• Tidak ada hasil yang ditemukan

C1. BUKU TES DAN PENGUKURAN PENDIDIKAN JASMANI (CETAK) 2017

N/A
N/A
Restu Ramadhan

Academic year: 2023

Membagikan "C1. BUKU TES DAN PENGUKURAN PENDIDIKAN JASMANI (CETAK) 2017"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

Guru harus berperan aktif memfasilitasi sedemikian rupa sehingga tujuan penilaian dan apa yang akan dinilai dapat dipahami oleh siswa. Namun kenyataannya tidak demikian, kegiatan penilaian merupakan kegiatan penting lainnya yang menentukan masa depan siswa.

Gambar 1. Hubungan tes, pengukuran, dan evaluasi
Gambar 1. Hubungan tes, pengukuran, dan evaluasi

FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN DALAM EVALUASI/PENILAIAN

Model pendekatan penilaian ini banyak digunakan oleh sebagian besar guru pendidikan jasmani pada tahun 1982 sebagai dasar penilaian guru pendidikan jasmani terhadap siswanya. Guru pendidikan jasmani akan dihadapkan pada evaluasi pembelajaran sebagai tindak lanjut dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Pengukuran Hasil Belajar Psikomotor

Bab ini akan membahas dasar pengujian dan pengukuran yang lebih baik dalam pendidikan jasmani dan menyarankan bagaimana pengujian keterampilan dapat digunakan untuk meningkatkan proses pendidikan1. Pada hakikatnya penggunaan soal tes sebagai latihan pengembangan keterampilan akan meningkatkan validitas dan reliabilitas tes karena siswa sudah mempraktekkan soal tes tersebut.

Sebagai Motivasi

Dengan mengingat hal ini, guru dapat menggunakan tes keterampilan yang memungkinkan mereka memberikan umpan balik positif dalam situasi yang tidak mengancam. Bila digunakan dengan benar, tes keterampilan membantu guru menetapkan tujuan daripada menilai siswa secara subyektif.

Untuk Diagnosis

Pertama, pemeringkatan membuat siswa mengetahui kemajuan mereka dalam mencapai tujuan pembelajaran dan posisi mereka di antara siswa lainnya. Namun ketika tujuan pembelajaran tidak pernah ditetapkan dan siswa tidak pernah diuji, maka penentuan rangking atau nilai menjadi kurang bermakna.

Untuk Prediksi

Guru juga dapat menggunakan hasil uji kemahiran untuk mengevaluasi kembali tujuan lama dan merumuskan tujuan dan metode baru. Jika hasil tes menunjukkan bahwa siswa tidak mencapai tujuan, guru harus mengubah tujuan agar sesuai dengan apa yang dapat dicapai siswa atau mengubah pendekatan pembelajaran untuk memberikan lebih banyak waktu untuk pengembangan keterampilan dan pada akhirnya kinerja siswa yang lebih baik pada tes keterampilan. dicapai.

Penempatan (Placement)

Ketika keterampilan berkembang, siswa dapat dengan mudah berpindah dari satu tingkat ke tingkat lainnya. Ketika siswa ditempatkan bersama siswa yang mempunyai kemampuan seimbang dalam belajar, berlatih, atau bermain, rasa takutnya berkurang, hambatannya berkurang, lebih nyaman, lebih aktif, belajar lebih banyak, dan memperoleh lebih banyak kenikmatan dari pengalaman belajar.

Untuk Evaluasi Program

Siswa yang berkemampuan unggul tidak boleh dipaksa untuk belajar pada teman yang kurang berkemampuan dan sebaliknya, siswa yang berkemampuan kurang hendaknya dapat merasakan keberhasilan.

Untuk Evaluasi Guru

Untuk Penelitian

Pastikan tes yang disiapkan sesuai dengan tujuan kurikulum, bukan berdasarkan apa yang tertulis, tetapi berdasarkan apa yang diajarkan. Kriteria tersebut meliputi: (1) validitas, (2) reliabilitas, (3) objektivitas, (4) norma, (5) kemudahan penyelenggaraan tes, (6) kesesuaian usia dan jenis kelamin, (7) nilai edukatif, (8) tes diskriminasi, (9) jenis tes keamanan dan (10) yang dijelaskan di bawah2.

