam merupakan bagian dari hukum agrarian. Sehingga dapat tercipta penggunaan tanah yang optimal dan menunjang upaya kelestarian alam.

2. Sebelum tahun 1960, di Indonesia berlaku dualisme hukum pertanahan. Disatu sisi berlaku hukum-hukum tanah hak kolonial belanda, tanah yang tunduk dan diatur Hukum Perdata Barat yang sering disebut Tanah Barat atau Tanah Eropa misalnya tanah hak eigendom, hak opstall, hak erfpacht dan lain-lainnya.

Pertanyaan :

A. Silakan Saudara analisis akibat hukum apabila masyarakat yang memiliki tanah tetapi tidak dapat membuktikan adanya sertipikat kepemilikan tanah sebelum berlakunya UUPA!

Jawab

Menurut analisis saya hak-hak tanah kolonial belanda seperti Hak Eigendom verponding dan lain-lainnya merupakan contoh dari hak atas tanah yang merupakan warisan Hukum agrarian belanda di Indonesia, dalam perjalanannya pada tahun 1960 saat masa transisi hukum agraria,pemerintah memberikan kesempatan pada pemegang hak tersebut untuk selambat-lambanya segera mengkonversi haknya tersebut ke Hak yang sesuai dengan UUPA selambat-lambatnya sampai September 1980, namun dikarenakan berbagai macam alas an masih cukup banyak masyarakat/pemegang haknya yang belum mengkonversinya.

UUPA yaitu Ketentuan sebagai negara hukum (rechstaat) mempunyai alasan yang kuat dan jelas untuk kepentingan warga negara itu sendiri.Menurut Gustav Radbruch, seorang filsuf hukum Jerman mengajarkan konsep tiga ide unsur dasar hukum yang oleh sebagian pakar diidentikkan sebagai tiga tujuan hukum yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.

Sebagai negara hukum, pengakuan hak atas kepemilikan telah diatur dalam berbagai peraturan perundangan-undangan, aturan tersebut mengikat setiap warga negara bahkan pemerintah sendiri agar tercipta jaminan kepastian hukum mengenai hak seseorang, hal ini sejalan dengan teori hukum yang dikembangkan oleh Roscou Pound yaitu hukum adalah alat rekayasa sosial (Law as a tool of social engineering).

Kewajiban negara dalam mengatur lintas hubungan hukum antara individu dengan individu lainnya atau dengan badan hukum dengan badan hukum lainnya sehingga adanya kepastian hukum bagi masing-masing pihak dengan tidak ada yang merugikan pihak lain karena ada aturan hukum didepan mereka.

Pengaturan hak atas tanah merupakan salah satu kewajiban negara untuk mengaturnya demi terwujudnya kepastian hukum serta terjaganya hak-hak masing-masing pihak. Selain kepastian hukum, aturan hukum yang ada dalam negara ini juga memberikan perlindungan hukum bagi pengakuan hak-hak warga negaranya.

Pendaftaran tanah merupakan amanat dari Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, secara jelas disebutkan dalam Pasal 19 ayat (1) UUPA bahwa untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Meski verponding masih bisa tetap digunakan sebagai bukti kepemilikan tanah, status verponding sangat rentan untuk disengketakan, hal ini berbeda dengan hukum tanah yang sudah berstatus Sertifikat yang sesuai dengan UUPA, pada UUPA mengamanatkan keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum terhadap subjek dan objeknya dan hal ini sesuai dengan Pendaftaran tanah pada Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, secara jelas disebutkan dalam Pasal 19 ayat (1) UUPA bahwa

(6)

untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Selanjutnya, dengan adanya amanat undang-undang ini maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1960 tentang Pendaftaran Tanah yang mana kemudian direvisi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.

Pengertian Pendaftaran tanah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.

Secara jelas dalam Pasal 9 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah ini menyebutkan yaitu

 Ayat (1) bahwa obyek pendaftaran tanah meliputi: a. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai, b. Tanah hak pengelolaan, c. Tanah wakaf, d.

Hak milik atas satuan rumah susun, e. Hak tanggungan, f. Tanah negara.

 Ayat (2) bahwa dalam tanah negara sebagai obyek pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, pendaftarannya dilakukan dengan cara membukukan bidang tanah yang merupakan tanah negara dalam daftar tanah.

Tujuan utama dari pendaftaran tanah adalah adanya jaminan kepastian hukum bagi hak atas tanah tersebut.

Dan ayat ini ditujukan kepada pemerintah selaku penanggungjawab dalam hal pengaturan pendaftaran tanah.

Sedangkan Pasal 23, Pasal 32 dan Pasal 38 UUPA ditujukan kepada pemegang hak, sehingga ada hak dan kewajiban antara pemerintah dengan pemegang hak atas tanah.

