• Tidak ada hasil yang ditemukan

Critical Review WEEK 6 : Types of Democracy

N/A
N/A
Ahady Febriansyah

Academic year: 2023

Membagikan "Critical Review WEEK 6 : Types of Democracy"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Nur Ina Yuliana

NIM : E061211111

Mata Kuliah : Demokrasi dan Global Civic Society Dosen Pengampu : Aswin Baharuddin, S. IP, MA

Critical Review

WEEK 6 : Types of Democracy

Introduction

Demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang luas dan kompleks, dan pemahaman yang mendalam tentang berbagai tipe demokrasi adalah kunci untuk mengapresiasi variasi dalam praktek-praktek demokrasi di seluruh dunia. Dalam ulasan kritis ini, kita akan mengidentifikasi, mengevaluasi, dan membandingkan tipe-tipe demokrasi yang paling umum, yaitu demokrasi representatif, demokrasi langsung, demokrasi parlementer, demokrasi presidensial, demokrasi semi-presidensial, dan demokrasi deliberatif. Peninjauan ini akan mencakup analisis atas kelebihan dan kelemahan masing-masing sistem, serta relevansinya dalam konteks pemerintahan modern.

• Demokrasi Representatif

Demokrasi representatif adalah tipe demokrasi yang umum ditemukan di banyak negara. Dalam sistem ini, rakyat memilih wakil-wakil mereka yang akan mewakili mereka dalam pengambilan keputusan politik. Kelebihan utama dari demokrasi representatif adalah efisiensi dalam pengambilan keputusan dan kemampuan untuk mengelola negara dengan populasi besar. Wakil- wakil yang terpilih memiliki waktu, sumber daya, dan keahlian untuk mendalami masalah- masalah kompleks yang sering kali dihadapi pemerintah. Namun, ada beberapa kelemahan yang perlu dipertimbangkan. Pertama, ada potensi bagi wakil-wakil untuk kehilangan kontak dengan keinginan dan kebutuhan rakyat yang mereka wakili.

• Demokrasi Langsung

Demokrasi langsung adalah tipe demokrasi di mana rakyat secara langsung terlibat dalam pengambilan keputusan politik, sering kali melalui referendum atau pemilihan umum.

Keuntungan utama dari demokrasi langsung adalah partisipasi langsung rakyat dalam proses demokratis. Hal ini memungkinkan rakyat untuk memiliki kendali lebih besar atas kebijakan publik. Namun, demokrasi langsung juga memiliki tantangan. Pertama, ini mungkin tidak efisien dalam mengelola negara dengan populasi besar dan kompleksitas masalah yang tinggi.

(2)

• Demokrasi Parlementer

Demokrasi parlementer adalah sistem di mana eksekutif (misalnya, perdana menteri) terpilih oleh parlemen dan bertanggung jawab kepada parlemen. Kelebihan dari demokrasi parlementer adalah stabilitas politik yang cenderung lebih tinggi karena eksekutif harus mempertahankan dukungan mayoritas di parlemen. Selain itu, parlemen memiliki peran penting dalam pengawasan pemerintah.

• Demokrasi Presidensial

Dalam demokrasi presidensial, kepala negara (presiden) terpilih secara terpisah dari legislatif.

Keuntungan utama dari sistem ini adalah pemisahan kekuasaan yang kuat antara eksekutif dan legislatif, yang dapat mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh satu cabang pemerintah. Selain itu, presiden memiliki stabilitas dalam jabatannya dan tidak dapat digantikan oleh parlemen.

Tetapi, demokrasi presidensial juga memiliki potensi untuk konflik antara eksekutif dan legislatif jika mereka berasal dari partai politik yang berbeda. Hal ini dapat menghambat kemampuan pemerintah untuk mengambil keputusan. Selain itu, presiden memiliki kekuasaan eksekutif yang besar, yang dapat disalahgunakan untuk mengabaikan prinsip-prinsip demokrasi.

• Demokrasi Semi-Presidensial

Demokrasi semi-presidensial adalah campuran antara elemen-elemen demokrasi parlementer dan presidensial. Sistem ini dapat menciptakan keseimbangan antara eksekutif dan legislatif, dengan perdana menteri yang bertanggung jawab kepada parlemen dan presiden yang memiliki peran terbatas. Namun, demokrasi semi-presidensial juga dapat menjadi sumber konflik politik jika terdapat perselisihan antara presiden dan perdana menteri tentang kebijakan atau kekuasaan. Ini bisa mengganggu stabilitas politik dalam sistem ini.

