• Tidak ada hasil yang ditemukan

E-Commerce Dalam Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Di Indonesia (Analisis Immanuel Wallerstein)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "E-Commerce Dalam Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Di Indonesia (Analisis Immanuel Wallerstein) "

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Proceedings

Volume 1, Nomor 1 Desember 2021

49

E-Commerce Dalam Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Di Indonesia (Analisis Immanuel Wallerstein)

1Rahmawati, 2Desi Erawati

1Pascasarjana IAIN Palangka Raya, [email protected]

2IAIN Palangka Raya, [email protected]

ABSTRACT

The development of technology today is increasingly rapid, the benefits of technological sophistication can be used to improve the community's economy by buying and selling online or known as e-commerce. The increase in the e-commerce business is expected to help the business development of micro, small and medium enterprises (MSMEs). The purpose of this paper is to find out how MSME e-commerce can survive during the pandemic by using economic dominance analysis (Wallerstein). This study uses a library research approach with data processing studies on e-commerce both books, journals, theses, dissertations and other newspapers. The results of this study indicate that E-commerce is one of the best alternatives to encourage business independence, especially when facing an economic recession during the COVID-19 pandemic. E-commerce can be used to expand market access, create jobs and the positive impact of various supporting sectors. other e-commerce businesses that can ultimately contribute to the acceleration of Indonesia's economic growth

Keywords: E-commerc,UMKM,World System Theory

ABSTRAK

Perkembangan teknologi dewasa ini semakin pesat, manfaat kecanggihan teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dengan jual-beli secara online atau dikenal dengan istilah e-commerce. Peningkatan bisnis e-commerce diharapkan bisa membantu perkembangan usaha para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Tujuan penulisan ini untuk mengetahui bagaimana e-commerce UMKM bisa bertahan di masa pandemic dengan menggunakan analisis dominasi ekonomi (Wallerstein). Penelitian ini menggunakan pendekatan library research dengan pengolahan data primer kajian-kajian tentang e-commerce baik buku, jurnal, tesis, disertasi dan surat kabar lainnya. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa E-commerce menjadi salah satu alternatif terbaik agar mendorong kemandirian berusaha terutama saat menghadapi resesi ekonomi di masa pandemic covid 19. Pemanfaatan e-commerce dapat dilakukan guna memperluas akses pasar, membuka lapangan pekerjaan serta memberikan dampak positif bagi berbagai sektor pendukung bisnis e- commerce lain yang pada akhirnya dapat memberi kontribusi pagi percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Kata Kunci: E-commerc, UMKM, Teori Sistem Dunia

(2)

50 PENDAHULUAN

Majunya teknologi informasi di masa sekarang membawa perubahan diberbagai aspek kehidupan termasuk diantaranya bidang ekonomi. Mudahnya akses internet ikut berdampak pada sistem penjualan yang dulunya bersifat konvensional sekarang beralih ke penjualan online yang lebih modern seiring dengan meningkatnya mutu dan kuantitas perdagangan (BPS, 2020). Banyaknya intensitas penggunaan internet dimanfaatkan untuk hal bisnis dan sangat menjanjikan sehingga banyak bermunculan ecommerce atau toko-toko online seperti shopee, tokopedia, blibli, Lazada, dan lain- lain. Komunikasi antara penjual dan pembeli dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja cukup dengan internet dan perangkat mobile yang dimiliki (Nidaul Khasanah et al., 2020), istilah ini dikenal dengan sebutan electronic commerce atau e-commerce yaitu jual beli yang prosesnya terjadi melalui internet (Khasanah et al., 2019)

Sebagai sarana atau tempat terjadinya proses jual beli online E-commerce mudah diakses dan digunakan oleh berbagai kalangan mulai dari orang dewasa maupun orang tua dengan tidak ada batasan. Sistem komputerisasi membuat konsumen tidak perlu mengeluarkan tenaga untuk membeli barang atau jasa yang diinginkan. Hal ini tentu akan tercipta pengusaha-pengusaha baru yang kreatif dan inovatif, dengan adanya teknologi informasi didukung oleh e-commerce membuat para pengguna jejaring sosial banyak yang memakai sarana bisnis belanja online (Sudaryono et al., 2020).