Pasal 23 ayat (1) UUPA menyatakan bahwa hak milik, demikian pula setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 19. Sedangkan ayat (2) menyatakan bahwa pendaftaran termasuk dalam ayat 2 merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai hapusnya hak milik serta sahnya peralihan dan pembebanan hak tersebut. Pasal 32 ayat (1) UUPA menyatakan bahwa hak guna usaha, termasuk syarat-syarat pemberiannya, demikian juga setiap peralihan dan penghapusan hak tersebut, harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 19. Ayat (2) menyatakan bahwa pendaftaran termasuk dalam ayat 1 merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai peralihan serta hapusnya hak guna usaha, kecuali dalam hak-hak itu hapus karena jangka waktunya berakhir.

Pasal 38 ayat (1) UUPA menyatakan bahwa hak guna bangunan, termasuk syarat-syarat pemberiannya, demikian juga setiap peralihan dan penghapusan hak tersebut, harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 19. Ayat (2) menyatakan bahwa pendaftaran termasuk dalam ayat 1 merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai peralihan serta hapusnya hak guna usaha, kecuali dalam hak-hak itu hapus karena jangka waktunya berakhir.

B. Silahkan Saudara analisis, bagaimanakah klasifikasi hak atas tanah bekas hak barat setelah dilakukan konversi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria!

Jawab

Menurut analisis saya klasifikasi hak atas tanah bekas hak barat setelah dilakukan konversi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar PokokPokok Agraria yaitu konversi adalah pengaturan dari hak-hak tanah yang ada sebelum berlakunya UUPA untuk masuk sistem dalam dari UUPA, hal ini karena terdapat konversi hak atas tanah yang lama (hak barat maupun hak adat) menjadi hak yang baru seperti :

i. Hak erfacht untuk perusahaan perkebunan yang dikonversi menjadi Hak Guna Usaha, ii. Hak eigendom yang dimiliki oleh warga negara Indonesia dokonversi menjadi Hak Milik,

(7)

iii. Hak eigendom kepunyaan pemerintah negara asing yang digunakan untuk rumah kediaman kepala perwakilan dan Gedung kedutaan dikonversi menjadi Hak Pakai,

iv. Hak eigendom kepunyaan orang asing, seorang warga negara disamping kewarganegaraan indonesianya memiliki kewarganegaraan asing dan badan hukum dikonversi menjadi Hak Guna Bangunan,

v. Hak Opstal dikonversi menjadi Hak Guna bangunan.

Konversi adalah pengaturan dari hak-hak tanah yang ada sebelum berlakunya UUPA untuk masuk sistem dalam dari UUPA (A.P. Parlindungan, 1990:1).

Ketentuan konversi mengenai hak-hak tanah telah diatur dalam pada Ketentuan-Ketentuan Konversi UUPA Pasal II ayat 1 yaitu: hak-hak atas tanah yang memberi wewenang sebagaimana atau mirip dengan hak yang dimaksud dalam Pasal 20 ayat 1, seperti yang disebut dengan nama sebagai dibawah, yang ada pada mulai berlakunya undang-undang ini, yaitu hak agrarisch eigendom, milik, yayasan, andarbeni hak atas druwe, hak atas druwe desa, pesini, grant sultan, landirijenbezitrecht, altijddurende erfpacht, hak usaha atas bekas tanah partikilir dan hak-hak lain dengan nama apapun, juga yang akan ditegaskan lebih lanjut oleh Menteri Agraria, sejak mulai berlakunya undang-undang ini menjadi hak milik tersebut dalam pasal 20 ayat (1), kecuali jika yang mempunyainya tidak memenuhi syarat sebagai yang tersebut dalam Pasal 21. Kemudian dilanjutkan pada ayat 2 yang berbunyi yaitu hak-hak tersebut dalam ayat 1 kepunyaan orang asing warga negara yang disamping kewarganegaraan Indonesianya mempunyai kewarganegaraan asing dan badan hukum yang tidak ditunjuk oleh pemerintah sebagai yang dalam Pasal 21 ayat (2) menjadi hak guna usaha atau hak guna bangunan sesuai dengan peruntukan tanahnya, sebagai yang akan ditegaskan lebih lanjut oleh Menteri Agraria.

Kemudian dalam Pasal VI mengenai Ketentuan Konversi di UUPA menyatakan bahwa Hak-hak atas tanah yang memberi wewenang sebagaimana atau mirip dengan hak yang dimaksud dalam pasal 41 ayat (1) seperti yang disebut dengan nama sebagai di bawah, yang ada pada mulai berlakunya Undang-undang ini, yaitu : hak vruchtgebruik, gebruik, grant controleur, bruikleen, ganggam bauntuik, anggaduh, bengkok, lungguh, pituwas, dan hak-hak lain dengan nama apapun juga, yang akan ditegaskan lebih lanjut oleh Menteri Agraria, sejak mulai berlakunya Undang-undang ini menjadi hak pakai tersebut dalam pasal 41 ayat (1) yang memberi wewenang dan kewajiban sebagaimana yang dipunyai oleh pemegang haknya pada mulai berlakunya Undang-undang ini, sepanjang tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini.

Pada Pasal VII ayat (1) menerangkan secara rinci bahwa hak gogolan, pukulen, atau sanggan yang bersifat tetap yang ada pada mulai berlakunya Undang-Undang ini menjadi hak milik tersebut pada Pasal 20 ayat (1).

