• Tidak ada hasil yang ditemukan

bupati purworejo provinsi jawa tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "bupati purworejo provinsi jawa tengah"

Copied!
444
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 42 TAHUN 2017

TENTANG

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2018

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan tahunan daerah, Pemerintah Daerah tiap tahun wajib menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 26 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2018;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2018;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (16) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

(3)

sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2017 tentang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2018;

9. Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 3 Tahun 2012 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2012 Nomor 3);

10. Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 12 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2016-2021 (Lembaran Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2016 Nomor 12);

(4)

Pasal 1

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2018 merupakan dokumen perencanaan pembangunan Kabupaten Purworejo untuk Tahun 2018 dan merupakan penjabaran dari RPJMD Kabupaten Purworejo Tahun 2016-2021.

Pasal 2

Sistematika Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2018 adalah sebagai berikut:

a. BAB I : Pendahuluan;

b. BAB II : Evaluasi Hasil Pelaksanaan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun Lalu dan Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan;

c. BAB III : Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah;

d. BAB IV : Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah;

e. BAB V : Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah;

f. BAB VI : Penutup.

Pasal 3

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2018 adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Pasal 4

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2018 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 digunakan sebagai:

a. pedoman bagi Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Purworejo dalam penyempurnaan Rancangan Rencana Kerja Perangkat Daerah (Renja-PD) Tahun 2018;

b. pedoman dalam menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten Purworejo Tahun Anggaran 2018.

(5)

Tahun 2018, tetapi belum tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2018, ditetapkan dalam Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2018.

Pasal 6

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Purworejo.

Ditetapkan di Purworejo pada tanggal 31 Mei 2017 BUPATI PURWOREJO,

AGUS BASTIAN Diundangkan di Purworejo

pada tanggal 31 Mei 2017

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PURWOREJO,

SAID ROMADHON

BERITA DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2017 NOMOR 42 SERI E NOMOR 35

(6)

i

Halaman DAFTAR ISI... i BAB I PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan ... I-3 1.3. Hubungan Antar Dokumen ... I-6 1.4. Sistematika Dokumen RKPD ... I-7 1.5. Maksud dan Tujuan... I-8 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU

DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN ... II-1 2.1. Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah ... II-1 2.1.1.Aspek Geografi dan Demografi ... II-1 2.1.2.Aspek Kesejahteraan Masyarakat ... ... II-12 2.2.Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD

Sampai Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD ... II-39 2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah ... II-63 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN

KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH ... III-1 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah . III-1 3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah ... III-4 3.2.1 Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka

Pendanaan... ... III-4 3.2.2 Arah Kebijakan Pendapatan Daerah... ... III-12 3.2.3 Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah ... ... III-13 3.2.4 Arah Kebijakan Belanja Daerah... ... III-15 3.2.5 Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah... ... III-26

(7)

ii 4.1 Tema Pembangunan Daerah ... IV-1 4.2 Prioritas Pembangunan Nasional dan Provinsi Jawa

Tengah tahun 2018 ... IV-7 4.3 Isu Strategis dan Kebijakan Umum Pembangunan

Daerah... ... IV-10 4.4 Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun

2018... ... IV-18 4.5 Penyelarasan Tema, Prioritas dan Sasaran Makro

Pembangunan ... IV-31 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS

DAERAH ... V-1 5.1 Program Prioritas Daerah ... V-1 5.2 Rencana Program dan kegiatan ... V-37 BAB VI.PENUTUP ... VI-1

(8)

I- 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2018 adalah dokumen yang secara substansial merupakan penerjemahan dari visi, misi dan program kepala daerah yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 12 tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2016-2021 ke dalam program dan kegiatan pembangunan tahunan daerah.

Penyusunan RKPD Kabupaten Purworejo Tahun 2018 merupakan penjabaran tahun ke-3 dari RPJMD Kabupaten Purworejo Tahun 2016-2021.

Penyusunan RKPD Kabupaten Purworejo tahun 2018 ini merupakan salah satu tahapan penting untuk memberikan arahan operasional pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan tahunan bagi seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Purworejo dalam menyusun Rencana Kerja Perangkat Daerah (Renja-PD).

RKPD Kabupaten Purworejo Tahun 2018 disusun berpedoman pada Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 12 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2016-2021, yakni mempedomani prioritas dan sasaran pembangunan daerah serta indikasi rencana program prioritas yang ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten Purworejo Tahun 2016-2021.

Penyusunan RKPD Kabupaten Purworejo mengacu pada RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 dengan cara melakukan penyelarasan arah kebijakan pembangunan daerah sesuai Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah Nomor 050.23/0020975 Tanggal 27 Desember 2016 perihal Arah Kebijakan Penyusunan RKPD Tahun 2018 dan mengacu RPJMN Tahun 2015-2019 melalui penyelarasan prioritas pembangunan nasional.

(9)

I- 2 kedudukan, peran dan fungsi sangat strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, mengingat:

a. Secara substansial, memuat arah kebijakan ekonomi dan keuangan daerah, rencana program, kegiatan, indikator kinerja, pagu indikatif, kelompok sasaran, lokasi kegiatan, prakiraan maju, dan Perangkat Daerah penanggung jawab yang wajib dilaksanakan pemerintahan daerah dalam 1 (satu) tahun;

b. Secara normatif, menjadi dasar penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang akan diusulkan oleh kepala daerah untuk disepakati bersama dengan DPRD sebagai landasan penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (R-APBD);

c. Secara operasional, memuat arahan untuk peningkatan kinerja pemerintahan di bidang pelayanan dan pemberdayaan masyarakat serta Pemerintah daerah yang menjadi tanggung jawab masing-masing Kepala Perangkat Daerah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yang ditetapkan dalam Renja PD; dan

d. Secara faktual, menjadi tolok ukur untuk menilai capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah merealisasikan program dan kegiatan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

(10)

I- 3 Gambar 1.1

Bagan Alir Perumusan Awal Prioritas dan Program Pembangunan Daerah pada Tahap Penyusunan RKPD

1.2. Dasar Hukum Penyusunan

Dasar hukum penyusunan RKPD Kabupaten Purworejo Tahun 2018 adalah:

a. Pasal 18 ayat (16) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah;

(11)

I- 4 Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

d. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

e. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

f. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Noor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

g. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

h. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);

(12)

I- 5 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

j. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

k. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2017 tentang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2018;

l. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3);

m. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 65);

n. Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2010 Nomor 3);

o. Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 27 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah Kabupaten Purworejo Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2011 Nomor 27);

(13)

I- 6 2012 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2012 Nomor 3).

q. Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 12 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2016-2021 (Lembaran Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2016 Nomor 12);

r. Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Purworejo (Lembaran Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2016 Nomor 14).

1.3. Hubungan Antar Dokumen

Perencanaan pembangunan Kabupaten Purworejo merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional. Penyusunan RKPD Kabupaten Purworejo mengacu pada RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 dengan cara melakukan penyelarasan arah kebijakan pembangunan daerah sesuai Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah Nomor 050.23/0020975 Tanggal 27 Desember 2016 perihal Arah Kebijakan Penyusunan RKPD Tahun 2018 dan mengacu RPJMN Tahun 2015-2019 melalui penyelarasan prioritas pembangunan nasional. Ruang lingkup perencanaan pembangunan daerah meliputi tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah, yang terdiri atas RPJPD, RPJMD, Renstra- PD, RKPD, dan Renja-PD.