Perkembangan teknologi yang didukung regulasi yang mudah dan infrastruktur yang memadai membuat usaha berbasis digital mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang signifikan, terlihat dari hasil Survei E-Commerce 2020 yaitu adanya kenaikan jumlah usaha yang baru beroperasi tiap tahunnya. Pada tahun 2017 – 2019 yang memulai usahanya sebesar 45,93 persen. Tahun 2010 – 2016 sebanyak 38,58 persen, dan hanya 15,49 persen yang usahanya sudah beroperasi lebih dari sepuluh tahun (BPS, 2020).

UMKM terus meningkat dari tahun ke tahun, terbukti saat terjadi krisis moneter tahun 1998 banyak perusahaan besar yang bangkrut namun UMKM tetap bertahan. Ini karena meskipun saat krisis moneter penghasilan masyarakat turun namun permintaan barang dan jasa yang dihasilkan UMKM tidak berpengaruh. Berbeda dengan keadaan

(3)

51 usaha skala besar yang malah bertumbangan sebab permintaan pasarnya makin menurun sehingga UKM dan Koperasi mampu menyelamatkan perekonomian negara (HELMALIA & AFRINAWATI, 2018).

Banyaknya tenaga kerja yang terserap dari UMKM membuat pendapatan masyarakat meningkat, ini membuktikan bahwa dalam perekonomian nasional UMKM dapat menyerap tenaga kerja yang lebih besar (Sarfiah et al., 2019). Usaha mikro, kecil dan menengah memainkan peran penting dalam menyerap pengangguran, mendukung rencana pengentasan kemiskinan dan mendorong peningkatan pendapatan ekspor (Febriantoro, 2018).

Namun berbeda sejak adanya pandemi covid 19 dan pemberlakuan pembatasan social berskala besar oleh pemerintah, banyak pelaku UMKM yang merugi bahkan sampai gulung tikar sebab mayoritas pelaku UMKM mengandalkan hubungan atau interaksi secara langsung (Orinaldi, 2020). Pelaku UMKM dapat memanfaatkaan e- commerce untuk menjual barang dan jasanya secara fisik dan digital. Oleh karena itu, bukan tidak mungkin di masa pandemi usaha mikro, kecil dan menengah tetap bisa bertahan, arus kas tetap lancar, pasokan komoditas terjamin, dan yang terpenting masyarakat yang mandiri secara ekonomi sehingga dapat mengurangi beban pemerintah untuk menjamin warganya tetap sejahtera (Eka et al., 2021).

Beberapa kajian tentang e-commerce dalam berbagai aspek telah banyak dilakukan. Maka dari itu dalam tulisan ini lebih mengarah kepada bagaimana e- commerce UMKM bisa bertahan di masa pandemic dengan menggunakan analisis dominasi ekonomi (Wallerstein). Penelitian ini menggunakan pendekatan library research dengan pengolahan data primer kajian-kajian tentang e-commerce baik buku, jurnal, tesis, disertasi dan surat kabar lainnya.

PEMBAHASAN

Analisis Dominasi Ekonomi (Wallerstein)

Adalah Immanuel Wallerstein yang merumuskan teori sistem dunia pada akhir 1970-an dan menempatkan dirinya di kubu yang sama dengan Andre Gunder Frank, pendiri teori ketergantungan. Wallerstein mulai menggambarkan bahwa dunia pada

(4)

52 awalnya diperintah oleh kerajaan kecil dan bentuk pemerintahan lainnya, ketika sistem dunia belum ada. (Siregar, 2019) Kerajaan kecil tersebut kemudian bergabung menjadi kekuatan baru yang disebut sebagai World Empire. Namun kekuatan ini hanya menguasai sebatas sistem politik yang terpusatkan. Hal yang berbeda terjadi pada abad ke-16, perkembangan teknologi yang semakin maju membuat hubungan antara satu wilayah dengan wilayah lain mudah dicapai sehingga berdampak pada sistem ekonomi dunia yang kemudian menyatu. Kondisi yang membedakan sistem ekonomi dengan sistem politik diatas adalah sistem ekonomi akan selalu ada selama masih ada umat manusia, sementara sistem politik yang tersebut di atas lama kelamaan akan menghilang Sehingga bisa disimpulkan sistem ekonomi adalah satu-satunya sistem dunia yang akan bertahan sampai kapanpun (Zahidi, 2014).

