Cara Menghitung Break Even Point (BEP), Simak Contoh Ini!
Bagaimana cara menghitung atau mencari Break Even Point (BEP) baik itu dalam unit produksi atau nilai Rupiah dalam bisnis.
Sebagai seorang pebisnis, Anda tentu sering membuat keputusan terkait investasi untuk pengembangan pemasaran.
Untuk menghitung berapa tahun perusahaan dapat menghasilkan keuntungan atau untuk memastikan kapan usaha Anda mengalami balik modal.
Karena itu Anda harus paham tentang cara menghitung Break Even Point (BEP) dan menganalisanya.
Break Even Point atau nama lain dari analisis titik impas diartikan sebagai suatu keadaan atau titik di mana perusahaan dalam kegiatan operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian juga.
Jumlah laba dan biaya suatu perusahaan dalam posisi yang sama atau seimbang, sehingga dalam prosesnya tidak mendapatkan keuntungan dan kerugian.
Pengertian Break Even Point (BEP)
Break Even Point (BEP) adalah titik dimana pendapatan sama dengan modal yang dikeluarkan, tidak terjadi kerugian atau keuntungan.
Total keuntungan dan kerugian ada pada posisi 0 (nol).
Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel.
Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka artinya perusahaan menderita kerugian.
Sebaliknya, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan, maka perusahaan tersebut akan memperoleh keuntungan.
Mencai nilai Break Even Point (BEP) sangat penting bagi sebuah perusahaan karena dapat membantu Anda dalam membuat keputusan, seperti contoh
apakah Anda perlu menaikkan harga produk atau mengurangi biaya operasional.
Selain itu, informasi ini juga sering digunakan oleh para pelaku saham.
Kalkulasi saham yang dibuat dengan menggunakan metode Break Even Point (BEP) saat seseorang melakukan kegiatan jual beli saham dapat menganalisa kapan saat yang tepat untuk membeli (call) dan kapan harus menjual (put).
Konsep Titik Impas
Perhitungan atau penutupan BEP tergantung pada konsep-konsep yang mendasari atau asumsi yang digunakan didalamnya.
Menurut Susan Irawati dalam bukunya “Manajemen Keuangan”, terdapat beberapa asumsi dasar yang digunakan dalam menghitung Break Even Point (BEP) yaitu adalah sebagai berikut:
1. Biaya yang terjadi dalam suatu perusahaan harus digolongkan kedalam biaya tetap dan biaya variabel.
2. Biaya variabel yang secara total berubah sesuai dengan perubahan volume, sedangkan biaya tetap tidak mengalami perubahan secara total.
3. Jumlah biaya tetap tidak berubah walaupun ada perubahan kegiatan, sedangkan biaya tetap perunit akan berubah-ubah.
4. Harga jual per-unit konstan selama periode dianalisis.
5. Jumlah produk yang diproduksi dianggap selalu habis terjual.
6. Perusahaan menjual dan membuat satu jenis produk, bila perusahaan membuat atau menjual lebih dari satu jenis produk maka “perimbangan hasil penjualan” setiap produk tetap.
Selain itu, ada juga istilah yang disebut Break Even Analysis yang merupakan dasar dari seluruh metode titik impas.
Fungsi Break Even Analysis adalah untuk mengetahui volume penjualan akan menghasilkan keuntungan atau kerugian.
Manfaat perhitungan Break Even Analysis yaitu:
1. Memberikan informasi banyaknya investasi yang butuhkan agar dapat mengimbangi pengeluaran awal.
2. memberi margin sebagai langkah pembatas supaya tidak mengalami kerugian
3. Digunakan secara luas, baik dalam analisa jual beli saham dan menganalisa budget dari berbagai macam project yang dilakukan perusahaan.
Komponen dalam Perhitungan Break Even Point (BEP)
Sebelum Anda menghitung nilai Break Even Point (BEP), baik itu dalam unit produksi atau Rupiah, terlebih dahulu Anda harus memahami komponen penting di dalamnya:
1. Biaya Tetap (Fixed Cost), baik ketika perusahaan sedang berproduksi maupun tidak berproduksi.
2. Biaya Variable (Variabel Cost), Komponen ini bersifat dinamis dan bergantung pada tingkat volume produksinya. Jika produksi meningkat, maka biaya variabel juga akan meningkat.
3. Harga Jual (Selling Price), harga jual per unit barang atau jasa yang telah diproduksi.
4. Pendapatan (Revenue), merupakan jumlah pemasukan yang diterima oleh penjual barang.
5. Laba (Profit) , merupakan sisa penghasilan setelah dikurangi biaya tetap dan biaya variable.