• Tidak ada hasil yang ditemukan

DALAM MEMANFAATKAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "DALAM MEMANFAATKAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH "

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA

DALAM MEMANFAATKAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH

Makalah tidak dipublikasikan dan didokumentasikan di UPT Perpustakaan Universitas Negeri Malang

Oleh : Drs. Hari Santoso, S.Sos.

UPT PERPUSTAKAAN

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

APRIL 2008

(2)

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA DALAM MEMANFAATKAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH

Oleh : Drs. Hari Santoso, S.Sos.1

Abstraks. Perpustakaan sekolah menjadi sarana yang perlu mendapat perhatian sebagai pusat pengembangan minat dan kegemaran membaca. Namun perpustakaan yang ada saat ini terdapat banyak kekurangan yang harus segera dibenahi dalam rangka meningkatkan kegairahan siswa untuk datang ke perpustakaan. Kekurangan tersebut meliputi : (1) masih terlihat adanya rasa kurang peduli pada sejumlah kepala sekolah dan guru terhadap perpustakaan yang ada. (2) kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa untuk mau membaca atau menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar kurang direncanakan oleh sekolah.. (3) kurang terjalinnya hubungan baik antara pihak sekolah dengan pihak luar, terutama orang tua sebagai stake holder untuk membuat perpustakaan sekolah sesuai dengan standar yang ada. Untuk memotivasi siswa agar memanfaatkan perpustakaan sekolah, perlu ada : (1) penyediaan gedung/ruang perpustakaan dan perlengkapan/peralatan yang reprensentatif; (2) penyediaan koleksi bahan pustaka yang sesuai kebutuhan kurikulum dan pemakai; (3) penerapan sistem layanan yang berorientasi kepada kepuasan pemakai; (4) mengintegrasikan kegiatan perpustakaan dalam kurikulum;

(5) melaksanakan promosi perpustakaan sekolah

Kata Kunci : motivasi, perpustakaan sekolah dan sumber belajar

Pendahuluan

Perpustakaan sekolah merupakan bagian integral dari kurikulum dan penunjang utama dalam penciptaan tujuan dan peningkatan mutu pendidikan. Proses pendidikan yang sesungguhnya bukanlah sekedar memberikan ilmu yang ada pada guru kepada siswa, melainkan merangsang murid untuk mengembangkan diri, mengembangkan bakat dan kemampuannya (Milburga dkk, 1986:54).

Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar dan sumber informasi bagi siswa untuk dapat mengembangkan bakat dan potensinya dalam upaya mencapai prestasi maksimal.

Siswa perlu secara proaktif menggali berbagai sumber informasi dan tidak merasa puas hanya dengan penjelasan dari guru di kelas namun juga perlu memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar.

Oleh sebab itu pengelolaan perpustakaan sekolah harus bisa memotivasi siswa untuk dapat memanfaatkan secara efektif bahan pustaka yang tersedia. Mbulu (1991:19) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang berhubungan dengan pemanfaatkan perpustakaan sekolah, yaitu : (1) frekuensi siswa mengunjungi perpustakaan, (2) kegiatan belajar mandiri siswa di perpustakaan, (3) waktu yang dibutuhkan selama kegiatan belajar, dan (4) jenis-jenis bahan pustaka yang dimanfaatkan

Dalam pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar, diharapkan siswa akan bertambah pengetahuan, wawasan, pengalaman , keterampilan dan sekaligus dapat menciptakan cara belajar mandiri dengan secara aktif mengkaji serta mempelajari jenis bahan pustaka di perpustakaan, baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun buku-buku umum sebagai bahan pengayaan. Hal tersebut dipertegas oleh Andini (1999:21) bahwa untuk mengukur efisiensi pemanfaatan perpustakaan sekolah dapat dilihat dari dua indikator, yaitu (1) frekuensi siswa dalam mengunjugi perpustakaan sekolah, dan (2) jenis bahan pustaka yang dimanfaatkan.

1 Penulis adalah Pustakawan Madya pada

(3)

Seharusnya perpustakaan sekolah dapat dijadikan tempat atau sarana untuk membantu menggairahkan semangat belajar, menumbuhkan minat baca dan mendorong siswa belajar secara mandiri, karena perpustakaan berfungsi sebagai sarana edukatif, informatif, riset dan rekreatif. Namun kenyataannya perpustakaan sekolah belum dimanfaatkan secara maksimal bahkan siswa enggan dan tidak bergairah untuk datang ke perpustakaan karena tidak memiliki daya tarik dan sumber informasi yang dimiliki perpustakaan tidak mampu memenuhi kebutuhan siswa. Oleh sebab itu perlu ada upaya- upaya meningkatkan peran perpustakaan sebagai sumber belajar dan memotivasi siswa dalam menggali berbagai sumber informasi untuk memperkayah khasanah pengetahuan, pengalaman dan keterampilannya serta dapat menciptakan belajar secara mandiri.

Pembahasan

A. Perpustakaan Sekolah dan Permasalahannya.

Didalam literatur banyak dijumpai beberapa definisi mengenai perpustakaan yang berbeda satu dengan yang lain dan perbedaan tersebut dilatarbelakangi oleh pendekatan yang berbeda. Secara garis besar pendekatan yang satu dititik beratkan pada fisiknya, sedang yang lain pada aktifitasnya. Batasan perpustakaan dengan pendekatan fisik dikemukakan oleh Sulistyo- Basuki, (1991:3) yang menjabarkan perpustakaan sebagai sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual. Batasan yang menggunakn pendekatan aktivitas dikemukan oleh Nurhadi (1983:4) yang menjabarkan pengertian perpustakaan sebagai unit kerja yang berupa tempat mengumpulkan, menyimpan dan memelihara koleksi yang dikeloladan diatur secara sitematis dengan cara tertentu, untuk digunakan secara sistematis dengan cara tertentu, untuk digunakan secara tertentu kontiyu oleh pemakaianya sebagai sumber informasi.