Munculnya teori sistem dunia merupakan respon terhadap pandangan yang dikemukakan oleh teori modernisasi dan teori ketergantungan yang telah ada sebelumnya, dan pandangan tersebut dianggap gagal memahami masalah pembangunan atau kemiskinan negara berkembang. Dalam pandangan para ahli teori sistem dunia, teori ketergantungan hanya dapat menjelaskan gejala-gejala keterbelakangan, tetapi tidak dapat menjelaskan secara memuaskan gejala-gejala pembangunan di negara- negara berkembang. Melalui karya-karyanya yang diterbitkan sepanjang tahun 1970-an, Wallerstein melihat kegagalan pembangunan negara-negara berkembang dalam kerangka yang lebih komprehensif, yang merupakan bagian dari mekanisme kerja sistem ekonomi dunia kapitalis yang mengakar (Maiwan, 2012).

Wallerstein mengatakan bahwa dunia adalah sistem kapitalis yang memiliki pengaruh kuat di banyak negara di dunia, sehingga dalam hal integrasi hanya didasarkan pada kepentingan ekonomi, bukan hubungan politik. Dapat dikatakan bahwa hubungan yang terjadi hanyalah untung dan rugi. Mirip dengan teori ketergantungan, teori sistem dunia menunjukkan bahwa pembagian kerja dalam sistem ekonomi kapitalis membuat negara berkembang selalu bergantung pada negara maju. Pengaruh Marxisme pada teori ini sangat jelas. Selain itu, yang khas dari Wallerstein karena menekankan penggunaan metode sejarah global atau holistik ketika memahami cara kerja sistem dunia kapitalis.

Dalam hal ini, Wallerstein sangat dipengaruhi oleh tradisi sejarah Annales Prancis,

(5)

53 khususnya Ferdinand Braudel. Pengaruh pemikiran Wallerstein melintasi batas-batas ilmu humaniora dan ilmu sosial walaupun resminya seorang sosiolog (pernah menjabat presiden the International Sociological Association pada 1994-1998) (Wallerstein, 2000).

Teori Immanuel Wallerstein membagi pola pembagian kerja di dunia menjadi negara inti, semi pinggiran dan pinggiran. Negara inti adalah wilayah yang mengeksploitasi seluruh sistem yang mendominasi dunia-ekonomi kapitalis. negara pinggiran merupakan daerah eksploitasi yang menyediakan bahan baku atau bahan mentah. Sedangkan negara semi pinggiran (semi-periphery) di antara wilayah inti yang mengeksploitasi dan wilayah pinggiran (periphery) yang dieksploitasi. (Wulansari, 2017).

Menurut Wallerstein, wilayah pusat atau negara Inti merupakan negara atau kota penting di dunia yang menjadi pusat bisnis, teknologi, keuangan dan perdagangan internasional yang mengendalikan seluruh denyut ekonomi berdasarkan sistem kapitalis.

Kota-kota besar tersebut antara lain New York , Washington, (AS), Berlin (Jerman), Amsterdam (Belanda), London (Inggris), Tokyo (Jepang), Paris (Prancis), Brussel (Belgia), dan Negara Eropa Barat yang maju lainnya. Negara-negara pusat inilah yang menjadi penggerak utama perubahan di dunia, termasuk menentukan nasib negara- negara berkembang serta berfungsi sebagai penyangga dan simbol pembentukan sistem kapitalis global yang mengatur sebagian besar perdagangan dunia. Di luar kelompok negara atau wilayah inti ada wilayah semi pinggiran dan wilayah pinggiran . Wilayah semi pingiran merupakan negara-negara yang lebih maju dibandingkan dengan negara- negara pinggiran. Kawasan ini mampu mengembangkan industri yang sangat kuat dan maju, didukung oleh keuangan yang memadai dan aktivitas perdagangan serta sistem ekonomi yang mapan. Namun, negara-negara semi pinggiran tidak dapat sepenuhnya mengurangi ketergantungan mereka pada negara-negara maju, apalagi menyeimbangkannya.

Menurut Muir Keberadaan negara semi pinggiran tentunya akan menciptakan stabilitas dan keseimbangan dalam mencegah terjadinya eksploitasi berlebihan yang dilakukan negara pusat di negara pinggiran, dimana eksploitasi ini dapat disangga oleh

(6)

54 negara semi pinggiran dengan membentuk aliansi dengan negara pinggiran. Dalam konteks ini, negara-negara semi pinggiran telah mengambil posisi penting untuk memperkuat situasi dengan bertindak sebagai inkubator perubahan (Muir, 2012).

