Koagulase
Koagulase positif umumnya dihasilkan oleh Staphylococcus aureus, namun ditemukan juga Staphylococcus aureus koagulase negative. Koagulase negatif, bertindak sebagai pathogen oportunistik (Yurdakul et al. 2013).
Koagulase merupakan salah satu protein yang menyerupai enzim dan dapat menggumpalkan plasma oksalat atau sitrat dengan bantuan suatu faktor yang terdapat dalam serum. Faktor reaksi koagulase serum bereaksi dengan koagulase untuk menghasilkan esterase dan aktivitas pembekuan dengan cara yang sama, yaitu pengaktifan protrombin menjadi trombin (Jawetz et al.
2001). Proses fagositosis Staphylococcus aureus koagulasi positif dapat dikurangi dengan adanya reaksi penggumpalan darah, hal ini merupakan mekanisme penghambatan yang mungkin berasal dari fibrin bagian
permukaan organisme. Enzim koagulase bereaksi terhadap bentuk kompleks yang dapat membelah fibrinogen dan menyebabkan pembentukan bekuan fibrin, fibrin juga tersimpan pada permukaan Staphylococcus aureus, yang mampu melindungi bakteri dari kerusakan sel akibat aksi fagositosis sel.
Produksi koagulase terkait dengan potensi patogenitas yang invasive (Prescott dan Langsing 1999).
file:///C:/Users/Asus/Downloads/16506-Article%20Text-49683-2-10- 20170814.pdf
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/NDU5YzI 3NWNjY2ZiZWExOThmMmMxNGIzNGIyMTIzODVkNWRiMDViMA==.pdf
Hasil pengamatan katalase yang telah dilakukan dari 111 galur uji ada 68 galur uji yang teridentifikasi sebagai S. aureus. Enzim katalase atau periksodase sangat berperan dalam kelangsungan hidup mikroba. Uji ini bersifat positif pada Staphylococcus aureus dengan terbentuknya gelembung gas pada tabung (Gambar 3a). Toelle et al. (2014) menyatakan bahwa katalase positif
ditunjukkan adanya gelembung gas (O2 ) yang diproduksi oleh genus
Staphylococcus. Stapylococcus spp. menggunakan katalase untuk melindungi dari hidrogen peroksida (H2 O2 ) dengan mengubahnya menjadi air dan oksigen (Locke et al. 2013). Uji katalase pada bakteri bentuk kokus digunakan untuk membedakan Staphylococcus dan Streptococcus.
Uji DNase
Uji DNase digunakan untuk membedakan aktivitas mikroorganisme
berdasarkan deoksiribonuklease (DNase) dan juga mengidentifikasi bakteri Staphylococcus yang bepotensi patogen. Hasil uji ini Staphylococcus aureus memberikan respon positif dengan di tandai zona bening disekitar koloni.
Hasil dari 111 isolat uji terdapat 68 galur yang teridentifikasi sebagai S. aureus, bereaksi positif yang ditandai dengan zona bening pada bakteri (Gambar 3f).
Bello et al. (2005) menyatakan bahwa tampak daerah terang (halo) pada saat penuangan HCL disekitar koloni, ini menunjukkan bakteri menghasilkan enzim deoxyribonuclease (DNase). Bila ditemukan zona bening disekitar koloni yang menandakan Staphylococcus aureus dan negatif apabila tidak ditemukan zona bening disekitar koloni yang menandakan spesies Stapylococcus yang lain (Lagace et al. 2007). Kateete et al. (2010) menyatakan test DNase adalah untuk mengidentifikasi bakteri patogen yaitu seperti S. aureus, DNase memecah DNA menjadi fosfo mononukleotida. Enzim ini merupakan suatu protein yang kompak yang terdiri atas rantai polipeptida tunggal dan
terdapat pada permukaan sel (Leboffe dan Pierce 2011). Hasil uji fisiologis dan biokimia isolat uji menunjukan bahwa dari 111 galur pada umumnya didominasi oleh bakteri Gram positif kokus ada 108 galur. Hasil penelitian ini membuktikan S. aureus dominan (62%) mengkontaminasi ikan asap Pinekuhe hasil olahan tradisional Pulau Sangihe, tetapi belum ada kasus yang dilaporkan terkait keracunan atau infeksi pada masyarakat Pulau Sangihe yang diakibatkan oleh S. aureus. Upaya untuk menghindari cemaran S. aureus perlu adanya kesadaran menerapkan sanitasi dan hegienis pada saat mengolah atau menjual baik dari faktor pribadi maupun faktor lingkungan untuk mencegah
kontaminasi bakteri S. aureus yang mempengaruhi mutu dari produk Pinekuhe dan sehingga tidak menimbulkan keracunan bagi konsumen.
