• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "DAFTAR ISI "

Copied!
162
0
0

Teks penuh

Masalah perawatan pasca operasi pada kedua pasien menunjukkan masalah perawatan yang sama yaitu nyeri akut, gangguan integritas kulit, gangguan mobilitas fisik, dan risiko infeksi. Kesimpulan dan saran: Setelah 2 hari perawatan pra operasi, pasien 1 menemukan masalah keperawatannya belum teratasi. Pada pasien 2, masalah perawatan pra operasi tidak terselesaikan setelah 1 hari perawatan, dan kemudian semua masalah pasca operasi teratasi pada hari ke 3 perawatan.

Latar Belakang

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, Federasi Diabetes Internasional, 2006 ulkus diabetes dapat diobati melalui debridemen luka invasif, manajemen infeksi, dan pengangkatan ulkus. Selain itu, perawat juga berperan penting dalam melakukan perawatan luka pada pasien diabetes pasca debridemen untuk menjaga kondisi ulkus agar tidak terinfeksi dan memantau pasien agar ulkus dapat menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Salah satu intervensi perawat dalam penatalaksanaan ulkus diabetikum sebelum dan sesudah debridemen adalah dengan meningkatkan pengetahuan pasien dan pencegahannya melalui pendidikan, gizi, aktivitas fisik dan pengobatan (Perkeni, 2011).

Rumusan Masalah

Dengan angka kematian pada tahun 2018 sebanyak 21 orang dan tahun 2019 sebanyak 24 orang, maka dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa angka kematian akibat tukak diabetik cukup meningkat. Nah dari uraian yang telah dijelaskan di atas, saya mahasiswa Tingkat Tiga tertarik untuk melakukan penelitian terkait Asuhan Keperawatan Pasien Ulkus Diabetikum Sebelum dan Sesudah Debridemen dengan meningkatkan kompetensi keperawatan melalui upaya penerapan Asuhan Keperawatan Pasien Ulkus Diabetik Sebelum dan Sesudah Debridemen. . Kasus di RSUD Dr.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Tujuan Khusus

Manfaat Penelitian

Bagi Peneliti

Bagi Tempat Penelitian

Pasien tampak tidak mampu menggerakkan anggota tubuh bagian atas dan bawah. selama operasi tidak terjadi pendarahan - tidak ada transfusi - pemeriksaan suhu setelah operasi 36,5 C. Kondisi pasien saat ini merasakan nyeri pada kaki akibat operasi. pasien tidak mengeluh mual, pusing atau muntah - kesadaran pasien : compos mentis S:. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien 2 dilakukan selama 1 hari perawatan pasien pra operasi yaitu pada tanggal 4 Maret 2020. Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2 penderita ulkus diabetikum di Rumah Sakit Daerah.

Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Medis

Setelah ditegakkan diagnosa keperawatan pra operasi pada pasien 1, maka disusunlah rencana tindakan keperawatan sebagai berikut. Setelah ditegakkan diagnosa keperawatan pasca operasi pada pasien 1, maka disusunlah rencana tindakan keperawatan sebagai berikut. Setelah ditegakkan diagnosa keperawatan pra operasi pada pasien 2, maka disusunlah rencana tindakan keperawatan sebagai berikut.

Setelah diagnosa keperawatan pasca operasi pada pasien 2 ditegakkan, maka disusunlah rencana tindakan keperawatan sebagai berikut. Pada tabel 4.9 setelah dilakukan tindakan keperawatan pada pasien 2 dilakukan evaluasi tindakan keperawatan selama 8 jam.

