Laporan Kasus
CORPUS ALIENUM KORNEA DENGAN LASERASI KORNEA
Oleh : Salsabilla Aulia NIM. 2208436555
Pembimbing : dr. Isfyanto, Sp.M
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU RSUD ARIFIN ACHMAD
PROVINSI RIAU
2023
BAB I PENDAHULUAN
Benda asing atau Corpus alienum merupakan salah satu penyebab terjadinya cedera mata, sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva. Dari masing – masing bagian mata tersebut dapat menyebabkan komplikasi yang berbeda pula. Benda asing kornea adalah benda yang berasal dari luar tubuh yang melekat di kornea, seperti logam atau kaca.1,2 Benda asing kornea merupakan kasus trauma pada mata yang sering ditemukan dan berhubungan dengan pekerjaan, terutama di bidang konstruksi dan industri logam.3–5 Penyebab masuknya benda asing ke kornea salah satunya adalah tidak menggunakan pelindung mata pada aktivitas berisiko seperti pengelasan.6 Berdasarkan penelitian, benda asing di kornea lebih sering ditemukan pada pekerja laki-laki dengan usia rata-rata 34 tahun. Oleh karena itu, pemakaian alat pelindung diri saat bekerja sangat dibutuhkan salah satunya alat pelindung mata untuk mencegah masuknya benda asing ke dalam mata.3
Benda asing dapat memicu reaksi inflamasi. Pasien dapat mengeluhkan nyeri pada mata, fotofobia, mata berair, mata merah, mata kabur, adanya sensasi benda asing di mata, dan riwayat trauma sebelum gejala muncul.1,7 Pada pemeriksaan dapat ditemukan visus normal atau turun, injeksi konjungtiva, injeksi siliar, tampak adanya benda asing di kornea, dan rust ring apabila benda asing logam telah tertanam beberapa hari.1
Benda asing dapat menyebabkan terbentuknya sikatrik pada visual aksis sehingga menurunkan kualitas penglihatan dan infeksi sekunder seperti keratitis
dan endoftalmitis. Tujuan tatalaksana benda asing untuk mendapatkan optimalisasi visual.1 Apabila pasien tidak mendapatkan penatalaksanaan segera setelah terjadinya cedera, maka semakin besar risiko untuk terjadinya komplikasi. Selain itu, apabila penetrasi benda asing memasuki bilik mata depan atau bilik mata belakang, maka morbiditas pada mata menjadi lebih tinggi dan disebut sebagai benda asing intraokular. 4,5
Benda asing di kornea merupakan standar kompetensi 2 bagi dokter umum.
Oleh karena itu, dokter umum mampu mendiagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.Setelah merujuk dokter umum diharapkan mampu menindaklanjuti sesudah pasien kembali dari rujukan.8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Bola Mata
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Lapisan tersebut adalah; (1) sklera/kornea, (2) koroid/badan siliar/iris, dan (3) retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera yang membentuk bagian putih mata. Bola mata terbenam dalam corpus adiposum orbitae, namun terpisah darinya oleh selubung fascia bola mata.5 Bola mata terdiri atas tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu:9
1. Tunika Fibrosa, pada bagian posterior disebut sklera
Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal yang memberikan bentuk pada mata dan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian anterior disebut kornea yang mempunyai 5 lapisan dan bersifat transparan sehingga memudahkan sinar masuk kedalam bola mata.
2. Tunika Vaskulosa atau struktur uvea
Bagian anterior uvea terdapat iris yang terdiri dari 3 susunan otot, berfungsi mengatur jumlah sinar masuk melalui pupil kedalam bola mata, yaitu otot dilatator, otot siliar dan sfingter iris. Selain iris pada bagian anterior uvea juga terdapat badan siliar yang terletak dibelakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak di pangkal iris di batas kornea dan sclera. Bagian posterior uvea merupakan jaringan vaskuler berpigmen yang disebut khoroid. Khoroid diperdarahi dari anyaman arteri ciliaris posterior brevis.
3. Tunika Nervosa
Lapisan terdalam bola mata ini disebut retina, mempunyai susunan sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membrane neurosensoris yang merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optic dan diteruskan ke otak.