Perencanaan pembangunan daerah yang bersifat sektoral, harus menyelaraskan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Purworejo.

(14)

I- 7 Gambar 1.2.

Hubungan dokumen Perencanaan Pembangunan

1.4. Sistematika Dokumen RKPD

Sistematika Dokumen RKPD Kabupaten Purworejo Tahun 2018 terdiri dari 6 (enam) bab, yaitu sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang, dasar hukum penyusunan, hubungan antar dokumen, sistematika dokumen RKPD serta maksud dan tujuan.

BAB II : Evaluasi Hasil Pelaksanaan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun Lalu dan Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan

Berisi tentang gambaran umum kondisi daerah, evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan RKPD

PEDOMAN

RKPD Purworejo RKPD Jawa Tengah

Renja-PD Purworejo RKP Nasional

RPJMD Purworejo RPJMD Jawa Tengah

Renstra-PD Purworejo RPJM Nasional

RPJPD Purworejo RPJPD Jawa Tengah

RTRW Purworejo RPJP Nasional

RTRW Jawa Tengah RTRWN

PEDOMAN

PEDOMAN

PEDOMAN

PEDOMAN DIACU

PEDOMAN PEDOMAN PEDOMAN

DIACU DIACU

DIACU DIACU

DIACU DIACU

(15)

I- 8 permasalahan pembangunan daerah.

BAB III : Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah

Berisi tentang arah kebijakan ekonomi daerah dan Keuangan Daerah.

BAB IV : Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah

Berisi tentang tujuan dan sasaran pembangunan, serta prioritas pembangunan daerah.

BAB V : Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah Memuat program dan kegiatan prioritas pembangunan daerah tahun 2018 menurut Urusan Wajib, Urusan Pilihan dan Fungsi Penunjang Urusan.

BAB VI : Penutup.

Memuat harapan berkenaan dengan pelaksanaan RKPD Kabupaten Purworejo Tahun 2018.

1.5. Maksud dan Tujuan

Maksud penyusunan RKPD Kabupaten Purworejo Tahun 2018 adalah sebagai berikut:

a. Menjabarkan RPJMD Kabupaten Purworejo Tahun 2016-2021 tahun ketiga kedalam rencana program dan kegiatan prioritas Kabupaten Purworejo Tahun 2018.

b. Menciptakan sinergi program dan kegiatan pembangunan antar wilayah, antar kewenangan urusan pembangunan dan antar tingkat pemerintahan.

c. Mewujudkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya dalam rangka pembangunan daerah.

Sedangkan tujuannya adalah sebagai pedoman dalam penyusunan rancangan Rencana Kerja Perangkat Daerah (Renja- PD) Kabupaten Purworejo Tahun 2018.

(16)

II- 1 BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

2.1. Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi

2.1.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah 1. Letak, Luas dan Batas Wilayah

Secara geografis, Kabupaten Purworejo merupakan bagian dari Provinsi Jawa Tengah, yang terletak pada posisi antara 1090 47’ 28” - 1100 8’ 20” Bujur Timur dan 70 32’ – 70 54’

Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Purworejo adalah 1.034,82 km2 yang terdiri dari + 2/5 daerah dataran dan + 3/5 daerah pegunungan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah utara Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten : Magelang

Sebelah timur Kabupaten Kulon Progo, DIY : Sebelah selatan Samudera Indonesia :

Sebelah barat Kabupaten Kebumen : 2. Topografi

Kondisi kemiringan lereng atau kelerengan Kabupaten Purworejo dapat dibedakan menjadi empat (4) kategori yaitu:

a. Kemiringan 0% – 2% meliputi bagian selatan dan tengah wilayah Kabupaten Purworejo,

b. Kemiringan 2% – 15% meliputi sebagian Kecamatan Kemiri, Bruno, Bener, Loano, dan Bagelen,

c. Kemiringan 15% – 40% meliputi bagian utara dan timur wilayah Kabupaten Purworejo,

d. Kemiringan > 40% meliputi sebagian Kecamatan Bagelen, Kaligesing, Loano, Gebang, Bruno, Kemiri, dan Pituruh.

(17)

II- 2 Posisi ketinggian Kabupaten Purworejo berkisar antara 0 meter sampai dengan 1.064 meter di atas permukaan laut. Kondisi topografi Kabupaten Purworejo secara umum adalah sebagai berikut :

a. Bagian selatan dan barat merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0 – 25 meter di atas permukaan air laut.

b. Bagian utara dan timur merupakan daerah berbukit-bukit dengan ketinggian antara 25 – 1.064 meter di atas permukaan air laut.

3. Klimatologis

Kondisi iklim suatu daerah sangat berpengaruh pada potensi daerah bersangkutan, baik dalam potensi sumber daya alam maupun dalam potensi bencana alam. Kabupaten Purworejo beriklim tropis dengan dua musim dalam setahunnya yaitu musim kemarau dan musim penghujan.

Rata-rata suhu udara di Purworejo antara 19–28oC dengan curah hujan rata-rata per tahun berkisar antara 620 mm/tahun hingga 3.720 mm/tahun. Kondisi curah hujan yang relatif dengan intensitas tinggi sering menyebabkan di daerah-daerah potensi banjir dan longsor terkena bencana banjir dan tanah longsor.

4. Geologi

Kondisi geologi di Kabupaten Purworejo dapat dirinci menjadi bahasan mengenai lithologi/batuan, stratigrafi dan struktur geologi. Ketiga aspek geologi tersebut penting kaitannya dengan beberapa fenomena alam khususnya kebencanaan seperti longsor, banjir maupun kekeringan.

(18)

II- 3 Proporsi lithologi batuan Kabupaten Purworejo berupa batuan sedimen dan perselingan batuan gunung api sebesar 60,1% terdapat di bagian utara dan timur wilayah Kabupaten Purworejo pada daerah dengan topografi tinggi, dan 39,9%

berupa aluvium tersebar pada daerah dengan topografi rendah di bagian selatan dan barat Kabupaten Purworejo.

Susunan batuan/stratigrafi yang menyusun wilayah Kabupaten Purworejo mengikuti tata stratigrafi pada Pegunungan Serayu Selatan yang berada di bagian utara dan Pegunungan Menoreh yang berada di bagian timur.

Kabupaten Purworejo sendiri memiliki empat bentuk lahan asal proses, meliputi bentuk lahan asal proses struktural, bentuk lahan asal proses fluvial, bentuk lahan asal proses marine dan bentuk lahan asal proses denudasional.

5. Hidrologi

Kondisi hidrologi yang dapat dilihat dari potensi air tanah dan keberadaan air permukaan satu daerah adalah tidak sama dengan daerah lainnya walaupun keduanya mempunyai curah hujan yang sama. Hal ini disebabkan kondisi lahan (geologi, geomorfologi, dan tanah) setiap daerah berbeda.

Kabupaten Purworejo memiliki potensi air yang berasal dari air permukaan dan air bawah tanah. Terdapat beberapa sungai yang mengalir dan bermuara di Samudera Indonesia.