Gambar 2.1 Ulkus Diabetik  2.  Anatomi Fisiologi
Gambar 2.1 Ulkus Diabetik 2. Anatomi Fisiologi

Konsep Asuhan Keperawatan

MODEL PENELITIAN

  • Rancangan Penelitian
  • Subjek Penelitian
  • Definisi Operasional
  • Lokasi dan Waktu Penelitian
  • Prosedur Penelitian
  • Metode dan Pengumpulan Data
  • Analisis Data

Selanjutnya diagnosis yang ditegakkan pada pasien 1 pasca operasi tanggal 5 Maret 2020 adalah nyeri akut berhubungan dengan agen fisik cedera, gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor kelistrikan, elektrodiatermi, berkurangnya mobilitas fisik berhubungan dengan efek agen farmakologis, dan risiko infeksi. , terkait dengan intervensi invasif.. Kemudian diagnosis yang ditegakkan pada pasien 2 pasca operasi tanggal 5 Maret adalah nyeri akut berhubungan dengan penyebab cedera fisik (intervensi bedah), gangguan integritas kulit berhubungan dengan elektrodiatermi dengan faktor listrik, berkurangnya mobilitas fisik, terkait terhadap efek agen farmakologis, dan risiko infeksi yang terbukti dalam proses.tindakan invasif. Interupsi intervensi Berdasarkan tabel 4.6, tindakan keperawatan dilaksanakan untuk mengatasi masalah yang teridentifikasi pada pasien sesuai dengan rencana intervensi keperawatan yang dikembangkan untuk setiap diagnosis keperawatan.

Tindakan keperawatan pada pasien 1 dilakukan selama 3 hari perawatan pra operasi pada tanggal 03/03/2020 sampai dengan 03/05/2020, serta tindakan keperawatan pasca operasi pada tanggal 03/06-03/07/2020. Pada tabel 4.8 setelah dilakukannya tindakan keperawatan pada pasien 1 dilakukan evaluasi tindakan keperawatan selama 8 jam. Pada pasien 1, ketika menilai setiap diagnosis keperawatan pra operasi, diagnosis nyeri akut belum teratasi, perfusi perifer tidak efektif belum teratasi, gangguan integritas kulit/jaringan belum teratasi, gangguan mobilitas fisik belum teratasi, kecemasan belum teratasi, risiko infeksi belum teratasi, kesedihan belum terselesaikan.

Pada pasien 2 saat operasi dievaluasi setiap diagnosis keperawatan, diagnosis nyeri akut tidak teratasi, perfusi perifer tidak efektif tidak teratasi, gangguan integritas kulit dan jaringan tidak teratasi, gangguan mobilitas fisik tidak teratasi, risiko infeksi belum terselesaikan. Berdasarkan data pengkajian keperawatan yang dilakukan, peneliti dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2. Menurut WOC, diagnosis terbanyak pada pasien ulkus diabetik adalah 8 diagnosis pra operasi dan 5 diagnosis pasca operasi.

Pada pasien 1 dan 2, yang berbeda dengan teori adalah masalah keperawatan pasca operasi adalah gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan efek obat farmakologis, dengan data utama pasien belum mampu menggerakkan anggota tubuh, dan kekuatan otot menurun.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengkajian Keperawatan

Pada pemeriksaan tanda-tanda rangsangan otak. tanda meningeal), tidak ditemukan kekakuan leher dan lasque pada pasien. Pada pemeriksaan tanda rangsangan otak (tanda meningeal), tidak ditemukan kekakuan dan kelemahan leher pada pasien. Berdasarkan tabel di atas, setelah dilakukan pengkajian dan analisis data pada pasien 1, maka diagnosa keperawatan debridemen pra operasi yang muncul pada pasien 1 pada tanggal 3 Maret 2020 terkonfirmasi yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen berbahaya fisiologis (inflamasi, iskemia), tidak efektif. perfusi perifer berhubungan dengan hiperglikemia, gangguan integritas kulit berhubungan dengan neuropati perifer, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi, kecemasan berhubungan dengan krisis situasional, kesedihan berhubungan dengan kehilangan status dan pekerjaan, risiko infeksi yang dibuktikan dengan penyakit kronis, pertahanan tubuh primer tidak mencukupi : kerusakan integritas kulit.