Gambar 1. struktur mata.9
Mata terdiri dari tiga ruangan, yaitu bilik mata anterior, bilik mata posterior dan ruangan vitreus.9
1. Bilik mata anterior
Bagian depan dibatasi oleh kornea, bagian belakang oleh permukaan depan iris, lensa dan bagian tepi dibatasi oleh sudut bilik mata anterior.
Bilik mata anterior mempunyai kedalaman maksimal pada bagian tengah yaitu 3 mm dan bagian terdangkalnya terletak pada insersi iris bagian perifer. Pada manusia, volume bilik mata depan sekitar 0,20 ml.
6 2. Bilik mata posterior
Memiliki batas anterior yaitu iris, batas pinggir yaitu processus siliaris dan batas posterior dengan capsula lensa serta zonula zinii. Volume bilik mata posterior pada orang dewasa sekitar 0,06 ml. Aquos humor dihasilkan oleh epitel tak berpigmen pada prosesus siliaris kebilik mata posterior yang kemudian akan mengalir melalui pupil kebilik mata anterior.
3. Ruangan vitreus
Ruangan vitreus yaitu ruangan terbesar pada mata. Bagian anterior dibatasi oleh lensa, zonula zinii dan badan siliar. Sedangkan dibagian posteriornya dibatasi oleh retina dan saraf optik. Vitreus humor atau badan kaca menempati daerah belakang lensa. Strukturnya berupa gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Ruangan vitreus berfungsi mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa. Kebeningan badan vitreus disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel.
2.1.1 Anatomi Kornea
Kornea merupakan struktur bola mata yang transparan, avaskular, dan asferis yang menutupi bola mata sebelah depan dan tembus cahaya.9,10 Kornea berfungsi melindungi struktur di dalam mata dan merupakan salah satu media refrakta. Kornea memiliki kekuatan refraksi 40 dioptri.10,11 Diameter horizontal kornea adalah 11 – 12 mm dan diameter vertikalnya adalah 9 – 11 mm.11,12,13
Kornea terdiri atas 5 lapis, yaitu epitel, membran Bowman, stroma, membran Descement, dan endotel.10
a. Epitel
Epitel kornea memiliki ketebalan 50 – 60 µm dan berfungsi sebagai barrier kimia, air, dan mikroba. Epitel kornea mempunyai kemampuan regenerasi. Epitel kornea memiliki 3 lapisan, yaitu lapisan sel skuamosa, lapisan sel sayap, dan lapisan sel basal.9,11
b. Membran Bowman
Membran Bowman memiliki ketebalan 15 µm dan terletak di bawah membran basal epitel. Lapisan ini berfungsi mempertahankan bentuk kornea. Membran Bowman merupakan jaringan kolagen dan tidak mempunyai kemampuan regenerasi, sehingga apabila terjadi kerusakan akan menimbulkan sikatriks.9–12
c. Stroma
Stroma merupakan lapisan yang paling tebal dan menyusun 90%
ketebalan kornea. Stroma memiliki ketebalan 0,5 mm, terdiri atas lamel dan keratosit.9,10
d. Membran Descement
Membran Descement merupakan lapisan yang terdiri dari kolagen dan glikoprotein. Ketebalan lapisan ini meningkat seiring bertambahnya usia dan memiliki kemampuan regenerasi setelah terjadinya trauma.9
8 e. Endotel
Endotel kornea memiliki ketebalan 20 – 40 µm dan hanya terdiri atas satu lapis sel, bentuk heksagonal, dan tidak memiliki kemampuan regenerasi. Lapisan ini berfungsi menjaga kejernihan kornea.9–11
Gambar 2. Lapisan Kornea9
Kornea mendapatkan nutrisi dari difusi aqueous humor dan kapiler di sekitarnya. Kornea dipersarafi oleh nervus ciliaris longus dari nervus ophthalmica yang merupakan cabang dari nervus trigeminus (N.V).14 Selain itu, kornea dibagi menjadi beberapa zona. Zona sentral sekitar 1-2 mm mendekati bentuk permukaan sferis. Zona parasentral terletak dibagian luar 7-8 mm yang merupakan area pendataran kornea. Zona sentral dan parasentral bertanggung jawab pada kekuatan refraktif kornea. Setelah zona parasentral adalah zona perifer dengan diameter terluar 11 mm. Zona perifer dikenal sebagai zona transisional, karena merupakan area pendataran terbesar dari kornea. Zona limbal terletak 0,5 – 1 mm ke sklera dan merupakan area curam kornea sebelum bertemu sclera pada sulkus limbal.9
Gambar 3. Zona Kornea9
2.2 Benda Asing Kornea
2.2.1 Definisi
Benda asing kornea adalah benda yang berasal dari luar tubuh yang melekat dangkal atau tertanam di kornea, seperti logam, kaca, pasir, plastik, dan kayu. Benda asing kornea merupakan trauma okular minor.1,2
2.2.2 Faktor Risiko
Benda asing kornea merupakan kasus kegawatdaruratan mata yang sering ditemui dan berhubungan dengan pekerjaan, terutama di bidang konstruksi dan industri logam.3–5 Faktor risiko masuknya benda asing ke kornea adalah tidak menggunakan pelindung mata pada saat melakukan aktivitas berisiko seperti penggilingan, pengeboran, dan pengelasan.6
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Gunay dkk., pada 238 pasien benda asing kornea, jenis benda asing yang paling banyak dijumpai adalah logam.