Reliabilitas O- Objektivitas

Derajat hubungan antara 2 variabel (sesuatu yang dapat dicatat, misalnya berat badan, nilai ujian, kecepatan) disebut koefisien korelasi. Barrow & McGee (1979) menyatakan standar estimasi koefisien korelasi validitas yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Objektivitas

Misalnya, jika Jefry mendapat nilai 40 pada tes keterampilan bola voli dinding pada hari Senin dan 41 pada tes yang sama 1 minggu kemudian, tes tersebut dianggap memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi. Ketika skor Jefry adalah 40 dan 41, reliabilitas tes tampak baik karena menunjukkan hasil yang serupa pada pengulangan tes yang sama.

Norma

Objektivitas sangat bergantung pada kejelasan dan kelengkapan instruksi tes yang diberikan dan seberapa ketat prosedur tes diikuti. Untuk memastikan objektivitas, penilai harus mengevaluasi subjek dengan cara yang sama dan mengikuti prosedur pengujian semaksimal mungkin.

Administrasi Tes Mudah

Menyusun dan mengatur sebelum pelaksanaan ujian, karena waktu dan kedisiplinan bisa hilang jika persiapan dilakukan padahal kelas sudah dimulai. Apakah tes tersebut masuk akal sehubungan dengan kebutuhan fisik siswa? siswa tidak boleh terlalu lelah atau terlalu sakit setelah ujian).

Kesesuaian Usia dan Jenis Kelamin

Pertimbangkan pertanyaan-pertanyaan berikut ketika mengevaluasi kemudahan administrasi tes; walaupun jawabannya kurang baik, sehingga harus disesuaikan tanpa mempengaruhi validitas dan reliabilitas tes :.

Nilai Pendidikan

Diskriminasi (Pembeda)

Sebelum memulai tes fisik, siswa hendaknya diberikan kesempatan untuk melakukan pemanasan secukupnya, berlatih dan mempraktikkan tugas-tugas tes. Anak-anak yang lebih kecil tidak dapat diharapkan untuk bekerja dengan intensitas yang sama seperti anak-anak yang lebih besar.

Tipe Tes

Tes ini menggunakan peralatan pengatur waktu untuk mengevaluasi durasi suatu keterampilan (misalnya tes lari cepat) atau pengulangan keterampilan yang sama selama jangka waktu tertentu (misalnya ledakan dinding). Tes jarak menggunakan pita pengukur untuk mengukur seberapa jauh seseorang melempar (misalnya lempar softball, tendangan sepak bola) atau mendorong suatu benda atau tubuh (misalnya lompat jauh).

Mereview Kriteria Tes yang Baik

Para guru juga mengeluhkan tes yang tersedia tidak memadai karena mereka tidak mengukur keterampilan mereka dalam kondisi permainan. Berdasarkan hal tersebut, bab ini memberikan panduan untuk membantu Anda memilih dan menyusun tes keterampilan motorik yang sesuai, yang terdiri dari 10 langkah: (1) meninjau kriteria tes yang baik, (2) menganalisis olahraga, (3) meninjau kriteria tes yang baik. literatur, (4) memilih atau menyusun soal tes, (5) menetapkan prosedur, (6) melakukan peer review, (7) melakukan studi percontohan, (8) menentukan validitas, reliabilitas dan objektivitas, (9) menciptakan norma dan (10) menyusun manual tes3.

Menganalisis Cabang Olahraga

Banyak guru pendidikan jasmani tidak menggunakan tes pra-tertulis karena mereka menemukan bahwa tidak ada tes yang dipublikasikan yang memenuhi kebutuhan spesifik mereka.

MEREVIEW LITERATUR

MEMILIH ATAU MENGKONSTRUKSI ITEM TES

MENETAPKAN PROSEDUR

MELAKUKAN REVIEW TEMAN SEJAWAT

Sangat mudah untuk terjebak dalam prosedur teknis dan melupakan hal-hal sederhana dan sebaliknya. Proses peninjauan ini mungkin membawa Anda kembali ke tahap sebelumnya karena diperlukan perbaikan proses.

MELAKUKAN PILOT STUDY

Beberapa saran mungkin tidak dapat dilaksanakan dan saran lainnya mungkin menambah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan tes. Pada tahap apa pun yang Anda ulangi, lakukan perubahan berdasarkan rekomendasi reviewer dan lakukan proses selanjutnya sesuai tahapan yang perlu diselesaikan.

