• Tidak ada hasil yang ditemukan

CASE SCIENTIFIC SESSION BAGIAN KONSERVASI “PULP CAPPING”

N/A
N/A
IRENY MARIANA

Academic year: 2024

Membagikan "CASE SCIENTIFIC SESSION BAGIAN KONSERVASI “PULP CAPPING” "

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

CASE SCIENTIFIC SESSION

BAGIAN KONSERVASI

“PULP CAPPING”

Diajukan Guna Memenuhi Syarat Dalam Melengkapi Kepaniteraan Pada Modul Ilmu Konservasi

Oleh:

MUHAMMAD ALIF GEMILANG NPM : 2310070210098

Pembimbing : drg. Fauzia Nilam Orienty, MDSc

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PENDIDIKAN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG

2024

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul

PULP CAPPING” sebagai salah satu syarat tugas menyelesaikan kapanitraan klinik modul konservasi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah.

Dalam kesempatan ini dengan tulus dan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya khususnya kepada yang terhormat drg. Fauzia Nilam Orienty, MDSc selaku dosen pembimbing yang telah membimbing serta memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas ini. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini.

Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya kepada kita semua dan semoga tugas ini dapat bermanfaat serta dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang memerlukan.

Padang, Maret 2024

Muhammad Alif Gemilang

(3)

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Muhammad Alif Gemilang NPM : 2310070210098

Telah didiskusikan CSS jurnal yang berjudul:

“PULP CAPPING”

Untuk Memenuhi Syarat Dalam Melengkapi Kepaniteraan Klinik di Bagian Konservasi

Padang, 13 Maret 2024 Disetujui oleh Dosen pembimbing

(drg. Fauzia Nilam Orienty, MDSc)

(4)

iv

DAFTAR ISI

Halaman Depan ... ii

Kata Pengantar ... ii

Halaman Persetujuan ... iii

Daftar Isi ... iv

BAB 1 PENDAHALUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Pembelajaran ... 3

1.4 Manfaat pembelajaran ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Direct Pulp Capping ... 6

2.2 Indirect Pulp Capping... 7

2.3 Penggunaan Bahan Direct Pulp Capping ... 8

2.3.1 Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2) ... 8

2.3.2 Mineral Trioksida Agregat (MTA) ... 10

2.4 Keberhasilan Prosedur Pulp Capping ... 11

BAB 3 KESIMPULAN ... 14

DAFTAR PUSTAKA ... 15

(5)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pulpa adalah organ formatif gigi dan membangun dentin primer selama perkembangan gigi, dentin sekunder setelah erupsi, dan dentin reparative sebagai respon terhadap stimulasi selama odontoblas masih utuh. Berbagai bakteria, injuri baik fisis maupun kimia dapat menyebabkan terjadinya penyakit pulpa. Salah satu penyakit pulpa adalah pulpitis reversible, suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang yang disebabkan oleh stimuli noksius, tetapi pulpa masih mampu kembali pada keadaan tidak terinflamasi setelah stimuli ditiadakan.Perawatan yang dapat dilakukan untuk pulpitis reversible selain menghilangkan penyebab adalah dengan pulp capping. Pulp capping dibagi menjadi dua, indirect pulp capping dan direct pulp capping (Karina dan Fatriadi, 2023).

Direct dan indirect pulp capping telah digunakan selama bertahun-tahun untuk menjaga kesehatan dan vitalitas kompleks pulpa dan menginduksi sel pulpa untuk membentuk jaringan keras (dentin reparatif/tersier) (Alex G, 2018). Direct pulp capping adalah perawatan untuk gigi dengan keadaan pulpa terbuka karena karies, factor iatrogenik, atau karena trauma terhadap sebuah material, sedangkan indirect pulp capping merupakan perawatan yang bertujuan untuk mencegah terbukanya pulpa. Indirect pulp capping dapat dilakukan untuk lesi karies yang dalam tetapi belum mengenai pulpa. Indirect pulp capping dipertimbangkan jika tidak ada riwayat pulpagia atau tidak ada tanda-tanda pulpitis irreversibel (Sofiani dan Rizqylaily, 2021).

