• Tidak ada hasil yang ditemukan

CINTA TANAH AIR PRESPEKTIF AL-QUR`AN - repository iiq

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "CINTA TANAH AIR PRESPEKTIF AL-QUR`AN - repository iiq"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pertama, banyak anggapan dasar bahwa cinta tanah air merupakan suatu sistem yang bertentangan dengan Islam karena menjauhkan persatuan umat karena hanya akan memecah belah. Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini akan lebih terarah dan terarah pada pembahasan ayat-ayat terkait cinta tanah air dalam Tafsir Al-Huda karya Bakri Syahid dan Tafsir Al-Azhar karya Prof. Berangkat dari uraian di atas, penulis akan memperoleh rumusan masalah agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah dan sistematis.

Apa persamaan dan perbedaan Cinta Tanah Air menurut Tafsir al-Huda dan Tafsir al-Azhar.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tinjauan Pustaka

Selanjutnya skripsi Bahiyah Solihah yang berjudul “Konsep Cinta Tanah Air Perspektif Ath-Thahthawi dan Relevansinya dengan Pendidikan di Indonesia”, dalam skripsi ini Bahiyah lebih menjelaskan tentang konsep cinta tanah air yang mempunyai pengaruh dalam bidang pendidikan. Hamka bertajuk “Pandangan Hidup Muslim” yang didalamnya terdapat pembahasan tentang cinta tanah air, kemanusiaan dan Islam. 22 Bahiyah Solihah,”Konsep perspektif Ath-Thahthawi tentang cinta tanah air dan relevansinya bagi pendidikan di Indonesia”, Skripsi, (Jakarta: UIN Jakarta, 2015), t.d.

Selanjutnya kajian skripsi Lukman Hakim yang berjudul “Analisis Tafsir Nasionalisme Kh Bisri Mustofa dalam Tafsir Al-Ibriz”, penelitian ini menjelaskan secara detail ayat Alquran tentang cinta tanah air menurut Kh. Namun penulis juga akan meneliti tentang cinta tanah air, sehingga penelitian diatas tentunya memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini. Salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa yang bergerak dalam pengembangan mahasiswa yang berupaya menerapkan pendidikan karakter Cinta Tanah Air adalah Unit Kegiatan Mahasiswa Resimen Mahasiswa.

Metodologi Penelitian

Dengan latar belakang inilah Bakri Syahid kemudiannya terdorong untuk menulis Kitab Al-Huda Tafsir Al-Qur`an dalam bahasa Jawa, yang kemudiannya diterbitkan pertama kali pada tahun 1979 M oleh penerbit Bagus Arafah Yogyakarta. Tafsir Al-Huda menafsirkan semua surah dalam Al-Qur'an, yang berjumlah 114 surah dan 30 juz lengkap. 11 Bakri Syahid, Tafsir al-Huda Tafsir Al-Qur`an dalam Bahasa Jawa, (Yogyakarta: Persatuan Press, 1979), hlm.

Pada kesempatan itu Hamka bisa bertemu dengan Ki Bagus Hadikusumo dan mendapat pelajaran Tafsir al-Qur'an. Karena hal ini sejalan dengan tujuan Hamka menyusun Tafsir al-Azhar yang bertujuan agar masyarakat Indonesia lebih dekat dengan Al-Qur'an. Dalam hal ini Tafsir Al-Huda menggunakan metode Mushafi yaitu cara menafsirkan Al-Qur'an dengan mengungkapkan makna global (mujmal), dan untuk Tafsir Al-Azhar sendiri menggunakan metode tahlili.

Tehnik Sistematika Penulisan

DISKURSUS TENTANG CINTA TANAH AIR

Cinta Tanah Air dalam sejarah islam

Pertama, fase ini ditandai dengan runtuhnya banyak kerajaan dan sistemnya, yang diikuti dengan berdirinya negara-bangsa. Pada abad ke-20, nasionalisme di negara-negara Barat seperti Jerman dan Italia serta beberapa negara lainnya lebih condong ke arah nasionalisme totaliter. Nasionalisme dalam dunia Islam dapat dikaji dari sejarah negara-negara Islam di dunia yang bersentuhan langsung dengan masyarakat dan negara-negara Eropa.

Dalam realitas sejarah, tidak semua gagasan dan model nasionalisme di Eropa dapat diterima oleh masyarakat Islam, namun juga tidak ada negara dan pemikir Islam yang demikian. Turki merupakan salah satu negara Muslim yang secara terbuka menerima konsep nasionalisme seperti di negara-negara Barat. Nasionalisme yang sama dengan Barat yang menganjurkan adanya identitas baru yang menekankan ikatan non-agama dan non-etnis.

