• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kisah Keperawatanan dan Harapan

N/A
N/A
PGSD@ Kunti Muyasaroh

Academic year: 2024

Membagikan " Kisah Keperawatanan dan Harapan"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

CERPEN

Aku hanyalah seorang manusia yang tak bisa apa-apa tanpa campur tangan Tuhanku. Sebut saja aku sebagai Afshin. Kalian tahu apa artinya? Ya benar, Afshin berarti bersinar seperti bintang.

Sebuah nama yang sangat istimewa yang berisi harapan yang besar dari mama dan papaku.

Mereka berharap aku dapat bersinar indah seperti bintang yang menerangi gelapnya malam.

Aku lahir dan dibesarkan ditengah-tengah keluarga yang sangatlah sederhana. Sederhana namun penuh dengan kehangatan didalamnya. Mama dan papa merupakan orang yang taat akan agama. Mereka mendidikku dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Seriap harinya dimana matahari sudah mulai bersembunyi dan bintang-bintang mulai berbaris dengan indah, didalam sebuah gubuk yang sederhanalah kami saling bertukar isi kepala.

Dengan ditemani oleh nyaringnya suara jangkrik yang memenuhi gendang telinga, ada pula suara katak yang bernyanyi bersaut-sautan diluaran sana yang menambah indahnya suasana.

Mama akan selalu menanyakan hal yang sama. Dengan lembut dia akan berkata, "Bagaimana harimu nak? Adakah masalah yang terjadi?". Nah, itulah pertanyaan monoton dari mamaku.

Dan anehnya, aku tak pernah bosan dengan pertanyaan seperti itu.

Dengan manja aku pun manjawab, "Alhamdulillah aman ma. Mama tenang saja. Insyaallah Afshin sudah bisa mengatasinya sendiri."

Dibalasnya jawabanku dengan senyuman lembut dari mama. "Nak ingat ya pesan mama, sesibuk apapun kita jangan pernah tinggalkan sholat 5 waktu. Kita tak akan pernah bisa hidup tanpa Allah."

Dengan tersenyum akupun menjawab, "Iya mama. Insyaallah Afshin akan ingat selalu perkataan mama."

Saat tengah asiknya bercanda gurau dengan mama, tiba-tiba papa datang dengan wajah basah terkena air dari padasan. Dengan lembut beliau mengajak aku dan mama tadarus bersama.

"Sudah ceritanya dilanjut nanti dulu. Ambil air wudhu setelah itu kita tadarus bersama."

Kuraih tangan mama dengan semangatnya. Melihat itupun ayahku hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepalanya sembari berkata, "Kamu ini dari dulu selalu saja seperti ini, manja sekali dengan mamamu."

Mendengar itupun mamaku hanya tersenyum dengan begitu lebarnya.

(2)

Hangat. Amat sangat hangat. Sampai-sampai aku lupa bahwa semua yang ada di dunia ini hanyalah titipan dari Sang Pencipta. Dan dengan egoisnya aku meminta dan berharap bahwa semua ini akan berlangsung selamanya.

Seperti itulah gambaran diriku, anak yang amat sangat ceria, dulunya. Sebelum perlahan-lahan semuanya mulai terkikis tanpa rencana ataupun aba-aba.

Masih sangat terpaku jelas di ingatanku, hari dimana aku kehilangan separuh dari kebahagiaanku. Apakah aku tinggalkan oleh kekasih hatiku? Bukan, aku kehilangan sosok yang lebih dari itu. Ya, aku kehilangan sosok yang amat sangat ku cintai. Sosok yang dengan senang hati mau membawaku dalam tubuhnya kamana saja selama bulan-bulan. Sosok yang selama ini memberikan cinta dan kasih sayangnya secara cuma-cuma kepadaku. Kalian tau bagaimana yang aku rasakan saat itu? Nyeri, dadaku terasa sangat sakit sekali seperti dihujam dengan benda tumpul berkali-kali. Seketika semuanya terasa gelap gulita. Sedih, hancur, putus asa bercampur menjadi sesuatu yang berhasil membuat genangan air mata yang siap terjatuh kapan saja tanpa diminta.

Aku terduduk diam seribu bahasa dengan tatapan sayu yang amat sangat kosong. Ku putar kepalaku ke arah samping untuk melihat bagaimana keadaan laki-laki terkuat yang selama ini ku kenal. Apakah dia sama hancurnya seperti ku? Dan betapa terkejutnya aku melihatnya lebih hancur dariku. Kacau, kata yang mungkin cocok untuk mendeskripsikan semuanya.

Dalam lirih aku berkata, "Sosok yang paling kuat pun bisa menangis? Bagaimana denganku yang setiap harinya suka bermanja-manja?"

Dengan tangis lirihnya papaku masih sempat memberikan senyuman hangatnya untuk menenangkanku. Dipegangnya kepalaku dengan amat sangat lembutnya seraya berkata,

"Sudahlah nak, tak apa. Ikhlaskan saja mama. Semua yang hidup pasti akan kembali kepada-Nya bukan?"

Sambil terisak dengan sorot mata yang hampa yang terus menatap lurus ketempat dimana mama berbaring dengan sangat tenangnya, akupun menjawab, "Ta-tapi bagaimana bisa aku hidup tanpa bantuan mama pa?"