MENENTUKAN VALIDITAS, RELIABILITAS, DAN OBJEKTIVITAS

MENGEMBANGKAN NORMA

MENYUSUN MANUAL TES

KONSEP TENTANG VALIDITAS TES

Guru pendidikan jasmani harus menyadari faktor-faktor ini dan memperhatikannya ketika memilih dan membuat tes. Suatu alat evaluasi akan memberikan data yang akurat apabila proses pengukuran yang dilakukan dengan alat evaluasi tersebut dilakukan oleh seseorang yang terampil dan teliti serta menguasai instrumen tersebut dengan baik.

TIPE-TIPE VALIDITAS

  • Validitas Isi (Content Validity)
  • Validitas Konstruk (Construct Validity)
  • Validitas Berdasarkan Kriteria (Criterion-Related Validity)
  • Validitas Konkuren (Concurrent Validity)
  • Validitas Ramalan (Predictive validity)

Konsep validitas konstruk sangat berguna dalam tes yang mengukur ciri atau ciri yang tidak memiliki kriteria eksternal. Nilai tes lama yang baku dan terbukti valid dikorelasikan dengan nilai tes baru yang disusun.

Gambar 4. Tipe-tipe Validitas (Safrit, 1986: 119)
Gambar 4. Tipe-tipe Validitas (Safrit, 1986: 119)

TEKNIK PENGUJIAN VALIDITAS TES PENJASORKES

Pendekatan Berdasarkan Pertimbangan Rasional

Pada contoh ini koefisien validitas tes ujian masuk PT sangat tinggi, artinya tes tersebut dapat dikatakan valid sebagai alat prediksi tingkat pencapaian nilai perkuliahan FIK.

Pendekatan Berdasarkan Empirik-Statistik

Dari konsep tersebut maka tes hasil belajar dapat dikatakan mempunyai validitas empiris apabila berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap data observasi lapangan terbukti bahwa tes hasil belajar dapat mengukur dengan tepat hasil belajar yang seharusnya dicapai. diungkapkan atau diukur melalui tes hasil belajar. Untuk mengetahui valid atau tidaknya tes hasil belajar, penelitian dapat dilakukan dari dua aspek, yaitu ketepatan komparatif (concurrent validity) dan validitas prediktif (predictive validity).

CARA MENGETAHUI VALIDITAS ALAT UKUR

  • Cara Mengetahui Validitas Dengan Kriterium Expert Judgement
  • Cara Mengetahui Validitas Dengan Kriterium Tes Terstandar
  • CARA MENGHITUNG VALIDITAS BUTIR SOAL ATAU VALIDITAS ITEM Untuk tes yang terdiri dari banyak item, misal tes yang terdiri dari 10 soal, 5 item,
  • CARA MENGHITUNG VALIDITAS FAKTOR

Hitung koefisien korelasi antara tes keterampilan sepak bola yang telah disiapkan dengan nilai expert judgement (rxy). Validitasnya harus dikalikan 0,89 x yang berarti koefisien validitas tes pengetahuan bola voli yang disusun sangat rendah sehingga perlu dilakukan revisi.

Tabel Persiapan Perhitungan Validitas Tes Keterampilan Bola Voli Dengan Kriterium Tes  Terstandar Bola Voli
Tabel Persiapan Perhitungan Validitas Tes Keterampilan Bola Voli Dengan Kriterium Tes Terstandar Bola Voli

SUMBER KESALAHAN PENGUKURAN RELIABILITAS

Kesalahan pengukuran diartikan sebagai perubahan skor kinerja seseorang yang disebabkan oleh alat/peralatan, kesalahan dalam penilaian dan kesalahan dalam pelaksanaan, termasuk pembacaan skala (misalnya: hasil lompat Rifki pada angka lompat tinggi 145,5 cm terbaca 145 cm atau 146 cm). . Yang pertama disebut kesalahan pengukuran dan yang kedua disebut kesalahan sistematik.