Seperti halnya di Indonesia, sejumlah mahasiswa Timur Tengah yang belajar di Eropa kembali membawa konsep nasionalisme yang dipelajari di Barat. Mereka meyakini bahwa nasionalisme model Eropa dapat dijadikan energi untuk mewujudkan perubahan sosial dan politik di dunia Islam.23. Unsur-unsur terbaik patriotisme atau nasionalisme diserap dan dirumuskan untuk menjadi instrumen perjuangan kebangkitan Islam.24.

Respon komunitas Muslim di negara-negara tersebut terhadap konsep kewarganegaraan atau politik Barat secara umum berbeda-beda. Jika yang dimaksud dengan nasionalisme adalah kerinduan dan keberpihakan terhadap tanah air, keharusan untuk memperjuangkan pembebasan tanah air dari penjajahan dengan rasa kekeluargaan antar masyarakat dan pembebasan negara lain, maka nasionalisme dalam pengertian ini dapat diterima dan bahkan dalam kondisi tertentu. . dianggap sebagai suatu kewajiban.28. Contoh nyatanya adalah masyarakat Kurdi yang tidak mempunyai tanah air dan tersebar secara diaspora di Turki, Irak, dan Suriah.

Oleh itu, mencari asas nasionalisme atau cintakan negara tidaklah begitu sukar dalam Islam.

Cinta Tanah Air dalam Al-Qur`an

Ahmad Abdul Ghani Muhammad al-Najuli dalam al-Muwathanah dalam al-Islam Waanggaranun wa Huquq menerjemahkan tanah air secara luas, bahwa di era globalisasi ini tanah air sebenarnya adalah alam semesta secara keseluruhan. Berdasarkan qiyas awlawi, hendaknya setiap muslim lebih mencintai tanah air dimana ia dilahirkan, dibesarkan dan tinggal. Lebih mudahnya begini: umat Islam wajib mencintai alam semesta saja, terutama tanah air tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan.

Perkataan cinta tanah air dalam al-Quran tidak disampaikan secara langsung, sebaliknya menggunakan perumpamaan. Dan orang-orang yang menetap di kota Madinah dan (Ansar) telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Ansar) "mencintai" orang-orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin), dan mereka (Ansar) tidak mempunyai keinginan untuk hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin), dan mengutamakan (Muhajirin), atas diri mereka sendiri, walaupun mereka dalam kesusahan. Jadi, jadilah mereka orang-orang fakir apabila mereka menjadi orang yang berhijrah.

Tiada balasan bagi orang yang berbuat demikian daripada kamu melainkan kehinaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang sangat pedih. Dua teras Syariah Islam bersatu dalam satu perkara: al-muwathanah (kewarganegaraan): istilah yang mustahil untuk hidup di luar tanah air yang aman, damai dan sejahtera. Di antara ayat-ayat yang menjelaskan susunan keutamaan, mengutamakan tanah air daripada segala maqashid (kecuali agama), ialah Q.S at-Taubah: 24.

Ahmad Abdul Ghani Muhammad al-Najuli dalam al-Muwathanah fi al-Islam sebagai tanah air. Maksudnya ialah kepentingan menyayangi dan menjaga tanah air berbanding kepentingan menjaga keluarga, harta benda dan sebagainya. Allah berfirman: "Dan kepada orang kafir Aku berikan peringatan sementara, kemudian Aku paksa dia untuk mengalami siksa neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali." (Q.S al-Baqarah: 126).

Katakanlah: "Tuhanku mengetahui orang-orang yang memberi petunjuk dan orang-orang yang berada dalam kesesatan yang nyata". (Q.S al-Qashash: 85).

Cinta Tanah Air dalam Hadis

Sesungguhnya orang-orang yang mewajibkan (menerapkan hukum-hukum) Al-Qur'an, sungguh akan mengembalikan kamu ke tempat asalmu. Suatu hari, sahabat Ashil al-Ghiffari pulang dari Makkah (saat itu belum ada syariat berhijab bagi istri Nabi Muhammad SAW.) Aisha bertanya kepadanya: “Bagaimana caramu meninggalkan Makkah, Ashil?”, Ashil menjawab: “Aku meninggalkannya ketika sungai – sungai itu berubah menjadi putih, pohon-pohon mulai tumbuh daun, bunga-bunga mulai berkembang dan daun-daunnya pun berguguran.” Seandainya dia tidak diusir dari kaumnya dan tidak diizinkan oleh Allah untuk berhijrah, Nabi SAW.