"Kenapa mama pergi secepat ini. Bahkan sebelum aku membuatnya bangga?"

Dengan sangat tenang papaku menjawab, "Jangan seperti itu nak, dengan memilikimu saja mamamu sudah sangat bangga. Ingat mamamu pasti tak akan suka bukan jika kamu banyak mengeluh? Sudah tak apa nak papa disini. Insyaallah, semua akan baik-baik saja"

(3)

"Ingat nak, kita hanya manusia biasa. Tapi kita masih punya Allah sang Maha Agung yang bisa segalanya. Jadikan ini sebuah pelajaran buat dirimu. Mendekatlah kamu kepada sang pencipta, perbanyak doa dan istighfar. Bukankah itu yang selalu mama dan papa ajarkan?"

Terdiam. Hanya itu yang bisa ku lakukan saat itu. Butuh waktu yang cukup lama untuk membuatku menjadi lebih tenang.

Dengan perlahan akal sehatku pun mulai dapat mencerna setiap perkataan papa. Hatiku mulai bergerak dan berkata, "Benar, ini bukan akhir dari segalanya. Allah pasti tau jalan apa yang paling baik. Aku masih punya papa yang harus ku buat bangga, masih ada keluarga yang lainnya, dan ada mama yang akan selalu menantikan doa-doaku setiap harinya."

Dan tibalah saatnya aku mengantar mamaku ke rumah barunya. Dengan mata yang terus berkaca-kaca aku mencoba untuk tersenyum. Ternyata bersikap biasa saja dengan keadaan yang kacau sangatlah tidak mudah. Seketika itu pula bibirku terasa seperti membeku.

"Selamat tinggal mama. Terima kasih selama ini telah memberikan segalanya. Memberikan kasih sayang yang tak pernah bisa aku dapatkan dari manapun. Terima kasih banyak. Walaupun mungkin kata terima kasih tak akan pernah cukup untuk semua hal yang telah engkau berikan."

Dengan sekuat tenaga aku menahan hujan dari mataku ini. Sembari menaburkan kelopak mawar diatas gundukan tempat mama tinggal aku mulai berfikir, "Bagaimana caraku terlihat tegar didepan papaku sedangkan untuk sekedar berpura-pura tersenyum saja aku tidak mampu?"

Hari akan terus berganti. Di setiap senja mulai menghilang kutadahkan kedua tanganku, kupejamka kedua mataku dengan harapan aku tak akan mengeluarkan butiran-butiran bening yang hanya akan membuatku terus berlarut-larut dalam kesedihan. Dengan wajah memohon selalu ku lantunkan bisikan-bisikan doa dengan harapan dapat dikabulkan oleh Sang Maha Pencipta.

"Tuhan jaga mamaku, sayangi ia seperti ia selalu menyayangiku, jaga ia seperti ia selalu menjagaku selama ini."

Seketika angin berhembus seakan membawa doa-doaku kepada Sang Pencipta.

Malam yang semula sangat hangat kini menjadi malam yang amat sangat dingin. Seperti tak pernah tersentuh sama sekali. Pada awalnya aku berfikir jika aku tak pernah bisa melewati semuanya. Ternyata aku salah besar.

(4)

Bangkit. Perlahan aku mulai mengukir kembali kebahagiaan yang sempat pudar. Dengan papaku tentunya. Aku dan laki-laki hebat itu sedikit demi sedikit mulai mendapatkan sebuah senyuman. Yah, walaupun tak akan pernah sama seperti dulu. Namun itu sedikit lebih baik.

Aku adalah bintang dari kedua orangtuaku. Aku harus bersinar terang melebihi bintang-bintang yang ada di langit sana." Kata-kata sederhana yang akan selalu menjadi penyemangatku kedepannya.

Referensi

Dokumen terkait

Penulis berkeinginan untuk mengangkat kisah yang ada pada relief yang ada pada goa Selomangleng menjadi sebuah karya Photo Stories dengan harapan dapat menggali

Dampak konsumtif dalam Dalam novel Kisah Pencarian Cinta Sejati Diorama Sepasang AlBanna karya Ari Nur merupakan gaya hidup yang terjadi pada tokoh Ryan.. Ryan lebih suka

“ Bagi siapapun yang masih mempunyai harapan akan Bagi siapapun yang masih mempunyai harapan akan masa depan Indonesia baru yang lebih baik, dan juga masa depan Indonesia baru

Kisah inspiratif para pendiri PUI, yang mengawali ketulusan perjuangannya dengan niat ikhlas penuh cinta untuk membina ummat, mempersatukan dan mempertautkan ummat, menjadi

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pemaknaan pembaca Majalah Kartini terhadap kisah-kisah rumah tangga bertema perselingkuhan di rubrik Oh Mama, Oh Papa dan

Ada sebuah kisah yang disampaikan oleh Syaikh Sulaiman Al-Mufarraj –-semoga Allah memberinya taufik–, bahwa seseorang telah bercerita kepada Syaikh perihal kisah ajaib

(Di kemudian hari, setelah hijrah, pernah juga Rasulullah SAW menceritakan kepada sahabat-sahabatnya tentang kisah perjalanan masa kecil beliau ke Yatsrib yang

Kesimpulan Sejalan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah disampaikan, maka hasil penelitian nilai feminisme dalam novel BUNDA Kisah Cinta 2 Kodi Karya Asma Nadia