Berdasarkan jenis kelamin, benda asing kornea lebih banyak dijumpai pada laki- laki yang bekerja di industri logam dengan usia rata-rata 34 tahun. Hal ini
10 sebagian besar dialami oleh pekerja yang tidak menggunakan kacamata pelindung ketika bekerja. Berdasarkan lokasinya, benda asing paling banyak mengenai sentral kornea dan kuadran inferotemporal kornea.3
2.2.3 Patofisiologi
Benda asing yang menempel pada lapisan kornea memicu reaksi inflamasi, menyebabkan terjadinya vasodilatasi di sekitar kornea, edema palpebra dan konjungtiva.1,10 Kornea memiliki banyak reseptor nyeri. Kerusakan epitel kornea menyebabkan mucul rasa nyeri yang bersifat tajam, superfisial, dan memberat ketika berkedip. Fotofobia terjadi karena kontraksi iris akibat proses peradangan.
Keluhan mata berair terjadi karena sekresi kelenjar lakrimal yang dipicu oleh iritasi fisik.15
Benda asing dapat menyebabkan sikatriks pada kornea sehingga menurunkan kualitas penglihatan, terutama apabila lesi berada di sentral kornea.
Benda asing yang tidak segera disingkirkan dapat menyebabkan infeksi sekunder seperti keratitis dan endoftalmitis serta nekrosis jaringan. Benda asing dapat masuk ke bilik mata depan atau bilik mata belakang dan menyebabkan morbiditas pada mata menjadi lebih tinggi yang disebut sebagai benda asing intraokular.1,4,5
2.2.4 Diagnosis
Diagnosis benda asing kornea dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang jika diperlukan.
a. Anamnesis
Pada anamnesis, pasien dapat mengeluhkan rasa nyeri pada mata, adanya sensasi benda asing di mata, mata silau, mata berair, mata merah, mata kabur, dan adanya riwayat trauma sebelum gejala muncul.1,7 Pada pasien perlu ditanyakan
aktivitas sebelum terjadinya trauma, mekanisme terjadinya trauma, dan penggunaan alat pelindung mata ketika bekerja.16
b. Pemeriksaan fisik dan penunjang
Pada pemeriksaan visus dengan Snellen chart dapat ditemukan visus normal atau turun. Pada pemeriksaan palpebra dapat ditemukan blefarospasme. Pada pemeriksaan konjungtiva dan sklera dapat ditemukan injeksi konjugtiva dan injeksi siliar. Pada pemeriksaan kornea tampak adanya benda asing, apabila benda asing logam telah tertanam berhari-hari di kornea maka akan tampak gambaran lesi putih di sekitar benda asing yang terbentuk akibat karat dari benda yang berbahan logam atau disebut rust ring. Defek epitel kornea dapat dilihat dengan pemeriksaan fluoresein.1,7
Gambar 2. Rust Ring16
2.2.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan benda asing kornea meliputi penatalaksanaan non farmakologi dan farmakologi yang bertujuan untuk menyingkirkan benda asing dari kornea, mengurangi nyeri, menghindari infeksi, dan mencegah kerusakan permanen pada kornea.1
12 a. Non farmakologi
Penatalaksanaan ini bertujuan menyingkirkan benda asing.