Dari batasan tersebut di atas, ada lima unsur pokok dalam pengertian perpustakaan, yaitu: (a) tempat mengumpulkan, menyimpan dan memelihara koleksi bahan pustaka ; (b) koleksi bahan pustaka itu dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu;

(c) untuk digunakan secara kontinyu oleh pemakaianya ; (d) sebagai sumber informasi dan ; (e) merupakan suatu unit kerja.

Disamping itu juga memperlihatkan adanya hubungan dan keterlibatan yang aktif antara perpustakaan dan pemakai dalam pemanfaatan bahan pustaka. Disatu pihak perpustakaan dituntut untuk menyediakan berbagai bahan pustaka dan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan pengguan, dilain pihak pemakai juga dituntut keterlibatannya secara aktif dalam pemanfaatan bahan pustaka dan fasilitas yang telah disediakan perpustakaan.

Tujuan diselenggarakan perpustakaan pada dasarnya adalah untuk mendukung, memperlancar serta mempertinggi kualitas pelaksanaan program kegiatan lembaga induknya melalui pelayanan informasi yang meliputi 5 (lima) aspek, yaitu: (1) pengumpulan informasi , (2) pelestarian informasi, (3) pengolahan informasi, (4) pemanfaatan informasi dan , (5) penyebarluasan

Perpustakaan agar dapat dimanfaatkan secara intensif, maka diperlukan : (1) adanya minat baca yang ditumbuhkan menjadi gairah baca, kegiatan baca dan kebiasaan baca, (2) ketersediaan buku-buku yang bermutu, yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan para pemakai, (3) adanya perpustakaan yang teratur baik (well organized), (4) adanya keterampilan memanfaatkan perpustakaan pada para pemakai ( mengetahui cara

(4)

memanfaatkan perpustakaan secara optimal) (5) adanya keterampilan layanan dari para pustakawan (tahu cara melayani yaitu sopan, ramah, cekatan dan bertanggung jawab).

Jika memperhatikan kondisi perpustakaan sekolah yang ada di Indonesia secara umum dewasa ini , sungguh sangat memprihatinkan. Salah satu contoh adalah apa yang diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Timur bahwa dari 17.569 SD/MI yang ada di Jawa Timur, hanya 35,38 % yang memiliki perpustakaan dengan kondisi yang beragam dan tidak semuanya memadai. Perbaikan kualitas perpustakaan banyak mengalami kesulitan bahkan tidak menjadi salah satu prioritas pengembangan sekolah. Saat ini saja paling sedikit 32.000 ruang kelas SD di Jatim rusak berat dan tidak mendapat perhatian apalagi perpustakaan. Banyak perpustakaan SD hanya berupa beberapa buku usang dalam beberapa lemari dan hal tersebut jelas tidak membuat siswa tertarik membacanya.

Dalam sistem pendidikan, ketiadaan perpustakaan akan menyulitkan pelaksanaan belajar mandiri sebab siswa tidak mempunyai alternatif referensi selain ceramah guru.

Demikian juga jika guru malas membaca maka pengetahuannya relatif tidak berkembang. Dalam skala lebih luas, ketiadaan alternatif referensi membuat budaya baca semakin tidak terbangun (Kompas 30 November 2007)

Dalam pengelolaan perpustakaan sekolah, seringkali diperhadapkan dengan berbagai kendala diantaranya : (1) ruang perpustakaan tidak representatif; (2) koleksi bahan pustaka terbatas , usang dan jarang dimanfaatkan; (3) anggaran pengembangan perpustakaan sangat minim dan tidak menentu ; (4) tenaga pengelola tidak memiliki keterampilan dalam mengelola perpustakaan; (5) partisipasi pemakai sangat rendah; (6) jam layanan terbatas pada waktu siswa istirahat

Para siswa pada umumnya hanya tahu soal meminjam dan membaca buku perpustakaan saja dan itupun dilakukan dalam waktu yang teramat singkat, yaitu pada jam-jam istirahat. Sedikit sekali sekolah yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk membaca di perpustakaan dengan waktu yang cukup , misalnya dengan memasukkan aktifitas membaca sebagai bagian dari kurikulum.

Demikian juga tidak banyak di antara siswa-siswa yang berpikir soal bagaimana perpustakaan ini bisa maju. Keadaan ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi dimana siswa sama sekali tidak memiliki minat baca. Rendahnya minat baca menjadi penyebab rendahnya partisipasi siswa untuk memanfaatkan perpustakaan.

Ironisnya jarang pihak sekolah yang mau berpikir bagaimana mengatasi masalah hal ini.

Demikian juga dengan guru yang kurang berpartisipasi dalam pemanfaatan perpustakaan sekolah berpengaruh pada minat siswa untuk datang ke perpustakaan.

B. Upaya Memotivasi Siswa dalam Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah menjadi sarana yang perlu mendapat perhatian sebagai pusat pengembangan minat dan kegemaran membaca. Namun perpustakaan yang ada saat ini terdapat banyak kekurangan yang harus segera dibenahi dalam rangka meningkatkan kegairahan siswa untuk datang ke perpustakaan. Kekurangan tersebut menurut Hermawam (2003) adalah : Pertama, masih terlihat adanya rasa kurang peduli pada sejumlah kepala sekolah dan guru terhadap buku dan perpustakaan yang ada. Masih banyak terlihat ruang-ruang perpustakaan yang tidak terpelihara, buku-buku tidak tertata baik dan terlihat kumuh. Kondisi seperti ini tentu berdampak negatif terhadap minat siswa untuk mau membaca. Masih banyak kepala sekolah yang kurang berminat menyisihkan anggaran untuk keperluan pengadaan buku atau tambahan buku baru.