Sensitivitas Staphylococcus aureus Terhadap Antibiotik
Semakin sensitif bakteri tehadap suatu antibiotik maka diameter zona hambat yang terbentuk semakin lebar.
Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhambat pertumbuhannya akibat antibakteri atau antimikroba. Contohnya:
Tetracycline, Erytromycin, dan Streptomycin. Tetracycline merupakan antibiotik yang memiliki spektrum yang luas sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara luas (Djide, 2008). Zona hambat yang terbentuk dari hasil
pengujian resistensi antibiotik pada media Nutrient Agar (NA)
Diameter zona hambat yang dihasilkan pada 8 isolat Staphylococcus aureus terhadap antibiotik Tetrasiklin, Ampisilin dan Amoksisilin dengan uji duplo dapat dilihat pada Tabel 8. Hasil uji sensitivitas antibiotika yang tersaji pada Tabel 8 menunjukkan bahwa 8 isolat Staphylococcus aureus dengan pengujian duplo mempunyai sensitivitas yang berbeda-beda terhadap antibiotik. Enam isolat duplo menunjukkan sensitif dan 2 isolat telah resisten terhadap
tetrasiklin. Sedangkan pada antibiotik ampisilin, 7 isolat duplo menunjukkan sensitif dan 1 isolat telah resisten. Kemudian pada antibiotik amoksisilin menunjukkan 7 isolat duplo sensitif dan 1 isolat telah resisten terhadap antibiotik ini. Berdasarkan uji sensitifitas 8 isolat Staphylococcus aureus terhadap ketiga antibiotik yakni tetrasiklin, ampisilin dan amoksisilin dengan pengujian duplo, menunjukkan bahwa adanya isolat yang telah resisten
terhadap dua antibiotik dan dapat dilihat pada Tabel 9. Terapi terhadap infeksi Staphylococcus aureus saat ini semakin sulit akibat munculnya galur yang resisten terhadap golongan β-laktam turunan penisilin (Forbes, et al., 2007).
Pada penelitian ini, dapat dilihat bahwa isolat nomor 2 menunjukkan resistensi terhadap 2 antibitik yakni amoksisilin dan ampisilin yang merupakan golongan penisilin (Tabel 9). Mekanisme timbulnya resistensi Staphylococcus aureus terhadap antibiotik golongan penisilin disebabkan karena golongan ini dapat menghambat Protein Pengikat Penisilin (PBP) yang merupakan enzim dalam membran plasma sel bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri.
Resistensi terhadap penisilin juga dapat muncul akibat bakteri ini memiliki sistem transfor membran luar (outer membrane) yang terbatas, yang
mencegah penisilin mencapai membran sitoplasma yang merupakan lokasi dari PBP.
file:///C:/Users/Asus/Downloads/1041-Article%20Text-1532-1-10- 20190601.pdf
Selain itu, resistensi ini juga dapat diakibatkan oleh S. aureus yang memiliki kemampuan dalam memproduksi enzim -laktamase dan dapat menghidrolisis ikatan pada cincin -laktam molekul penisilin sehingga mengakibatkan inaktivasi pada kedua antibiotik ini. Hal ini mengakibatkan terapi antibiotik golongan -laktam menjadi tidak responsif karena penggunaan antibiotik yang tidak rasional (Trzcinski dkk, 2000).
https://media.neliti.com/media/publications/298648-uji-sensitivitas- antibiotika-terhadap-st-181df507.pdf