Barangsiapa tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang hak cipta melanggar hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 1 huruf c, huruf d, huruf f dan/atau h untuk Penggunaan Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau denda paling banyak Rp lima ratus juta rupiah). Barangsiapa tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang hak cipta melanggar hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 1 huruf a, huruf b, huruf e dan/atau g untuk Penggunaan Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp satu miliar rupiah).
Penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Gedongtengen Yogyakarta menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pola pemberian MP ASI dengan status gizi balita usia 6-24 bulan (Septiana dkk, 2010). Pengeluaran rumah tangga pada sektor makanan mempengaruhi asupan gizi anak kecil sehingga berdampak pada status gizi anak kecil.
Pentingnya Periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan
Berdasarkan penelitian terhadap 100.000 perawat di Amerika, ditemukan bahwa mereka yang memiliki berat badan lahir rendah memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung. Penelitian ini juga membenarkan anggapan bahwa semakin rendah berat badan lahir maka semakin tinggi pula risiko penyakit jantung (Achadi, 2014).
Peran Gizi dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan
- Status dan Indikator Gizi Anak
 - Indikator dan klasifikasi Gizi Anak
 - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gizi Anak
 - Dampak Asupan Gizi yang tidak Adekuat pada Anak
 
Gizi buruk dan gizi buruk merupakan status gizi berdasarkan indeks berat badan menurut umur (WW/U) yang setara dengan istilah underweight dan sangat underweight. Kurus dan sangat kurus merupakan status gizi berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/WW) atau berat badan.
Pengukuran Status Gizi Pra dan Selama Hamil
Dampak KEK pada Anak yang Dilahirkan
Berdasarkan survei yang dilakukan di Kabupaten Cilacap pada tahun 2016, 32% anak gizi buruk dilahirkan dari ibu yang mengalami KEK pada awal kehamilan (Septikasari, 2016). Penulis melakukan penelitian dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh LILA ibu pada awal kehamilan terhadap status gizi anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis regresi logistik yang menganalisis variabel LILA dan beberapa variabel lainnya secara simultan, diperoleh hasil bahwa terdapat lemahnya pengaruh LILA ibu pada awal kehamilan terhadap risiko gizi buruk pada anak usia. 6 hingga 12 bulan. .
Pada penelitian ini, pengaruh LILA ibu pada awal kehamilan terhadap kejadian gizi buruk pada anak usia 6 hingga 12 bulan tidak signifikan secara statistik. Namun pada penelitian lain yang menganalisis variabel LILA secara individual pengaruhnya terhadap status gizi bayi, ditemukan bahwa LILA mempunyai pengaruh sedang terhadap status gizi bayi di awal kehamilan.
Penatalaksanaan ibu dengan KEK
Ibu hamil yang terdiagnosis KEK dapat dianjurkan untuk meningkatkan porsi makannya sesering atau lebih sering dari biasanya sebelum hamil, memperbanyak istirahat, dan melakukan pemeriksaan antenatal secara teratur untuk memantau penambahan berat badan yang sesuai. Pemantauan terhadap ibu penderita KEK dapat dilakukan dengan memantau pertambahan berat badan dengan menimbang berat badan setiap bulannya. Pertambahan berat badan ideal saat hamil adalah 10-12 kg, dengan pembagian 1 kg pada trimester pertama, 3 kg pada trimester kedua, dan 6 kg pada trimester ketiga.Jika pertambahan berat badan dalam satu bulan mencapai 1 kg atau lebih, pemberian pakan tambahan dapat dilanjutkan hingga 90 hari.
Jika pertambahan berat badan dalam satu bulan kurang dari 1 kg, maka tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan meninjau kembali asupan makanannya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Waktu istirahat meningkat menjadi 2 jam di siang hari dan memastikan perkiraan penambahan berat badan di bulan berikutnya.
Klasifikasi Berat Badan Bayi Baru Lahir
Pengaruh keberhasilan pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian gizi buruk pada anak usia 6-12 bulan signifikan secara statistik (Septikasari, 2016). Pengaruh pemberian MP-ASI terhadap kejadian gizi buruk pada anak usia 6-12 bulan signifikan secara statistik (Septikasari et.al., 2016). Hasil penelitian menunjukkan terdapat lemahnya dampak distribusi pangan terhadap risiko gizi buruk pada anak usia 6-12 bulan.
Pengaruh alokasi makanan terhadap prevalensi gizi buruk pada anak usia 6-12 bulan tidak signifikan secara statistik (Septikasari et.al., 2016). MP-ASI yang tidak adekuat lebih meningkatkan risiko anak gizi buruk dibandingkan dengan pemberian MP-ASI yang cukup.