Sungai-sungai ini termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Bogowonto, Cokroyasan dan Wawar. Hulu-hulu sungai tersebut umumnya berada di bagian timur dan utara Kabupaten Purworejo.

(19)

II- 4 6. Penggunaan Lahan

Pengunanan lahan Kabupaten Purworejo dibagi menjadi dua kategori yaitu lahan kering seluas 72.854,80 Ha atau 70,40 % dan tanah sawah seluas 30,626,97 Ha atau 29,60%.

Lahan kering terdiri dari 10.116,50 Ha berupa tanah bangunan dan halaman sekitarnya, 51.598,14 Ha berupa tegal/kebun/ladang/huma, 6.857,88 Ha berupa hutan negara, dan sisanya berupa padang rumput, tambak, tanah lainnya. Luas sawah beririgasi adalah 27.677,14 Ha, sedangkan sawah tadah hujan seluas 2.949,83 Ha. Dinamika penggunaan lahan di Kabupaten Purworejo kurang terkendali.

Sebagian besar perubahan yang terjadi berupa alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian seperti untuk perumahan dan permukiman.

2.1.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah

Menurut Peraturan Daerah Nomor 27 tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Purworejo 2011-2031 yang mana sedang direview, penetapan kawasan strategis pada wilayah kabupaten, meliputi:

1. Dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, meliputi : a. Kawasan Perkotaan Purworejo – Kutoarjo yang dapat

dikembangkan menjadi kawasan Aglomerasi Purworejo - Kutoarjo berbasis jasa, perdagangan, dan industri meliputi:

1) kawasan Perkotaan Purworejo;

2) kawasan koridor jalan ruas Purworejo-Kutoarjo; dan 3) kawasan Perkotaan Kutoarjo.

(20)

II- 5 b. Kawasan Perkotaan Purwodadi, dapat dikembangkan menjadi pusat layanan sektor jasa, perdagangan, transportasi, dan keuangan.

c. Kawasan Perkotaan Kemiri, dapat dikembangkan menjadi pusat layanan sektor jasa, perdagangan, dan keuangan.

d. Kawasan Bahari Terpadu (KBT), dapat dikembangkan pada kawasan pesisir selatan Kabupaten Purworejo seluas kurang lebih 10.650 hektar, meliputi:

1) Kecamatan Grabag;

2) Kecamatan Ngombol; dan 3) Kecamatan Purwodadi.

e. Kawasan Agropolitan, terdiri atas:

1) pengembangan Kawasan Agropolitan Bagelen meliputi:

a) Kecamatan Bagelen;

b) Kecamatan Purwodadi;

c) Kecamatan Kaligesing; dan d) Kecamatan Ngombol.

2) pengembangan Kawasan Agropolitan Kuto Bumi Baru, meliputi:

a) Kecamatan Kutoarjo;

b) Kecamatan Butuh;

c) Kecamatan Kemiri;

d) Kecamatan Pituruh;

e) Kecamatan Bruno; dan f) Kecamatan Grabag.

f. Kawasan koridor perbatasan Purwokulon yang dapat dikembangkan berbasis pertanian, pariwisata, jasa, dan perdagangan di Kecamatan Kaligesing.

(21)

II- 6 g. Kawasan perbatasan dengan desa-desa yang berbatasan

dengan kabupaten lainnya, meliputi:

1) Desa Dadirejo di Kecamatan Bagelen;

2) Desa Jogoboyo di Kecamatan Purwodadi;

3) Desa Sedayu di Kecamatan Loano;

4) Desa Ngasinan di Kecamatan Bener;

5) Desa Cacaban Lor di Kecamatan Bener;

6) Desa Tegalsari di Kecamatan Bruno;

7) Desa Brengkol di Kecamatan Pituruh;

8) Desa Wironatan di Kecamatan Butuh; dan 9) Desa Nambangan di Kecamatan Grabag.

2. Dari sudut kepentingan sosial dan budaya, meliputi:

a. Kawasan Situs Prasasti Kayu Arahiwang di Desa Borowetan Kecamatan Banyuurip;

b. Kawasan Alun-Alun Purworejo dan sekitarnya;

c. Kawasan Alun-Alun Kutoarjo dan sekitarnya; dan

d. Kawasan Petilasan WR. Supratman di Desa Somongari Kecamatan Kaligesing.

3. dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, meliputi:

a. kawasan DAS meliputi:

1) bagian hulu DAS Bogowonto;

2) bagian hulu DAS Cokroyasan; dan 3) bagian hulu DAS Wawar.

b. kawasan Pegunungan Menoreh meliputi:

1) Kecamatan Bagelen;

2) Kecamatan Kaligesing;

3) Kecamatan Loano; dan 4) Kecamatan Bener.

(22)

II- 7 c. kawasan Pegunungan Serayu Selatan meliputi:

1) Kecamatan Gebang;

2) Kecamatan Bruno;

3) Kecamatan Pituruh; dan 4) Kecamatan Kemiri.

d. kawasan pantai berhutan bakau meliputi:

1) Kecamatan Grabag;

2) Kecamatan Ngombol; dan 3) Kecamatan Purwodadi.

e. kawasan TPA Sampah Gunung Tumpeng di Desa Jetis Kecamatan Loano.

2.1.1.3. Wilayah Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana, terdiri atas:

1. kawasan rawan bencana tanah longsor meliputi: Kecamatan Loano; Kecamatan Bruno; Kecamatan Bener; Kecamatan Kaligesing; Kecamatan Gebang; Kecamatan Bagelen;

Kecamatan Purworejo; Kecamatan Kutoarjo; Kecamatan Pituruh; dan Kecamatan Kemiri.

2. kawasan rawan bencana banjir meliputi: Kecamatan Grabag;

Kecamatan Butuh; Kecamatan Bagelen; Kecamatan Ngombol; Kecamatan Purwodadi; Kecamatan Kutoarjo; dan Kecamatan Pituruh;

3. kawasan rawan bencana gelombang pasang meliputi:

Kecamatan Purwodadi; Kecamatan Ngombol; dan Kecamatan Grabag.; dan

4. kawasan rawan bencana kekeringan meliputi: Kecamatan Bruno; Kecamatan Pituruh; Kecamatan Kemiri; Kecamatan Gebang; Kecamatan Bener; Kecamatan Loano; Kecamatan Bagelen; Kecamatan Kaligesing; Kecamatan Grabag;

Kecamatan Ngombol; dan Kecamatan Purwodadi.

(23)

II- 8 2.1.1.4. Demografi

1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Purworejo menurut hasil Sensus Penduduk pada bulan Mei 2010 adalah 694.404 jiwa.

Pada akhir tahun 2015 adalah 710.435 jiwa. Sedangkan hasil proyeksi 2010-2020, penduduk Kabupaten Purworejo tahun 2016 sebesar 712.686 jiwa dengan rincian penduduk laki-laki 351.481 jiwa, penduduk perempuan 361.205 jiwa (sumber BPS Kabupaten Purworejo).

Adapun Prosentase Persebaran Penduduk Kabupaten Purworejo Tahun 2015 sebagaimana tersaji pada gambar berikut.

