• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of CADANGAN DEVISA, FINANCIAL DEEPENING DAN STABILISASI NILAI TUKAR RIIL RUPIAH AKIBAT GEJOLAK NILAI TUKAR PERDAGANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of CADANGAN DEVISA, FINANCIAL DEEPENING DAN STABILISASI NILAI TUKAR RIIL RUPIAH AKIBAT GEJOLAK NILAI TUKAR PERDAGANGAN"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

Upaya mengatasi dampak memburuknya nilai tukar perdagangan terhadap nilai tukar dapat menggunakan cadangan internasional yang dimiliki negara yang bersangkutan. Jadi jika terjadi depresiasi nilai tukar riil karena memburuknya kondisi perdagangan, di situlah cadangan devisa ikut berperan. Membaiknya nilai tukar perdagangan akan meningkatkan aliran masuk modal, yang pada gilirannya akan mendorong apresiasi nilai tukar riil.

Upaya mengatasi fluktuasi nilai tukar akibat guncangan term of trade selain cadangan devisa juga dapat diatasi dengan mengukur pendalaman perekonomian suatu negara. Negara dengan rasio pendalaman keuangan yang besar cenderung mengurangi peran cadangan devisa sebagai stabilisator nilai tukar riil. Oleh karena itu, cadangan devisa wajib tidak perlu sebesar cadangan devisa wajib jika suatu negara menerapkan sistem nilai tukar tetap.

Dengan tersedianya cadangan devisa yang cukup, apabila suatu negara menghadapi kondisi perdagangan yang buruk yang kemudian mempengaruhi nilai tukar riilnya, maka cadangan devisa dapat berperan sebagai penyerap. Semakin besar capital outflow maka permintaan terhadap mata uang asing akan semakin besar dan pada gilirannya nilai tukar akan melemah. Teknik estimasi data panel digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh cadangan devisa terhadap stabilisasi nilai tukar akibat guncangan term of trade.

Dimana: RER adalah nilai tukar riil (Real Exchange Rate); ETOT adalah efisiensi nilai tukar perdagangan yang dinilai dari keterbukaan perdagangan dikalikan nilai tukar perdagangan (Terms of Trade); RES merupakan cadangan internasional (International Reserves); FD adalah kedalaman sektor keuangan (Financial Depth); i adalah identifikasi penampang; t adalah identifikasi deret waktu; εit adalah koefisien perancu (istilah kesalahan).

HASIL DAN ANALISA

Model International Reserves Mitigation Terms

Dengan asumsi kenaikan nilai tukar riil merupakan depresiasi nilai tukar domestik atau apresiasi nilai tukar mitra dagang, maka peningkatan nilai tukar efektif suatu negara relatif terhadap negara mitra dagangnya cenderung meningkat (depresiasi). . ) nilai tukar riil. Berdasarkan hasil estimasi, dapat dikatakan bahwa peningkatan atau perbaikan nilai tukar efektif suatu negara berdampak pada peningkatan (apresiasi) nilai tukar riil negara lain sebagai mitra dagang utama, atau penurunan (depresiasi) nilai tukar. . di negaramu sendiri. Peningkatan ekspor nasional yang terjadi yang berdampak pada membaiknya nilai tukar perdagangan mendorong apresiasi nilai tukar riil.

Oleh karena itu, peningkatan dan perbaikan nilai tukar perdagangan Indonesia yang efektif sangat penting agar nilai tukar Indonesia dapat terapresiasi dibandingkan negara-negara lain dalam studi ini. Hal ini menggambarkan bahwa depresiasi nilai tukar negara-negara tersebut terjadi seiring semakin terbukanya perdagangan internasional. Secara umum perdagangan internasional Amerika terdiri dari ekspor barang-barang industri atau teknologi tinggi. Hal ini memastikan bahwa nilai tukar negara-negara tersebut elastis terhadap perubahan yang terjadi dalam ketentuan perdagangan efektif.

Cadangan devisa berperan sebagai buffer stock yang berfungsi ketika terjadi depresiasi nilai tukar akibat guncangan perdagangan. Jadi dapat dikatakan bahwa ketika nilai tukar turun, cadangan devisa akan berperan sebagai penstabil nilai tukar9. Penggunaan cadangan devisa sebagai instrumen pengendalian nilai tukar sudah lazim digunakan oleh bank sentral, meskipun rezim nilai tukar yang mereka anut adalah nilai tukar mengambang bebas.

Intervensi bank sentral untuk menstabilkan nilai tukar dengan menggunakan cadangan devisa hanya dilakukan ketika nilai tukar terlalu berfluktuasi. Atas upaya tersebut, cadangan devisa masih menjadi pilihan utama penstabil nilai tukar selama ini. Artinya, apabila nilai tukar terdepresiasi akibat term of trade shock, maka cadangan devisa Indonesia tidak akan berperan penuh sebagai stabilisator nilai tukar yang terdepresiasi (ceteris paribus).