Pengaruh Berat Badan Bayi Baru Lahir Terhadap Status
Pemenuhan Nutrisi pada Bayi dengan BBLR
Komponen refleks menghisap mulai terlihat pada usia kehamilan 28 minggu, namun sinkronisasinya masih belum teratur dan bayi mudah lelah. Seiring berjalannya proses pematangan, mekanisme yang lebih teratur akan tercapai pada usia kehamilan 32-36 minggu. Bayi dengan usia kehamilan ibu lebih dari 34 minggu (berat badan lebih dari 1.800 gram) dapat langsung diberikan ASI kepada ibunya karena refleks menghisap dan menelan biasanya sudah cukup baik.
Bayi yang usia kehamilan ibunya 32 minggu sampai 34 minggu (berat badan dalam gram) seringkali mempunyai refleks menelan yang baik, namun refleks menghisapnya belum baik, sehingga ibu mungkin memerah ASI dan ASI dapat diberikan dengan menggunakan sendok, cangkir. atau pipet. Apabila bayi lahir dengan usia kehamilan ibu kurang dari 32 minggu (gram berat badan), bayi belum mempunyai refleks menghisap dan menelan yang baik, maka ASI perah diberikan melalui selang lambung/orogastrik (tube) .
- Pengertian ASI Esklusif
 - Peran ASI eksklusif terhadap Status Gizi Anak
 - Faktor-faktor yang Mempengaruhi ASI Eksklusif
 - Peran Bidan dalam Mendukung ASI Eksklusif
 
Penelitian lain yang dilakukan untuk menganalisis pengaruh pemberian ASI eksklusif terhadap status gizi anak menemukan bahwa terdapat pengaruh sedang antara variabel keberhasilan pemberian ASI eksklusif terhadap risiko gizi buruk pada anak usia 6 hingga 12 bulan. Anak yang tidak berhasil memberikan ASI eksklusif akan meningkatkan risiko gizi buruk sebesar 2,6 kali lebih besar dibandingkan anak yang berhasil memberikan ASI eksklusif. Dengan memberikan ASI eksklusif maka anak tidak mudah sakit sehingga meningkatkan status gizi anak dan bayi (Septikasari et.al., 2016).
Sesuai dengan hasil penelitian penulis, banyak penelitian lain yang juga membuktikan bahwa pemberian ASI eksklusif berhubungan dengan status gizi balita. Keberhasilan pemberian ASI eksklusif seringkali dipengaruhi oleh lingkungan dan keluarga yang kurang mendukung pemberian ASI eksklusif.
Pengaruh MP-ASI terhadap Gizi Anak
Hasil penelitian pengaruh asupan MP-ASI terhadap status gizi anak menunjukkan adanya pengaruh yang kuat asupan MP-ASI terhadap risiko gizi buruk pada anak usia 6-12 bulan. Pemberian MP-ASI yang terlalu dini dapat menyebabkan gangguan pencernaan pada bayi karena saluran pencernaan bayi secara fisiologis belum siap menerima makanan padat. Selain itu, pemberian MP-ASI yang terlalu dini juga meningkatkan risiko terjadinya obesitas, alergi, dan penurunan imunitas akibat berkurangnya konsumsi ASI.
Selain tidak memberikan MP-ASI terlalu dini, MP-ASI juga tidak diberikan terlambat. Selain itu, dengan membuat MP-ASI sendiri, bahan makanan yang digunakan lebih bervariasi sehingga merangsang berbagai enzim pencernaan pada anak.
Perinsip Pemberian MP-ASI yang Baik
Prioritaskan pemberian MP-ASI dari bahan makanan lokal yang ditanam sendiri karena memiliki tekstur dan rasa yang lebih beragam. Jika menggunakan MP-ASI buatan pabrik sebaiknya memperhatikan kemasan produk dalam keadaan baik, disertai petunjuk pengoperasian dan diperhatikan tanggal kadaluwarsanya (Septikasari, 2008). MP-ASI juga tidak boleh berupa makanan yang mengandung kadar gula dan garam tinggi, seperti makanan kaleng.
Bahan makanan MP-ASI sebaiknya meliputi makanan pokok (beras, jagung, singkong, ubi jalar, sagu, talas, kentang, dll), kacang-kacangan (kacang tanah, buncis, kedelai, kacang merah, dll), makanan hewani (daging sapi, ayam, ikan, telur, susu, keju, dll), sayuran berwarna (wortel, tomat, bayam, dll), buah-buahan (pepaya, pisang, jeruk manis, dll) serta lemak dan minyak (minyak, santan) , dll) (Kementerian Kesehatan Masyarakat Republik Indonesia, 2011). MP-ASI instan dapat diberikan dengan memperhatikan nilai gizi dan cara penyajian yang tertera pada kemasan.