Bahkan, siapa pun yang terusir dari negaranya boleh mendoakan ketidakadilan yang menimpanya, mendoakan agar mereka kembali ke negaranya secepatnya.42. diturunkan ayat: “..dan sesungguhnya (Allah) akan mengembalikan kamu ke tempat kembalimu (yakni Mekah). (H.R. Ibnu Abu Hatim al-Razi). Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim al-Razi (w. 890 AD) dalam penafsirannya disepakati oleh banyak penafsir Al-Qur’an, seperti al-Tabathaba’i, Ibnu ‘Assyur (wafat 12 Agustus 1975), dan Sayyid Quthub (wafat 29 Agustus 1966) sebagaimana dijelaskan oleh Quraisy Shihab dalam Tafsir al-Misbah.

43 Abu Muhammad „Abdurrahman bin Muhammad bin Idris bin Mundzir ved Tamimiy al Handzaliy ar Razi bin Abi Hatim, Tafsir Al-Qur`anul „Adzim liabni Abi Hatim, (wilayah Saudi-Arabiens: Perpustakaan Nizar Mustafa el Baz), Cet III, hlm . .

MENGENAL TAFSIR AL-HUDA DAN TAFSIR AL-AZHAR

Karya-karya Bakri Syahid

Diskusi kelompok tersebut menghasilkan rasa keprihatinan terhadap minimnya karya Tafsir al-Qur'an bahasa Jawa yang dibarengi dengan petunjuk membaca dalam teks pelatihan dan informasi lain yang relevan. Pada cetakan pertama yaitu pada tahun 1979, Tafsir al-Huda berhasil dicetak sebanyak 10.000 eksemplar bekerjasama dengan pengadaan Al-Qur'an oleh Departemen Agama Republik Indonesia. Tafsir yang dilakukan Bakri Syahid dalam kitab Tafsir al-Huda ini menuliskan tafsirnya pada catatan kaki di kitabnya.

Secara metodologis, langkah-langkah penafsiran Al-Qur’an dalam Tafsir al-Huda merupakan suatu pendekatan yang dapat disebut dengan pendekatan sosio-kultural Tsaqafi Ijma’i. Dialektika nilai-nilai Al-Quran dan budaya Jawa dalam Tafsir al-Huda merupakan suatu proses asosiasi antara warisan budaya Jawa pengarang Al-Quran dengan kondisi sosial budaya Jawa yang melingkupinya. Tafsir al-Huda bercirikan tafsir bi al-ra'yi9, cenderung rasional dan menggunakan nalar.

Sebelum Hamka mula menulis Tafsir al-Azhar, Hamka pada mulanya memberi kuliah setiap selepas solat subuh sejak tahun 1959 di Masjid al-Azhar yang dibincangkan Tafsir al-Qur'an. Penerbitan pertama Tafsir al-Azhar Hamka dilakukan oleh Penerbit Panduan Masa, diketuai oleh H. Mahmud. Buya Hamka dalam tafsir Tafsir al-Azhar menggunakan sumber bi al Ra'yi,33 kerana dalam masalah tafsir beliau mengemukakan pendapatnya tentang tafsiran ayat-ayat tersebut.

Secara sederhana Tafsir Al-Azhar menjelaskannya lebih detail, terutama ketika menjelaskan proses munculnya manusia hingga menjadi bangsa. Persamaan dan Perbedaan Tafsir al-Huda dan Tafsir al-Azhar Menurut tafsir ayat Bakri Syahid ini, Allah mengingatkan Nabi Muhammad s.a.w tentang penipuan kaum kafir Quraisy terhadapnya. Namun Tafsir Al-Azhar lebih detail menjelaskan tingkat keimanan seseorang dan kedudukan seseorang yang tidak lagi ragu terhadap keimanannya.

Namun, tidak dijelaskan dengan jelas dalam Tafsir Al-Huda bagaimana perpecahan Bani Israel berlaku, sedangkan ia dijelaskan secara terperinci dalam Tafsir Al-Azhar. Hakim, Luqman, Tafsiran Ayat-ayat Nasionalisme dalam Tafsir al-Ibriz KH Bisri Mustofa, Tesis, IAIN Walisongo, 2014. Muhammad, Abu 'Abdurrahman bin Muhammad bin Idris bin Mundzir at Tamimiy al Handzaliy ar Razi bin Abi Hatim, Tafsir Al-Qur ' anul .

Referensi

Dokumen terkait