(5)

Kedua, kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa untuk mau membaca atau menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar kurang direncanakan oleh sekolah.

Banyak perpustakaan sekolah yang hanya buka pada saat jam istirahat selama 15 menit sehingga siswa yang berkunjung ke perpustakaan hanya cukup untuk membuka-buka lembaran gambar di majalah. Sedang jam khusus untuk membaca di perpustakaan jarang ada di sekolah atau tidak ada sama sekali. Ketiga, kurang terjalinnya hubungan baik antara pihak sekolah dengan pihak luar, terutama orang tua sebagai stake holder untuk membuat perpustakaan sekolah sesuai dengan standar yang ada.

Dampak dari kondisi tersebut berakibat pada keengganan siswa untuk datang ke perpustakaan, karena perpustakaan kurang menarik serta tidak mampu memenuhi kebutuhan siswa termasuk rasa aman dan nyaman. Keengganan siswa datang ke perpustakaan dilatarbelakangi oleh beberapa hal , yaitu : (1) rendahnya minat baca; (2) ruang perpustakaan tidak kondusif (tidak terpelihara) (3) koleksi bahan pustaka tidak sesuai dengan kebutuhan dan banyak yang usang; tidak teretata dengan baik dan terlihat kumuh; (3) perpustakaan sering tidak buka dan jika buka jam layanan sangat terbatas (hanya waktu istirahat selama 15 menit) ; (4) petugas yang ada tidak memiliki keterampilan dalam mengelola perpustakaan

Untuk mengatasi hal tersebut perlu ada upaya untuk memotivasi siswa agar memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar sehingga dapat terwujud prestasi akademik yang maksimal.

Secara definitif motivasi dapat dijabarkan sebagai segala sesuatu yang dapat mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu atau mengerjakan sesuatu kegiatan.

Motivasi adalah suatu dorongan baik yang datang dari intern pribadi diri seseorang atau yang datang dari luar, sehingga membuat seseorang tadi melakukan sesuatu (Gerungan 1988:140; Owens 1981:106; dan Drever 1988:293) . Ada lagi yang berpendapat bahwa motivasi merupakan faktor internal yang berhubungan dengan energi seseorang sehingga dia dapat berbuat sesuatu tindakan atau pekerjaan (Ardhana 1988:33)

Dari pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat dipandang sebagai motor atau pendorong yang dapat menimbulkan energi dalam diri seseorang sehingga dia dapat melakukan/berbuat sesuatu. Jadi apa saja yang diperbuat manusia, apakah itu penting atau dipandang kurang penting, berbahaya atau tidak mengandung resiko, selalu terdapat di dalam pribadinya unsur motivasi. Tanpa adanya unsur motivasi di dalam dirinya, tidak mungkin dia mau berbuat sesuatu.

Adapun fungsi motivasi dalam diri seseorang adalah : (1) motivasi itu dapat mendorong manusia untuk berbuat/bertindak. Motivasi ini berfungsi sebagai motor atau penggerak yang dapat menimbulkan energi dalam diri seseorang dan dengan energi tadi seseorang mau berbuat sesuatu; (2) motivasi itu menentukan arah perbuatan, yaitu menentukan ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita. Hal ini berarti bahwa motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tadi. Makin jelas tujuan tersebut, makin jelas pula jalan yang akan ditempuh; dan (3) motivasi itu menyeleksi perbuatan-perbuatan. Dalam waktu bersamaan, seseorang bisa mempunyai beberapa tujuan. Untuk mencapai tujuan itu, diperlukan kegiatan- kegiatan atau perbuatan-perbuatan yang harus dilakukan seseorang. Perbuatan atau kegiatan apa yang harus dilakukan seseorang, itu bergantung pada motivasi yang mendorong perbuatan atau kegiatan itu. Seorang siswa yang benar-benar ingin mencapai gelar kesarjanaan, tentu tidak akan menyia-nyiakan waktunya dengan melakukan sesuatu kegiatan yang tidak mendukung pencapaian gelar yang diharapkan tadi. Dengan

(6)

demikian motivasi ke arah penyelesaian studi menjadi lebih dominan dan akan dapat mengalahkan motivasi-motivasi lain yang kurang menguntungkan, misalnya keinginan- keinginan yang dipandang kurang baik oleh banyak orang (Sardiman, 1980:83-85).

Dalam kehidupan sehari-hari, unsur motivasi itu seringkali dinyatakan dengan kata-kata, misalnya hasrat, minat, maksud, tekad, dorongan, kemauan, kebutuhan, kehendak, cita- cita dan lain sebagainya (Purwanto, 1988:82)

Lindgren (dalam Shodig, 1992:20) mengatakan bahwa motivasi merupakan prasyarat yang harus ada pada si belajar. Karena itu bila motivasi belajar tidak ada pada diri seseorang maka usaha orang lain untuk mendidiknya sia-sia atau tidak akan dapat diharapkan dengan baik.

Selanjutnya dia menambahkan, seseorang hendak ingin belajar manakala terdapat pada dirinya faktor-faktor berikut, yaitu : (a) ada kemauan belajar, (b) memperoleh kesempatan dalam menjalankan belajarnya, (c) memiliki kemampuan melaksanakan aktivitas-aktivitas belajarnya, dan (d) memperoleh bimbingan dan petunjuk yang cukup dalam proses berlangsungnya suatu kegiatan belajar apabila hal itu diperlukan.