(6)

2

Perawatan untuk menjaga vitalitas pulpa pada pulpa terbuka atau pulpa yang hanya ditutupi lapisan dentin tipis dengan menempatkan bahan pada pulpa yang terancam untuk merangsang penghalang jaringan keras disebut perawatan pulp- capping. Faktor-faktor yang penting bagi keberhasilan perawatan ini meliputi pemilihan kasus yang tepat, metode perawatan pulp capping yang tepat, bahan pulp-capping yang tepat, isolasi yang memadai, teknik pulp-capping dan restorasi akhir yang memuaskan (Zakaria, 2016)

Bahan pulp capping yang diaplikasikan harus memiliki karakteristik yaitu dapat merangsang pembentukan dentin reparatif, mempertahankan vitalitas pulpa, melepas fluor untuk mencegah terjadinya karies sekunder, memiliki sifat bakterisidal atau bakteriostatik, melekat pada dentin dan bahan restorasi, tahan terhadap tekanan selama pengaplikasian bahan restorasi, serta terlihat radioopak pada gambaran radiografi (Sofiani dan Rizqylaily, 2021).

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa itu pulp capping?

2. Apa saja bahan pulp capping?

3. Bagaimana keberhasilan pulp capping?

1.3 Tujuan Pembelajaran

1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu pulp capping

2. Untuk mengetahui dan memahami apa saja bahan pulp capping 3. Untuk mengetahui dan memahami keberhasilan pulp capping

(7)

3

1.4 Manfaat Pembelajaran

1. Bagi penulis dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai defisini, bahan, dan keberhasilan pulp capping.

2. Bagi masyarakat dapat memberikan pengetahuan tentang pulp capping.

3. Bagi mahasiswa dapat memberikan pengetahuan mengenai defisini, bahan, dan keberhasilan pulp capping.

(8)

4 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut WHO, karies merupakan penyakit yang umum terjadi. Data epidemiologi terbaru menunjukan bahwa prevalensi karies selama 25 tahun terakhir tetap tinggi, namun beban karies tidak diobati bergeser dari anak-anak ke orang dewasa. Karies adalah suatu penyakit yang berkembang melalui interaksi biologis yang bertahap antara struktur gigi dengan bakteri asidogenik, karbohidrat yang dapat difermentasi, dan faktor inang seperti air saliva. Karies dapat menyebabkan demineralisasi anorganik dan penghancuran zat organik gigi (Karina dan Fatriadi, 2023).

Terdapat tiga jenis karies, yaitu karies primer, sekunder, dan residual.

Karies primer merupakan lesi pada permukaan gigi yang alami dan utuh. Karies sekunder merupakan lesi yang berkembang pada permukaan gigi yang berdekatan dengan tambalan, dan etiologinya mirip dengan karies primer. Karies residual, sesuai dengan namanya, merupakan jaringan demineralisasi yang tertinggal sebelum restorasi ditempatkan. Apabila lesi meluas dan mendekati pulpa maka perawatan yang dapat dilakukan adalah pulp capping (Vimal, 2017).

Perawatan pada lesi karies yang dalam dan sudah mengiritasi jaringan pulpa salah satunya dapat dilakukan dengan melakukan perawatan pulp capping untuk mempertahankan vitalitas pulpa. Pulp capping merupakan tindakan perawatan pada lesi karies yang dalam dan sudah mendekati jaringan pulpa tanpa disertai adanya kelainan periapikal. Prosedur ini dilakukan dengan menghilangkan infected dentin dan meninggalkan selapis tipis affected dentin kemudian

(9)

5

mengaplikasikan bahan biokompatibel diatas dentin. Perawatan pulp capping dibagi menjadi 2 jenis yaitu direct pulp capping dan indirect pulp capping (Kunert dan Szymanska, 2020).

2.1. Direct Pulp Capping

Direct pulp capping adalah perawatan pulpa vital yang terbuka yang melibatkan penempatan bahan gigi di atas area terbuka untuk memfasilitasi pembentukan penghalang pelindung dan pemeliharaan pulpa vital. Dari perspektif klinis yang lebih tepat, direct pulp-capping adalah teknik klinis yang terletak di antara pulp-capping tidak langsung dan pulpotomy (Kombayashi et al, 2016).