Di sisi lain, wilayah pinggiran merupakan negara dengan kondisi ekonomi yang kurang berkembang, tingkat kemiskinan yang relatif tinggi, kualitas sumber daya manusia yang rendah, tata pemerintahan yang buruk dan struktur sosial yang rapuh.

Negara-negara tersebut tidak hanya pemasok bahan baku untuk keperluan industri, tetapi juga menjadi tempat pemasaran produk industri dari negara maju. Dalam rantai ekonomi dan perdagangan dunia, negara pinggiran selalu bergantung pada negara maju dan tidak dapat dipisahkan dari sistem yang ada. Negara pinggiran bukannya mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju, mereka justru larut dalam sistem dan berkontribusi memperdalam dampak dari sistem ekonomi kapitalis di wilayah mereka.

Berlakunya sistem ini di negara-negara pinggiran akan membuat negara semakin miskin, karena negara-negara Dunia Ketiga hanya akan menjadi sapi perah untuk memperkaya negara pusat, tetapi pemikir Amerika Immanuel Wallerstein memiliki pandangan baru ketika menganalisa situasi negara dunia ketiga. Sebuah pandangan yang berusaha menengahi perdebatan panjang antara kalangan modernis dan dependensia.

Dalam bukunya The Rise and Future Demise of The Capitalism system, terdapat argumen yang menarik tentang posisi negara-negara pinggiran yang dapat mengalami kenaikan kelas untuk menjadi negara-negara semi-pinggiran bahkan menjadi negara pusat dalam teori sistem dunia. Fakta-fakta yang terjadi di Korea Selatan dan negara- negara Asia Timur merupakan contoh keberhasilan negara-negara yang telah mengalami “kenaikan kelas” karena upaya perlawanan ekonomi terhadap negara-negara pusat (Fakih, 2001).

Ada tiga strategi agar terjadi proses kenaikan kelas yang telah dirumuskan oleh Wallerstein (Rezza, 2017):

Pertamaa, kenaikan kelas terjadi karena merebut kesempatan dan memanfaatkan peluang yang muncul. Misalnya negara pinggiran tidak dapat mengimpor produk industri karena mahal padahal bahan baku utamanya murah sekali, maka negara pinggiran mengambil langkah berani untuk menerapkan industrialisasi substitusi impor.

(7)

55 Hal ini memungkinkan negara dapat mengalami kenaikan kelas dari negara pinggiran ke negara semi pinggiran.

Kedua, kenaikan kelas dapat melalui undangan. Ini terjadi karena perusahaan- perusahaan industri besar di negara pusat harus berekspansi ke luar sehingga lahirlah perusahaan multinasional. Perusahaan multinasional membutuhkan mitra bisnis di negara berkembang dengan berbagai alasan. Dari sini, negara berkembang bisa menarik investor asing untuk berinvestasi. Sebagai akibat dari perkembangan ini, industri- industri yang telah diundang untuk melakukan kerja sama oleh perusahaan multinasional telah muncul di negara pinggiran. Proses ini secara signifikan dapat meningkatkan status negara pinggiran menjadi negara semi pinggiran. Namun dalam hal ini peran negara menjadi sangat penting karena suatu lembaga yang disebut negara dapat mengkoordinasikan dan melindungi usaha kecil dan menengah di dalam negeri dengan keterbatasan modal, keahlian dan pemasaran produksi.

Ketiga, Negara melaksanakan kebijakan internal guna memandirikan perekonomian negaranya sendiri serta terbebas dari dominasi negara pusat. Salah satu kebijakan internal tersebut bisa berbentuk politik dumping ataupun proteksi atas bahan industri dalam negeri yang membanjiri pasar dalam negeri. Proteksi ini juga memerlukan perlindungan dari sisi kebijakan ekonomi yang merupakan otoritas pemerintah negara pinggiran dan pasokan modal yang harus disediakan untuk memungkinkan industri tumbuh menjadi perusahaan yang lebih besar dan bersaing dengan industri luar negeri lainnya. Tidak hanya itu, pemerintah negara pinggiran juga perlu mulai mempersiapkan tenaga ahli lokal untuk mengembangkan teknologi industri dalam negeri secara tepat waktu. Seiring dengan meningkatnya dominasi teknologi industri dalam negeri, produk industri dalam negeri akan mampu bersaing di pasar global yang tengah berjalan. Dengan bertahannya industri domestik, maka pendapatan nasional negara akan berpotensi alami surplus pertumbuhan ekonomi. Surplus pertumbuhan ekonomi dapat membawa kesejahteraan dan kemakmuran yang diharapkan dari setiap proses pembangunan.