Apabila faktor-faktor tersebut diklasifikasikan dapatlah dibagi menjadi dua faktor, pertama faktor ekstrinsik, yakni rangsangan yang datang dari luar, dan kedua intrinsik, yakni suatu motivasi yang datang dari dalam diri sendiri seseorang (Zimbardo, 1979:391-392)

Motivasi intrinsik tersebut sebenarnya bisa didasarkan pada penemuan keyakinan dan nilai-nilai individu dan dipandang pula lebih nyata sifatnya. Ia didasarkan pada pemberian individu dengan suatu imbalan ekonomi, benda-benda atau segala macam layanan yang berharga (Abizar, 1988:204).

Karena itu bila berbicara soal motivasi, sebenarnya sulit dipisahkan dengan kebutuhan. Kebutuhan (need) sebagai suatu istilah yang berarti suatu kekurangan tertentu di dalam suatu organism, misalnya seorang yang melakukan kegiatan belajar, tentu di dalam dirinya ada sesuatu kebutuhan yang hendak dicapainya (Purwanto, 1988:70-71) dan kebutuhan itu bagi manusia tidak hanya bersifat psikologis, namun juga bersifat fisiologis.

Oleh karena motivasi belajar itu berkaitan dengan suatu kebutuhan, maka seseorang hanya menjadi efektif, dalam arti menghasilkan perubahan perilaku, apabila isi dan cara belajarnya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakannya.

Maslow (1970:35-46) menggolong-golongkan kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkatan. Tingkat-tingkat ini menunjukkan urutan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam waktu tertentu. Kelima tingkatan tersebut adalah : (1) Kebutuhan fisiologis atau physiological needs; (2) Kebutuhan rasa aman atau safety needs; (3) Kebutuhan afiliasi, kebutuhan akankasih sayang atau rasa memiliki atau love belongingness needs; (4) Kebutuhan harga diri atau penghargaan atau esteem needs; (5) Kebutuhan pengembangan diri atau the needs for self actualization

Oleb sebab itu untuk memotivasi siswa agar memanfaatkan perpustakaan sekolah, perlu ada upaya dari pihak manajemen sekolah untuk menetapkan kebijakan sebagai berikut :

1. Penyediaan gedung/ruang perpustakaan dan perlengkapan/peralatan yang reprensentatif

a. Gedung/ruangan perpustakaan

(7)

Gedung atau ruangan perpustakaan adalah bangunan yang sepenuhnya diperuntukkan bagi seluruh aktivitas sebuah perpustakaan. Disebut gedung apabila merupakan bangunan besar dan permanen, terpisah dari gedung lain sedangkan apabila hanya menempati sebagian dari sebuah gedung atau hanya sebuah bangunan (penggunan ruang kelas), relatif kecil disebut ruangan perpustakaan.

Penentuan lokasi perpustakaan sekolah agar dapat maksimal pemanfaatannya dan tujuan mendukung proses belajar mengajar tercapai harus dapat memenuhi kriteria diantaranya :

• Berada ditempat yang luas tanahnya , memungkinkan dilakukannya perluasan pada masa yang akan datang, sesuai dengan perkembangan perpustakaan

• Berada dalam lingkungan bangunan sekolah dan berkedudukan di pusat kegiatan sekolah

• Merupakan gedung/satu ruangan utuh yang tidak bergabung dengan ruangan lain

• Mudah dicapai oleh pemakai, sehingga pemakai tidak membuang-buang waktu secara sia-sia

• Cukup tenang dan aman untuk menghindari dari gangguan suara keras dan kegaduhan

Alokasi gedung/ruangan perpustakaan sekolah

Perpustakaan pada umumnya minimal memiliki 4 (empat) macam ruangan diantaranya :

Ruang koleksi buku (rak-rak buku)

1 rak (1 sisi, 5 susun, lebar 100 cm) dapat memuat 115-165 buku eksemplar buku dan jarak antar rak 100-110 cm. Jadi dapat dihitung berapa kebutuhan luas ruang yang diperlukan untuk menempatan rak dan dapat disesuaikan dengan bahan pustaka yang dimiliki. Hal ini pun perlu dipertimbangan untuk tahun-tahun yang akan datang. Atau berdasarkan buku standar gedung dan perabot perpustakaan sekolah yang dibuat Perpusnas bahwa rumus menentukan luas ruangan adalah

Jumlah judul x jumlah eksemplar buku x 1 m2 Populasi siswa

Ruang baca

Dari beberapa pedoman bahwa untuk siswa diperkiraan memerlukan tempat 1 m2 yang dapat secara keseluruhan diambil sekitar 20-30 % populasi siswa.

Ruang pengolahan bahan pustaka dan ruang Staf

Untuk melakukan aktifitas pengadaan dan pengolahan buku luas ruangan tergantung berapa jumlah pengelola perpustakaan diperkirakan setiap petugas memerlukan 2,5 m2.