• Demokrasi Deliberatif

Demokrasi deliberatif menekankan pentingnya diskusi dan dialog dalam pengambilan keputusan politik. Keuntungan utama dari demokrasi ini adalah bahwa ia mendorong partisipasi aktif rakyat dan mempromosikan pengambilan keputusan yang lebih baik melalui pertimbangan mendalam.

Namun, demokrasi deliberatif juga memiliki kritik. Ini bisa menjadi proses yang lambat dan mahal, dan mungkin tidak efisien untuk mengelola negara dengan populasi besar. Selain itu, ada pertanyaan tentang sejauh mana semua suara dapat diwakili dalam proses deliberatif.

(3)

Demokrasi dan Tantangan Terhadap Kesesuaian dengan Pancasila

Seperti yang kita ketahui Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan di mana kekuasaan politik berada di tangan rakyat atau warga negara. Di Indonesia, konsep demokrasi seharusnya diarahkan untuk mendukung dan mencerminkan Panca Sila, yang merupakan dasar filsafat negara Indonesia. Namun, terkadang ada ketidaksesuaian antara praktik demokrasi dan prinsip-prinsip Panca Sila. Berikut beberapa contoh ketidaksesuaian tersebut:

1. Ketidaksesuaian dengan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa:

Panca Sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam konteks demokrasi, ini berarti bahwa kebijakan dan tindakan pemerintah harus diarahkan untuk menciptakan masyarakat yang religius dan menghormati hak-hak agama. Namun, terkadang dalam praktiknya, terdapat konflik antara hak asasi agama dan prinsip-prinsip demokrasi, terutama dalam konteks kebebasan beragama. Terdapat kasus di mana hak agama minoritas terabaikan atau diabaikan oleh mayoritas dalam sebuah sistem demokratis.

2. Ketidaksesuaian dengan Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab:

Panca Sila kedua menggarisbawahi pentingnya kemanusiaan yang adil dan beradab. Ini mencakup hak asasi manusia, keadilan sosial, dan perlindungan terhadap diskriminasi. Namun, dalam beberapa kasus, praktik demokrasi mungkin gagal dalam mewujudkan keadilan sosial atau melindungi hak-hak minoritas. Terdapat kemungkinan terjadinya diskriminasi atau ketidaksetaraan dalam sistem demokratis.

3. Ketidaksesuaian dengan Sila Persatuan Indonesia:

Sila ketiga dari Panca Sila menekankan persatuan nasional. Meskipun demokrasi mencakup berbagai pendapat dan pluralisme, terdapat risiko bahwa perselisihan politik yang tajam dapat mengganggu persatuan nasional. Politik yang sangat polarisasi dapat memecah belah masyarakat dan mengancam stabilitas nasional.

4. Ketidaksesuaian dengan Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan:

Panca Sila keempat menggarisbawahi pentingnya musyawarah dan perwakilan dalam pengambilan keputusan. Demokrasi adalah implementasi langsung dari prinsip ini, tetapi terkadang praktik politik dalam sistem demokrasi mungkin kurang mengedepankan musyawarah dan perwakilan yang bermutu. Terdapat risiko bahwa politik partisan dan kepentingan pribadi dapat mendominasi atas musyawarah dan kebijakan yang bijak.

(4)

5. Ketidaksesuaian dengan Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia:

Sila kelima menekankan pentingnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Terkadang, dalam praktiknya, demokrasi mungkin gagal dalam mengatasi kesenjangan sosial dan ekonomi.

Kekuasaan politik dapat berpusat pada kelompok-kelompok ekonomi yang berkuasa, yang dapat mengakibatkan ketidaksetaraan dalam distribusi kekayaan dan peluang. Ketidaksesuaian antara demokrasi dan Panca Sila adalah tantangan yang harus diatasi dengan hati-hati dalam konteks Indonesia. Mewujudkan demokrasi yang sejalan dengan prinsip-prinsip Panca Sila memerlukan upaya untuk memastikan perlindungan hak-hak minoritas, peningkatan keadilan sosial, dan kesatuan nasional. Dalam hal ini, demokrasi harus digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan ini, bukan sebagai hambatan.