Gambar 2.1

Prosentase Persebaran Penduduk Kabupaten Purworejo Tahun 2015

Dilihat dari persebarannya, Kecamatan Purworejo dan Kecamatan Kutoarjo memiliki jumlah penduduk yang paling banyak yaitu 12 % dan 8,36% dari jumlah penduduk Kabupaten Purworejo.

(24)

II- 9 2. Usia

Penduduk Purworejo berusia antara 15–64 Tahun sebesar 65,06%. Rasio beban ketergantungan di Purworejo tahun 2015 adalah 53,70%. Artinya 100 penduduk usia produktif (15-64) rata-rata menanggung beban 54 penduduk usia tidak produktif (0-14 dan 65 keatas). Piramida Penduduk Kabupaten Purworejo tahun 2015 sebagaimana tersaji pada gambar 2.2.

Gambar 2.2.

Piramida Penduduk Kabupaten Purworejo Tahun 2015 Tabel 2.1.

Perkembangan Besarnya Rasio Beban Ketergantungan Kelompok

Umur

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015 0 sampai

dengan 14 177.021 177.269 173.164 172.112 170.195 168.331 15 sampai

dengan 64 444.654 445.226 457.856 457.369 460.005 462.215 65 keatas 73.802 73.905 77.563 76.002 77.838 79.889 Rasio Beban

Ketergantungan (%)

56,42 56,41 54,74 54,25 53,92 53,70

Sumber : Kabupaten Purworejo Dalam Angka berbagai tahun terbitan (diolah)

(25)

II- 10 Untuk Kabupaten Purworejo tergolong piramida penduduk muda yang berarti angka kelahiran masih lebih besar daripada angka kematian.

Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun.

Rasio ketergantungan di bagi menurut usia, tua dan muda:

1. Rasio Ketergantungan Muda adalah perbandingan jumlah penduduk umur 0-14 tahun dengan jumlah penduduk umur 15 – 64 tahun.

2. Rasio Ketergantungan Tua adalah perbandingan jumlah penduduk umur 65 tahun ke atas dengan jumlah penduduk di usia 15-64 tahun.

Rasio ketergantungan merupakan salah satu indikator demografi yang dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu Negara atau wilayah, apakah tergolong Negara atau wilayah maju atau Negara atau wilayah yang sedang berkembang. Semakin tingginya persentase menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.

Sedangkan persentase rasio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.

Berkaitan dengan angka beban ketergantungan Kabupaten Purworejo pada kisaran angka 50-55, menunjukkan kondisi yang hampir seimbang yang berarti jumlah penduduk produktif masih menanggung penduduk non produktif sebesar ± 5%.

(26)

II- 11 3. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk adalah angka yang menunjukkan jumlah penduduk dalam satuan wilayah tertentu. Angka kepadatan penduduk kasar adalah angka yang menunjukkan jumlah penduduk dalam satuan wilayah tertentu. Satuan yang biasa digunakan untuk menggambarkan angka kepadatan adalah orang/hektar atau orang/km2. Besarnya angka kepadatan penduduk kasar Kabupaten Purworejo pada tahun 2015 sebesar 684 orang / km2 luas wilayah.

Sebagian besar penduduk Kabupaten Purworejo terkonsentrasi di Kecamatan Purworejo, Kutoarjo dan Bayan masing masing sebesar 1.601; 1.575 dan 1.075 orang/km2 (sumber: Kabupaten Purworejo dalam angka, BPS, 2016).

Sedangkan wilayah dengan kepadatan penduduk paling rendah adalah Kecamatan Kaligesing dengan kepadatan penduduk sebesar 396 orang/km2 dan Kecamatan Bruno dengan kepadatan penduduk sebesar 406 orang/km2. Dua kecamatan tersebut memang merupakan daerah dengan kondisi geografis berupa pegunungan yang sebagian wilayahnya memiliki hutan yang cukup luas.

4. Laju pertumbuhan penduduk

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Purworejo dari tahun 2013-2015 sebesar 0,3954%. Pertumbuhan penduduk Kecamatan yang di atas rata-rata Kabupaten Purworejo adalah Kecamatan Grabag, Purwodadi, Bagelen, Purworejo, Banyuurip, Bayan, Gebang. (sumber : Purworejo Dalam Angka, BPS, 2016).

(27)

II- 12 5. Mata pencaharian penduduk

Pekerjaan menurut lapangan usaha penduduk Kabupaten Purworejo umur 15 tahun ke atas yang bekerja sebagian besar didominasi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan (25,99%), kemudian diikuti sektor pertambangan dan penggalian (0,82%), sektor industri pengolahan (18,36%), pengadaan listrik dan gas (0,07%), pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang (0,06%), kontruksi (8,44%), perdagangan besar dan eceran (12,42%), transportasi dan pergudangan (5,41%), penyediaan akomodasi dan makan minum (2,05%), informasi dan komunikasi (4,51%), jasa keuangan dan asuransi (3,53%), real estate (2,02%), jasa perusahaan (0,27%), administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib (4,15%), jasa pendidikan (8,19%), jasa kesehatan dan kegiatan sosial (1,56%) dan jasa lainnya (2,14%). (Sumber : Kabupaten Purworejo Dalam Angka, BPS, 2016).

2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.1.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1. Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu bagian dari sistem neraca ekonomi regional yang di dalamnya merekam hasil-hasil dari kegiatan ekonomi di suatu wilayah dalam periode tertentu/(satu tahun. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga tahun tertentu sebagai tahun dasar, yaitu dalam periode tahun sampai dengan tahun 2015 ini menggunakan tahun dasar tahun 2010.

(28)

II- 13 Dalam kurun waktu tahun 2011-2015, PDRB Kabupaten Purworejo atas harga berlaku adalah Rp 9.585.146.260.000,- di tahun 2011, meningkat menjadi Rp 10.471.685.790.000,- di tahun 2012, meningkat menjadi Rp 11.462.756.670.000,- di tahun 2013, tahun 2014 mencapai Rp.12.660.418.960.000,- meningkat menjadi Rp 13.837.883.620.000,- di tahun 2015.

Sedangkan untuk PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp 8.993.814.300.000,- di tahun 2011, Rp 9.406.242.930.000,- di tahun 2012, Rp 9.870.969.950.000,- di tahun 2013, menjadi Rp 10.313.937.790.000,- di tahun 2014 dan menjadi Rp 10.841.660.980.000,- di tahun 2015.

2. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Purworejo

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Purworejo pada tahun 2011 s.d. tahun 2012 adalah dari 5,01%, meningkat menjadi 5,02% dan meningkat lagi menjadi 5,04% pada tahun 2013, tetapi menurun menjadi 4,99% pada tahun 2014, meningkat lagi menjadi 5,12% pada tahun tahun 2015. Kondisi di tahun 2015 tersebut masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah yang mencapai 5,42%. Demikian juga jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,04%, Kabupaten Purworejo sudah berada di atas rata-rata nasional, yang dapat dilihat pada tabel 2.2. dan gambar 2.3.

Tabel 2.2.

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah, dan Indonesia Tahun 2011-2015

(Berdasar PDRB adh Konstan tahun dasar 2010) Cakupan

Wilayah 2011 2012 2013 2014 2015

Kabupaten

Purworejo 5,01 5,02 5,04 4,99 5,12

Provinsi Jawa

Tengah 6,01 6,34 5,81 5.47 5,42

Indonesia 6,50 6,23 5,17 5.1 5,04

(Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) 2011-2016).