(8)

Ruang sirkulasi

Ruang ini dipergunakan untuk melayani siswa dalam peminjaman dan pengembalian buku, ruang yang diperlukan minimal cukup untuk meletakan meja sirkulasi dan perlengkapan lainnya

Pembagian ruang menurut fungsi

Menurut fungsinya pembagian persentase untuk masing-masing ruang adalah sebagai berikut :

a. Untuk perpustakaan dengan sistem tertutup

• areal untuk koleksi 45 %

• areal untuk pemakai / siswa 25 %

• areal untuk staf 20 %

• areal untuk keperluan lain 10 %

b. Untuk perpustakaan dengan sistem terbuka

• areal koleksi dan pemakai 70 %

• areal untuk staf 20 %

• areal untuk keperluan lain 10 %

Yang termasuk dalam areal koleksi adalah ;

• areal buku rujukan, bahan ajar

• areal majalah, surat kabar/ kliping

• areal koleksi non buku

Sedangkan yang termasuk areal pemakai adalah ;

• areal peminjaman

• areal baca yang bercampur dengan koleksi

• areal katalog perpustakaan

• areal fotocopy

• areal baca perorangan / studi carel

• areal pameran Yang termasuk areal staf :

• areal pengadaan, pengolahan

• areal kerja pimpinan

• areal komputer pengolahan

• areal tata usaha/administrasi

• areal makan

• gudang buku dan perlengkapan

Bentuk ruang

Bentuk ruang yang paling efektif adalah bentuk bujur sangkar, karena paling mudah dan fleksibel dalam pengaturan perabot apalagi bila rak buku yang dimiliki banyak dan lalu lintas yang ramai. Bentuk ini juga paling baik dan mudah dalam pengaturan pencahayaan/ penerangan

(9)

Tata Ruang

Merencanakan tata ruang harus didasari dengan hubungan antar ruang yang dipandang dari segi efisiensi, alur kerja, mutu layanan, keamanan dan pengawasan.

Penempatan perabotan perpustakaan diletakkan sesuai dengan fungsi dan berdasarkan pembagian ruang diperpustakaan sebagai contoh :

• lobi

lemari penitipan barang, papan pengumuman dan pameran, kursi tamu, meja dan kursi petugas

• ruang koleksi buku

rak buku baik dari satu sisi maupun dua sisi, kereta buku , tangga beroda

• ruang baca

meja kursi baca kelompok, perorangan ( studi karel) dan meja kamus

• ruang administrasi

meja kursi petugas, lemari arsip, mesin ketik, computer, pesawat telpon, kereta buku, lemari buku dan sebaginya

Penerangan, Ventilasi dan Pengamanan

Penerangan harus diatur sehingga tidak terjadi penurunan gairah membaca atau membuat silau. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menghindari sinar matahari langsung serta memilih jenis yang dapat memberikan sifat dan taraf penerangan yang tepat dengan kebutuhan, misalnya :

• lampu pijar : memberikan cahaya setempat

• lampu TL/PL/Fluorescent : memberikan cahaya yang merata

• lampu sorot ; memberi cahaya yang terfokus pad obyek tertentu

Ventilasi dalam perpustakaan harus diperhatikan selain untuk petugas juga diperlukan untuk bahan pustaka. Ada dua macam sistem ventilasi :

• Ventilasi pasif

Ventilasi yang didapat dari alam caranya membuat lubang angin atau jendela pada sisi dinding yang berhadapan serta sejajar dengan arah angin lokal. Luas lubang angin atau jendela diusahakan sebanding persyaratan atau fasilitas ruang (10 % dari luas ruang bersangkutan). Bila menggunakan ventilasi pasif seperti ini sebaiknya rak ditempatkan di dekat jendela demi keamanan dan terhindar dari matahari langsung.

• Ventilasi aktif

Ventilasi aktif adalah menggunakan sistem penghawaan buatan yaitu menggunakan AC ( Air Conditioning). Karena temperatur dan kelembaban ruang perpustakaan yang kontans maka dapat menjaga keawetan koleksi dan peralatan tertentu seperti koleksi langka, pandang dengan dan komputer.

Pengamanan

(10)

Untuk menjaga keamanan perpustakaan perlu antisipasi bila terjadi sesuatu seperti kebakaran, bencana alam, hama dan lain-lain

a. Kebakaran

• Penempatan jalam darurat kearah luar pada tempat-tempat strategis yang mudah dicapai

• Pemilihan bahan bangunan yang tidak mudah terbakar

• Penyediakan alat-alat pemadam kebakaran

• Alat pendeteksi kebakaran ( alarm system) b. Gempa bumi, angin topan, air hujan, banjir dan petir

• Perencanaan ketinggian permukaan lantai dasar lebih tinggi dari pada tanah disekitar bangunan

• Sistem drainasi pembuangan air hujan jangan menimbulkan genangan pada halaman perpustakaan

• Perencanaan bangunan tahan gempa

• Memasang sistem penangkal petir terutama pada bangunan bertingkat

c. Hama

• Pemilihan bangunan yang tahan hama

• Mengurangi celah-celah kecil pada bangunan yang dapat dijadikan rumah tikus

• Memberikan suntikan anti rayap disekeliling bangunan d. Pencurian bahan pustaka

• Sistem perencanaan satu pintu keluar masuk

• Peletakan lubang/jendela untuk ventilasi dilakukan pada tempat yang sulit dijangkau

Penggunaan rambu-rambu

Rambu-rambu dalam perpustakaan selain untuk memperindah ruangan juga membantu pemakai menemukan dan memanfaatkan koleksi dan fasilitas perpustakaan secara maksimal. Rambu-rambu dibuat dalam bentuk tulisan, simbol ataupun gambar.

Contoh rambu didalam perpustakaan seperti simbol atau tulisan “ meja informasi”,

“ Penitipan Barang “, ‘ Harap Tenang” atau “Dilarang merokok”. Dalam mendesain rambu di perpustakaan perlu memperhatikan huruf, hendaknya huruf yang sederhana mudah dibaca dari jauh dengan ukuran yang proposional. Kata- kata yang digunakan juga harus yang singkat , lugas, informasi secukupnya dan konsisten.