Fungsionalisasi e-commerce terhadap eksistensi UMKM

(8)

56 Perkembangan era globalisasi sangat bergantung pada sektor ekonomi sebagai tolak ukur keberhasilan pemerintah. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bentuk peran masyarakat dalam pembangunan nasional, khususnya pembangunan ekonomi. Posisi UMKM dalam perekonomian nasional memegang peranan penting dan strategis. Kondisi ini sangat memungkinkan karena keberadaan UMKM yang mendominasi perekonomian Indonesia (Sarfiah et al., 2019).

Namun sejak diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar hingga new normal membuat hampir seluruh usaha terimbas dampak Covid-19. Sektor industri dengan sistem padat karya terpaksa mengurangi beban staf dan produksi agar tetap bertahan di masa pandemi. Taufik dan Ayuningtyas (2020) mengatakan pandemi Covid19 menimbulkan guncangan ekonomi, berimbas pada perekonomian negara baik di tingkat lokal, nasional maupun global (Taufik & Ayuningtyas, 2020). Dampak yang cukup berat terutama bagi usaha Mikro Kecil dan Menengah, meskipun UMKM telah menunjukkan eksistensinya mampu bertahan dalam situasi krisis ekonomi, sejak adanya pandemi covid 19 banyak pelaku UMKM yang merugi bahkan sampai gulung tikar sebab mayoritas pelaku UMKM mengandalkan hubungan atau interaksi secara langsung (Orinaldi, 2020)

Dunia e-commerce menjadi peluang bagi para pelaku UMKM untuk mendongkrak penjualannya. Mereka secara tidak langsung dipaksa mengubah cara transaksi yang awalnya offline menjadi online di masa pandemi ini (Kala’lembang, 2020). Menurut Rofiq dkk, kehadiran digital marketing dapat membuka peluang usaha yang sebelumnya terbatas pada jarak, waktu dan cara komunikasi serta meningkatkan pangsa pasar. Kemudahan akses internet kini juga digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk mendukung kelancaran pemasaran digital (Rofiq, 2020)

Permasalahan yang biasa dijumpai dalam perdagangan konvensional seperti barang yang diinginkan pembeli tidak terjangkau karena jarak yang jauh akhirnya dapat diatasi dengan adanya penjualan online berbasis internet yang biasa disebut dengan istilah e-commerce atau electronic commerce), sebuah solusi yang memberikan kemudahan bagi para penggiat bisnis yang terkendala ruang dan waktu untuk menjalankan sistem perdagangan (Annisa Dwi Kuniawati, 2019)

(9)

57 Ada 4 tipe model e-commerce yang bisa menggambarkan transaksi yang terjalin antara konsumen serta pelanggan antara lain: bisnis ke konsumen (B2C), bisnis ke bisnis (B2B), konsumen ke konsumen (C2C), serta konsumen ke bisnis (C2B). Website e-commerce C2C mengusung model bisnis yang mengaitkan transaksi antar konsumen.

Kedua pihak tidak berjumpa secara langsung, tetapi hanya melalui platform online pihak ketiga, seperti contoh: Tokopedia serta Bukalapak (Wasino, 2021).

Covid 19 menjadi faktor eksternal diluar kendali pelaku bisnis yang menyebabkan penurunan aktivitas bisnis konvensional atau toko offline namun disisi lain memacu tumbuhnya kegiatan bisnis secara online (Taufik & Ayuningtyas, 2020).

Agar dapat mempertahankan eksistensi usahanya para pelaku bisnis termasuk UMKM harus bisa menerima sistem digitalisasi sesuai dengan tuntutan zaman sehingga pelayanan kepada pelanggan semakin efektif (Orinaldi, 2020). Pemilihan e-commerce sebagai strategi promosi di saat pandemi seperti sekarang ini sangat tepat, dimana strategi pemasaran online juga sangat memudahkan konsumen dalam bertransaksi ketika konsumen di haruskan melakukan social distancing (Cahya et al., 2021).