Ayat (2) menyatakan hak gogolan, pekulen atau sanggan yang tidak bersifat tetap menjadi hak pakai tersebut pada Pasal 41 ayat (1), yang memberi wewenang dan kewajiban sebagai yang dipunyai oleh pemegang haknya pada mulai berlakunya udang-undang ini. Ayat (3) menyatakan bahwa jika ada keragu-raguan apakah sesuatu hak gogolan, pekulen atau sanggan bersifat tetap atau tidak tetap, maka menteri agrarialah yang memutuskan.

Mengenai hak gogolan, pekulen atau sanggan diatur dalam Pasal 20 Peraturan Menteri Agraria Nomor 2 Tahun 1960 yang berbunyi: 1. Konversi hak-hak gogolan, pekulen atau sanggan yang bersifat tetap menjadi hak milik sebagai yang dimaksud dalam Pasal VII ayat (1) Ketentuan-ketentuan Konversi Undang-Undang Pokok Agraria dilaksanakan dengan surat keputusan penegasan Kepala Inspeksi Agraria yang bersangkutan. 2. Hak gogolan, sanggan atau pekulen bersifat tetap kalau para gogol terus menerus mempunyai tanah gogolan yang sama dan jika meninggal dunia gogolnya itu jatuh pada warisnya tertentu. 3. Kepala Infeksi Agraria menetapkan surat keputusan tersebut pada ayat (1) pasal ini dengan memperhatikan pertimbangan sifat tetap atau tidak tetap dari hak gogolan itu menurut kenyataannya. 4. Jika ada perbedaan pendapat antara Kepala Inspeksi Agraria dan Bupati/Kepala Daerah tentang soal apakah sesuatu hak gogolan bersifat tetap atau tidak tetap, demikian juga jika desa yang bersangkutan berlainan pendapat dengan kedua pejabat tersebut, maka soalnya dikemukakan lebih dahulu kepada Menteri Agraria untuk mendapat keputusan.

Pasal 3 Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria Nomor 2 Tahun 1962 tentang Penegasan Konversi dan Pendaftaran Bekas Hak-Hak Indonesia Atas Tanah menyatakan bahwa pasal ini mengatur tentang hak-hak yang tidak diuraikan dalam sesuatu surat hak tanah, maka oleh yang bersangkutan diajukan:

1. Tanda bukti haknya, yaitu bukti surat pajak hasil bumi/verponding Indonesia atau bukti surat

(8)

pemberian hak oleh instansi yang berwenang (kalau ada disertakan pula surat ukurnya).

2. Surat keterangan Kepala Desa yang dikuatkan oleh asisten Wedana (camat) yang:

1) Membenarkan surat atau surat bukti hak itu.

2) Menerangkan apakah tanahnya tanah perumahan atau tanah pertanian.

3) Menerangkan siapa yang mempunyai hak itu, kalau ada disertai turunan surat-surat jual beli tanahnya.

3. Tanda bukti kewarganegaraan yang sah dari yang mempunyai hak.

Dari ketentuan Pasal 3 ini, maka khusus untuk tanah-tanah yang tunduk kepada Hukum Adat tetapi tidak terdaftar dalam ketentuan konversi sebagai tanah yang dapat dikonversikan kepada sesuatu hak atas tanah menurut ketentuan UUPA, tetapi diakui tanah tersebut sebagai hak adat, maka ditempuhlah dengan upaya “Penegasan Hak” yang diajukan kepada Kepala Kantor Pendaftaran Tanah setempat diikuti dengan bukti pendahuluan seperti bukti pajak, surat jual-beli yang dilakukan sebelum berlakunya UUPA dan surat membenarkan tentang hak seseorang dan menerangkan juga tanah itu untuk perumahan atau untuk pertanian dan keterangan kewarganegaraan orang yang bersangkutan.

Pasal 7 ayat (1) Peraturan Menteri ini menjelaskan bahwa Mengenai hak-hak yang tidak ada atau tidak ada lagi tanda buktinya, sebagai yang dimaksudkan dalam Pasal 2 dan 3, maka atas permohonan yang berkepentingan diberikan pengakuan hak, atas dasar hasil pemeriksanaan Panitia Pemeriksaan Tanah A tersebut dalam Keputusan Menteri Negara Agraria No. Sk.113/Ka/1961 (TLN Nomor 2334). Pengakuan hak tersebut diberikan sesudah hasil pemeriksaan Panitia itu diumumkan selama 2 bulan berturut-turut di Kantor Kepala Desa, Asisten Wedana dan Kepala Agraria daerah yang bersangkutan dan tidak ada yang menyatakan keberatan, baik mengenai haknya, siapa yang empunya maupun letak, luas dan batas-batas tanahnya. Ayat (2) menyatakan bahwa Pengakuan hak yang dimaksudkan di dalam ayat (1) Pasal ini diberikan oleh Kepala Inspeksi Agraria yang bersangkutan. Jika menurut Keputusan Menteri Negara Agraria No. Sk.112/Ka/1961 jo SK 4/Ka/62 (TLN Nomor 2333 dan 2433) yang berwenang memberikan hak yang diakui itu instansi yang lebih rendah, maka instansi itulah memberikan pengakuan tersebut. Ayat (3) berbunyi bahwa Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam Pasal 6, maka di dalam surat keputusan pengakuan hak tersebut ditegaskan konversi haknya menjadi hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha atau hak pakai, yang atas permohonan yang berkepentingan, akan didaftar oleh Kepala Kantor Pendaftaran Tanah yang bersangkutan. Di daerah mana Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 sudah mulai diselenggarakan, maka pengakuan hak itu baru mulai berlaku, jika haknya telah didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Tanah. Atas permintaan yang berhak diberikan kepadanya sertifikat atau sertifikat sementara, dengan dipungut biaya menurut ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961.