Kondisi yang sama dengan data yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan cadangan devisa belum memiliki peran sebagai stabilisator nilai tukar. Peran buffering cadangan devisa di negara ini telah berfungsi dengan baik dalam menghadapi depresiasi nilai tukar akibat guncangan term of trade. Hal inilah yang menggambarkan bahwa Korea Selatan efektif dalam menggunakan cadangan devisanya sebagai instrumen pengendalian nilai tukar ketika nilai tukar riil terdepresiasi akibat guncangan term of trade.

Sementara kasus di AS hampir sama dengan Indonesia, dimana cadangan devisa sebagai instrumen pengendali nilai tukar kurang efektif penggunaannya. Rezim nilai tukar mengambang bebas juga memberikan argumen atas tidak efektifnya cadangan devisa sebagai instrumen pengendalian nilai tukar.

Table III.1
Table III.1

Model Financial Deepening Mitigation Terms

Untuk hasil estimasi model mitigasi pendalaman keuangan seperti pada tabel di atas, tanda koefisien regresi variabel syarat perdagangan efektif menunjukkan bahwa arah dampak tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan. Dari hasil umum evaluasi model syarat mitigasi pendalaman keuangan diperoleh hasil bahwa koefisien syarat perdagangan efektif mempunyai nilai sebesar 0,21. Hal ini berdampak besar terhadap efektivitas term of trade dalam mempengaruhi nilai tukar riil di setiap negara.

Sedangkan variabel financial depthing smoothing term (ETOT*RES*FD) ​​mempunyai koefisien negatif dan signifikan yang menunjukkan bahwa financial depthing tidak berperan sebagai buffer ketika suatu negara mengalami depresiasi nilai tukar riil akibat termin. dari teman saudagar itu. Devaluasi nilai tukar yang disebabkan oleh guncangan perdagangan tidak dapat distabilkan oleh pendalaman keuangan negara-negara yang bersangkutan. Dapat diartikan bahwa besarnya elastisitas nilai tukar riil terhadap efektifitas trade shock tidak terlalu berdampak pada peran financial depthing sebagai buffer ketika terjadi depresiasi nilai tukar akibat kondisi trade shock.

Estimasi spesifik variabel mitigasi pendalaman keuangan (ETOT*RES*FD) ​​menghasilkan nilai koefisien individual yang mempengaruhi nilai tukar riil pada tingkat kepercayaan 1%. Hasil estimasi menunjukkan bahwa tanda koefisien variabel mitigasi financial deeping untuk Korea adalah negatif yang menunjukkan bahwa peran financial deeping kurang optimal sebagai shock absorber terhadap depresiasi nilai tukar ketika terjadi depresiasi nilai tukar. karena perdagangan di Korea. Hal ini dapat diartikan seolah-olah terjadi depresiasi nilai tukar Indonesia dan AS akibat trade shock, yang setelah itu financial depthing akan berperan sebagai penstabil nilai tukar (shock absorber) terhadap mata uang negara yang melakukan devaluasi.

Tanda positif pada koefisien variabel mitigasi financial depthing berarti bahwa financial depthing dapat berperan sebagai stabilisator nilai tukar akibat term of trade shock (Aizenman dan Crichton (2006: 6). American financial depthing berperan sebagai penstabil nilai tukar dolar AS terhadap mata uang negara lain negara mitra dagang utamanya. Jumlah uang beredar mendorong apresiasi nilai tukar secara otomatis ketika nilai tukar terdepresiasi akibat term of trade shock.

Hongkong, Jepang dan Singapura, variabel syarat mitigasi financial deeping tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar riil. Dalam kondisi tersebut, kita dapat mengartikan bahwa semakin meningkatnya financial depthing justru berdampak pada jatuhnya nilai tukar Korea Selatan. Di Indonesia, penggunaan uang beredar sebagai penyerap ketika nilai tukar terdepresiasi akibat guncangan nilai tukar perdagangan masih kurang optimal.

Table III.3
Table III.3

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Kesenjangan hasil bagi Hong Kong juga disebabkan karena negara ini menganut sistem nilai tukar tetap, sehingga yang lebih berperan sebagai penstabil nilai tukar adalah dengan menggunakan cadangan devisa. Hal ini memperkuat hasil empiris model pengurangan cadangan internasional yang menunjukkan bahwa hanya Korea Selatan yang efektif dalam menggunakan cadangan internasional sebagai penstabil nilai tukar riil ketika terjadi depresiasi nilai tukar akibat guncangan perdagangan. Rasio pendalaman keuangan Indonesia pada periode penelitian tidak mendukung stabilitas nilai tukar pada periode yang sama, dimana rata-rata pertumbuhan pendalaman keuangan Indonesia tumbuh negatif sebesar 4,24%.