2. Penyediaan koleksi bahan pustaka yang sesuai kebutuhan kurikulum dan pemakai

(11)

Dalam proses pengadaan koleksi perpustakaan sekolah yang berdayaguna harus didasarkan pada kreteria pemilihan yang telah ditetapkan bersama kepala sekolah, guru dan pustakawan yang disesuaikan dengan kebutuhan kurikulum dan pemakai dengan merujuk pada prinsip-prinsip pemilihan bahan pustaka, yaitu :

a. Semua bahan pustaka hendaknya dipilih secara cermat, disesuaikan dengan standar kebutuhan pemakai perpustakaan dalam suatu skala prioritas yang telah ditetapkan dan mencakup persyaratan antara lain :

(1) Isi

• Tidak bertentangan dengqan Pancasila, UUD 1945 dan GBHN

• Mampu mengembangkan sifat-sifat yang baik sesuai dengan filsafat bangsa dan negara Indonesia.

• Sesuai dengan kurikulum sekolah

• Sesuai dengan tingkat perkembangan anak, terutama dari segi umur, jenis kelamin, tingkat kesukaran materi dan bahasa

• Dapat membantu mengembangkan minat dan bakat pribadi (2) Bahasa

• Susunan kalimat baik dan bervariasi

• Pemakaian kata betul dan baik, serta edukatif

• Ungkapan-ungkapan menggunakan bahasa yang baik dan benar

• Sesuai dengan kemampuan penguasaan bahasa murid (3) Fisik buku

• Bentuk (ukuran) serasi dengan teks

• Kertas minimal tidak tembus pandang, tulisan terang dan mudah dibaca

• Penjilidan kuat, tidak menyulitkan pembaca dalam membuka halaman-halaman

(4) Otoritas pengarang/penerbit

Untuk memenuhi syarat kualitas bahan pustaka yang baik, harus diperhatikan otoritas pengarang/penerbit. Otoritas pengarang/penerbit pada dasarnya mencerminkan kualitas dari hasil karya pengarang/penerbit itu sendiri. Biasanya pengarang/penerbit yang baik akan menghasilkan karya tulis yang kualitas isinya dapat dipertanggungjawabkan.

c. Untuk memberikan arah dan sebagai pedoman bagi pustakawan dalam pengadaan koleksi , perlu ada kebijakan umum pembinaan koleksi secara tertulis dan disahkan kepala sekolah yang meliputi :

• sasaran yang hendak dicapai

• jenis dan jumlah materi yang hendak dipilih

• garis besar cara pemilihan yang dilaksanakan serta petugas yang melaksanakan pemilihan

(12)

d. Kebijakan umum pengembangan koleksi harus merujuk pada prinsip-prinsip pembinaan koleksi, yaitu :

• Relevansi

Artinya aktivitas pemilihan dan pengadaan terkait dengan program pendidikan yang disesuaikan dengan kurikulum yang ada.

• Berorientasi kepada pemakai

Dengan demikian kepentingan pemakai menjadi acuan dalam pemilihan dan pengadaan bahan pustaka.

• Kelengkapan

Koleksi perpustakaan diusahakan tidak hanya terdiri dari buku teks yang langsung dipakai untuk mata pelajaran yang diberikan, tetapi juga menyangkut bidang ilmu yang berkaitan erat dengan program yang ada dalam kurikulum. Semua komponen koleksi mendapatkan perhatian yang wajar sesuai dengan tingkat prioritas yang ditentukan.

• Kemutakhiran

Disamping memperhatikan masalah kelengkapan, kemutakhiran sumber- sumber informasi harus diupayakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

• Kerjasama

Unsur-unsur yang terkait dalam pembinaan koleksi harus ada kerjasama yang baik dan harmonis sehingga pelaksanaan kegiatan pembinaan koleksi berjalan efektif dan efisien.

3. Penerapan sistem layanan yang berorientasi kepada kepuasan pemakai

Tujuan layanan perpustakaan adalah membantu memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat pemakainya dan layanan pemakai dapat dikatakan berhasil apabila terdapat pertemuan atau 'meeting of mind' antara apa yang ditargetkan dari sasaran pokok layanan dengan manifestasi pendayaguna sumber-sumber dan fasilitas perpustakaan oleh para pemakainya Oleh karenanya dalam layanan pemakai dituntut adanya aktivitas dan kreativitas pustakawan untuk menentukan cara dan bentuk layanan yang bagaimanakah yang perlu digunakan agar layanan pemakai dapat mencapai sasaran yang diharapkan.

Suatu lembaga agar sukses dalam persaingan harus dapat menciptakan dan mempertahankan pelanggan dengan membuat suatu kondisi agar para pelanggan merasa puas. Tingkat kepuasan dapat dijabarkan sebagai suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan yang dilayani melalui layanan yang diberikan.

Menurut Sulistyanto (2001) Tingkat kepuasan pelanggan terhadap layanan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

a. Keberadaan sarana dan prasarana layanan (availability of service)

Yaitu suatu kondisi ketersediaan perlengkapan kerja dan fasilitas-fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat bantu pelaksanaan layanan kepadav masyarakat

(13)

b. Ketanggapan staf layanan (responsiveness of the staff)

Yaitu kemauan staf layanan untuk tanggap dan bersedia membantu kepentingan pelanggan yang memerlukan layanan

c. Keahlian staf layanan (professionalism of the staff)

Yaitu kemampuan dan keterampilan staf layanan dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan di bidangnya

d. Ketuntasan layanan yang diberikan (completeness of service)

Yaitu kemauan aparat layanan untuk menjamin bahwa layanan yang diharapkan pelanggan dapat diselesaikan sesuai ketentuan yang berlaku

Ada beberapa faktor dalam perilaku kerja yang mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan atas layanan yang diterima, yaitu ; diligence, dedication, integrity, responsibleness, responsiveness, versality, carefulness, innovativeness, completeness, cooperativeness dan professionalism(The Liang Gie, 1987) . Penciptaan kepuasan pelanggan pada dasarnya merupakan tujuan dari organisasi baik yang bergerak dalam bidang bisnis maupun jasa.(Schnaars, 1998) Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa terciptanya kepuasan pelanggan akan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah : (1) terjalinnya hubungan antara lembaga dan pelanggan menjadi harmonis, (2) memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang, (3) terciptanya loyalitas pelanggan, (4) membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan lembaga, dan (5) reputasi lembaga menjadi baik di mata pelanggan (Tjiptono (1998)

Pada dasarnya kepuasan pelanggan bergantung pada kualitas layanan (service quality) yang diberikan oleh lembaga yang memasarkan produk jasa. Tingkat kualitas layanan yang dirasakan pelanggan adalah derajad perasaan pelanggan dalam menerima layanan yang diberikan oleh perusahaan (Gasperz, 1997)

Sedangkan derajad kualitas layanan yang dirasakan pelanggan adalah tingkat penilaian pelanggan terhadap layanan yang dialami oleh pelanggan. Tingkat kualitas layanan yang menjadi harapan pelanggan merupakan salah satu prasyarat dalam meningkatkan kualitas layanan. Oleh karena itu salah satu prasyarat untuk meningkatkan layanan adalah dengan memahami terlebih dahulu ekspektasi atau harapan pelanggan, disamping memahami jenis-jenis pelanggan yang dilayani.

Sedangkan layanan yang diinginkan pelanggan adalah layanan yang memiliki karakteristik lebih cepat (faster), lebih murah (cheaper), serta lebih baik (better).

Dalam hal ini mencakup tiga dimensi yang perlu diperhatikan, yaitu dimensi waktu, dimensi biaya dan dimensi kualitas produk.

Kualitas layanan mempunyai peranan yang strategis di masa depan. Hal ini dikarenakan masa yang akan datang pelanggan akan semakin memegang peranan kunci bagi keberhasilan lembaga. Kualitas layanan merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut akan dapat memenuhi keunggulan layanan yang diberikan lembaga. Kualitas layanan memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan. Bila kualitas layanan yang diberikan dapat memenuhi harapan pelanggan, maka pelanggan akan merasa puas dan sebaliknya bila kualitas layanan yang diberikan tidak memenuhi harapan pelanggan, maka pelanggan akan merasa tidak puas.

Kualitas layanan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu expected service (layanan yang diharapkan) dan perceived service (layanan yang diterima). Dengan demikian

(14)

untuk mengukur kualitas layanan dapat dilakukan dengan membandingkan antara kualitas layanan yang diharapkan dengan yang diterima dan dirasakan oleh para pelanggan.

Apabila kualitas layanan yang diterima sesuai dengan yang diharapkan , maka layanan yang diberikan dirasakan baik dan memuaskan. Sedangkan bila kualitas layanan yang diterima melampaui harapan, maka kualitas layanan dirasakan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya bila kualitas layanan yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan, maka kualitas layanan dikatakan jelek dan tidak memuaskan.

Dengan demikian ideal dan rendahnya kualitas jasa bergantung pada kemampuan organisasi penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya.

Terdapat lima unsur atau dimensi yang dapat digunakan sebagai kerangka perencanaan dan analisis untuk mengukur kualitas layanan sehingga pelanggan merasa puas atau tidak terhadap layanan yang diberikan lembaga, yaitu : (1) realibility (kehandalan), yaitu kemampuanuntuk memberikan layanan dengan segera,akurat, konsisten dan memuaskan; (2) responsiveness (daya tanggap), yaitu keinginan atau kesediaan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan layanan dengan tanggap; (3) assurance (jaminan), yaitu mencakup pengetahuan kompetensi, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya resiko dan keragu-raguan; (4) empathy (empati), yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,komunikasi yang baik,perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para pelanggan; dan (5) tangibles (bukti fisik), yaitu fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi (Fitszimmons,1994)

Hal ini sejalan dengan teori yang dikembangkan oleh Gronroos (1990) bahwa kualitas total suatu layanan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Kualitas layanan tersebut meliputi dua dimensi, yaitu : (1) technical quality yang berkaitan dengan kualitas output layanan yang dipersepsikan oleh pelanggan, dan (2) functional quality, yaitu berkaitan dengan kualitas cara penyampaian jasa atau hasil akhir jasa dari penyedia jasa kepada pelanggan. Sedangkan rechnical quality menurut Zeithaml (1990) meliputi : (1) search quality, yaitu dapat dievaluasi sebelum dibeli, (2) experience quality, yaitu hanya dapat dievaluasi setelah dikonsumsi; dan (3) credence quality, yaitu sukar dievaluasi pelanggan sekalipun telah mengkonsumsi jasa.

4. Mengintegrasikan kegiatan perpustakaan dalam kurikulum

Perpustakaan sekolah akan dapat dimanfaatkan secara optimal, jika kurikulum sekolah yang dipakai mengharuskan masing-masing bidang studi menggunakan berbagai sumber bacaan, baik sebagai sumber utama maupun sebagai penunjang (pengayaan).