Selanjutnya secara jelas dalam Pasal 24 ayat (1) PP Nomor 24 Tahun 1997 berbunyi Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-hak lama dibuktikan dengan alat-alat bukti mengenai adanya hak tersebut berupa bukti-bukti tertulis, keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan yang kadar kebenarannya oleh Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik atau oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah secara sporadik, dianggap cukup untuk mendaftar hak, pemegang hak dan hak-hak pihak lain yang membebaninya. Ayat (2) Dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat pembuktian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pembukuan hak dapat dilakukan berdasarkan kenyataan penguasaan fisik bidang tanah yang bersangkutan selama 20 (dua puluh) tahun atau lebih secara berturut-turut oleh pemohon pendaftaran dan pendahulu pendahulunya, dengan syarat:

a) Penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah, serta diperkuat oleh kesaksian orang yang dapat dipercaya.

b) Penguasaan tersebut baik sebelum maupun selama pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 tidak dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat atau desa/kelurahan yang bersangkutan ataupun pihak lainnya.

Sehingga ketentuan ini telah sesuai dengan Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 menerangkan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Konsekuensi sebagai negara hukum adalah setiap warga negara terikat dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(9)

3. Salah satu tujuan UUPA adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi seluruh rakyat mengenai hak-hak atas tanahnya. Berkaitan dengan arti penting kepastian hukum penguasaan tanah terutama dalam kehidupan bernegara, maka perundang-undangan agraria di Indonesia mengatur tentang pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah.

Pertanyaan:

A. Silakan saudara analisis apakah tanah yang sudah didaftarkan dan bersertipikat dapat dibatalkan kepemilikannya!

Jawab

Menurut analisis saya tanah yang sudah didaftarkan dan bersertipikat dapat dibatalkan kepemilikannya, hal ini dapat terjadi karena pada sistem pendaftaran tanah di Indonesia menggunakan sistem publikasi negative bertendensi positif, dimana dalam sistim ini apa yang tercantum didalam sertipikat tanah dianggap benar sampai dapat dibuktikan suatu keadaan yang sebaliknya ( hal yang tercantum dalam sertipikat tidak benar) di muka hakim persidangan dan dengan sistim ini akan dapat melindungi pemegang ha katas tanah yang sebenarnya sesuai asas memo plus yuris.

Pembatalan Sertifikat Hak atas Tanah berdasarkan Pasal 1 angka 14 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan (“Permen Agraria/BPN 9/1999”) mendefinisikan pembatalan hak atas tanah sebagai pembatalan keputusan pemberian suatu hak atas tanah atau sertifikat hak atas tanah karena keputusan tersebut mengandung cacat hukum administratif dalam penerbitannya atau untuk melaksanakan putusan pengadilan yang telah inkracht.

Selain karena alasan administratif, pembatalan sertifikat hak atas tanah juga dapat terjadi dalam hal ada pihak lain yang dapat membuktikan bahwa suatu bidang tanah yang sudah diterbitkan sertifikat itu adalah secara sah dan nyata miliknya dan hal tersebut didukung dengan adanya putusan pengadilan yang telah inkracht.

Tidak ada perbedaan antara pembatalan sertifikat hak atas tanah dengan pembatalan hak atas tanah, karena akibat dari pembatalan sertifikat hak atas tanah, maka batal pula hak atas tanah tersebut.

Permohonan Pembatalan Sertifikat Hak atas Tanah.Pembatalan sertifikat dapat dilakukan di luar mekanisme peradilan, yaitu dengan cara mengajukan permohonan yang diajukan secara tertulis kepada Menteri atau Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional melalui Kepala Kantor Pertanahan yang daerah kerjanya meliputi letak tanah yang bersangkutan.

Mekanisme tersebut diatur pada Pasal 110 jo. Pasal 108 ayat (1) Permen Agraria/BPN 9/1999.Permohonan dapat dilakukan jika diduga terdapat cacat hukum administratif dalam penerbitan sertifikat itu sebagaimana diatur pada Pasal 106 ayat (1) jo. Pasal 107 Permen Agraria/BPN 9/1999 sebagai berikut:

Pasal 106 ayat (1) Permen Agraria/BPN 9/1999 yaitu:

Keputusan pembatalan hak atas tanah karena cacad hukum administratif dalam penerbitannya, dapat dilakukan karena permohonan yang berkepentingan atau oleh Pejabat yang berwenang tanpa permohonan.