Penatalaksanaan ekstraksi benda asing dapat dilakukan dengan penggunaan slit lamp ataupun dengan pembendahan jika benda asing tersebut merusak struktur bola mata.7,16
b. Farmakologi
Antibiotik topikal diberikan setelah benda asing disingkirkan. Antibiotik yang diberikan dapat berupa tetes mata ofloxacin, tobramycin atau salep mata bacitracin yang digunakan 4-6 kali sehari sampai defek epitel sembuh untuk mencegah terjadinya infeksi.1
2.2.6 Komplikasi
Benda asing kornea dapat menimbulkan komplikasi berupa sikatriks dan infeksi sekunder seperti keratitis dan endoftalmitis. Gangguan kualitas penglihatan terjadi terutama apabila benda asing terletak di sentral kornea.6 Komplikasi lain adalah sikatrik kornea. Ada 3 macam sikatrik:9
a) Nebula
- Penyembuhan akibat keratitis superfisialis. Kerusakan kornea pada membrana Bowman sampai 1/3 stroma.
- Pada pemeriksaan terlihat seperti kabut di kornea, hanya dapat dilihat di kamar gelap dengan focal ilumination dan bantuan kaca pembesar.
Gambar 4. Nebula Kornea9
b) Makula
- Penyembuhan akibat ulkus kornea. Kerusakan kornea pada 1/3 stroma sampai 2/3 ketebalan stroma.
- Pada pemeriksaan terlihat putih di kornea, dapat dilihat di kamar terang dengan focal ilumination / batere tanpa bantuan kaca pembesar.
Gambar 5. Makula Kornea9 c) Leukoma
- Leukoma yaitu bercak putih seperti porselen yang tampak dari jarak jauh, yang merupakan jaringan sikatrik setelah penyembuhan proses radang pada kornea yang lebih dalam.
- Kerusakan kornea lebih dari 2/3 ketebalan stroma.
- Kornea tampak putih, dari jauh sudah kelihatan.
14 - Apabila ulkus kornea sampai tembus ke endotel, akan terjadi perforasi, dengan tanda iris prolaps, COA dangkal, TIO menurun. Sembuh menjadi lekoma adheren (lekoma disertai sinekhia anterior).
Gambar 6. Leukoma Kornea9
Gambar 7. Lekoma Adheren 2.2.7 Prognosis
Prognosis benda asing kornea tergantung pada lokasi, kedalaman, dan jenis zat. Benda asing kornea superfisial dan perifer memiliki prognosis yang baik.
Benda asing kornea yang terletak di sentral masih memiliki prognosis yang baik, namun berisiko untuk terjadinya komplikasi. Benda asing kornea dengan rust ring di sentral kornea memiliki risiko untuk terbentuknya sikatriks dan menganggu penglihatan.6
2.3 Laserasi Kornea 2.3.1 Definisi
Ruptur kornea merupakan trauma pada kornea baik sebagian / partial- maupun seluruh ketebalan/full-thickness. Luka partial-thickness tidak mengganggu bola mata (abrasi) sedangkan luka full-thickness penetrasi penuh pada kornea, menyebabkan ruptur dari bola mata. Laserasi adalah luka full thickness pada dinding mata akibat objek yang tajam.16
2.3.2 Epidemiologi
Trauma kornea merupakan 51% dari semua trauma pada mata. Sedangkan angka kejadian ruptur kornea adalah 18% diantaranya. Namun dari semua kejadian ruptur, angka kejadian ruptur kornea sekitar 29%. Berdasarkan umur dengan rasio tertinggi berkisar pada usia 20-39 tahun (38%) dengan rata-rata usia 12 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, kejadian terbanyak pada laki-laki yaitu 82%.