Penelitian yang dilakukan penulis dengan tujuan menganalisis pengaruh pendidikan orang tua terhadap status gizi anak menunjukkan bahwa terdapat pengaruh berbanding terbalik (negatif) pendidikan ibu terhadap risiko gizi buruk pada anak usia 6-12 bulan, dan hal ini pengaruhnya tidak terlihat signifikan secara statistik. penting. Namun pada penelitian ini, pendidikan ibu yang tinggi tidak serta merta menurunkan faktor risiko malnutrisi pada anak. Anak yang memiliki ayah dengan pendidikan rendah akan meningkatkan risiko terjadinya gizi buruk sebesar 1,5 kali lebih besar dibandingkan anak yang memiliki ayah dengan pendidikan tinggi.
Penelitian lain yang dilakukan penulis dengan tujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi orang tua dalam memenuhi gizi balita gizi buruk juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku orang tua dalam memenuhi gizi balita gizi buruk. Walaupun pengetahuan orang tua mengenai kecukupan gizi anak balita gizi buruk cukup baik dan sebagian besar orang tua mempunyai sikap positif, namun karena pendapatan yang rendah, keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
Pengeluaran Keluarga
Kondisi perekonomian keluarga yang baik dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar setiap anggota keluarga, termasuk gizi (Septikasari et.al., 2016). Penelitian lain yang dilakukan penulis dengan tujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi orang tua dalam mengatasi gizi buruk menunjukkan bahwa keluarga dengan pendapatan di bawah UMR mempunyai risiko 3,2 kali lebih besar terhadap risiko kurang gizi dibandingkan keluarga dengan pendapatan di atas UMR (Septikasari. Hal ini sejalan dengan pendapat Sebataraj et al., 2014), yang mengatakan bahwa kuantitas dan kualitas makanan keluarga ditentukan oleh tingkat pendapatan keluarga.
Keluarga dengan taraf hidup tinggi cenderung memiliki anak dengan gizi baik dibandingkan dengan keluarga dengan taraf hidup rendah (Bharatietal., 2010). Daya beli yang rendah menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan pangan yang memenuhi pola makan yang diharapkan sebagai syarat tercukupinya asupan gizi, yang juga besar kemungkinan tidak terpenuhi, sehingga pada akhirnya berdampak pada status gizi masyarakat. keluarga khususnya anak sebagai kelompok rentan (Septikasari et.al., 2016).
Alokasi Pangan Keluarga
Dimana alokasi makanan yang bersangkutan adalah persentase pengeluaran keluarga untuk makanan dibandingkan dengan pengeluaran non makanan. Alokasi pangan yang rendah akan meningkatkan risiko gizi buruk sebesar 1,8 kali lebih besar dibandingkan dengan alokasi pangan yang tinggi. Alokasi pangan mempengaruhi persentase pengeluaran yang digunakan untuk kebutuhan pangan, dimana semakin besar persentase untuk kebutuhan pangan maka akan terjamin tersedianya asupan gizi keluarga khususnya asupan gizi balita secara kelompok.
Hal ini mungkin disebabkan meskipun pengeluaran sektor makanan lebih besar dibandingkan pengeluaran sektor non-makanan, namun belum tentu makanan yang dikonsumsi mengandung zat gizi yang cukup (Septikasari et.al., 2016). Dengan cara ini, distribusi pangan dapat secara efektif meningkatkan status gizi keluarga guna mengurangi risiko gizi buruk pada anak (Septikasari et.al., 2016).
Profil status gizi remaja dilihat dari topografi wilayah pemukiman (Studi di daerah pesisir dan punggung bukit Kabupaten Jepara). Hubungan status pemberian makanan bayi dengan ASI eksklusif, tingkat pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga di wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir. Faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang.
Penentu status gizi buruk pada balita dengan riwayat berat badan lahir rendah (BBLR) di Indonesia (analisis data Riskesdas 2007-2010). Hubungan pola pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan status gizi balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Godongtengen Yogyakarta. Hubungan pemberian makanan pendamping ASI dengan status gizi bayi usia 6-24 bulan di Kelurahan Setabelan Kota Surakarta.
Status gizi didasarkan pada indeks BB/TB yang setara dengan istilah Wasted/wasted berat.