Berdasarkan tabel diatas, setelah dilakukan pengkajian dan analisa data pada pasien 2 maka ditegakkan diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut, perfusi perifer tidak efektif, gangguan integritas kulit, gangguan mobilitas fisik dan resiko infeksi, yang dilaksanakan pada tanggal 03/03/2020 . Menghentikan intervensi Berdasarkan Tabel 4.7 Implementasi tindakan keperawatan dilaksanakan untuk mengatasi masalah yang teridentifikasi pada pasien sesuai rencana intervensi keperawatan untuk setiap diagnosa keperawatan yang disusun. Pasien 1 dinilai pada tanggal 3 Maret 2020, dan Pasien 2 dinilai pada tanggal 4 Maret 2020.

Sedangkan menurut Doenges, satu-satunya masalah psikososial yang dapat terjadi pada penderita tukak diabetik adalah kecemasan. Sesuai dengan tujuan intervensi yang disusun peneliti, maka dilakukan evaluasi tindakan keperawatan setiap 8 jam untuk menilai keadaan perkembangan masalah keperawatan pada pasien. Pada diagnosa keperawatan pasca operasi semua diagnosa teratasi 7 Maret 2020, sesuai dengan ukuran hasil yang peneliti harapkan, pada nyeri akut pada masalah keperawatan, keluhan nyeri pasien berkurang secara signifikan, seringai berkurang secara signifikan. banyak dan kecemasannya sudah berkurang banyak.

Pada diagnosa pasca operasi, seluruh diagnosa teratasi pada tanggal 6 Maret 2020, sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan oleh para peneliti di bidang masalah keperawatan nyeri akut, keluhan nyeri pasien berkurang secara signifikan, meringis berkurang secara signifikan dan kecemasan berkurang secara signifikan. menurun drastis. Peneliti melakukan evaluasi terhadap pasien sesuai dengan kriteria hasil yang ditetapkan peneliti untuk tujuan yang ingin dicapai pada pasien. Daniel Witanto dkk, 2008 Gambaran umum pengobatan tukak diabetik pada pasien rawat inap RS Immanuel Bandung.

Tabel  4.2  Hasil  Pemeriksaan  Fisik  Pasien  Pasien  Ulkus  Diabetikum  dengan  Pre  dan  Post  Debridement  di  RSUD  dr
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Fisik Pasien Pasien Ulkus Diabetikum dengan Pre dan Post Debridement di RSUD dr

Diagnosa Keperawatan

Perencanaan Keperawatan

Pelaksanaan Keperawatan

Pasien bersifat protektif (menghindari nyeri. compos mentis - pasien merasakan nyeri akibat pembedahan. nyeri akut keperawatan berhubungan dengan cedera fisik. efek intervensi bedah), berkurangnya integritas kulit berhubungan dengan faktor listrik. Pasien mengeluh nyeri pada luka pasca operasi O :. compos mentis - pasien merasakan nyeri akibat pembedahan, skala nyeri 6. 1.1 mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri 1.2 melakukan. mengidentifikasi respons nyeri non-verbal.

Tabel 4.7 Implementasi Keperawatan pasien 2 ulkus diabetikum  dengan pre dan post debridement di RSUD dr
Tabel 4.7 Implementasi Keperawatan pasien 2 ulkus diabetikum dengan pre dan post debridement di RSUD dr

Evaluasi Keperawatan

Berdasarkan tinjauan kasus yang dilakukan penulis, diperoleh data diagnostik berupa kombinasi masalah, etiologi, tanda dan gejala, yang dibagi menjadi 7 diagnosis utama pra operasi pada pasien pertama dan 4 diagnosis utama pasca operasi. , pada pasien 2, 5 diagnosa utama pra operasi dan 4 diagnosa utama pasca operasi. Diagnosa medis pasien 1 adalah DM Tipe II + Tukak Pedik S + CKD St III dan pasien 2 adalah DM Tipe II + Tukak Pedik S + CKD St IV + Anemia + Hiponatremia. Pada saat melakukan penelitian peneliti menemukan beberapa data yang berbeda antar teori menurut Doenges, dimana pada pasien 1 diperoleh data bahwa ketika ditanya tentang pekerjaan pasien menjawab sudah lama tidak bekerja sebelum menjadi sopir truk. . pengemudi.