Pasal 107 Permen Agraria/BPN 9/1999 yaitu :

Cacat hukum administratif sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 (1) adalah:

a. Kesalahan prosedur;

b. Kesalahan penerapan peraturan perundang-undangan;

c. Kesalahan subjek hak;

d. Kesalahan objek hak;

e. Kesalahan jenis hak;

f. Kesalahan perhitungan luas;

g. Terdapat tumpang tindih hak atas tanah;

(10)

h. Data yuridis atau data data fisik tidak benar; atau i. Kesalahan lainnya yang bersifat administrative Pembatalan Berdasarkan Putusan Pengadilan

Pembatalan hak atas tanah juga dapat terjadi karena melaksanakan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

Surat keputusan pembatalan hak atas tanah menurut Pasal 104 ayat (2) Permen Agraria/BPN 9/1999, diterbitkan apabila terdapat:

1. Cacat hukum administratif; dan/atau

2. Melaksanakan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.

Berdasarkan ketentuan Pasal 104 ayat (1) Permen Agraria/BPN 9/1999, yang menjadi objek pembatalan hak atas tanah meliputi:

1. Surat keputusan pemberian hak atas tanah.

2. Sertifikat hak atas tanah.

3. Surat keputusan pemberian hak atas tanah dalam rangka pengaturan penguasaan tanah.

Dari rumusan di atas, Hasan Basri Nata Menggala & Sarjita dalam buku Pembatalan dan Kebatalan Hak atas Tanah menyimpulkan bahwa (hal. 27):

1. Pembatalan hak atas tanah merupakan suatu perbuatan hukum yang bermaksud untuk memutuskan, menghentikan atau menghapus suatu hubungan hukum antara subjek hak atas tanah dengan objek hak atas tanah;

2. Jenis/macam kegiatannya, meliputi pembatalan surat keputusan pemberian hak atas tanah dan/atau sertifikat hak atas tanah;

3. Penyebab pembatalan adalah karena cacat hukum administratif dan/atau untuk melaksanakan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, karena pemegang hak tidak memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam surat keputusan pemberian hak atas tanah serta karena adanya kekeliruan dalam surat keputusan pemberian hak bersangkutan.

Berdasarkan uraian di atas, ada 3 cara untuk melakukan pembatalan sertifikat hak atas tanah:

1. Meminta Pembatalan Kepada Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional melalui Kantor Pertanahan.

Alasan pembatalan sertifikat hak atas tanah adalah karena adanya cacat hukum administratif, seperti kesalahan perhitungan dan luas tanah, sehingga menyerobot tanah lainnya, tumpang tindih hak atas tanah, kesalahan prosedural, atau perbuatan lain, seperti pemalsuan surat.

Hal ini dimohonkan secara tertulis kepada Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional melalui Kantor Pertanahan yang daerah kerjanya meliputi letak tanah yang bersangkutan.

Lampirkan pula berkas-berkas, berupa:[1]

1) Fotokopi surat bukti identitas dan surat bukti kewarganegaraan (bagi perorangan) atau fotokopi akta pendirian (bagi badan hukum);

2) Fotokopi surat keputusan dan/atau sertifikat;

3) Berkas-berkas lain yang berkaitan dengan permohonan pembatalan tersebut.

2. Gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)

Menurut Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (“UU 30/2014”) Keputusan Tata Usaha Negara (“KTUN”) adalah ketetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan dan/atau pejabat pemerintahan dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Menurut hemat kami, sertifikat hak atas tanah merupakan salah satu bentuk KTUN. Yang juga perlu diperhatikan adalah batas waktu untuk menggugat ke PTUN, yaitu 90 hari sejak diterimanya atau diumumkannya keputusan badan atau pejabat tata usaha negara sebagaimana diatur Pasal 55

(11)

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

3. Gugatan Ke Pengadilan Negeri

Setiap orang yang ingin mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum yang diatur Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dengan dasar dan dalil-dalil yang penggugat pikirkan dan penggugat nilai merugikan, seperti contohnya, Anda menjual sebidang tanah kepada pembeli dan pembeli tersebut belum membayarkan sepenuhnya kepada Anda, namun sudah mengajukan proses balik nama sertifikat tanah.

Namun perlu Anda ingat bahwa ada masa daluwarsanya, karena permohonan pembatalan atau gugatan ke pengadilan hanya dapat diajukan maksimal 5 tahun sejak terbitnya sertifikat, sebagaimana diatur Pasal 32 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang berbunyi:

Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertifikat secara sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertifikat itu tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertifikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertifikat tersebut. Namun daluwarsa tidak mutlak selama bisa dibuktikan bahwa perolehan tanah tersebut dilakukan tidak dengan iktikad baik

B. Menurut analisis saudara, apakah tanah yang sudah memiliki sertipikat merupakan akta otentik yang tidak dapat dicabut kepemilikannya!