KOEFISIEN RELIABILITAS TES PENJASORKES

Semakin besar tuntutan gaya (melempar sekuat tenaga, melompat sejauh mungkin, menarik dinamometer punggung dan kaki sekuat tenaga), maka semakin tinggi pula persyaratan tingkat koefisien reliabilitasnya. Di sisi lain, tidak masuk akal untuk mengharapkan koefisien reliabilitas sebesar 0,85 atau lebih untuk tes pendidikan jasmani yang memerlukan tingkat ketelitian dalam pelaksanaannya.

METODE ESTIMASI RELIABILITAS TES

Metode Tes dan Tes Ulang (Test-retest)

Rumus yang umum digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas tes dan tes ulang adalah teknik korelasi Pearson Product Moment. Jika metode tes dan tes ulang ini digunakan, laporkan interval waktu antara tes pertama dan tes ulang.

Tabel 2: Hasil analisis koefisien korelasi metode tes dan tes ulang  Subjek  Skor Tes Pertama
Tabel 2: Hasil analisis koefisien korelasi metode tes dan tes ulang Subjek Skor Tes Pertama

Metode Tes Sejajar (Parallel Form)

Faktanya, dua tes paralel hanya ada secara teoritis, dan tidak benar-benar paralel secara empiris. Dua tes paralel yang menghasilkan hasil yang sangat berkorelasi satu sama lain disebut tes reliabel, dan koefisien korelasinya adalah koefisien reliabilitas tes yang bersangkutan.

Tabel 3. Hasil analisis koefisien korelasi tes bentuk paralel   Subjek  Skor Tes Bentuk I
Tabel 3. Hasil analisis koefisien korelasi tes bentuk paralel Subjek Skor Tes Bentuk I

Metode Belah Dua (Split-Half)

Setelah dua tes paralel diperoleh, estimasi reliabilitas dilakukan dengan menerapkan kedua tes secara bersamaan pada sekelompok subjek. Misalnya suatu pengujian yang hasilnya sebagian ditentukan oleh kecepatan kerja (speed test) memerlukan metode pembagian yang berbeda dengan metode pembagian yang digunakan dalam pengujian yang mengukur daya maksimum (uji kekuatan).

PENGERTIAN OBJEKTIVITAS

Dari pendapat di atas dapat diperoleh pengertian bahwa objektivitas dapat diartikan sebagai tingkat kekonsistenan atau keteguhan hasil yang diperoleh dari dua orang penguji atau lebih pada mata pelajaran yang sama. Dengan kata lain, pengukuran dikatakan objektif jika dua orang penguji atau lebih memberikan skor atau nilai yang sama kepada peserta tes dalam satu tes.

TIPE-TIPE OBJEKTIVITAS

Phillips (1979) juga menyatakan hal serupa bahwa tingkat objektivitas suatu tes atau alat ukur tercapai jika. Besarnya koefisien objektivitas tes pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan dapat dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi.

Penilaian Acuan Norma (Norm-Referenced Measured)

Pendekatan tarif acuan (PAN) pada hakikatnya menggunakan kurva normal dan hasil perhitungan statistik sebagai dasar evaluasi. Tarif penilaian berdasarkan penilaian acuan tarif dengan menggunakan standar penilaian 1 – 10 dapat dijelaskan pada Tabel 2.

Tabel 1. Hasil tes pengetahuan umum penjaskes
Tabel 1. Hasil tes pengetahuan umum penjaskes

Penilaian Acuan Patokan (Criterion- Referenced Measured)

Misal : Nilai maksimal ujian pengetahuan umum mata pelajaran pendidikan jasmani adalah 80, maka tingkat penguasaan materi secara keseluruhan adalah sebagai berikut: (a) 72 - 80 mendapat nilai A, (b) 64 - 71 mendapat nilai B , (c) 56 - 63 mendapat nilai C, (d) 48 - 55 mendapat nilai D, dan (e) kurang dari 55 mendapat nilai E. Berdasarkan tabel 3 di atas, misalnya Wibisono mendapat nilai 74 , maka Wibisono akan mendapat nilai A atau 4 karena 74 berada pada interval nilai tingkat penguasaan materi antara 72 dan 80.