(29)

II- 14

(Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) & Bappeda Purworejo, 2016, diolah)

Gambar 2.3.

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Purworejo Tahun 2011–2015 (%)

Tabel 2.3

Laju Pertumbuhan Riil PDRB Menurut Lapangan Usaha (Persen), 2011-2015

(30)

II- 15 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Purworejo, semua sektor ekonomi di Kabupaten Purworejo menunjukan pertumbuhan positif. Pertumbuhan terendah dialami oleh sektor pengadaan listrik dan gas yang hanya mencapai 0,07% dan pertumbuhan tertinggi oleh sektor jasa yang mencapai 6,90%.

Pada tahun 2011 pertumbuhan terendah pada sektor pertanian yang hanya mencapai 2,30% sedangkan pertumbuhan tertinggi oleh sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 7,64%.

Pada tahun 2012 pertumbuhan terendah pada sektor pertambangan dan penggalian yang hanya mencapai 2,71% dan pertumbuhan tertinggi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai 6,41%. Pada tahun 2013, pertumbuhan terendah pada sektor pertanian yang mencapai 2,98% dan pertumbuhan tertinggi pada sektor Keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan yang mencapai 7,33%. Sedangkan pada tahun 2014 pertumbuhan terendah pada sektor pertanian yaitu sebesar 1,45% dan pertumbuhan tertinggi pada sektor pengangkutan dan komunikasi 8,93%. Untuk tahun 2015, terjadi perubahan sektor sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yaitu sebesar 25,99%, kemudian diikuti sektor pertambangan dan penggalian 0,82%, sector industry pengolahan sebesar 18,38%, pengadaan listrik dan gas hanya sebesar 0,07%. Untuk Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang sebesar 0,06%, sector kontruksi sebesar 8,44%, perdagangan besar dan eceran sebesar 12,42%, transportasi dan pergudangan sebesar 5,41%, penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 2,05%, sector informasi dan komunikasi sebesar 4,51%, jasa keuangan dan asuransi sebesar 3,53%, real estate sebesar 2,02%, jasa perusahaan sebesar 0,27%, administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 4,15%, jasa pendidikan sebesar 8,19%, jasa kesehatan dan kegiatan social sebesar 1,56% dan jasa lainnya sebesar 2,14%.

(31)

II- 16 Tabel 2.4.

Peranan PDRB adh Konstan Menurut Lapangan Usaha (%) Tahun 2011-2015

Sektor 2011 2012 2013 2014 2015 Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan

28,13 27,19 27,15 25,97 25,99

Pertambangan dan Penggalian 0,74 0,72 0,71 0,77 0,82 Industri Pengolah 17,48 17,40 17,42 18,26 18,38 Pengadaan Listrik dan Gas 0,08 0,08 0,08 0,07 0,07 Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang

0,08 0,07 0,07 0,06 0,06

Konstruksi 8,26 8,39 8,29 8,43 8,44

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

13,66 13,25 13,10 12,69

12,42 Transportasi dan Pergudangan 5,10 5,12 5,13 5,32 5,41 Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum

2,17 2,08 2,03 2,04 2,05

Informasi dan Komunikasi 4,59 4,64 4,54 4,60 4,51 Jasa Keuangan dan Komunikasi 3,52 3,59 3,52 3,45 3,53

Real Estate 1,98 1,95 1,93 1,97 2,02

Jasa Perusahaan 0,24 0,25 0,26 0,26 0,27

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib

4,38 4,47 4,34 4,19 4,15

Jasa Pendidikan 6,18 7,38 7,89 8,20 8,19

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

1,30 1,41 1,45 1,53 1,56

Jasa Lainnya 2,11 2,01 2,09 2,19 2,14

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 (Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) & Bappeda Purworejo, 2012-2016)

3. Struktur Ekonomi Kabupaten Purworejo

Struktur ekonomi di Kabupaten Purworejo tahun 2011- 2015 menurut lapangan usaha dapat dilihat dalam tabel 2.5.

(32)

II- 17 Tabel 2.5.

Struktur Ekonomi Kabupaten Purworejo Berdasar PDRB Tahun Dasar 2010

(Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) & Bappeda Purworejo, 2012-2016)

Perubahan struktur ekonomi dapat dilihat melalui data empiris dalam kurun waktu yang relatif panjang untuk mengetahui tingkat pergeseran tiap sektornya. Pergeseran dalam struktur ekonomi di Kabupaten Purworejo jika diperbandingkan antara tahun 2005 dengan tahun 2015 pada tabel 2.5, maka terlihat bahwa selama periode tersebut peranan sektor pertanian sebagai penopang struktur ekonomi kabupaten mulai bergeser ke arah perdagangan dan industri. Dengan demikian pengembangan wilayah di Kabupaten Purworejo dengan memajukan sub sektor hilir sektor agribisnis relatif sudah dapat berjalan dengan baik.

(33)

II- 18 4. PDRB per Kapita

PDRB per kapita menunjukan kemampuan masyarakat dalam menghasilkan nilai tambah, sedangkan pendapatan perkapita menunjukan besarnya pendapatan yang diterima masyarakat atas penggunaan faktor produksi yang dimiliki di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu. Pada tahun 2011 nilai PDRB per kapita Kabupaten Purworejo mencapai Rp 13.699.289,-, meningkat menjadi Rp 14.902.538,- pada tahun 2012, meningkat menjadi Rp 16.247.084,- pada tahun 2013, meningkat menjadi Rp 17.881.796,- pada tahun 2014, dan selanjutnya meningkat menjadi Rp.19.479.387,- pada tahun 2015. Namun kondisi di tahun 2015 tersebut masih berada di bawah PDRB per kapita Provinsi Jawa Tengah yang mencapai Rp 23.882.470,- maupun skala nasional yang mencapai Rp 45.200.000,- yang dapat dilihat pada tabel 2.6.

Tabel 2.6.

PDRB per Kapita Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah dan Indonesia Tahun 2011-2015

(Berdasar PDRB Tahun Dasar 2010)

Cakupan

Wilayah 2011 2012 2013 2014 2015

Kab.

Purworejo 13.699.289 14.902.538 16.247.084 17.881.796 19.479.387 Prov.

Jateng 15.376.170,75 17.140.206,42 18.751.300,52 22.820.160 23.882.470 Indonesia 30.812.926,11 33.338.986,87 36.508.486,32 41.808.700 45.200.000

(Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) 2012-2016)

5. Indikator Ketimpangan Regional a. Ketimpangan Pendapatan

Ketimpangan pendapatan yang akan dimuat disini meliputi kemiskinan, gini ratio serta ketimpangan pendapatan menurut Bank Dunia.

(34)

II- 19 Salah satu metodologi pengukuran kemiskinan yang banyak digunakan adalah menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach).

Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Berdasarkan pendekatan basic needs, maka dapat dihitung “garis kemiskinan konsumsi” dan selanjutnya dapat dihitung persentase penduduk miskin (Head Count Index), yaitu persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan konsumsi. Garis kemiskinan konsumsi dihitung berdasarkan rata-rata pengeluaran makanan dan bukan makanan per kapita pada kelompok penduduk referensi, yaitu penduduk kelas marjinal yang hidupnya berada sedikit di atas garis kemiskinan konsumsi. Garis kemiskinan konsumsi terdiri dari garis kemiskinan makanan (batas kecukupan konsumsi makanan) dan garis kemiskinan non-makanan (batas kecukupan konsumsi non-makanan).

(Sumber data: IPM dan Indikator Kesejahteraan Rakyat Tahun Terbitan 2016)

Gambar 2.4

Perkembangan Persentase Penduduk Miskin KabupatenPurworejo Tahun 2010-2014

(35)

II- 20

(Sumber data: IPM dan Indikator Kesejahteraan Rakyat Tahun Terbitan 2016)

Gambar 2.5

Perkembangan Garis Kemiskinan Kabupaten Purworejo Tahun 2010-2014

Ukuran ketimpangan pendapatan berikutnya adalah Gini Rasio. Gini Rasio merupakan koefisien utk menunjukkan derajat ketidakmerataan /ketimpangan secara menyeluruh yang didasarkan pada kurva Lorenz yaitu sebuah kurva pengeluaran kumulatif yang membandingkan distribusi dari suatu variabe tertentu (misalnya pendapatan) dengan distribusi yang mewakili persentase kumulatif penduduk.

Koefisien Gini berkisar antara 0 sampai dengan 1. Apabila koefisien Gini bernilai 0 berarti pemerataan sempurna, sedangkan apabila bernilai 1 berarti ketimpangan sempurna.

Berdasarkan Data Susenas 2013, Gini ratio Kabupaten Purworejo sebesar 0,34 kemudian meningkat menjadi 0,38 pada tahun 2014. Ini menunjukkan ada sedikit peningkatan ketimpangan pendapatan di Kabupaten Purworejo. Kondisi yang lebih jelas akan tampak pada hasil ukuran ketimpangan kriteria Bank Dunia. Dimana pada tahun 2014, 40% penduduk kelompok I yaitu kelompok berpendapatan terendah, persentase pendapatan yang diperolehnya sedikit menurun.

(36)

II- 21 Tabel 2.7.

Perkembangan Nilai Gini Ratio dan Kriteria Bank Dunia Kabupaten Purworejo Tahun 2010-2014

Gambar 2.6

Perkembangan Nilai Gini Ratio Kabupaten Purworejo dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2014

Ukuran Ketimpangan berikutnya adalah ketimpangan pendapatan menurut kriteria Bank Dunia, yang ditentukan dengan memperhatikan persentase pendapatan yang diterima oleh 40 persen penduduk berpendapatan terendah. Tingkat ketimpangan pendapatan penduduk menurut kriteria Bank Dunia terpusat pada 40 persen penduduk berpendapatan terendah. Tingkat ketimpangan pendapatan penduduk ini digambarkan oleh porsi pendapatan dari kelompok pendapatan ini terhadap seluruh pendapatan penduduk, yang digolongan sebagai berikut :

1) Memperoleh < 12 persen, maka tingkat ketimpangan pendapatan dianggap tinggi dan pemerataan rendah;

(37)

II- 22 2) Memperoleh 12 – 17 persen, maka tingkat ketimpangan

pendapatan dianggap sedang dan pemerataan sedang;

3) Memperoleh 17 persen atau lebih, maka ketimpangan pendapatan dianggap rendah dan pemerataan tinggi.

(Sumber data: BPS, Indikator Kesra dan IPM Tahun Terbitan 2016)

Gambar 2.7

Perkembangan prosentase kelompok I Kriteria Bank Dunia Kabupaten Purworejo dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2014

b. Ketimpangan Antar Wilayah

Ketimpangan antar wilayah dapat ditunjukkan dengan besaran Indeks Williamson. Angka indeks ini menunjukkan ketimpangan antar wilayah secara umum dengan pendekatan ekonomi. Proses akumulasi dan mobilisasi sumber-sumber berupa akumulasi modal, ketrampilan tenaga kerja dan sumber daya alam yang dimiliki suatu wilayah merupakan pemicu dalam laju pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan. Adanya heterogenitas dan beragam karakteristik, suatu wilayah menyebabkan kecenderungan terjadinya ketimpangan antar wilayah. Upaya-upaya pembangunan melalui intervensi program dan kegiatan terhadap suatu wilayah diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah sekaligus memperkecil kesenjangan antar wilayah. Dengan menggunakan data PDRB per kapita atas dasar harga (ADH) konstan 2000 masing-masing kecamatan dapat dihitung Indeks Williamson.

(38)

II- 23 Tabel 2.8.

PDRB per kapita ADH Konstan Tahun 2000 dirinci menurut kecamatan Tahun 2012-2015 (dalam ribuan rupiah)

(Sumber data: PDRB Kecamatan, BPS tahun terbit 2016)

Perkembangan tingkat ketimpangan antar wilayah di Kabupaten Purworejo selama kurun waktu terakhir ini sebagai berikut:

Gambar 2.8.

Perkembangan Ketimpangan Antar Wilayah (Indeks Williamson) di Kab.Purworejo Tahun 2010 s.d 2015

(39)

II- 24 Pada gambar tersebut tampak bahwa ketimpangan antar wilayah di Kabupaten Purworejo memiliki kecenderungan meningkat terus sampai dengan tahun 2013, namun kemudian turun sedikit pada tahun 2014 menjadi 0,368, dan 0,364 pada tahun 2015. Semakin kecil angka Indeks Williamson (mendekati nol) menunjukkan tingkat ketimpangan yang makin kecil atau dengan kata lain tingkat pembangunan antar wilayah makin merata. Untuk menentukan apakah kesenjangan ada pada kesenjangan level rendah, sedang, atau tinggi. Berikut ini adalah kriterianya:

a. Kesenjangan level rendah, jika IW < 0,35 b. Kesenjangan level sedang, jika 0,35 ≤ IW ≤ 0,5 c. Kesenjangan level tinggi, jika IW > 0,5

Berdasarkan kriteria tersebut, maka Kabupaten Purworejo tergolong Kesenjangan pada level sedang.

Tabel 2.9.

Pertumbuhan Ekonomi ADH Konstan Tahun 2000 Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2013-2015

(Sumber data: PDRB Kecamatan, BPS tahun terbit 2016)

(40)

II- 25 Pendapatan per kapita (Y) Y< Y>

Pertumbuhan Ekonomi ( R)

R < Maju Dengan

Pertumbuhan Cepat (Purworejo, Banyuurip, Kutoarjo

Berkembang Cepat (Grabag, Bayan)

R > Maju Tapi Tertekan (Purwodadi)

Kurang Berkembang (Ngombol, Bagelen,

Kaligesing, Butuh, Pituruh, Kemiri, Bruno,

Gebang, Loano, Bener)

Sumber data: PDRB Kecamatan, BPS tahun terbit 2016 (diolah)

Gambar 2.9

Tipologi Wilayah Kabupaten Purworejo

Gambar 2.9. tersebut diatas menunjukkan tipologi wilayah- wilayah di Kabupaten Purworejo yang dikelompokkan berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapitanya, dengan titik tolak pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita rata-rata di tingkat Kabupaten.