Jawab

Menurut analisa saya tanah yang telah bersertipikat haknya masih dapat dicabut mengacu pada Undang- Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 1961 dimana menurut pasal 18 Undang-undang Pokok Agraria maka untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan Negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak- hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan Undang-undang.Selain itu pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 yang menjelaskan cara hilangnya Hak milik menyatakan pada Pasal 27 Hak milik hapus bila:

A. Tanahnya jatuh kepada negara,

1. karena pencabutan hak berdasarkan Pasal 18;

2. karena penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya;

3. karena diterlantarkan;

4. karena ketentuan Pasal 21 ayat (3) dan 26 ayat (2).

B. Tanahnya musnah.

Selain itu sertipikat hak atas tanah merupakan surat tanda bukti hak yang kuat tetapi tidak mutlak, artinya sertipikat hak atas tanah menjamin kepastian hukum bagi pemiliknya sepanjang sertipikat tersebut:

a) diterbitkan atas nama yang berhak,

b) hak atas tanahnya diperoleh dengan itikat baik, c)dikuasai secara fisik, dan

d) tidak ada pihak lain dapat yang membuktikan sebaliknya.

Bukti kepemilikan hak atas tanah adalah sertifikat tanah sebagaimana diatur dalam Pasal 32 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (“PP 24/1997”):

Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.

Sertifikat hanya boleh diserahkan kepada pihak yang namanya tercantum dalam buku tanah yang

(12)

bersangkutan sebagai pemegang hak atau kepada pihak lain yang dikuasakan olehnya.

Hak Pengelolaan Tanah Negara

Kemudian kami perlu menjelaskan mengenai status tanah negara, ialah tanah yang dikuasai penuh oleh negara. Lebih lanjut, Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah (“PP 18/2021”) menyebutkan:

Tanah Negara atau Tanah yang Dikuasai Langsung oleh Negara adalah Tanah yang tidak dilekati dengan sesuatu hak atas tanah, bukan Tanah wakaf, bukan Tanah Ulayat dan/atau bukan merupakan aset baring milik negara/ barang milik daerah.

Dalam hal ini, hak pengelolaan yang berasal dari tanah negara diberikan kepada:

a. instansi pemerintah pusat;

b. pemerintah daerah;

c. badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah;

d. badan hukum milik negara/badan hukum milik daerah;

e. badan bank tanah; atau

f. badan hukum yang ditunjuk oleh pemerintah pusat.

Oleh karena itu, perlu dibuktikan pula apakah tanah tersebut merupakan tanah negara yang statusnya hak pengelolaan diberikan kepada pemerintah daerah. Perlu diketahui, hak pengelolaan yang berasal dari tanah negara ditetapkan dengan Keputusan Menteri. Kemudian, pemegang hak pengelolaan diberikan sertipikat sebagai tanda bukti kepemilikan hak pengeloaan yang dimaksud.

Hak pengelolaan hapus karena:

a. dibatalkan haknya oleh menteri karena:

1) Cacat administrasi; atau

2) Putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;

b. dilepaskan secara sukarela oleh pemegang haknya;

c. dilepaskan untuk kepentingan umum;

d. dicabut berdasarkan undang-undang;

e. diberikan hak milik;

f. ditetapkan sebagai tanah telantar; atau g. ditetapkan sebagai tanah musnah.

4. Pembangunan merupakan upaya manusia dalam mengolah dan memanfaatkan sumber daya yang dipergunakan bagi pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kesejahteraan hidup yang dimanisfestasikan melalui seperangkat kebijakan publik. Setiap negara akan memilih dan menerapkan strategi pembangunan tertentu yang dianggap tepat untuk dapat mewujudkan hal tersebut yang dimana dalam hal ini termasuk dalam kegiatan pembangunan adalah pembangunan untuk kepentingan umum yang harus terus diupayakan pelaksanaannya seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk yang disertai dengan semakin meningkatnya kemakmurannya.

Pertanyaan:

A. Silakan Saudara analisis apakah tanah waqaf dapat diubah statusnya demi pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

Jawab

Menurut Analisa saya tanah wakaf adalah perbuatan hukum oleh wakaf untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya dalam hal ini berupa tanah untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.

(13)

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

 Pasal 18 Pihak yang Berhak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

a. pemegang Hak Atas Tanah;

b. pemegang Hak Pengelolaan;

c. nazhir untuk tanah wakaf;

d. pemegang alat bukti tertulis hak lama;

e. masyarakat hukum adat;

f. pihak yang menguasai Tanah Negara dengan itikad baik;

g. pemegang dasar penguasaan atas tanah; dan/atau

h. pemilik bangunan, tanaman, atau benda lain yang berkaitan dengan tanah.

 Pasal 21 dimana Nazhir untuk tanah wakaf sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf c merupakan pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.