Manfaat e-commerce bagi UMKM yaitu dapat menghemat waktu, dapat menjadi bisnis lintas wilayah, dilakukan tanpa modal besar, menawarkan fleksibilitas yang tinggi dan mengembangkan bisnis yang lebih besar (Eka et al., 2021). Menurut Sudaryono et.al (2020) Selain e-commerce memberi manfaat yang cukup besar bagi pelaku usaha modern yang menciptakan pebisnis yang mandiri kreatif dan inovatif, ternyata hal tersebut juga memiliki dampak negatif bagi pembisnis offline. Yang mana sebagian masyarakat menjadi malas keluar rumah untuk melakukan transaksi jual beli secara langsung dan lebih memilih melakukan transaksi secara online hal ini tentu saja berpengaruh bagi pembisnis offline yang berdampak pada pendapatan atau omset yang semakin menurun dari waktu ke waktu.

Di Indonesia penggunaan e-commerce sangat tinggi di bandingkan dengan negara lain di dunia, pada bulan April 2021 sebanyak 88,1% pengguna internet di Indonesia menggunakan layanan e-commerce untuk melakukan transaksi pembelian (Purnama & Putri, 2021). Kebutuhan hampir semua orang dapat dipenuhi dengan berbelanja menggunakan digital e-commerce atau belanja online (Dwijayanti &

(10)

58 Pramesti, 2020). Di tengah pandemi Covid-19 pada tahun 2021 transaksi e-commerce di Indonesia tercatat sebesar Rp 337 triliun. Nilai itu meningkat 33,2% dibandingkan transaksi perdagangan digital di 2020 yang hanya sebesar Rp 253,5 triliun. Ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya jumlah pengguna internet dan jumlah orang di rumah selama pandemi, melakukan bisnis melalui e-commerce akan semakin menjanjikan. (Maulana et al., 2015)

Hal ini sejalan dengan pemikiran Immanuel Wallerstein yaitu bahwa salah satu kenaikan kelas terjadi jika negara melaksanakan kebijakan internal guna memandirikan perekonomian negaranya sendiri serta terbebas dari dominasi negara pusat. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, e-commerce dapat menjadi peluang besar bagi UMKM untuk memasarkan dan mengembangkan usahanya. Berbagai jenis platform sangat memudahkan UMKM untuk mengenalkan bisnisnya kepada masyarakat umum dan calon konsumen dengan transaksi yang sederhana dan jangkauan yang lebih luas. Oleh karena itu, di masa pandemi, bukan tidak mungkin UMKM akan tetap eksis dan mampu bertahan, cash flow tetap lancar, dan suplai produk tetap terjaga. Dan yang paling penting, masyarakat yang mandiri secara ekonomi dapat meringankan beban pemerintah dan memastikan bahwa warganya tetap sejahtera (Eka et al., 2021).

E-commerce memberi kesempatan UMKM melakukan pemasaran dengan tujuan pasar global, sehingga berpeluang menembus ekspor. Dengan mengembangkan UMKM, dapat memperluas kesempatan kerja dan memanfaatkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk meningkatkan perekonomian negara (Wira, 2001). Seiring dengan meningkatnya dominasi teknologi industri dalam negeri, produk industri dalam negeri akan mampu bersaing di pasar global yang berkelanjutan. Dengan bertahannya industri dalam negeri, pendapatan nasional negara dapat berpotensi mengalami surplus pertumbuhan ekonomi. Surplus pertumbuhan ekonomi dapat membawa kesejahteraan dan kemakmuran yang diharapkan dari setiap proses pembangunan. Untuk mengatasi kendala tersebut tentunya membutuhkan kerjasama antara pemerintah, praktisi e-commerce, pelaku ekonomi, dan dukungan masyarakat.

Secara khusus, sebagai regulator, fasilitator dan akselerator, pemerintah berperan penting untuk memberikan perlakuan yang sama terhadap pelaku usaha offline dan

(11)

59 online serta membangun landasan hukum yang kuat bagi pemberdayaan pelaku usaha lokal, termasuk produk lokal dan UMKM juga tentang perlindungan konsumen.