Gambar 1. Anatomi Gigi dengan pulpa terbuka (Islam et al, 2023)

Indikasi direct pulp capping yaitu :

• Terbukanya pulpa karena faktor mekanis < 1mm

• Karena trauma < 24 jam

• Usia pasien masih muda

Kontraindikasi direct pulp capping yaitu :

• Sakit spontan

• Gigi mobalitas derajat 2/3

(10)

6

• Terdapat radiolusensi pada furkasi/periapical

• Pendarahan yang tidak dapat dikontrol pada waktu terbukanya pulpa

• Terdapatnya eksudat purulent/serous dari terbukanya pulpa 2.2. Indirect Pulp Capping

Indirect Pulp Capping adalah perawatan dilakukan pada gigi yang memiliki lesi karies yang dalam di dekat pulpa, namun tidak menunjukkan tanda atau gejala degenerasi pulpa. Tujuan dari prosedur ini adalah untuk menghilangkan mikrobiota kariogenik yang mengubah profil asam dan pH lesi, dan untuk mencegah degradasi proteolitik bahan organik. Hal ini berkontribusi pada pembentukan dentin tersier dan sklerosis tubulus dentin, sehingga membatasi kemajuan proses karies (Chandani et al, 2023).

Indikasi direct pulp capping yaitu :

• Memiliki lesi karies dalam yang dalam dekat dengan pulpa namun tidak

menunjukkan tanda atau gejala degenerasi pulpa.

Kontraindikasi direct pulp capping yaitu :

• Adanya nyeri gigi spontan dan nocturnal

• Mobilitas gigi berlebihan

• Terdapat penebalan ligamen periodontal

• Bukti radiografis degenerasi furkal atau peri-radikular

• Perdarahan tidak terkontrol saat eksposisi

• Terdapatnya eksudat purulent/serous dari terbukanya pulpa

(11)

7

2.3. Penggunaan Bahan Pulp Capping

Bahan pulp capping digunakan untuk melindungi pulpa gigi yang terkena iritasi atau infeksi, tetapi masih memiliki kemampuan untuk pulih dan tidak memerlukan perawatan saluran akar. Fungsi utama dari bahan pulp capping adalah untuk merangsang regenerasi jaringan pulpa dan mencegah perkembangan infeksi lebih lanjut, sehingga memungkinkan pulpa untuk tetap sehat dan berfungsi dengan baik. Tujuan akhir dari bahan pulp capping telah dikenal secara luas karena kemampuannya untuk menginduksi sel-sel pulpa untuk membentuk jaringan keras baru (jembatan dentin) di atas area pulpa yang terbuka (Hashem et al, 2019).

Bahan pulp capping yang diaplikasikan harus memiliki karakteristik yaitu dapat merangsang pembentukan dentin reparatif, mempertahankan vitalitas pulpa, melepas fluor untuk mencegah terjadinya karies sekunder, memiliki sifat bakterisidal atau bakteriostatik, melekat pada dentin dan bahan restorasi, tahan terhadap tekanan selama pengaplikasian bahan restorasi, serta terlihat radioopak pada gambaran radiografi (Karina dan Fatriadi, 2023).

2.2.1 Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2)

Kalsium hidroksida adalah bahan penutup pulpa yang efektif yang dapat mendorong pembentukan jembatan dentin dan menstimulasi dentinogenesis reparatif, yang sangat penting untuk menjaga vitalitas pulpa gigi. bahan ini mempunyai kekuatan tekan dan lentur yang rendah, daya rekat, dan ketahanan aus yang relatif rendah, sifat-sifat ini tidak begitu penting dalam penggunaan pulp capping dibandingkan dengan sifat biologisnya. Bahan tersebut juga menunjukkan

(12)

8

sifat antibakteri dan memiliki sitotoksisitas rendah, yang selanjutnya meningkatkan efektivitasnya sebagai bahan penutup pulpa untuk membentuk dentin reparative (Varma et al, 2023).

Secara historis, kalsium hidroksida (Ca(OH)2) telah dianggap sebagai standar emas. Pengamatan klinis jangka panjang dari kalsium hidroksida tidak dapat dibandingkan dengan bahan bioaktif lainnya, karena laporan pertama keberhasilan penyembuhan pulpa menggunakan Ca(OH)2 dipublikasikan antara tahun 1934 dan 1941. Namun, kelarutan Ca(OH)2 yang tinggi merupakan kelemahan utama penggunaannya sebagai bahan penutup pulp. Pelarutan bahan dalam waktu dua tahun setelah aplikasi dan pembentukan cacat pada dentin reparatif di bawah bahan penutup menyebabkan kegagalan dalam memberikan lapisan permanen terhadap infeksi bakteri (Kunert dan Szymanska, 2020).