Kondisi ini menunjukkan bahwa pemanfaatan financial depth sebagai stabilisator nilai tukar riil di Indonesia belum efektif, meskipun hasil estimasi menunjukkan pentingnya peran financial depth sebagai shock absorber dalam menstabilkan nilai tukar Rupiah. Peran financial depthing dalam menstabilkan nilai tukar secara keseluruhan tidak berperan sebagai shock absorber dalam menstabilkan nilai tukar mata uang masing-masing negara. Hanya Korea yang menunjukkan peran cadangan devisa sebagai buffer untuk menstabilkan nilai tukar ketika terjadi fluktuasi nilai tukar akibat guncangan persyaratan perdagangan.

Searah dengan penggunaan cadangan internasional yang menunjukkan bahwa hanya Korea Selatan yang berperan dalam penggunaan cadangan internasional untuk menstabilkan nilai tukar negaranya, dalam konteks pendalaman keuangan di negara tersebut, pendalaman keuangan sebenarnya tidak berperan. sebagai penstabil nilai tukar ketika nilai tukar terdepresiasi selama terjadi guncangan persyaratan perdagangan. Pendalaman keuangan Indonesia dan Amerika berperan penting dalam upaya stabilisasi nilai tukar. Bagi negara Jepang, Hong Kong, dan Singapura, peran buffer stock yang berasal dari cadangan devisa dan shock absorber dari financial deepening tidak terlalu berpengaruh terhadap upaya stabilisasi nilai tukar setelah terjadi guncangan term trade.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya stabilisasi nilai tukar di Indonesia lebih efektif dengan penggunaan financial deeping dibandingkan dengan penggunaan instrumen cadangan internasional. Bank sentral sebagai pemegang kebijakan intervensi nilai tukar sebaiknya mengevaluasi kembali penggunaan instrumen cadangan internasional, terutama ketika terjadi depresiasi nilai tukar yang disebabkan oleh Term of Trade Shock seperti saat ini. Hal inilah yang menyebabkan pendalaman keuangan Indonesia tumbuh negatif dan perannya terhadap stabilitas nilai tukar cenderung kecil dibandingkan kebutuhan standar.

Hal ini dapat diartikan bahwa meskipun peran financial depthing bernilai positif terhadap nilai tukar, namun peran financial depthing adalah sebagai shock absorber ketika depresiasi nilai tukar riil cenderung lebih kecil. Hal ini didasari oleh belum efektifnya cadangan devisa sebagai penstabil nilai tukar (buffer stock) dibandingkan dengan perannya yang sama sebagai financial depthing (shock absorber). Pemeliharaan cadangan devisa bertujuan untuk memastikan bahwa bank sentral memberikan kepercayaan kepada pasar terhadap kuatnya cadangan devisa dan mempengaruhi pelaku pasar bahwa fundamental perekonomian kuat untuk mengatasi fluktuasi nilai tukar akibat guncangan term of trade.

Perlunya perbaikan kondisi pendalaman keuangan ini bertujuan untuk menindaklanjuti hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pendalaman keuangan memiliki peran buffer stock yang cukup untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Variabel kedua yaitu Effective Terms of Trade*RES (Reserves Mitigation Terms) digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh cadangan devisa sebagai penstabil nilai tukar akibat guncangan Terms of Trade.

JUDUL BAB JUDUL BAB JUDUL BAB

Gambar

Table III.1
Table III.1
Grafik III.1
Grafik III.1
+3

Referensi

Dokumen terkait

Nilai tukar riil yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan suatu indeks harga untuk Indonesia (P), sebuah indeks harga untuk harga-harga di luar negeri (P*)

Ketiga variabel menunjukkan ke arah positif semua yang artinya jika variabel ekspor, nilai tukar dan cadangan devisa meningkat/menguat maka akan mempengaruhi pertumbuhan

N Minimum Maximum Mean Std.. Universitas

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulan bahwa tidak terdapat hubungan dua arah maupun satu arah antara cadangan devisa dan nilai tukar

Cadangan devisa di dalam konsep International Reserves and Foreign Currency Liquidity (2001), cadangan devisa atau official reserves assets didefinisikan sebagai

Berdasarkan hasil pengujian nilai F hitung sebesar 31,28531 > F tabel 0,152 yang berarti bahwa variabel independen dalam penelitian ini yakni cadangan devisa dan neraca

Skripsi ini membahas mengenai pengaruh yang ada pada variabel cadangan devisa, investasi asing langsung dan suku bunga bank Indonesia terhadap nilai tukar

Cadangan devisa di dalam konsep International Reserves and Foreign Currency Liquidity (2001), cadangan devisa atau official reserves assets didefinisikan sebagai