SISTEM PENILAIAN DALAM PENDIDIKAN JASMANI

  • Metode Kesenjangan Dalam Distribusi
  • Metode Persentase
  • Metode Kurva Normal
  • Penilaian Berdasarkan Kontrak
  • Pendekatan Portofolio

Mengembangkan kebugaran jasmani siswa melalui pembelajaran pendidikan jasmani bertujuan untuk meningkatkan kondisi jasmani siswa agar dapat mengikuti dengan baik kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sekolah sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Saat ini konsep kebugaran jasmani telah berkembang menjadi dua jenis, yaitu: kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan dan kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan.

Tabel 5: Jumlah angka bagi setiap tugas dan penentuan nilai
Tabel 5: Jumlah angka bagi setiap tugas dan penentuan nilai

PENGUKURAN KOMPONEN KESEGARAN JASMANI

  • Daya Tahan Jantung dan Paru (Cardiorespiratory Endurance)
  • Kekuatan Otot/Strength
  • Kelentukan (Flexibility)
  • Kecepatan (Speed)
  • Kelincahan (Agillity)
  • Keseimbangan (Balance)
  • TKJI (Tes Kesegaran Jasmani Indonesia)

Soal tes untuk mengukur daya tahan jantung paru dapat dilakukan dengan menggunakan uji laboratorium atau uji lapangan. Untuk mengetahui kekuatan kemampuan siswa, secara umum dapat dilakukan dengan menggunakan butir-butir tes berikut.

Usia 6 – 9 Tahun (Putra dan Putri) 1. Lari 30 meter

Rangkaian soal tes yang terdapat dalam TKJI adalah: tes kecepatan diukur dengan menggunakan tes lari 30 meter, 40 meter, 50 meter dan 60 meter (sesuai tingkatan umur). Tes kekuatan otot perut diukur dengan menggunakan sit up dan tes ketahanan otot lengan dan bahu diukur dengan cara menekuk siku (wanita) dan mengangkat badan (pria).

Tes TKJI merupakan tes yang mengukur komponen biomotor secara lengkap dalam serangkaian tes. Tes power diukur dengan menggunakan lompat vertikal dan tes ketahanan jantung paru diukur dengan menggunakan tes lari 600 meter, 800 meter, 1000 meter dan 1200 meter sesuai dengan umur dan jenis kelamin peserta didik.

TES KARDIOVASKULER (HARVARD STEP TEST)

Rumus Panjang

TES KECAKAPAN BERMAIN BULUTANGKIS (LOCKHART – MC PHERSON)

TES KECAKAPAN BERMAIN BOLA VOLI (BRADDY VOLLEY BALL TEST, 1945)

TES KECAKAPAN BERMAIN BOLA BASKET STO (SEKOLAH TINGGI OLAHRAGA)

Memantulkan Bola ke Tembok

Testi melempar bola ke belakang garis batas dengan menggunakan lemparan samping atau lemparan atas. Jika bola jatuh di antara garis. Pada isyarat “Siap”, anak berdiri di belakang garis batas, menghadap gawang atau tembok, dengan bola di kedua tangan.

Menggiring Bola

Pada isyarat “Siap”, penguji berdiri di belakang garis start, meletakkan bola di tengah-tengah garis start. Setelah isyarat “Ya”, subjek segera mengambil bola dan mengendarainya ke arah atau jalur yang ditunjukkan pada gambar hingga melintasi garis finis kembali.

Menembak Bola Ke Ring Basket Selama Menit

Jumlah bola yang memantul ke tembok, waktu menggiring bola hingga 0,1 detik, dan jumlah gol yang dicetak dalam satu menit merupakan hasil kasar atau nilai mentah setiap subjek tes. Skor keterampilan = 181, maka melihat standar penilaian yang berlaku, terlihat bahwa siswa SMA ini mempunyai keterampilan bermain basket dengan kategori CUKUP.

JOHNSON BASKET BALL TEST (1934) Johnson basket ball test terdiri atas 3 item, yaitu

Menembakkan bola ke basket

Waktu yang diperlukan guru untuk menguji kurang lebih 40 siswa dengan satu stasiun pantul bola, satu stasiun menggiring bola, dan dua stasiun lempar bola selama satu menit adalah satu jam pelajaran.

Melemparkan bola ke arah sasaran Pelaksanaan

Perlu diperhatikan bahwa dalam tes ini guru harus menunjuk siswa yang dianggap mampu membantunya, untuk itu harus ada latihan sebelumnya. Validitas tes diperoleh dengan menguji 180 siswa yang dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok baik terdiri dari 50 siswa laki-laki dan kelompok kurang baik terdiri dari 130 siswa laki-laki.