Bahan penutup pulpa kalsium hidroksida tersedia dalam bentuk komponen bubuk dan cairan dengan sistem 2 pasta. Komponen Bubuk terdiri dari kalsium oksida (CaO) dan mungkin mengandung bahan lain seperti zinc oxide, magnesium oxide, dan barium sulfate. Komponen cair biasanya terdiri dari air suling atau garam solusi. Ketika dicampur, bubuk dan cairan komponen membentuk konsistensi seperti pasta kalsium hidroksida yang paling banyak digunakan sistem 2 pasta yang paling banyak digunakan adalah Dycal (Dentsply Sirona), yang terdiri dari pasta basis dan pasta katalis. Pasta basis biasanya mengandung kalsium hidroksida, Zinc oxide, polymeric fatty acid ester, Barium sulphate dan titanium. Pasta katalis mengandung Dimethylammonium p-toluenesulfonate, Methyl 4-hydroxybenzoate, dan Hydroxypropyl cellulose. Bahan kalsium

(13)

9

hidroksida memiliki beberapa sifat yang diinginkan, termasuk biokompatibilitas yang sangat baik, aktivitas antibakteri, dan kemampuan untuk merangsang pembentukan dentin. Indikasi dari penggunaan kalsium hidroksida sebagai bahan pulp capping seperti indirect pulp capping, direct pulp capping, pulpotomi, dan apeksifikasi, serta ada beberapa kontraindikasi seperti nekrosis pulpa, pendarahan berlebihan, alergi, pulpa yang sudah terbuka cukup besar, dan gigi dengan status periodontal terganggu (Varma et al, 2023).

2.2.2 Mineral Trioksida Agregat (MTA)

Mineral Trioxide Aggregate (MTA) adalah bahan restorasi gigi bioaktif yang digunakan dalam berbagai prosedur endodontik, seperti pulp capping, perawatan saluran akar, dan perbaikan defek furkasi. MTA terdiri dari oksida kalsium, silika, dan aluminium yang memiliki sifat biokompatibilitas dan kemampuan regenerasi jaringan. Bahan ini telah terbukti efektif dalam mempromosikan penyembuhan pulpa gigi dan pembentukan dentin reparatif (Chandani et al, 2023).

Mineral trioksida agregat (MTA) adalah semen bioaktif yang dipelopori oleh Torabinejad dkk. pada awal tahun 1990an sebagai bahan perbaikan endodontik dan bahan pengisi ujung akar dengan sifat fisik yang menguntungkan.

MTA terbukti menginduksi mineralisasi di bawah pulp yang terbuka dan berpotensi menjaga vitalitas pulp. Oleh karena itu, indikasi penggunaan MTA telah berkembang pesat dari penggunaan aslinya, dan baru-baru ini menjadi pengganti Ca(OH)2 yang unggul dalam banyak aplikasi klinis lainnya, termasuk penggunaan langsung dan tidak langsung. capping pulpa, perbaikan perforasi pada

(14)

10

akar atau furkasi dan prosedur apeksifikasi. Bubuk MTA adalah campuran semen Portland yang dimurnikan dan bismut oksida untuk menghasilkan radiopasitas.

Fase penyusun utama semen adalah trikalsium dan dikalsium silikat dan trikalsium aluminat (Kunert dan Szymanska, 2020).

Keunggulan MTA diyakini pada kemampuan penyegelannya, biokompatibilitas, bioaktivitas dan kapasitas untuk mendorong pembentukan jaringan termineralisasi. Selain itu, MTA disarankan lebih unggul dibandingkan kalsium hidroksida karena pembentukan jembatan dentinnya yang lebih seragam dan lebih tebal, respons inflamasi yang lebih sedikit, dan nekrosis jaringan pulpa yang lebih sedikit (Kombayashi et al, 2016).