Demokrasi, Ketidaksetaraan, dan Hak Asasi Manusia

Demokrasi, dalam konsepnya yang paling murni, adalah sistem pemerintahan di mana kekuasaan politik berada di tangan rakyat. Ini adalah prinsip yang dihormati oleh banyak negara di seluruh dunia, dengan tujuan mewujudkan keadilan, kesetaraan, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Namun, dalam praktiknya, demokrasi sering kali dapat menjadi rumit, terutama ketika pilihan-pilihan politik didasarkan pada pertimbangan ekonomi dan sosial yang tidak selalu adil.

Dalam banyak kasus, terdapat kenyataan bahwa "lo punya uang, lo punya kuasa," yang dapat mengarah pada ketidaksetaraan dan pelanggaran hak asasi manusia.

Salah satu dampak negatif dari ketidaksetaraan ekonomi dalam demokrasi adalah pilih kasih dalam proses politik. Ketika sejumlah kecil individu atau kelompok memiliki sumber daya finansial yang melimpah, mereka dapat memanfaatkan kekayaan mereka untuk memengaruhi pemilihan umum, membiayai kampanye politik, dan memanipulasi agenda politik sesuai dengan kepentingan mereka sendiri. Hal ini menciptakan ketidaksetaraan dalam akses ke kekuasaan politik dan pengambilan keputusan. Ketidaksetaraan dalam akses ke kekuasaan politik ini bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar demokrasi yang berupaya mencapai kesetaraan partisipasi dan perlindungan hak asasi manusia. Hak asasi manusia, yang mencakup hak-hak seperti kebebasan berbicara, hak memilih, dan hak untuk bersatu dan berorganisasi, harus dihormati dan dijaga bagi semua warga negara tanpa memandang status ekonomi mereka.

Namun, ketika kekuasaan politik dipegang oleh mereka yang memiliki uang dan sumber daya yang lebih besar, hak-hak individu yang seharusnya dijamin oleh demokrasi dapat terancam.

(5)

Selain itu, ketidaksetaraan ekonomi dalam demokrasi juga dapat memengaruhi kebijakan publik. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah dapat cenderung lebih menguntungkan mereka yang memiliki kekayaan, sementara mereka yang kurang beruntung secara ekonomi dapat dikesampingkan. Ini menciptakan ketidaksetaraan dalam distribusi manfaat sosial dan ekonomi, yang juga merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Untuk mengatasi tantangan ini, penting untuk memperkuat prinsip-prinsip demokrasi yang sehat, termasuk transparansi, akuntabilitas, dan perlindungan hak asasi manusia. Reformasi dalam pembiayaan kampanye politik dan pembatasan pada pengaruh uang dalam politik dapat membantu mengurangi ketidaksetaraan dalam akses ke kekuasaan politik. Selain itu, penting juga untuk memastikan bahwa kebijakan publik dirancang untuk mengatasi kesenjangan sosial dan ekonomi, sehingga hak-hak asasi manusia semua warga negara dihormati.

Pendapat Pribadi

Dari Tipe-tipe demokrasi yang telah dijelaskan sebelumnya, seperti demokrasi representatif, demokrasi langsung, demokrasi parlementer, demokrasi presidensial, demokrasi semi-presidensial, dan demokrasi deliberatif, masing-masing memiliki karakteristik unik, kelebihan, dan kelemahan. Pilihan tipe demokrasi yang tepat untuk sebuah negara bergantung pada sejumlah faktor, termasuk budaya politik, sejarah, kebutuhan masyarakat, dan konteks sosial-ekonomi. Penting untuk diingat bahwa tidak ada tipe demokrasi yang sempurna, dan setiap sistem memiliki tantangan dan masalahnya sendiri. Selain itu, pelaksanaan demokrasi dapat bervariasi di berbagai negara, bahkan dalam tipe yang sama. Yang terpenting adalah bahwa demokrasi harus menjunjung tinggi prinsip-prinsip seperti partisipasi rakyat, perlindungan hak asasi manusia, transparansi, dan akuntabilitas. Masing-masing tipe demokrasi memiliki kekuatan dan kelemahannya, dan keberhasilannya tergantung pada sejauh mana tipe tersebut dapat mencapai tujuan dasar demokrasi, yaitu mewujudkan kepentingan umum dan melindungi hak- hak individu. Keputusan tentang tipe demokrasi yang paling sesuai harus didasarkan pada pemahaman mendalam tentang konteks dan kebutuhan negara tersebut serta keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan politik.