Didapatkan bahwa 33% penyebab trauma kornea adalah disebabkan benda tumpul, 13% benda tajam, dan 12% oleh karena cedera jatuh.17
2.3.3 Etiopatogenesis
Ruptur kornea (luka terbuka atau open globe) diakibatkan oleh trauma tumpul. Laserasi adalah luka full thickness seperti luka perforasi, luka penetrasi, dan akibat benda asing.18
Beratnya trauma yang terjadi ditentukan oleh ukuran benda, komposisi dan kecepatan pada saat bersentuhan. Benda tajam seperti pisau akan menimbulkan luka laserasi yang jelas pada bola mata.19
16 2.3.4 Diagnosis
a. Anamnesis
Bagaimana cedera pada mata terjadi
Benda penyebab trauma
Ketajaman penglihatan sebelum dan sesudah terjadi trauma
Penyakit mata yang ada
Pengobatan yang sudah diberikan
Keluhan penyerta seperti nyeri, mata merah, mata bengkak, mata berair
b. Pemeriksaan Fisik
Diperhatikan apakah adanya darah di belakang kornea (hifema), ini menunjukkan cedera yang signifikan pada kornea, perhatikan jika terdapat laserasi pada kornea dan jika terdapat prolaps iris yang ditandai dengan pupil yang berbentuk iregular.
Pemeriksaan dengan slitlamp menunjukkan kamera okuli anterior yang dangkal, penumpukkan darah di segmen anterior atau posterior, lensa yang opak, dan prolaps iris.18
c. Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonography, USG dapat berfungsi untuk mendeteksi Intra Ocular Foreign body, rupture bulbi, perdarahan supracoroidal, dan ablasio retina.18
2.3.5 Tatalaksana
Penanganan laserasi dan ruptur kornea adalah dengan tindakan bedah, kemudian dilanjutkan dengan pemberian obat. Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi dapat diberikan melalui topikal atau sistemik. Steroid
topikal digunakan untuk mengurangi inflamasi postoperatif. Pemakaian siklopegik dapat mengurangi spasme otot siliaris. Antibiotik sistemik harus diberikan dalam jangka waktu 6 jam setelah terjadi trauma.20
18 BAB III LAPORAN KASUS
STATUS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. B Pekerjaan : Pekerja las
Umur : 48 tahun Pendidikan : SMA
Jenis Kelamin : Laki-Laki Tanggal Pemeriksaan : 09/08/2023
Alamat : Pekanbaru Status : Menikah
MR : 01130433
Keluhan Utama:
Mata kiri perih, merah, kabur dan terasa ada yang mengganjal sejak 2 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Mata kiri merah dan terasa mengganjal sejak 2 hari yang lalu setelah serpihan gerinda masuk ke dalam mata. Mata terasa perih dan berair terus- menerus serta penglihatan menjadi kabur. Pasien hanya membilas mata dengan air untuk menghilangkan perih. Pasien belum berobat untuk mengurangi keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat benda asing masuk ke dalam mata sebanyak 1 kali Riwayat Pengobatan
Belum berobat untuk mengurangi keluhan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan keluhan.
Riwayat Kebiasaan Sosial Ekonomi
- Pekerja di bengkel las selama 13 tahun RAHASIA
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
Tanda - tanda vital : TD : 135/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Frekuensi pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36oC
Status Opthalmologi
OD OS
6/20 Visus Tanpa Koreksi 1/300
Tidak dikoreksi Visus Dengan
Koreksi Tidak dikoreksi Posisi Bola Mata
Ortoforia
Baik, ke segala arah
Gerakan Bola Mata
Baik, ke segala arah 13 mmHg
Tekanan Bola Mata (Tonometri non
kontak)
16 mmHg Tidak ditemukan kelainan Palpebra Edema palpebra
Tenang Konjungtiva Injeksi konjungtiva (+)
Jernih, erosi (-) Kornea Benda asing pada central zone (+), rust ring (-),
laserasi (+) Injeksi silier (-) Sklera Injeksi silier (+)
Dalam COA Dalam
Iris berwarna coklat, Pupil bulat, sentral, diameter 2 mm, refleks cahaya (+/+)
Iris/Pupil
Iris berwarna coklat, Pupil bulat, sentral, diameter 2 mm, refleks cahaya (+/+)
Jernih Lensa Jernih
20 Korpus alienum Funduskopi : tidak dilakukan
Skema
Gambar
Pemeriksaan (09/08/2023) (Benda asing berupa besi)
(Serpihan setelah dilakukan ekstraksi)
Resume :
Laki-laki 67 tahun, mata kiri merah, perih, kabur dan terasa mengganjal sejak 2 hari yang lalu setelah serpihan gerinda masuk ke dalam mata kiri. Mata terasa perih dan berair terus-menerus serta penglihatan lebih kabur. Pasien hanya membilas mata dengan air dan belum berobat untuk mengurangi keluhan. Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan visus tanpa koreksi 1/300 OS, injeksi konjungtiva (+) OS, injeksi siliar (+) OS, benda asing pada zona sentral (+) OS.