Terdapat 4 kelompok yaitu:

1) Maju dengan pertumbuhan cepat, yaitu pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonominya tinggi (diatas rata- rata kabupaten). Termasuk dalam kelompok ini adalah Kecamatan Purworejo, Banyuurip dan Kutoarjo)

2) Berkembang cepat, yaitu pendapatan perkapita rendah (dibawah rata-rata kabupaten, namun pertumbuhan ekonominya tinggi (diatas rata-rata kabupaten).

Termasuk dalam kelompok ini adalah Kecamatan Grabag dan Bayan

3) Maju Tapi Tertekan, yaitu pendapatan perkapita tinggi (diatas rata-rata kabupaten) namun pertumbuhan ekonominya rendah (dibawah rata-rata kabupaten)

Termasuk dalam kelompok ini adalah Kecamatan Purwodadi

(41)

II- 26 4) Kurang Berkembang, yaitu pendapatan perkapita maupun pertumbuhan ekonomi kedua-duanya rendah (dibawah rata- rata Kabupaten).

Termasuk dalam kelompok ini adalah Kecamatan Ngombol, Bagelen, Kaligesing, Butuh, Pituruh, Kemiri, Bruno, Gebang, Loano, Bener.

6. Inflasi

Kondisi perekonomian daerah tidak bisa lepas dari pengaruh inflasi yang terjadi dalam kurun waktu tertentu, terutama pengaruh kebijakan makro oleh pemerintah secara nasional. Inflasi menunjukan tingkat perkembangan harga serta kestabilan perekonomian di suatu wilayah. Dengan mencermati tingkat inflasi yang terjadi di suatu wilayah tertentu dari waktu ke waktu akan diketahui tingkat perkembangan harga dan kestabilan perekonomian di wilayah tersebut.

Inflasi Kabupaten Purworejo sepanjang tahun 2016 mencapai 4,95%, tahun 2015 cukup baik yaitu mencapai 3,45%, jauh lebih rendah dari kondisi tahun 2014 yang sebesar 8,48%.

Hal ini menunjukkan bahwa secara umum tingkat perubahan harga di Purworejo pada tahun 2016 lebih stabil apabila dibandingkan dengan tahun 2014. Perkembangan inflasi dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2016 sebagaimana tampak dalam gambar 2.10.

(42)

II- 27

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) & Bappeda Purworejo, 2011-2016

Gambar 2.10.

Laju Inflasi Kabupaten Purworejo Tahun 2011 – 2016

Inflasi pada tahun 2016 secara umum dipengaruhi oleh perubahan harga komoditas dari tujuh kelompok barang dan jasa, yaitu kelompok bahan makanan, mkanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar, Sandang, Kesehatan, Pendidikan, Rekreasi & Olahraga, dan kelompok Transport, Komunikasi dan Jasa Keuangan.

Distribusi inflasi per kelompok barang dan jasa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.10.

Inflasi Kabupaten Purworejo Menurut Kelompok Barang dan Jasa Tahun 2011-2016

No. Kelompok Barang dan Jasa 2011 2012 2013 2014 2015 2016 1 Bahan Makanan 3,11 3,52 13,80 9,49 3,34 6,80 2 Makanan Jadi, Minuman,

Rokok dan Tembakau

2,53 8,09 2,94 8,52 7,30 7,47 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas

dan Bahan bakar

2,48 2,34 5,17 6,81 6,99 5,19

4 Sandang 7,03 1,93 2,25 4,35 0,94 0,78

5 Kesehatan 2,03 3,99 1,93 2,92 1,50 1,50 6 Pendidikan, Rekreasi dan

Olahraga

2,15 1,59 0,64 0,00 2,15 2,15 7 Transport, Komunikasi dan

Jasa keuangan

0,51 1,13 11,37 16,18 2,94 0,02 Inflasi Umum 2,52 3,66 7,14 8,48 3,45 4,95 Sumber: Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Kota Purworejo dari beberapa tahun terbitan.

(43)

II- 28 Secara detil mengenai Inflasi Kabupaten Purworejo menurut bulan dan kelompok barang dan jasa tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.11.

Inflasi Kabupaten Purworejo Menurut Bulan dan Kelompok Barang dan Jasa Tahun 2016

Bulan Bahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman,

Rokok &

Tembakau

Perumahan, Air, Listrik,

Gas dan Bahan Bakar

Sandang Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi, dan

Olahraga

Transport, Komunikasi,

dan Jasa Keuangan

Januari -2,57 -0,16 2,54 0,16 0,00 0,00 -4,23

Februari -3,19 1,78 2,46 0,20 0,28 0,00 -4,23

Maret -3,61 2,36 4,41 0,33 0,28 0,00 -4,23

April -3,58 3,30 4,31 0,05 0,28 0,00 -4,23

M e i -5,00 4,45 5,96 -0,02 0,28 0,00 -4,23

J u n i -3,59 6,53 5,88 -0,23 1,40 0,00 -4,23

J u l i 0,93 6,05 6,04 0,26 1,40 0,47 -1,29

Agustus 1,35 5,89 6,43 0,75 1,50 -2,15 -2,63

September 1,53 5,89 6,43 0,87 1,50 -2,15 -2,63

Oktober -0,52 6,85 6,43 0,91 1,50 -2,15 -2,63

November -0,17 6,85 6,99 0,93 1,50 -2,15 -2,94

Desember 3,34 7,30 6,99 0,94 1,50 -2,15 -2,94

Sumber: Indek Harga Konsumen dan Inflasi Kota Purworejo Tahun 2016

Perkembangan laju inflasi Kabupaten Purworejo, Kabupaten Sekitar, Empat Kota Survey Biaya Hidup (SBH), Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2011-2016 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.12.

Perkembangan Laju Inflasi Kabupaten Purworejo, Kabupaten Sekitar, Empat Kota Survey Biaya Hidup (SBH), Provinsi Jawa

Tengah dan Nasional Tahun 2011-2016

No. Daerah 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1. Kab. Purworejo 2,52 3,66 7,14 8.48 3,45 4,95

2. Empat Kota SBH

Purwokerto 3,40 4,73 8,50 7.09 2,52 2,42

(44)

II- 29

Surakarta 1,93 2,87 8,32 8.01 2,56 2,15

Semarang 2,87 4,85 8,19 8.53 2,56 2,32

Tegal 2,58 3,09 5,80 7.40 3,95 2,71

3. Provinsi Jawa Tengah 2,68 4,24 7,99 8.22 2,73 2,36

4. Nasional 3,79 4,30 8,38 8.36 3,35 3,02

Sumber: Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Kota Purworejo dari beberapa tahun terbitan.

2.1.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial 1. Tingkat Pengangguran

Pada tahun 2015, prosentase penduduk umur 15 tahun ke atas yang bekerja sebesar 66,09%, tingkat pengangguran terbuka sebesar 4,01%, sementara jumlah pencari kerja yang terdaftar di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebanyak 7.730 orang didominasi pencari kerja berpendidikan setingkat SLTA. (Sumber : Kabupaten Purworejo Dalam Angka, BPS, 2016).