TES KECAKAPAN BERMAIN SEPAK BOLA (Mc. Donals Soccer Test)

Testi berdiri di belakang garis batas menghadap bola di tengah lapangan. Saat menendang bola, kaki pendukung harus berada di belakang garis batas untuk mencetak gol.

TES TENIS MEJA DARI STO YOGYAKARTA

Dinding atau tiang penyangga meja tenis meja yang tegak lurus dengan bagian horizontal meja. Pada sinyal “Ya”, penguji menjatuhkan bola ke atas meja dan kemudian memukul bola pada bagian yang ditinggikan tegak lurus dengan bagian horizontal meja.

TES KETERAMPILAN BERMAIN TENIS LAPANGAN (Tes Tenis Dyer, 1938) Tujuan : Mengukur kecakapan umum dalam bermain tenis

Untuk menjaga kemampuan memukul bola, peserta tes boleh melangkah maju melampaui garis latihan dan juga diperbolehkan melakukan tendangan voli. Penilaian: setiap bola yang dipukul dari belakang garis batas dan masuk ke daerah gawang atau mengenai garis net diberikan satu poin.

Scale Test Score

MODIFIKASI TES KETERAMPILAN BERMAIN TENIS LAPANGAN BAGI MAHASISWA (NGATMAN, 2000)

  • Tes Serve
  • Tes Forehand Groundstrockes
  • Tes Backhand Groundstrokes
  • Tes Volley Forehand
  • Tes Volley Backhand

Bola pukulan dikerjakan lewat di antara jaring dan tali dan jatuh ke dalam kawasan gol. Bola pukulan dikerjakan lewat di antara jaring dan tali dan jatuh ke dalam kawasan gol.

Gambar 8. Arena tes Backhand Grounstrokes   Pelaksanaan
Gambar 8. Arena tes Backhand Grounstrokes Pelaksanaan

Tes dan Pengukuran Untuk Daya Tahan Aerobik (Lari 15 menit) 1) Tujuan untuk mengukur kapasitas aerobik

Tes dan Pengukuran Untuk Daya Tahan Aerobik (Lari 2400 meter) 1) Tujuan dari tes: mengukur daya tahan jantung paru

Tes dan Pengukuran Untuk Daya Tahan Aerobik (Multistage Fitness Test) 4

Setiap ujung level ditandai dengan sinyal “bip” tiga kali berturut-turut dan penjelasan dari kaset. Jika sampai sebelum bunyi “bip” berikutnya berbunyi, testis berbalik dengan bertumpu pada salah satu sumbu putaran kaki dan menunggu bunyi “bip” terus berjalan. e) Subjek tes harus berlari selama mungkin hingga tidak mampu lagi mengimbangi kecepatan kaset dan secara sukarela mengundurkan diri dari tes.

Tes dan Pengukuran Keseimbangan 6 a. Stork Stand

Pada tanda “ya”, testis mengangkat tumit dari lantai (jari kaki) dan tetap pada posisi ini selama mungkin tanpa menggerakkan atau meletakkan tumit di lantai. Data norma uji bangau untuk pria dan wanita menurut Schell & Leelarthaepin dalam Mackenzie, B.

Gambar Stork Stand  Sumber: Mackenzie, B. (2000)  Penilaian:
Gambar Stork Stand Sumber: Mackenzie, B. (2000) Penilaian:

Tes Kekuatan dan Daya Tahan Otot 7

Tes Kekuatan dan Daya Tahan Badan Atas 8

12,5-20 cm melewati jari kaki atau lebih dari 5 cm di depan jari kaki hingga 12,5 cm melewati jari tangan. Pengukuran dan Evaluasi dalam Pendidikan Jasmani: New York, Cichester, Brisbane, Toronto: John Wiley and Sons.

Gambar

Gambar 1. Hubungan tes, pengukuran, dan evaluasi
Gambar 1. Model sistematis evaluasi yang sesuai untuk setting pendidikan di sekolah  Sumber: Baumgartner et al
Gambar 2. Kriteria tes yang baik
Gambar 3. Contoh diskriminasi penskoran
+7

Referensi

Dokumen terkait