 Pasal 25 dimana dasar penguasaan atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan alat bukti penguasaan, berupa:

a. akta jual beli atas hak tanah yang sudah bersertipikat yang belum dibalik nama;

b. akta jual beli atas hak milik adat yang belum diterbitkan sertipikatnya;

c. surat izin menghuni;

d. risalah lelang;

e. akta ikrar wakaf, akta pengganti akta ikrar wakaf, atau surat ikrar wakaf; atau f. bukti penguasaan lainnya.

 Pasal 41dalam hal terdapat Objek Pengadaan Tanah yang berstatus tanah wakaf, nazhir mengajukan izin tertulis kepada Kementerian Agama Kantor Wilayah Kementerian Agama atas persetujuan Badan Wakaf Indonesia yaitu Badan Wakaf Indonesia provinsi untuk mendapat izin pelepasan atas tanah wakaf.

 Pasal 43 Proses penyelesaian perubahan status atas Objek Pengadaan Tanah yang berstatus kawasan hutan atau izin alih status penggunaan/pelepasan aset atas tanah kas desa, tanah wakaf, tanah ulayat, dan/atau tanah aset Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan usaha milik desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, Pasal 41 dan Pasal 42 harus dilakukan sampai dengan Penetapan Lokasi.

 Pasal 84 ayat (6) dimana nilai ganti kerugian atas Objek Pengadaan Tanah berupa harta benda wakaf ditentukan sama dengan nilai hasil penilaian Penilai atas harta benda wakaf yang diganti.

Meskipun pada kenyataannya ditemukan kendala yang dihadapi seperti kesulitan mencari lokasi tanah pengganti,lokasi tanah pengganti tidak disetujui Nazhir/BWI,tanah Wakaf yang terkena PSN hanya sebagian kecil,adanya tuntutan dari ahli waris Wakif (belum memiliki sertipikat tanah wakaf),Nazhir sudah berusia lanjut bahkan sebagian/seluruh nazhir sudah meninggal dunia, serta ijin pelepasan dari Menteri/Kanwil Kemenag membutuhkan waktu yang cukup lama (melebihi durasi waktu yang diatur dalam PP 25 Tahun 2018 yaitu 34 hari kerja untuk ijin Menteri & 29 hari kerja untuk ijin Kanwil).

Selain itu,dalam kegiatannya di masyarakat sebidang tanah yang telah diwakafkan akan mempunyai kedudukan khusus, yakni terisolisasinya tanah wakaf tersebut dari kegiatan transaksi (jual beli, sewa beli, hibah, waris, penjaminan dan bentuk pengalihan lainnnya atas tanah atau tanah wakaf idak dapat di alihkan untuk kegiatan komersil. Hal tersebut ditegaskan dalam UU No. 41 Tahun 2004, Pasal 40, yang menyatakan bahwa harta benda wakaf yang sudah diwakafkan dilarang:

a. dijadikan jaminan;

b. disita;

c. dihibahkan;

d. dijual;

e. diwariskan;

(14)

f. ditukar; atau

g. dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya.

Namun walaupun tanah wakaf memiliki pengecualian/larangan dalam kegiatan seperti di atas, larangan tersebut memiliki pengecualian dalam hal harta benda wakaf digunakan untuk kepentingan umum, dapat diubah statusnya dengan penukaran sebagaimana ditentukan dalam Pasal 41 UU No. 41 Tahun 2004:

1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf f dikecualikan apabila harta benda wakaf yang telah diwakafkan digunakan untuk kepentingan umum sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR) berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan syariah.

2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin tertulis dari Menteri atas persetujuan Badan Wakaf Indonesia.

3) Harta benda wakaf yang sudah diubah statusnya karena ketentuan pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib ditukar dengan harta benda yang manfaat dan nilai tukar sekurangkurangnya sama engan harta benda wakaf semula.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU tentang tanah wakaf dimana tanah wakaf dilarang diubah statusnya dan dialihkan dalam bentuk apapun kecuali guna kegiatan pengadaan tanah dalam guna kepentingan umum sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dimana untuk ganti ruginya wajib ditukar dengan harta benda yang manfaat dan nilai tukar sekurang-kurangnya sama dengan harta benda wakaf semula yang diberikan kepada nadzir dengan kata lain dimana tanah wakaf dapat diubah statusnya demi pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

B. Silakan Saudara analisis apakah pembangunan tempat ibadah bagian dari kepentingan umum yang diatur dalam Undang-Undang tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

Jawab

Menurut Analisa saya berdasarkan ketentuan dalam Pasal 5 Perpres Nomor 36 Tahun 2005, yang dimaksud dengan pembangunan untuk kepenting umum yang dilaksanakan pemerintah atau pemerintah daerah dapat meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Jalanan umum, jalan tol, rel kereta api, saluran air minum air bersih, saluran pembuangan air,dan sanitasi;

2. Waduk, bendungan, irigasi, dan bangunan pengairan lainnya;

3. Rumah sakit umum dan pusat Kesehatan masyarakat;

4. Pelabuhan, bandar udara, stasiun kereta api, dan terminal;

5. Peribadatan;

6. Pendidikan sekolah;

7. Pasar umum;

8. Fasilitas pemakaman umum;

9. Keselamatan umum 10. Pos dan telekomunikasi;

Sehingga dapat diketahui bahwa sesuai pada point 5(lima) tempat peribadatan merupakan bagian dari pembangunan untuk kepetingan umum, dimana hal ini guna mendukung Pancasila sila ke 1, sehingga setiap warga negara dengan sesuai agama yang dipeluknya dapat melaksanakan kegiatan peribadatan dengan aman dan nyaman.