(6)

Kesimpulan

Setiap tipe demokrasi memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, dan keberhasilannya tergantung pada konteks dan implementasinya. Tidak ada tipe demokrasi yang sempurna, dan setiap negara mungkin memilih model yang sesuai dengan kebutuhannya. Penting untuk memahami bahwa demokrasi tidak hanya tentang memilih pemimpin, tetapi juga tentang cara kekuasaan politik didistribusikan, bagaimana kebijakan dibuat, dan bagaimana partisipasi masyarakat diintegrasikan ke dalam proses politik.

Selain itu, penting juga untuk diingat bahwa tipe demokrasi dapat berkembang dan berubah seiring waktu. Sebagian besar negara memiliki sistem demokrasi yang beradaptasi dengan perkembangan sosial, politik, dan ekonomi mereka. Oleh karena itu, dalam memahami berbagai tipe demokrasi, kita juga harus mengakui dinamika perubahan yang berlangsung dalam sistem-sistem ini. Demokrasi bukanlah entitas statis, tetapi sebuah proses yang terus bergerak menuju perwujudan nilai-nilai demokrasi seperti kebebasan, keadilan, dan partisipasi yang inklusif.

Demokrasi pun seharusnya adalah sistem pemerintahan yang menghormati hak asasi manusia dan mencapai kesetaraan partisipasi. Namun, ketidaksetaraan ekonomi dan pengaruh uang dalam politik dapat mengancam prinsip-prinsip ini. Upaya harus dilakukan untuk memastikan bahwa demokrasi tidak hanya menjadi alat bagi mereka yang memiliki uang, tetapi juga melindungi hak-hak individu dan mengatasi ketidaksetaraan dalam masyarakat.

(7)

Lorenz-Spreen, P., Oswald, L., Lewandowsky, S., & Hertwig, R. (2023). A systematic review of worldwide causal and correlational evidence on digital media and democracy. Nature human behaviour, 7(1), 74-101.

Wunsch, N., & Blanchard, P. (2023). Patterns of democratic backsliding in third-wave democracies: a sequence analysis perspective. Democratization, 30(2), 278-301.

Jakob, J., Dobbrick, T., & Wessler, H. (2023). The integrative complexity of online user comments across different types of democracy and discussion arenas. The International Journal of Press/Politics, 28(3), 580-600.

Van der Does, R., & Jacquet, V. (2023). Small-scale deliberation and mass democracy: A systematic review of the spillover effects of deliberative minipublics. Political Studies, 71(1), 218-237.

Krishnarajan, S. (2023). Rationalizing democracy: the perceptual bias and (un) democratic behavior. American Political Science Review, 117(2), 474-496.

Referensi

Dokumen terkait

Dewasa ini konsep demokrasi sering diasumsikan sebagai konsep yang baik, karena merupakan sistem politik ideal dan ideologi yang menyiratkan arti kekuasaan politik atau

Demokrasi atau pemerintahan perwakilan rakyat yang representatif, dengan sistem pemisahan kekuasaan, tetapi di antara badan-badan yang diserahi kekuasaaan itu, terutama antara

Demokrasi dalam arti formal yaitu demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan atau sistem politik dimana kedaulatan rakyat tidak dilaksanakan sendiri oleh rakyat, tetapi

▪ Sistem politik demokrasi menggunakan dan menjalankan prinsip/prosedur demokratis seperti ; pembagian kekuasaan, pemerintahan konstitusional, pemerintahan berdasarkan hukum,

Athena dikenal sebagai Negara demokrasi pertama di dunia yang mampu menjalankan demokrasi langsung, artinya hak rakyat untuk membuat keputusan politik dijalankan

Demokrasi dapat didefinisikan sebagai “pemerintahan oleh rakyat; khususnya, oleh mayoritas; pemerintahan dimana kekuasaan tertinggi tetap pada rakyat dandilakukan

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan