Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses benturan dua identitas dalam K-popers berhijab dan makna dari kedua identitas tersebut. Hal ini dijadikan sebagai sudut pandang untuk menganalisis makna dan kesadaran dari dua identitas yang dipegang oleh para K-popers berhijab. K-popers hijab remaja awal masih belum menemukan kesadaran akan dua identitas yang ada dalam diri mereka.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hal terpenting dalam berpakaian dalam Islam, khususnya bagi wanita, adalah menutupi auratnya. Karena alur ceritanya yang dianggap tidak biasa dan jarang ditemukan di film-film lokal, fenomena Korean wave semakin meluas di Indonesia. Ketika perempuan memutuskan untuk berhijab, secara tidak langsung mereka mempunyai satu identitas mutlak dalam dirinya, yaitu perempuan yang menutup kepalanya dengan jilbab sebagai simbol keimanan dan ketaatan terhadap norma-norma yang terkandung dalam keyakinan tersebut.
Sebaliknya mereka akan mendapatkan identitas lain yaitu sebagai penggemar budaya asing yaitu budaya pop Korea yang seringkali bertentangan dan tidak sesuai dengan norma agama. Hal ini sering terjadi pada k-poppers yang berhijab, misalnya saja ketika k-poppers yang berhijab menghadiri konser idolanya, namun di satu sisi mereka juga memakai lambang agamanya sebagai seorang muslim yaitu hijab yang menutupi kepala. Oleh karena itu tanggung jawab keagamaan dari para K-popers yang berjilbab ketika berinteraksi dengan budaya yang tidak sesuai dengan ajaran dan norma agamanya.
Oleh karena itu, para K-popers harus bisa menyeimbangkan antara sebuah identitas yang menjadi kewajibannya sesuai aturan dan norma yang ada dalam agamanya, dengan sesuatu yang dipengaruhi dari luar dirinya yaitu menyukai budaya Korean wave yang terkesan sangat kontradiktif. Di sinilah kedua aspek “I” dan “I” pada K-popers berhijab berpadu dan membentuk identitas perilaku seorang K-popers berhijab.
Rumusan Masalah
Namun dalam membatasi perilaku konsep “aku” yang cenderung pada kebebasan dan spontanitas, terdapat aspek lain yang bertujuan untuk membatasi diri manusia. “Aku” berperan sebagai pembatas diri karena kemunculan aspek identitas ini didasari oleh penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain serta harapan dan pandangan orang lain terhadap diri sendiri.Dalam hal ini, identitas “aku” yang ia tunjukkan adalah identitasnya sebagai seorang perempuan. Siapapun yang berhijab, maka hijab adalah simbol agama, dalam memakainya ada nilai dan norma yang harus dipatuhi dan dibatasi.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Dengan kajian identitas ganda ini diharapkan dapat memperoleh gambaran jelas mengenai perilaku dan pemeliharaan dua identitas dalam K-popper berhijab yang cenderung bertolak belakang. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan baru tentang praktik berbeda dalam menafsirkan identitas diri seseorang. Penelitian ini juga diharapkan mampu menjadi acuan dasar mengenai makna dua identitas dalam diri seorang wanita berhijab K-poper.
Penelitian ini juga diharapkan mampu menjadi batu loncatan bagi penelitian-penelitian lain dalam mengkaji secara mendalam makna identitas ganda pada kelompok sosial lain. Penelitian ini mampu memperkaya wawasan para peneliti, peminat penelitian sosial, relawan sosial, pembaca dan masyarakat luas.
Tinjauan Pustaka
Perbedaannya terletak pada topik penelitian sebelumnya yang menggunakan pergeseran makna hijab menjadi fashion, sedangkan penelitian ini subjeknya adalah seorang wanita berhijab dan juga merupakan pecinta budaya golf Korea.6 . Ketiga, jurnal yang ditulis oleh Vania Rosalin Irmanto dan Fandy Tjiptono, mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang berjudul “Motivasi dan Perilaku Penggemar K-pop di Daerah Istimewa Yogyakarta”. Majalah yang ditulis oleh Vania dan Fandy ini membahas tentang terbentuknya komunitas penggemar Korea di Yogyakarta, serta faktor dan proses terbentuknya komunitas penggemar pop Korea di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Persamaan majalah ini dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang perilaku penggemar pop Korea di daerah istimewa Yogyakarta. Kemudian yang membedakan adalah penelitian ini lebih spesifik menjelaskan tentang perilaku identitas seorang penggemar Pop Korea yang berhijab.7. Keempat, jurnal Desiyani Arum Rengganis lebih banyak membahas tentang keinginan seorang penggemar K-pop dalam mencari dan memaknai budaya untuk membentuk identitasnya, serta membahas tentang perilaku konformitas yang digunakan oleh penggemar K-pop untuk ditampilkan.
6 Noor Awalia, “Studi Kasus Hijab dan Identitas Diri Wanita Muslim (Studi Kasus Persepsi Pergeseran Identitas Diri Wanita Muslim)”, Skripsi, Fakultas Komunikasi dan Informatika, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2016. 7 Vania Rosalin Irmanto dan Fandy Tjiptono: “Motivasi dan Perilaku Penggemar K-pop di Daerah Istimewa Yogyakarta”, Jurnal Modus, Volume 23, No 1, 2013.
Kerangka Teori
Menurut Mead, diri adalah kualitas yang terdapat pada diri manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup lainnya. Dimaknai sebagai proses kesadaran untuk menerima diri sendiri sebagai objek dari sudut pandang orang lain atau masyarakat. Diri juga memungkinkan orang berperan dalam percakapan orang lain sebagai bentuk simbol berbagi.