2.4. Keberhasilan Prosedur Pulp Capping

Kemajuan terbaru dalam biologi pulpa dan material gigi telah memberikan strategi untuk perawatan yang sehat dan pulpa yang meradang sebagian. Pulpa yang vital dapat berhasil dirawat jika dokter memiliki pemahaman yang lebih baik tentang diagnosis dan pemilihan kasus. Hemostasis, penghilangan karies, pembesaran, bahan penutup, dan bahan restoratif adalah faktor lain untuk keberhasilan perawatan. Adapun penilaian hasil terapi pulpa secara klinis dan radiografis. Secara klinis seperti tidak adanya rasa sakit, tidak adanya pembengkakan saluran sinus atau jaringan lunak, respon normal terhadap tes sensitivitas pulpa, tidak adanya tanda klinis resorpsi akar dan periodontitis apikalis, tidak adanya nyeri tekan pada palpasi jaringan lunak di sekitarnya, tidak adanya nyeri tekan pada perkusi dan tekanan gigi. Secara radiografis seperti bukti radiologis pembentukan jembatan dentin, bukti radiologis berlanjutnya

(15)

11

pembentukan akar pada gigi imatur, tidak adanya tanda-tanda radiografi resorpsi akar dan periodontitis apikalis (Chandani et al, 2023).

Adapun faktor-faktor yang penting bagi keberhasilan perawatan ini meliputi pemilihan kasus yang tepat, metode perawatan pulp capping yang tepat, bahan pulp-capping yang tepat, isolasi yang memadai, teknik pulp-capping dan restorasi akhir yang memuaskan. Berdasarkan hasil penelitian (Zakaria, 2016) didapatkan bahwa penutupan pulpa yang sehat memberikan tingkat keberhasilan yang sangat tinggi, sedangkan penutupan pulpa yang meradang menghasilkan tingkat keberhasilan yang lebih rendah dan hasil perawatan yang kurang dapat diprediksi.

Pulpa yang terbuka dapat diobati dengan berhasil selama kondisinya ideal dan kondusif bagi penyembuhan pulpa dan perbaikan dentin dapat dilakukan dengan melakukan seleksi kasus yang tepat, manajemen aseptik, hasil dalam perawatan pulp capping serta kemampuan bahan bioaktif untuk menempel pada struktur gigi, kekuatan ikatan antara bahan pulp capping dan sifat restorasi (Zakaria, 2016 ; González et al, 2022).

Studi dengan tindak lanjut klinis jangka panjang DPC dengan CH menemukan tingkat keberhasilan berkisar antara 37% hingga 81,8%, meskipun faktanya sejumlah penelitian menunjukkan bahwa CH sangat membantu dalam mempercepat penyembuhan pulpa. Hasil penelitian dengan jangka waktu tindak lanjut lebih dari lima tahun menunjukkan tingkat keberhasilan yang bervariasi: 2–

6 tahun 77,6%, hingga 9 tahun 58,7% dan lebih dari sepuluh tahun 72,7% (Islam et al, 2023).

(16)

12

Bila dibandingkan dengan Ca(OH)2 dalam uji klinis acak, bukti konfirmasi muncul untuk kinerja MTA yang unggul sebagai agen DPC ketika dievaluasi dalam jaringan penelitian berbasis praktik. Dalam penelitian ini, kemungkinan kegagalan pada 24 bulan adalah 31,5% untuk Ca(OH)2 dan 19,7% untuk MTA.

Sebuah tinjauan dari beberapa penilaian klinis dalam observasi 9-10 tahun menunjukkan keberhasilan 92,5-97,96% untuk penutupan pulpa gigi dengan MTA (Kunert dan Szymanska, 2020).

(17)

13 BAB 3

KESIMPULAN

Salah satu perawatan karies yang dalam adalah pulp capping. Tindakan pulp capping yaitu suatu prosedur untuk mencegah terbukanya pulpa selama pembuangan dentin yang karies. Pulp capping bertujuan untuk memelihara vitalitas pulpa. Ada 2 jenis pulp capping, yaitu direct pulp capping dan indirect pulp capping. Direct pulp capping adalah sebuah perawatan untuk gigi dengan keadaan pulpa terbuka karena karies, faktor iatrogenik, atau karena trauma terhadap sebuah material. Indirect pulp capping adalah perawatan dilakukan pada gigi yang memiliki lesi karies yang dalam di dekat pulpa, namun tidak menunjukkan tanda atau gejala degenerasi pulpa.

