• Tidak ada hasil yang ditemukan

CASE REPORT RHINITIS ALERGI

N/A
N/A
Nessy Obrilla

Academic year: 2023

Membagikan "CASE REPORT RHINITIS ALERGI "

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

CASE REPORT

RHINITIS ALERGI

Disusun oleh :

Nessy Obrilla Rendung 2165050048

Pembimbing :

dr. Yohanis Yan Runtung, Sp. THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT PERIODE 16 OKTOBER – 18 NOVEMBER 2023

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

2023

(2)

01 02

03 04

Laporan Kasus Tinjauan Pustaka

Diagnosis Tatalaksana

Table of contents

05

Komplikasi

(3)

Laporan

Kasus

(4)

IDENTITAS PASIEN

Nama Tn. BM

Usia 72 Tahun

Alamat Cawang, Jakarta Timur

Pekerjaan Pensiunan

Pendidikan S1

Agama Kristen

Status Sudah menikah

(5)

Anamnesis

Keluhan Utama

Bersin-bersin dan disertai hidung berair sejak ± 1 bulan yang lalu

Keluhan Tambahan

Hidung terkadang sumbat, terasa gatal dan disertai suara bindeng

(6)

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang ke poli THT dengan keluhan bersin-bersin terus- menerus dan hidung berair sudah sejak 1 bulan yang lalu. Pasien mengatakan keluhan ini sering muncul di pagi hari dan jika pasien berada di lingkungan yang berdebu. Sejak seminggu pasien juga mengeluhkan hidungnya sering terasa mampet atau sumbat, keluhan tersumbat ini dirasakan hilang timbul dan dirasakan terutama pada malam hari. Selain itu pasien juga mengatakan hidung terasa gatal terutama saat pasien sedang bersin-bersin dan pasien mengatakan suara menjadi bindeng, suara bindeng ini dirasakan pasien saat hidung pasien sedang terasa tersumbat.

(7)

Riawayat Penyakit

Dahulu

Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini. Riwayat HT,

DM, Asma, dan ISPA disangkal pasien.

Riwayat Kebiasaan

Pasien

Riwayat merokok dan mengkonsumsi alkohol

disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluhan yang sama di keluarga pasien,

tidak ada yang memiliki riwayat alergi di keluarga pasien.

Riwayat Alergi

Pasien tidak mengetahui ada atau tidak riwayat

alergi,

Riwayat Lingkungan

Pasien tinggal di rumah yang tidak padat penduduk. Pasien memelihara seekor

anjing.

(8)

Pemeriksaan Tanda Vital

Tanda-tanda Vital

❖ Kesadaran : Compos mentis

❖ Tekanan Darah : 103/72 mmHg

❖ Frekuensi napas : 18 kali/menit

❖ Frekuensi nadi : 90 kali/

menit

❖ Suhu : 36,5 °C

Status Generalis

❖ Kepala : normochepali

❖ Mata : CA-/-, SI-/-

❖ Leher :KGB tidak teraba membesar

(9)

Status Lokalis THT Telinga

Pemeriksaa n

Kelainan Dekstra Sinistra

Daun Telinga (Auricula)

Bentuk  Normotia  Normotia Trauma  Tidak ada Tidak ada  Infeksi  Tidak ada  Tidak ada Nyeri tekan

tragus

 Tidak ada  Tidak ada Tumor  Tidak ada  Tidak ada

Pre Auricula

Fistel  Tidak ada  Tidak ada Auricula

Assesoris

 Tidak ada  Tidak ada Abses  Tidak ada  Tidak ada Sikatriks  Tidak ada  Tidak ada

(10)

Status Lokalis THT (Telinga)

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Retro Auricula

Pembengkakan  Tidak ada  Tidak ada

Abses  Tidak ada  Tidak ada

Fistel  Tidak ada  Tidak ada

Sikatriks  Tidak ada  Tidak ada Pembesaran

kelenjar

 Tidak ada pembesaran

 Tidak ada pembesaran Nyeri tekan  Tidak ada  Tidak ada Infra Auricula Pemberasan

parotis

 Tidak ada pembesaran

 Tidak ada pembesaran

(11)

Status Lokalis THT (Hidung)

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra Hidung Luar

Bentuk luar  Normal Normal 

Deformitas  Tidak ada  Tidak Ada Nyeri tekan  Tidak ada Tidak ada  Krepitasi  Tidak ada Tidak ada  Hidung Dalam

Vestibulum Nasi

Furunkel  Tidak ada Tidak ada 

Hiperemis  Tidak ada  Tidak ada

Cavum Nasi Cavum Sempit  Lapang

Mukosa  edema Edema

Konka Inferior

Ukuran Hipertrof Eutrofi

Warna  Livide Merah muda

Permukaan  Licin Licin 

Konka Media

Ukuran  Eutrof  Eutrof

Warna  Merah muda Merah muda 

Permukaan  licin Licin 

Meatus Media Sekret  (+) jernih, cair  (+) jernih, cair Meatus Inferior Sekret  (+) Jernih, cair  (+) Jernih, cair

Septum Deviasi  Tidak ada

deviasi

 Tidak ada deviasi

(12)

Status Lokalis THT (Tenggorok)

Pemeriksaan Kelainan Hasil Pemeriksaan Tonsil

Ukuran  T1 –T1

Kripta  Tidak melebar

Detritus  Tidak ada

Perlekatan  Tidak ada

Permukaan  Licin

Faring Massa  Tidak ada

Warna  Merah muda

Perlekatan  Tidak ada

(13)

Resume

Pasien datang ke poli THT dengan keluhan bersin dan hidung berair sejak 1 bulan yang lalu, keluhan ini sering muncul di pagi hari dan jika pasien berada di lingkungan yang berdebu. Pasien mengeluhkan hidung mampet atau

sumbat sejak 1 minggu yang lalu, dirasakan hilang timbul, terutama pada malam hari. Pasien juga mengatakan hidung terasa gatal terutama saat bersin, suara menjadi bindeng, terutama saat hidung tersumbat.

Pemeriksaan Nasoendoskopi di dapatkan : cavum nasi sempit, mukosa edema, konka inferior hipertrof dan berwarna livide disertai adanya sekret encer

(14)

Diagnosis

Diagnosis Kerja

Susp. Rhinitis Alergi

Diagnosis Banding

Rhinosinusitis Rhinitis Vasomotor

(15)

Tatalaksana

Non-

Medikamentosa

❖ Cuci hidung dengan NaCl 0,9 %

❖ Memakai masker saat keluar rumah

❖ Menghindari paparan alergan, bila alergi dingin maka memakai pakaian hangat atau bila alergi debu maka sering untuk membersihkan sofa ataupun kasur

Medikamentosa

❖ Cetirizin tab 10 mg (1x1)

❖ Oxymetazoline 0,05%

Nasal Spray (2x2

Semprot Hidung) Max. 7

❖ Mometasone furoat hari Nasal Spray (2x2 Semprot Hidung)

(16)

Prognosis

❖ Quo ad vitam : Bonam

❖ Quo ad functionam : Bonam

❖ Quo ad sanationam : Dubia ad Bonam

(17)

Tinjauan

Pustaka

(18)

Anatomi Hidung

(19)

Rongga Hidung (Cavum Nasi)

Terdapat 3 chonca :

1. Chonca nasalis superior 2. Chonca nasalis media 3. Chonca nasalis inerior

Dalam rongga hidung terdapat 3 meatus :

❖ Meatus nasi inferior terletak diantara concha nasalis inferior dan dasar hidung.

❖ Meatus nasi medius terletak diantara concha nasalis media dan dinding lateral rongga hidung.

❖ Meatus nasi superior terletak diantara concha nasalis superior dan concha nasalis media.

(20)

❖ Dibawah sepertiga anterior concha nasalis inferior terdapat Ductus nasolacrimalis membuka ke dalam Metaus nasi inferior.

❖ Dibawah concha nasalis media terdapat lubang Sinus frontalis (warna hijau), Sinus maxillaris (warna merah), dan Cellulae ethmoidales anteriores (warna biru).

❖ Dibawah & belakang concha nasalis superior, Cellulae

ethmoidales posteriors (warna kuning) & Sinus sphenoidales (biru tua) membuka muara ke dalam cavitas nasi.

(21)

Defnisis Rhinitis Alergi

Rhinitis alergi merupakan suatu kondisi terjadinya inflamasi pada membran mukosa hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama dan diperantarai oleh IgE.

Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin – bersin, rinore, rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar allergen yang diperantarai igE.

(22)

Klasifkasi

Rhinitis alergi

musiman (seasonal, hay fever, pollinosis)

❖ Biasanya terjadi di

negara dengan 4 musim

❖ Alergen: serbuk (pollen) dan spora jamur

Rhinitis alergi sepanjang tahun (perenial)

❖ Gejala timbul terus- menerus

❖ Alergen dalam rumah:

tungau

❖ Alergen luar rumah:

makanan (ingestan)

(23)

Klasifkasi Menurut Guideline ARIA

(24)

Etiologi Rhinitis Alergi

➔ Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :

Alergen inhalan, yang masuk bersamaan dengan udara

pernapasan, seperti tungau debu rumah, kecoa, serpihan epitel kulit binatang (kucing, anjing), rerumputan (Bermuda grass) serta jamur (Aspergillus, Alternaria).

Alergen ingestan yang masuk ke saluran cerna berupa makanan, misalnya : susu, sapi, telur, coklat, ikan laut, udang kepiting, dan kacang – kacangan.

Alergen ijektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin dan sengatan lebah.

Alergen kontaktan, yang masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik, dan perhiasan.

(25)

Patofsiologi Rhinitis Alergi

(26)

Diagnosis Rhinitis

Alergi

(27)

Diagnosis

Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan

Penunjang

(28)

Diagnosis

Anamnesis (Gejala)

❖ Bersin-bersin (> 5 kali/serangan)

❖ Rinorea (ingus bening encer)

❖ Hidung tersumbat (menetap/berganti-ganti)

❖ Gatal di hidung, tenggorok, langit-langit atau telinga

❖ Mata gatal, berair atau kemerahan

❖ Hiposmia / anosmia

❖ Sekret belakang hidung / postnasal drip atau

❖ Batuk kronik

(29)

❖ Gejala penyakit penyerta

➢ Sakit kepala

➢ Nyeri wajah

➢ Sesak nafas

➢ Gejala radang tenggorok

❖ Pengaruh terhadap kualitas hidup

➢ Gangguan aktivitas sehari-hari

➢ Gangguan pola tidur

❖ Cari kemungkinan alergen penyebab

➢ Keterangan tempat tinggal, lingkungan, dan pekerjaan penderita

❖ Riwayat pengobatan

❖ Riwayat atopi pasien dan keluarga

➢ Asma bronkial

➢ Dermatitis atopik

➢ Urtikaria

(30)

Pemeriksaan Fisik

Rinoskopi Anterior

❖ Mukosa edema, basah, pucat kebiruan disertai adanya sekret yang banyak, bening, dan encer.

❖ Jika gejala persisten mukosa inferior

hipertrof

Nasoendoskopi

❖ Untuk mencari kelainan yang tidak terlihat di rinoskopi anterior, jika fasilitas tersedia

(31)

Biasanya terjadi pada anak-anak:

Allergic shinner

Bayangan

gelap di bawah mata stasis vena sekunder

Allergic Salute

Garis melintang akibat sering menggodok- gosok hidung dengan

punggung tangan

Allergic Crease

Gosok hidung garis melintang di dirsum nasi sepertiga

bawah

Allergic Facies Mulut sering terbuka dengan lengkung pada langit-langit gangguan pertumbuhan gigi geligi

(32)

Geographic Tongue karena nafas dari mulut jadi mulutnya kering

Cobblestone appearance

Dinding posteror faring tampak granuler dan edema

(33)

Pemeriksaan Penunjang

In Vivo

❖ Prick test

❖ Skin End-point Titration/SET

❖ Intracutaneus

Provocative Dilutional Food Test (IPDFT)

In Vitro

❖ IgE total

❖ IgE spesifk

❖ Sitologi hidung: eosinofl

>5 sel/LPB

❖ Tes Provokasi

Radiologi

❖ Tidak digunakan untuk mendiagnosis rinitis alergi

❖ Untuk mencari komplikasi

(34)

Tatalaksana Rhinitis

Alergi

(35)

Penghindaran Alergen

❖ Upaya menghindari alergen penyebab bukan sesuatu yang mudah

dilaksanakan,

mengingat alergen hirup utama

penyebab rinitis alergi ialah debu rumah & tungau debu rumah yang setiap saat ada disekitar penderita.

Medikamentosa

❖ NaCl fsiologis untuk irigasi nasal

❖ Antihistamin

❖ Dekongestan

❖ Kortikosteroid topikal

Imunoterapi

❖ Pengobatan yang efektif untuk rinitis alergi, terutama untuk pasien

dengan rinitis alergi intermiten

(musiman) yang disebabkan oleh serbuk sari,

termasuk serbuk sari pohon, rumput, dan ragweed

Tatalaksana

(36)
(37)

Daftar Pustaka

1. Hoyte FCL, Nelson HS, et al. Journal Medicinus Allergic Rhinitis. VOL. 34 ISSUE 2. AUGUST 2021.

2. Kakli HA, Riley TD. Allergic Rhinitis. Jurnal Prima Medika. Vol 43 (3) : 465- 75. Juli 2016

3. Moeis RM, Sudiro M, Herdiningrat RB. 2014. Karakteristik Karakteristik Pasien Rhinitis Rhinitis Alergi Alergi di Rumah Sakit Rumah Sakit Dr Hasan Sadikin Bandung Sadikin Bandung Indonesia Indonesia. Althea Medical Journal Vol I. Diakses pada : 31 Oktober 2022. Diunduh dari:

http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/amj/article/view/350

4. Sihotang WY, Silalahi MI, Sinurat B, Dina Sirah, Ongko NX, et al.

Prevalensi dan faktor risiko sangkaan rhinitis alergi pada mahasiswa FK Universitas Prima Indonesia. Jurnal Prima Medika Sains. Vol 03 (2): 47-52.

Jan 2020.

5. Browning. Anatomy of the nose and paranasal sinuses. Dalam: Scott- Brown’s Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery Volume 2. Hodder Arnold an Hachette UK Company, London; 2007

(38)

6. M. K. SUH. Surgical Anatomyand Physiology of the Nose dalam buku Atlas of Asian Rhinoplasty. Singapura : Springer Nature Singapore ; 2018. 55-8.

7. Fauzi F, Sudiro M, Lestari BW. Prevalence of allergic rhinitis based on World Health Organization (ARIA-WHO) questionnaire among batch 2010 students of the Faculty of Medicine Universitas Padjadjaran. AMJ. 2015;2:620-5.

8. Bousquet J, Khaltaev N, Cruz AA, Denburg J, Fokkens WJ, Togias A, et al.

Allergic rhinitis and its impact on asthma (ARIA) 2008. Allergy 2008;63:8-160.

9. Bjermer L, Westman M, Holmstrom M, Wickman MC. The complex pathophysiology of allergic rhinitis: scientifc rationale for the development of an alternative treatment option. Allergy Asthma Clin Immunol 2019;15(24):1- 15.

10.World Allergy Organization (WAO). Pawanker R, Canonica GW, Holgate ST, Lockey RF, Blaiss MS. White Book on Allergy: Update 2013. Milwaukee, WI:

World Allergy Organization; 2013.

(39)

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and includes icons by Flaticon, and infographics & images by

Freepik

Thanks

Referensi

Dokumen terkait

!itandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat yang meliputi seluruh perut, dan perut menjadi tegang dan kembung. 4yeri tekan dan defens muskuler terjadi di seluruh perut,

Prediksi Status Refraksi Pemeriksaan kelainan refraksi dilakukan dengan dua cara: 1 refraktometri pre- operatif pada pasien yang kooperatif dengan katarak unilateral atau dengan

Jenis kista ini paling sering muncul pada anak-anak dan sering membuat orang tua panik karena salah menganggap bahwa kelainan ini adalah suatu keganasan.6 Pada pemeriksaan radiografi

KESIMPULAN Pada pasien An.Z dengan kasus post op amputasi femur distal sinistra diperoleh masalah keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik, risiko jatuh

Seorang anak perempuan 6 tahun dibawa kedua orang tuanya ke dokter dengan keluhan sakit saat buang air kecil. Pasien menjadi malas buang air kecil. Riwayat demam sejak 2 hari ini. Keadaan umum baik, kesadaran kompos mentis, pemeriksaan fisik tanda vital dalam batas normal dan nyeri tekan daerah suprapubik (+). Pemeriksaan lab urin didapat leukosit 10-15/lpb dan eritrosit 1-2/lpb. Pemeriksaan penunjang baku emas untuk penyakit di atas adalah? Urinalisis Daah rutin Kultur urin IVP USG ginjal dan kandung

Hal ini terjadi karena menurunnya intensitas nyeri pada area fraktur, terjadi peningkatan otot yang pada AGB dekstra, peningkatan dalam menjaga keseimbangan dan stabilitas sendi