Artinya ketika seseorang berkomunikasi maka ia akan mampu menyadari dan mengontrol apa yang ingin ia katakan dan juga apa yang tidak boleh dikatakannya kepada orang lain. Kemudian orang lain akan berempati dan memberikan respon terhadap akibat dari simbol dan tindakan yang dilakukan orang tersebut. Masyarakat juga mempunyai peranan sebagai jaringan interaksi sosial, dimana anggota masyarakat akan memberi makna pada dirinya dan tindakan orang lain melalui simbol-simbol.
Ia harus berperilaku sesuai aturan dan jika hal ini tidak dilakukan dengan baik maka akan berdampak pada pandangan orang lain terhadap dirinya. Begitu pula dengan diketahui jika anda menyukai budaya luar negeri maka tidak akan sepenuhnya sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat anda, termasuk menyukai budaya Korea yang memiliki nilai berbeda.
Metodologi Penelitian
Metode penelitian menggambarkan fakta-fakta yang diperoleh di lapangan dalam bentuk narasi, kemudian narasi tersebut dianalisis dengan menggunakan kerangka teori 19 Metode penelitian kualitatif ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data.Penelitian ini menekankan pada persoalan kedalaman (kualitas). ) dan bukan kuantitas (kuantitas). ) data.20. Sumber data merupakan asal data yang dapat diperoleh, selanjutnya sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini melalui dua sumber yaitu data primer dan sekunder. Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung dan pencatatan sistematis yang diselidiki secara langsung atau tidak langsung.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi partisipan, dimana peneliti terlibat langsung seperti menghadiri acara-acara Korea di berbagai tempat di kota Yogyakarta, melihat langsung perilaku sosial para K-popers berhijab, dan mengikuti berbagai situs media sosial. untuk K-popers berhijab. untuk melihat jenis postingan apa saja yang biasa diunggah oleh para K-popers hijab. Metode wawancara merupakan suatu cara pengumpulan data melalui proses dialog antara pewawancara dan informan.21 Wawancara merupakan suatu cara pengumpulan data penelitian yang berguna untuk memperkuat data penelitian dan bertujuan untuk mendalami lebih dalam permasalahan penelitian yang diangkat. Fokus pembahasan peneliti mengenai hijab K-popers meliputi faktor-faktor yang membentuk proses identitas sosial yang digunakan, mengklasifikasikan faktor-faktor yang menyelaraskan identitas hijab yang digunakan dengan kecintaan terhadap budaya pop Korea.
Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dan menganalisis dokumen, baik tertulis, dokumen elektronik maupun gambar yang belum dihasilkan. 23 Agus Salim, Peneliti Sosial Teori Paradigma (Jakarta: Tiara Wacana, 2016), hal.
Sistematika Pembahasan
23. c) Kesimpulan, yaitu penyederhanaan data dan informasi penting yang diperoleh di lapangan dengan terlebih dahulu melakukan verifikasi sehingga data yang dianalisis menjadi data yang benar-benar sesuai. Dilanjutkan dengan analisis pengolahan data dari studi kasus terkait permasalahan benturan dua identitas sosial perempuan K-popers berhijab. Hal ini berlanjut dengan proses K-pop di mana perempuan berhijab menjaga kedua identitas ini dalam diri mereka.
Para sarjana juga akan menggunakan analisis teoritis George Herbert Mead untuk menjawab proses pembelaan dua identitas tersebut. Bab ini akan ditulis tentang kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan masalah.
PENUTUP
Kesimpulan
Alternatif mendengarkan musik pop Korea ini karena lirik dari musik tersebut memberikan inspirasi dan mengembalikan semangat dalam menjalani kehidupan sehari-hari bagi para K-popers berhijab. Peristiwa dan keinginan terjadi ketika para K-popers berhijab melihat aksi-aksi para K-pop idol saat tampil di atas panggung atau aktivitas sehari-harinya, sehingga menggugah minat para K-popers berhijab dan memutuskan untuk mencari tahu lebih jauh dan akhirnya bisa menyukai orang Korea. budaya pop. Faktor eksternal dalam proses hijab K-popers yang menyukai budaya pop Korea disebabkan oleh faktor eksternal seperti ajakan teman, lingkungan interaksi sosial dimana banyak orang menyukai budaya pop Korea, seperti teman sekolah dan keluarga dekat.
Meski menggemari musik pop Korea, para K-popers berhijab juga tak luput dari stigma negatif yang diberikan kepada para K-popers. Peneliti menemukan ada perbedaan antara K-popers berhijab yang masih berada di usia remaja awal dan yang sudah memasuki fase remaja akhir. Para K-popers berhijab yang masih berada pada tahap awal remaja masih belum menyadari adanya dua identitas dalam dirinya dan belum dapat menentukan identitas mana yang dominan.
Sementara itu, K-pop berhijab di usia akhir remaja menyadari adanya dua identitas yang saling bertentangan dan mengambil langkah untuk menampilkan satu identitas sebagai muslimah berhijab saat berinteraksi dengan masyarakat luas. Langkah yang diambil oleh para K-poppers berhijab adalah dengan tidak menunjukkan jati dirinya para penggemar Korean pop yang bereaksi berlebihan kepada masyarakat umum dan hanya menampilkan identitas wanita muslimah yang berhijab, hal ini untuk memastikan identitas mereka sebagai K-popers akan tetap terjaga. tidak mencampuri identitas lain dalam kehidupan sehari-hari.
Saran
2019. “Pengaruh Brand Ambassador dan Korean Wave Terhadap Brand Image Serta Dampaknya Terhadap Keputusan Pembelian (Survei Online Konsumen Innisfree di Indonesia dan China)”. Hijab dan Identitas Diri (Studi Kasus Persepsi Identitas Diri I dan AKU pada Mahasiswa Berhijab Universitas Sebelas Maret.”