Keberhasilan pulp capping bergantung pada beberapa faktor yaitu kondisi jaringan pulpa (tingkat perdarahan pulpa dapat menjadi indikator yang lebih baik untuk mengetahui status inflamasi pulpa), adanya suplai darah yang adekuat, pengendalian perdarahan, pembentukan dentinal bridge, tidak ada rasa sakit, respon inflamasi pulpa minimal (-), tidak terlihat tanda-tanda lesi periapikal, tidak terjadi resorpsi internal.

(18)

14

DAFTAR PUSTAKA

Alex G. Direct and Indirect Pulp Capping: A Brief History, Material Innovations, and Clinical Case Report. Compend Contin EducDent. 2018;39(3):182–9.

Chandani, R., Mishra, P., & Nikhil, V. (2023). Current key to clinical success in pulp capping: A review. IP Indian Journal of Conservative and Endodontics, 8(3), 123–127.

https://doi.org/10.18231/j.ijce.2023.024

Hashem, D., Mannocci, F., Patel, S., Manoharan, A., Watson, T. F., & Banerjee, A. (2019). Evaluation of the efficacy of calcium silicate vs. glass ionomer cement indirect pulp capping and restoration assessment criteria: a randomised controlled clinical trial—2-year results. Clinical Oral Investigations, 23(4), 1931–1939.

https://doi.org/10.1007/s00784-018-2638-0

Islam, R., Islam, R., Tanaka, T., Mohammad Khursheed Alam, Aly, M. and Sano, H. (2023). Direct pulp capping procedures – Evidence and practice. 59, pp.48–61. doi:https://doi.org/10.1016/j.jdsr.2023.02.002.

Komabayashi, T., Zhu, Q., Eberhart, R. and Imai, Y. (2016). Current status of direct pulp-capping materials for permanent teeth. Dental Materials Journal, 35(1), pp.1–12. doi:https://doi.org/10.4012/dmj.2015-013.

Kunert, M. and Lukomska-Szymanska, M. (2020). Bio-Inductive Materials in Direct and Indirect Pulp Capping—A Review Article. Materials, 13(5), p.1204. doi:https://doi.org/10.3390/ma13051204.

Ouni, M., Kallel, I. and Douki, N. (2022). Direct pulp capping of carious immature tooth using bioactive material: A case report. SAGE Open Medical Case Reports, 10, p.2050313X2210875.

doi:https://doi.org/10.1177/2050313x221087565.

Ruiz-González, P., Cabanillas-Balsera, D., Saúco-Márquez, JJ. and Segura-Egea, JJ. (2022). Outcome of Direct Pulp Capping in Teeth Diagnosed as Irreversible Pulpitis: Systematic Review and Meta-Analysis. Journal of Clinical and Experimental Dentistry, pp.e594–e603.

doi:https://doi.org/10.4317/jced.59668.

Sofiani E, Fajriyani R. Evaluasi Klinis Keberhasilan Indirect Pulp Capping Dengan Kalsium Hidroksida Tipe Hard-Setting Pada Rsgm Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B-Dent J Kedokt Gigi Univ Baiturrahmah.

2021;8(1):64–70.

(19)

15

Tias Ayu Karina and Fajar Fatriadi (2023). Indirect Pulp Capping Treatment Using Calcium Hydroxide with Follow-Up Class 1 Composite Restoration on Tooth 36. Jurnal Kesehatan Gigi, 10(2), pp.178–185.

doi:https://doi.org/10.31983/jkg.v10i2.10874.

Varma, P. V. K., Krishna, G. G., Alla, R. K., Sowmya, S., Swamy, K. N. R., &

Malkapuram, R. S. (2023). Calcium Hydroxide Pulp Capping Agent: An Overview on Composition, Properties, and Clinical Applications. Uttar Pradesh Journal of Zoology, 44(10), 63–72.

https://doi.org/10.56557/upjoz/2023/v44i103507

Vimal S. Textbook of Operative Dentistry [Internet]. CBS Publishers &

Distributors; 2017. Available from:

https://books.google.co.id/books?id=4YS0vg EACAAJ

Zakaria, M. N. (2016). Save the pulp is the essential issues on pulp capping treatment. Journal of Dentomaxillofacial Science, 1(2), 301.

https://doi.org/10.15562/jdmfs.v1i2.14

Referensi

Dokumen terkait