2. Kualitas Pembangunan Manusia

Salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana kualitas pembangunan manusia yang telah berhasil dicapai adalah dengan Human Development Index (HDI) atau Indek Pembangunan Manusia (IPM). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator untuk mengukur tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang mencerminkan status kemampuan dasar penduduk, yaitu Angka Usia Harapan Hidup (AHH) untuk mengukur peluang hidup.

Sedangkan Rata-Rata Lama Sekolah dan Angka Harapan Lama Sekolah merupakan dimensi pokok yang menunjukkan status tingkat pendidikan. Pengeluaran Rill Per Kapita guna mengukur akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup layak.

(45)

II- 30 Secara umum pembangunan manusia di Kabupaten Purworejo meningkat. Selama kurun waktu 2010-2015, Kabupaten Purworejo mengalami perubahan status pembangunan manusia dari “sedang” menjadi “tinggi”. Hal ini dapat ditunjukkan dengan pergerakan angka IPM selama kurun waktu tersebut, yaitu mencapai 68,16 poin pada tahun 2010, meningkat menjadi 69,40 poin pada tahun 2012, dan terus meningkat menjadi 70,37 poin pada tahun 2015.

(Sumber data: IPM dan Indikator Kesejahteraan Rakyat Tahun Terbitan 2016)

Gambar 2.10

Perkembangan IPM Kabupaten Purworejo dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2015

Peningkatan nilai IPM Kabupaten Purworejo tersebut ternyata tidak diikuti oleh peningkatan peringkat IPM Kabupaten Purworejo di Provinsi Jawa Tengah. Selama 3 (tiga) tahun terakhir Kabupaten Purworejo berada pada peringkat 14, mengalami penurunan bila dibandingkan dengan 3 (tiga) tahun sebelumnya (2010-2012) yang berada pada peringkat 13. Hal ini mengindikasikan bahwa kecepatan peningkatan IPM kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah hampir merata.

(46)

II- 31 Pertumbuhan IPM Kabupaten Purworejo selama tahun 2011-2015 relatif stabil, yaitu pada kisaran 0,36 sampai 1,93 persen. Pertumbuhan IPM tertinggi selama kurun waktu tersebut dicapai pada tahun 2011 sebesar 1,93 persen dengan peningkatan IPM sebesar 0,95 poin dibanding tahun 2010.

Kecenderungan penurunan angka pertumbuhan IPM yang diiringi peningkatan angka IPM memberikan indikasi adanya peningkatan kualitas penduduk yang sudah semakin membaik, namun peningkatan kualitas hidupnya bergerak melambat.

(Sumber data: IPM dan Indikator Kesejahteraan Rakyat Tahun Terbitan 2016)

Gambar 2.11

Pertumbuhan IPM Kabupaten Purworejo Tahun 2011-2015 Hasil akhir nilai IPM merupakan kombinasi nilai komponen-komponennya. Seluruh komponen IPM Kabupaten Purworejo terus menunjukkan peningkatan tiap tahunnya.

Selama 6 (enam) tahun terakhir Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Purworejo meningkat 0,58 tahun. Selanjutnya komponen Angka Harapan Lama Sekolah meningkat 0,78 tahun dan komponen Rata-rata Lama Sekolah meningkat 0,26 tahun.

Sementara itu komponen Pengeluaran Riil per Kapita mengalami peningkatan sebesar 686 ribu rupiah. Terus meningkatnya komponen-komponen IPM menunjukkan peningkatan kualitas hidup manusia di Kabupaten Purworejo, baik dari segi kesehatan, pendidikan, dan kemampuan daya beli masyarakat.

(47)

II- 32 Tabel 2.13

Komponen IPM Kabupaten Purworejo Tahun 2010-2015

Perkembangan IPG Kabupaten Purworejo

Konsep gender berkembang sejak akhir tahun 1970-an, dan banyak didiskusikan maupun ditulis dalam rangka perubahan sosial dan pembangunan di dunia ketiga. Demikian juga di Indonesia hampir semua uraian tentang pengembangan masyarakat maupun pembangunan di kalangan organisasi- organisasi, diperbincangkan masalah gender.

IPM mengukur pencapaian rata-rata pembangunan manusia di suatu wilayah, namun tidak memasukkan tingkat kesetaraan gender dalam pencapaian-pencapaian tersebut.

Kesetaraan gender bukan dimaknai sebagai perbedaan fisik semata, namun lebih luas pengertiannya, yakni kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia dalam berperan dan berpartisipasi, melakukan kontrol dan menerima manfaat pembangunan di segala bidang kehidupan.

(48)

II- 33 Terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki- laki dalam memperoleh akses, kesempatan setara dan adil dalam pembangunan. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan pembangunan yang selama ini dilaksanakan dengan mengakomodasi persoalan gender, maka diperlukan suatu ukuran yang dapat menjelaskan bahwa pencapaian Kesetaraan dan Keadilan Gender telah berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan kebijakan nasional yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN Tahun 2010-2014 dan dipertegas dalam Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender.

Dalam publikasi Human Development Report tahun 1995, UNDP mengangkat tema gender. Dalam publikasi ini pertama kali diperkenalkan suatu indeks untuk mengukur pembangunan gender suatu wilayah yaitu Gender Development Index/GDI (Indeks Pembangunan Gender/IPG) dan indeks untuk mengukur peranan perempuan dalam bidang ekonomi dan pengambilan keputusan yaitu Gender Empowerment Measure/GEM (Indeks Pemberdayaan Gender/IDG). Dalam publikasi tersebut terdapat kalimat “Development, if not engendered, is endangered”, kalimat ini sepertinya hendak menunjukkan bahwa apabila mengabaikan aspek gender maka akan menghambat suatu wilayah dalam melakukan pembangunan.

IPG merupakan indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia yang sama seperti IPM dengan memperhatikan ketimpangan gender. IPG digunakan untuk mengukur pencapaian dalam dimensi yang sama dan menggunakan indikator yang sama dengan IPM, namun lebih diarahkan untuk mengungkapkan ketimpangan antara laki-laki dan perempuan.

(49)

II- 34 Pada dasarnya IPG dihitung dari variabel yang sama dengan penghitungan IPM. Perbedaannya adalah bahwa dalam penghitungan IPG, rata-rata pencapaian usia harapan hidup, tingkat pendidikan dan pendapatan disesuaikan dengan mengakomodasikan perbedaan pencapaian antara perempuan dan laki-laki.

Selain IPG, UNDP juga mengenalkan ukuran komposit lainnya terkait dengan gender, yakni Indeks Pemberdayaan Gender (IDG), yang digunakan untuk mengukur persamaan peranan antara perempuan dan laki-laki dalam pengambilan keputusan di bidang politik maupun di bidang manajerial. Kedua ukuran ini, IPG dan IDG, diharapkan mampu memberikan penjelasan tentang kesetaraan dan keadilan yang dicapai melalui berbagai program pembangunan.

IDG dibentuk berdasarkan tiga komponen, yaitu keterwakilan perempuan dalam parlemen; perempuan sebagai tenaga profesional, manajer, administrasi, dan teknisi; serta sumbangan pendapatan. Dengan demikian, arah dan perubahan IDG sangat dipengaruhi oleh ketiga komponen pembentuk IDG.

Gambar 2.12

Perkembangan IPG Kabupaten Purworejo dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2014

Referensi