Jadi menurut analisa peneliti, terdapat gap teoritis jalur menuju WOC, dengan kasus yang ada maka diagnosis yang ditegakkan sudah tepat, namun etiologi pada pasien bisa saja berbeda dengan teori, yang lagi-lagi dilihat dari patofisiologi pasien. . Intervensi keperawatan yang dilakukan pada kedua pasien menggunakan Standar Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Hasil Keperawatan Indonesia (SLKI). Untuk memberikan asuhan keperawatan yang adekuat pada pasien diabetes, maka peneliti selanjutnya harus benar-benar menguasai konsep ulkus diabetikum, terutama faktor etiologi, anatomi, fisiologi dan patofisiologi ulkus diabetikum, dan selain itu peneliti juga harus melakukan pengkajian yang tepat. .sehingga keperawatan dapat tercapai sesuai dengan permasalahan pasien yang teridentifikasi.

Peneliti juga harus cermat dalam mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien agar permasalahan keperawatan yang timbul pada pasien dapat teratasi dan mendapat penanganan yang menyeluruh dan komprehensif, tidak hanya berfokus pada permasalahan biologis pasien, namun juga pada psiko, sosial, dan spiritual pasien. masalah. Dan diharapkan kita dapat menjaga kebersihan pasien agar infeksi yang terjadi pada pasien tidak bertambah parah.

Tabel 4.9  Evaluasi asuhan keperawatan Pasien 2 ulkus diabetikum  dengan pre dan post di RSUD dr
Tabel 4.9 Evaluasi asuhan keperawatan Pasien 2 ulkus diabetikum dengan pre dan post di RSUD dr

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pada penelitian terhadap pasien penderita ulkus diabetik, ditemukan data berupa ulkus pada kedua pasien dengan derajat dan tingkat keparahan ulkus yang berbeda. Pada kasus ulkus diabetik, dapat ditemukan 5 diagnosa yang dapat timbul pada penderita ulkus, yaitu nyeri akut, gangguan integritas kulit, gangguan mobilitas fisik, perfusi perifer tidak efektif dan risiko infeksi. Peneliti menyusun rencana asuhan keperawatan berdasarkan spesifik, terukur, dapat dicapai, wajar dan tepat waktu.

Saran

Bagi rumah sakit, penatalaksanaan pasien diabetes sebaiknya lebih meningkatkan kerjasama antar tenaga kesehatan dalam menjaga kondisi pasien serta memperhatikan aspek biologis, psikososial, sosial dan spiritual pasien. Selain mendapat perawatan dan pengobatan selama di rumah sakit, alangkah baiknya jika tenaga kesehatan yang ada memberikan pengetahuan mengenai tukak diabetik yang dialami pasien sehingga dapat memotivasi pasien untuk menjaga kesehatannya baik di rumah sakit maupun di rumah. Hubungan kepatuhan perawatan kaki dengan risiko terjadinya ulkus kaki diabetik di Poliklinik DM RSU Andi Makkasauparepare.

Diabetic foot examination A positive step in the prevention of diabetic foot ulcers and amputation. Wagner, 1983, Classification of diabetic foot ulcers, Dalam NICE Clinical Guideline, 2015, Prevention and treatment of diabetic foot problems, National Institute for Health and Care Excellence.

Gambar

Gambar 2.1 Ulkus Diabetik  2.  Anatomi Fisiologi
Gambar 2.2 Anatomi Pankreas  b.  Fisiologi
Gambar 2.3 Pankreas Diabetes  3.  Klasifikasi Diaetes Militus
Gambar 2.4 Stadium Ulkus
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil studi menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien infark miokard akut dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman dengan masalah keperawatan nyeri akut yang

Bagi perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien ST Elevasi STEMI dengan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis serta berfikir secara