KELUWESAN KURIKULUM
Wangsit Nugroho, S.Pd.
Guru PJOK
SD Negeri 28 Lahat
02 03 04
Kurikulum
DAFTA R ISI
Perwujudan Keluwesan Kurikulum Luwes?
Untuk memahami pentingnya
keluwesan dalam kurikulum, mari kita kembali sejenak pada asal-usulnya.
Kata "kurikulum" berasal dari bahasa Latin, "currere," yang berarti berlari.
Pada awalnya, konsep ini lebih mirip dengan lintasan lari, mencerminkan perjalanan pembelajaran yang
melibatkan berbagai tahapan. Seiring waktu, makna kata ini berkembang, dan pada abad ke-19, konsep kurikulum mulai diadopsi dalam konteks pendidikan formal.
Kurikulum tidak lagi hanya mengacu pada daftar pelajaran, tetapi juga menjadi representasi dari visi suatu sistem pendidikan. Pemilihan materi ajar, metode pengajaran, dan penilaian untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum bukan hanya sekadar kumpulan aturan yang mengatur kelas, melainkan suatu panduan yang membentuk identitas dan kualitas suatu sistem pendidikan.
KURIKULUM
Namun, seiring dengan perkembangan pesat dalam berbagai aspek kehidupan, pertanyaan yang muncul adalah sejauh mana kurikulum mampu
menyesuaikan diri dan tetap relevan.
Penting bagi kita untuk mengevaluasi apakah kurikulum yang ada masih mampu memenuhi kebutuhan dan ekspektasi peserta didik sehingga dapat menjadi alat yang lebih adaptif dan responsif terhadap dinamika zaman.
02
Kata "luwes" memiliki akar kata dalam bahasa Jawa yang secara etimologi berarti dapat menyesuaikan diri dengan perubahan atau keadaan tanpa kehilangan kestabilan. Melihat sejarah perkembangan kurikulum, penting untuk menyadari bahwa keluwesan adalah kunci untuk menjawab tuntutan zaman yang terus berubah.
Untuk menjelaskan esensi keluwesan dalam kurikulum, mari kita merangkai pemahaman kita melalui sebuah cerita. Bayangkan sebuah lapangan olahraga yang menjadi saksi bisu perjalanan seorang pelari maraton berbakat, namanya Maya. Di setiap pagi, Maya memulai lariannya dengan semangat yang membara. Namun, suatu hari, Maya mendapati lintasan biasa yang ia tempuh telah berubah. Pekerjaan konstruksi mendadak mengubah sebagian rute lari yang biasa ia lewati.
Maya tidak menyerah, bahkan ia melihat perubahan tersebut sebagai tantangan baru. Dia menyesuaikan langkahnya, menemukan jalur terbaik melalui rintangan yang tidak terduga. Seiring berjalannya waktu, Maya tidak hanya menjadi pelari tangguh di rute lama, tetapi juga mampu menghadapi perubahan dengan keluwesan yang mengagumkan.
LUWES?
03
Sebuah kurikulum harus dapat melatih siswa dengan keterampilan yang relevan untuk menghadapi dunia yang belum terbentuk sepenuhnya. Ini mencakup pengembangan keterampilan abad ke- 21 seperti pemecahan masalah,
kreativitas, kolaborasi, dan pemikiran kritis, yang sangat diperlukan dalam menghadapi tantangan kompleks di masa depan
Dengan demikian, sebuah kurikulum akan menjadi kendaraan pembelajaran yang mampu membimbing siswa melewati perubahan zaman dengan keberhasilan dan kesuksesan.
Sebagai seorang guru
olahraga, saya merenung pada kisah tersebut dan menyadari bahwa kurikulum pun harus seperti Maya—mampu berlari mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan siswa.
Sebagaimana lintasan lari yang terus berubah, dunia
pendidikan juga mengalami perubahan cepat.
04
LUWES?
Ketika memahami esensi "berlari" dan
“luwes” dalam kurikulum, kita dapat menciptakan suatu pendidikan yang tidak hanya relevan, tetapi juga mampu membimbing siswa melalui berbagai tantangan yang mereka hadapi di masa depan.
PERWUJUDAN KELUWESAN KURIKULUM
Guru
Guru tidak hanya menjadi
penyampai informasi, tetapi juga harus menjadi fasilitator
pembelajaran yang dapat mengakomodasi perbedaan individual siswa. Pelibatan guru dalam pengembangan kurikulum, pemilihan metode pengajaran yang inovatif, dan pemberian umpan balik yang konstruktif akan menjadi kunci untuk merancang pengalaman belajar yang menarik dan relevan.
Penerapan Teknologi Penerapan teknologi menjadi elemen penting dalam mewujudkan keluwesan kurikulum. Platform pembelajaran digital, sumber daya daring, dan alat bantu inovatif dapat membuka pintu untuk akses yang lebih luas terhadap informasi dan pengalaman belajar yang lebih interaktif. Pendekatan ini memberikan kesempatan pada siswa untuk berkembang sesuai potensinya, sambil tetap mempersiapkan mereka menghadapi tantangan yang belum terungkap di masa depan.
04