Diharapkan e-commerce akan mempercepat kemajuan UMKM Indonesia dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

KESIMPULAN

Pandemi Covid-19 berdampak sangat besar terhadap perekonomian. Interaksi yang terbatas dan ketakutan terkait dengan pandemi COVID-19 telah mengurangi aktivitas bisnis dalam sistem konvensional (toko fisik). Sektor usaha kecil seperti UMKM sangat terdampak pandemi Covid-19, karena umumnya masih mengandalkan sistem tradisional. Pelaku ekonomi yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan pembangunan ini mengalami kemunduran dan akhirnya gulung tikar. E-commerce adalah salah satu pilihan terbaik untuk mempromosikan kemandirian berusaha terutama dalam menghadapi resesi selama pandemi COVID-19. E-commerce merupakan peluang besar bagi UMKM untuk memasarkan dan mengembangkan usahanya. Dengan memanfaatkan e-commerce dapat meningkatkan akses pasar, menciptakan lapangan kerja dan memberikan dampak positif di berbagai sektor yang mendukung perusahaan e-commerce lainnya. Hal ini akan mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia.

REFERENSI

Annisa Dwi Kuniawati. (2019). TRANSAKSI E-COMMERCE DALAM PERSPEKTIF ISLAM. 02(01), 90–113.

BPS. (2020). Statistik E-Commerce 2020. Badan Pusat Statistik.

Cahya, A. D., Aqdella, F. A., Jannah, A. Z., & Setyawati, H. (2021). Memanfaatkan Marketplace Sebagai Media Promosi Untuk Meningkatkan Penjualan Di Tengah Pandemi Covid-19. Scientific Journal Of Rreflection, Volume 4(3), 503–510.

Dwijayanti, A., & Pramesti, P. (2020). Pemanfaatan Strategi Pemasaran Digital menggunakan E-Commerce dalam mempertahankan Bisnis UMKM Pempek4Beradek di masa Pandemi Covid-19. Ikra-Ith Abdimas, 4(2), 68–73.

https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/IKRAITH-

(12)

60 ABDIMAS/article/download/982/772

Eka, W., Lestariana, D. S., & Nanik, S. (2021). Pentingnya E-Commerce bagi UMKM pada Masa Pandemi di RT.03 Kampung Surodadi, Siswodipuran, Boyolali. Jurnal ABDIKMAS UKK, 1(2), 115–121.

Febriantoro, W. (2018). Kajian Dan Strategi Pendukung Perkembangan E-Commerce Bagi Umkm Di Indonesia. Jurnal MANAJERIAL, 17(2), 184.

https://doi.org/10.17509/manajerial.v17i2.10441

Fakih, M. (2001). Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Helmalia, H., & Afrinawati, A. (2018). Pengaruh E-Commerce Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Kota Padang. JEBI (Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam), 3(2), 237. https://doi.org/10.15548/jebi.v3i2.182 Kala’lembang, A. (2020). Adopsi E-Commerce Dalam Mendukung Perkembangan

Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Di Masa Pandemi Covid-19. Capital:

Jurnal Ekonomi Dan Manajemen, 4(1), 54.

https://doi.org/10.25273/capital.v4i1.7358

Khasanah, F. N., Rofiah, S., & Setiyadi, D. (2019). Metode User Centered Design Dalam Merancang Tampilan Antarmuka Ecommerce Penjualan Pupuk Berbasis Website Menggunakan Aplikasi Balsamiq Mockups. JAST : Jurnal Aplikasi Sains Dan Teknologi, 3(2), 14. https://doi.org/10.33366/jast.v3i2.1443

Maiwan, M. (2012). Geografi, Geopolitik, Dan Globalisasi: Suatu Analisa Terhadap Teori Sistem Dunia Immanuel Wallerstein. 2(2), 35–43.

https://core.ac.uk/download/pdf/296941511.pdf

Maulana, A., , Novira Rizki Arjun, F. A., & Suryanti, N. A. (2015). Peran E-Commerce di Tengah Pandemi terhadap Gaya Hidup Masyarakat Indonesia Masa Kini.

Journal of Education and Technology, 1(1), 1–13.

Muir, R. (2012). Political Geography : A New Introduction. London: Macmillan Press LTD.

