Pemilihan terapi cairan pada DBD
Kunci tata laksana DBD terletak pada deteksi dini fase kritis, yaitu saat suhu turun (the time of defervescence) yang merupakan fase awal terjadinya kegagalan sirkulasi, dengan melakukan observasi klinis disertai pemantauan kebocoran plasma dan gangguan hemostasis.
Prognosis DBD terletak pada pengenalan tanda- tanda bahaya secara awal dan pemberian cairan larutan garam isotonik atau kristaloid sebagai cairan awal pengganti volume plasma sesuai dengan berat ringan penyakit. Perhatian khusus pada kasus dengan peningkatan hematokrit yang terus menerus dan penurunan jumlah trombosit yang cepat.
Cairan intravena diperlukan, apabila:
• Terus menerus muntah, tidak mau minum, demam tinggi sehingga tidak mungkin diberikan minum per oral, ditakutkan terjadinya dehidrasi sehingga mempercepat terjadinya syok
• Nilai hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala. Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit
• Pada saat pasien datang, berikan cairan kristaloid sesuai cairan dehidrasi sedang (6-7 ml/kgBB/jam). Monitor tanda vital, diuresis setiap jam dan hematokrit serta trombosit setiap 6 jam. Selanjutnya evaluasi 12-24 jam.
Apabila selama observasi keadaan umum membaik yaitu tampak tenang, tekanan nadi kuat, tekanan darah stabil, diuresis cukup, dan kadar Ht cenderung turun minimal dalam 2 kali pemeriksaan berturut-turut, maka tetesan dikurangi secara bertahap menjadi 5 ml/kgBB/jam, kemudian 3 ml/kgBB/jam dan akhirnya cairan dihentikan setelah 24-48 jam.
Jenis Cairan
Kristaloid: ringer laktat (RL), ringer asetat (RA), ringer maleate, garam faali (GF), Dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL), Dekstrosa 5% dalam larutan ringer asetat (D5/RA), Dekstrosa 5% dalam 1/2 larutan garam faali (D5/1/2LGF).
(Catatan: Untuk resusitasi syok dipergunakan larutan kristaloid yang tidak mengandung dekstosa)
Perjalanan penyakit DBD
Lama perjalanan penyakit dengue yang klasik umumnya berlangsung selama 7 hari dan terdiri atas 3 fase,
yaitu fase demam yang berlangsung 3 hari (hari sakit ke-1 sampai dengan hari ke-3), fase kritis, dan fase penyembuhan. Pada fase demam, anak memerlukan minum yang cukup karena demam tinggi. Anak biasanya tidak mau makan dan minum sehingga dapat mengalami dehidrasi, terlihat sakit berat, muka dapat terlihat kemerahan (flushing), dan biasanya tanpa batuk dan pilek. Saat ini nilai hematokrit masih normal dan viremia berakhir pada fase ini.
Fase demam akan diikuti oleh fase kritis yang berlangsung pada hari ke-4 dan ke-5 (24-48 jam), pada saat ini demam turun,sehingga disebut sebagai fase deffervescene. Fase ini kadang mengecoh karena orangtua menganggap anaknya sembuh oleh karena demam turun padahal anak memasuki fase berbahaya ketika kebocoran plasma menjadi nyata dan mencapai puncak pada hari ke-5. Pada fase tersebut akan tampak jumlah trombosit terendah dan nilai hematokrit tertinggi. Pada fase ini, organ-organ lain mulai terlibat. Meski hanya berlangsung 24-48 jam, fase ini memerlukan pengamatan klinis dan laboratoris yang ketat.
Setelah fase kritis pada DBD, anak memasuki fase penyembuhan, kebocoran pembuluh darah berhenti seketika, plasma kembali dari ruang interstitial masuk ke dalam pembuluh darah. Pada fase ini, jumlah trombosit mulai meningkat, hematokrit menurun, dan hitung leukosit juga mulai meningkat. Fase ini hanya berlangsung 1-2 haritapi dapat menjadi fase berbahaya apabila cairan intravena tetap diberikan dalam jumlah berlebih sehingga anak dapat mengalami kelebihan cairan dan terlihat sesak. Pada hari-hari tersebut demam dapat meningkat kembali tetapi tidak begitu tinggi sehingga memberikan gambaran kurva suhu seperti pelana kuda.