Selain itu Pasal 1 UU No 20 Tahun 1961, dapat dilihat dalam Instruksi Presiden No 9 Tahun 1973 yakni untuk :

- pertahanan - pekerjaan umum - perlengkapan umum

(15)

- jalan umum - keagamaan

- ilmu pengetahuan dan seni budaya - olah raga

- keselamatan umum terhadap benjana alam - kesejahteraan social

- makam / kuburan - pariwisata / rekreasi

- usaha-usaha yang bermanfaat bagi kesejahteraan umum - ditetapkan oleh presiden

Dalam UU No 20 Tahun 1961 perlu dicermati adalah apakah yang dimaksud kepentingan bangsa dan negara.

Di Indonesia, negara hanya menguasai tanah, tidak memiliki. Sebagaimana dalam Pasal 2 UUPA, negara hanya diberi wewenang untuk mengatur penggunaan, pemanfaatan tanah guna kemakmuran bangsa Indonesia. Dengan demikian mestinya kepentingan negara merupakan kepentingan umum.

Kepentingan umum sangat diperlukan, mengingat dalam praktek tidak dapat dihindarkan benturan antara kepentingan umum dan kepentingan invidu. Hal tersebut sangat penting guna mencegah agar supaya tidak ada pemaknaan kepentingan umum sesuai kebutuhan masing-masing. Jika hal demikian terjadi, maka kemungkinan pengadaan tanah yang hanya menyangkut sedikit kepentingan umum, dapat dimanipulasi dengan menggunakan konsep kepentingan umum untuk memenuhi kebutuhan akan tanah.Walaupun tidak diberikan definisi mengenai kepentingan umum,dengan adanya kriteria mengenai kepentingan umum dan jenis kegiatan yang termasuk dalam kepentingan umum sebagaimana tersebut dalam berbagai pertauran perundangan mengenai pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan, paling tidak kriteria tersebut dapat memayungi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang termasuk kepentingan umum.

Sumber :

• ADPU4335 ( Administrasi Pertanahan)

• https://spi.or.id/wp-content/uploads/2014/11/UNDANG-UNDANG-No-5-Tahun-1960-1.pdf

• https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/1961/20tahun~1961uu.htm#:~:text=Menurut%20pasal%2018%20U ndang%2Dundang,yang%20diatur%20dengan%20Undang%2Dundang.

• https://media.neliti.com/media/publications/289511-konversi-atas-tanah-hak-barat-suatu-tinj- 7817edaf.pdf

• https://regulasi.hukumproperti.com/peraturan-menteri-negara-agraria-kepala-badan-pertanahan- nasional-nomor-9-tahun-1999/

• https://jakarta.bpk.go.id/wp-content/uploads/2012/03/Kajian-Ganti-rugi-Wakaf.pdf

• https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/176370/PP_Nomor_19_Tahun_2021.pdf

• https://www.bwi.go.id/wp-content/uploads/2021/08/Sosialisasi-PP-19-Tahun-2021_BWI_16082021- 1.pdf

• https://bpjt.pu.go.id/uploads/files/15/e2ba3fc15a6ffe54b7c4d1100e609f93.pdf

(16)
(17)

Referensi

Dokumen terkait

JURUSAN/PROGRAM STUDI ……… ... Jumlah seluruh mahasiswa yang mengontrak mata kuliah adalah sebanyak ___orang. Yang mengikuti Ujian Tengah/Akhir* Semester adalah sebanyak ____ orang.

Makalah Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Terorismedi.. IndonesiaKajian Terorisme dalam

HARI/TGL JUR MATA UJIAN KLS DOSEN PEMBINA VOL VOL.. SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 JADWAL UJIAN AKHIR

DAFTAR PESERTA UJIAN AKHIR SEMESTER Mata Kuliah : B1C315 - Manajemen Mutu & Produktivitas. Dosen : BC059

DAFTAR NILAI UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) Matakuliah : Evaluasi Pembelajaran Semester & Kelas : Lima /B Dosen Pengampu : Siti Fatihaturrahmah..

JADWAL UJIAN AKHIR SEMESTER UAS GENAP 2011/2012 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA RUANG TERTULIS/LISAN/ TUGAS NAMA MATA KULIAH SKS SMT KLS DOSEN PENGAMPU PST

Dokumen ini berisi instruksi, contoh algoritma, dan soal ujian akhir semester untuk mata kuliah Algoritma dan Pemrograman

UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA FAKULTAS HUKUM UJIAN TENGAH SEMESTER UTS SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2021/2022 Mata Kuliah : Pengelolaan Kantor Hukum Dosen : Dr.. Rihantoro Bayuaji, S.H.,