Nidaul Khasanah, F., Herlawati, Samsiana, S., Trias Handayanto, R., Setyowati Srie Gunarti, A., Irwan Raharja, Maimunah, & Benrahman. (2020). Pemanfaatan

(13)

61 Media Sosial dan Ecommerce Sebagai Media Pemasaran Dalam Mendukung Peluang Usaha Mandiri Pada Masa Pandemi Covid 19. Jurnal Sains Teknologi

Dalam Pemberdayaan Masyarakat, 1(1), 51–62.

https://doi.org/10.31599/jstpm.v1i1.255

Orinaldi, M. (2020). Peran E-commerce dalam Meningkatkan Resiliensi Bisnis diera Pandemi. ILTIZAM Journal of Shariah Economics Research, 4(2), 36.

https://doi.org/10.30631/iltizam.v4i2.594

Purnama, N. I., & Putri, L. P. (2021). Analisis Penggunaan E - Commerce Di Masa Pandemi. Seminar Nasional Teknologi Edukasi Dan Humaniora, 553–558.

Rezza, M. (2017). Corporate Social Responsibility Multinational Corporations Di Indonesia , Sudahkah Mendukung. Jurnal Cakrawala, 1–28.

Rofiq, et. al. (2020). Transformasi Bisnis Kreatif Micro Enterpreneur Dalam Mempertahankan Omset Di Masa Covid-19. Seminar Nasional Manajemen,

Ekonomi Dan Akuntansi, September, 489–497.

https://proceeding.unpkediri.ac.id/index.php/senmea/article/view/292

Sarfiah, S., Atmaja, H., & Verawati, D. (2019). UMKM Sebagai Pilar Membangun Ekonomi Bangsa. Jurnal REP (Riset Ekonomi Pembangunan), 4(2), 1–189.

https://doi.org/10.31002/rep.v4i2.1952

Siregar, H. (2019). Jurnal Communitarian Vol. 2 No. 1 E-ISSN 2686-0589 SALING KETERGANTUNGAN DAN KETIMPANGAN DALAM TATA EKONOMI POLITIK DUNIA Hotrun Siregar. Jurnal Communitarian, 2(1), 182–200.

Sudaryono, Rahwanto, E., & Komala, R. (2020). E-commerce dorong perekonomian Indonesia, selama pandemi covid 19 sebagai entrepreneur. Jurnal Manajemen Dan Bisnis (Jumanis) Prodi Kewirausahaan, 2(3), 200–213.

Taufik, T., & Ayuningtyas, E. A. (2020). Dampak Pandemi Covid 19 Terhadap Bisnis Dan Eksistensi Platform Online. Jurnal Pengembangan Wiraswasta, 22(01), 21.

https://doi.org/10.33370/jpw.v22i01.389

Wasino. (2021). Pemanfaatan Media Sosial Dan Marketplace. 849–854.

Wulansari, I. (2017). Insustrialisasi Minyak Sawit di Indonesia: Resistensi Warga Dusun Tanjung Terhadap Pusaka, Kalimantan Tengah Terhadap Industri Sawit.

(14)

62

Jurnal Sosiologi Pedesaan, 5(1), 9–16.

https://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/view/16267

Wira, S. N. (2001). Perpajakan dalam E-Commerce Belajar dari Jepang dalam Berita Pajak.

Zahidi, M. S. (2014). Pemikir-Pemikir Marxis Dalam Hubungan Internasional. Jurnal

Ilmiah Hubungan International, 10(1), 23–36.

https://doi.org/10.26593/jihi.v10i1.1050.%p

Referensi

Dokumen terkait

Dalam banyak kasus, sebuah perusahaan e-Commerce bisa bertahan tidak hanya mengandalkan kekuatan produk saja, akan tetapi dengan adanya tim manajemen

2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan

Pembinaan dan pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UKM Kota Tanjungbalai merupakan wujud pemberdayaan sebagai motivasi atau dorongan bagi masyarakat untuk

Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam meningkatkan perekonomian masyarakat sehingga mampu memperkecil jurang pemisah antara yang kaya

Langkah perlindungan lain yang dapat ditempuh adalah kebijakan internal yang tidak ada kaitannya dengan perjanjian internasional atau hubungan dengan negara lain tetapi

“Hasil survei dan studi Tim Koordinasi Penanggulangan Hambatan Industri dan Perdagangan terhadap pemberlakuan ACFTA, dilakukan Oktober – Desember 2010 di

Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian pada kerajinan tenun ikat di desa Parengan Kecamatan Maduran-lamongan, focus penelitian diaarahkan pada strategi bisnis

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahan yang