Diagnosis Kerja:
Corpus alienum kornea dengan laserasi kornea OS Penatalaksanaan :
Non farmakologi :
- Ekstraksi benda asing dan repair kornea Farmakologi :
- Cendo floxa 8 dd gtt 1 OS - Cendo Xitrol 8 dd gtt 1 OS - Cendo Timol 0,5% 2 dd gtt 1 OS - Cefadroxil 2 x 500 mg
- Paracetamol 3x 500 mg
- Methylprednisolone 2 x 16 mg
Edukasi
a. Pemakaian obat secara teratur
b. Menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan ekstraksi benda asing dengan cara pembedahan dan komplikasinya, jika sudah sembuh mungkin penglihatan visual tidak sebaik sebelumnya.
c. Memakai pelindung kacamata saat bekerja d. Segera datang berobat jika muncul keluhan
Prognosis: OS
Quo ad vitam : Bonam Quo ad functionam : Dubia
Quo ad kosmetikum : Dubia ad bonam
22 DAFTAR PUSTAKA
1. Bashour M. Corneal foreign body. emedicine. 2018. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/1195581-overview.
2. Cao CE. Corneal foreign body removal. emedicine. 2018. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/82717-overview.
3. Günay BO, Güneş SK, Korkmaz A, Bayraktar O, Akçay BİS.
Epidemiologic evaluation and clinical aspects of superficial corneal foreign body injuries at a tertiary referral center in İstanbul. Eurasian J Emerg Med. 2019;18(2):86-9.
4. Hussain A, Shaukat Q, Mahmood N. Metallic corneal foreign bodies; a preventable work related cause of ocular morbidity. Professional Med J.
2019;26(4):688-89.
5. Ozkurt ZG, Yuksel H, Saka G, Guclu H, Evsen S, et al. Metallic corneal foreign bodies: an occupational health hazard. Arq Bras Oftalmol.
2014;77(2):81-2.
6. Camodeca AJ, Anderson EP. Corneal foreign body. StatPearls Publishing.2021.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK536977/.
7. Guier CP, Stokkermans TJ. Cornea foreign body removal. 2021. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554478/.
8. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar nasional pendidikan profesi dokter Indonesia. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia; 2021.
9. Chowdhury PH, Haren Shah BH. Basics of anatomy and physiology of eye. Acta Sci Ophthalmol. 2021;4(5):45-6.
10. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. V. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2015.hlm.5-7.
11. Sridhar MS. Anatomy of cornea and ocular surface. Indian J Ophthalmol.
2018.Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC581 9093/.
12. DelMonte DW, Kim T. Anatomy and physiology of the cornea. J Cataract Refract Surg. 2011;37(3):588-91.
13. Granadoss AS. Clinical ophthalmology made easy. India: Jaypee Brothers Medical Publishers; 2009.hlm 66.
14. Snell RS. Anatomi klinis. IX. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2012.hlm 566.
15. Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asbury oftalmologi umum.
XVII. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010. hlm. 89, 389.
16. Bagheri N, Wajda BN, eds. The Wills eye manual. 7th ed. China:
Wolters Kluwer; 2017. hlm. 59-61.
17. Sridhar MS. Anatomy of cornea and ocular surface. Indian J Ophthalmol.
2018.
18. Kuhn Ferenc, Pieramici DJ. Ocular trauma : principles and practice.
Thieme, New York. 2002
19. Sukati VN. 2012. Ocular injuries-a review. The South African Optometrist 2012;71(2):86,89.
20. Akbar Muhammad, Helijanti Neneng, Munir MA, Sofyan Araswati.
Conjunctival laceration of the tarsalis palpebral inferior et causing by a fishing hook. Jurnal Medical Profession. 2019. 2(1); 158