Perbaikan dan perubahan kurikulum dengan mengintegrasikan aktivitas pemanfaatan perpustakaan sekolah dalam kurikulum berdampak pada peningkatan peran perpustakaan sebagai sumber belajar. Perpustakaan sekolah tidak lagi sebagai gudang tempat penyimpanan bahan pustaka yang jarang diakses dan dipandang sebelah mata, tetapi akan berfungsi sebagai sumber belajar yang dapat dimanfaatkan secara optimal oleh warga sekolah dan sebagai faktor penunjang proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran, para guru memanfaatkan buku-buku perpustakaan sebagai sumber pengetahuan bagi siswa dalam menyelesaikan studinya. Kebutuhan

(15)

inilah yang mendorong siswa untuk mengembangkan kebiasaan belajar secara teratur, menggunakan sumber belajar yang disediakan di perpustakaan untuk menunjang pencapaian tujuan belajarnya.

Melalui sumber daya yang ada di perpustakaan, baik siswa maupun guru dapat berinteraksi serta terlibat langsung baik fisik maupun mental dalam proses belajar mengajar. Dalam pandangan Mbulu (1992 : 93, 1994:93-97;105-106) cara belajar di sekolah perlu diubah dengan mengaktifkan siswa ke perpustakaan. Melalui aktivitas membaca buku-buku (ilmu pengetahuan) di perpustakaan, siswa akan terbiasa berusaha sendiri memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. Para siswa diberi kebebasan untuk belajar sesuai dengan minat dan kebutuhan, kemampuan dan kecepatannya, meneliti berbagai sumber di perpustakaan. Perpustakaan sekolah beserta koleksi yang disediakan dapat memperluas, menghidupkan pengajaran guru dan memberikan kemungkinan kepada siswa memburu informasi secara aktif. Para siswa tidak hanya menerima dan menelan materi pelajaran yang disajikan oleh guru di kelas, akan tetapi secara kritis menjaring dan mengolah sendiri informasi yang diterima di dalam perpustakaan. Melalui koleksi bahan pustaka , fasilitas dan layanan yang ada di perpustakaan, para siswa dapat mengakses secara optimal sehingga siswa dapat : (a) menemukan jawaban tentang persoalan-persoalan yang dijumpai dalam proses belajar di kelas, (b) memperoleh informasi yang diperlukan (individu /kelompok), (c) menyelesaikan tugas/diskusi, (d) memperoleh bahan-bahan dalam rangka penulisan makalah, laporan singkat, (e) memperoleh data, kutipan, (f) membaca majalah, surat dan buku-buku mutakhir.

Piranti pendidikan yang mencakup sarana dan prasarana belajar, seharusnya memberikan dukungan terhadap proses belajar mengajar. Sarana belajar yang dibutuhkan yaitu : (a) bahan-bahan dan sumber yang dapat diambil untuk belajar, (b) waktu belajar yang luas, sehingga pelaksanaan belajar mengajar tidak tumpang tindih dengan kegiatan sejenis atau kegiatan lain, (c) tersedianya bermacam-macam media belajar, terutama perpustakaan dan alat peraga yang secara langsung berhubungan dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari siswa, (d) aktivitas belajar siswa tidak dibatasi hanya di dalam kelas, tetapi juga boleh di luar kelas, di alam terbuka atau di tempat strategis dan memungkinkan siswa untuk belajar tenang.

5. Melaksanakan promosi perpustakaan sekolah

Muchiyidin (1980:4) memberikan batasan promosi perpustakaan sebagai upaya yang esensial dari pihak perpustakaan, agar hakekat dan fungsi serta tujuan perpustakaan dapat memasyarakat bagi kepentingan para pemakainya. Sedangkan Mahardjo (1975:32) menjabarkan promosi perpustakaan sebagai usaha-usaha atau tindakan-tindakan yang dilakukan untuk memberi dorongan-dorongan, penggalakan atau bantuan memajukan perpustakaan. Wirawan (1982:2) mendiskripsikan promosi perpustakaan sebagai suatu aktivitas untuk menarik dan meningkatkan penggunaan perpustakaan. Dari aspek komunikasi Edsall sebagaimana dikutip Sukaesih (1995) memandang promosi sebagai suatu bentuk komunikasi yang meliputi tiga aspek yaitu memberitahu (to inform), mempengaruhi (to influence) dan membujuk/merayu (to persuade).

Aktivitas promosi perpustakaan sebenarnya merupakan perwujudan dari fungsi informatif sehingga dengan adanya promosi diharapkan akan ada reaksi dari

(16)

pemakai, baik aktual maupun potensial yang muncul dalam berbagai bentuk mulai dari tumbuhnya kesadaran atau tahu akan keberadaan perpustakaan, sampai kepada tindakan untuk memanfaatkannya. Hal tersebut sesuai dengan tujuan promosi perpustakaan yang dikemukakan oleh Bohar (1985:132), yaitu untuk merubah sikap dan pandangan masyarakat terhadap perpustakaan dari yang tidak tahu atau acuh tak acuh, mejadi memahami dan menyenangi perpustakaan serta ingin memanfaatkannya.

Beberapa strategi yang bisa digunakan dalam melaksanakan kegiatan promosi perpustakaan sekolah adalah :

a. Menerbitkan Buku Pedoman Perpustakaan Sekolah

Buku Pedoman Perpustakaan yang dimaksud berisi informasi tentang kegiatan perpustakaan, jenis layanan, prosedur, koleksi, peraturan dan lain- lain yang berkaitan dengan aktivitas perpustakaan. Buku Pedoman Perpustakaan biasanya merupakan salah satu bab dari Buku Pedoman Sekolah yang bersangkutan, yang diterbitkan setiap tahun ajaran baru yang dibagikan kepada setiap siswa.

Penerbitan buku pedoman tersebut dimaksudkan agar semua siswa pada umumnya dan khususnya siswa baru mengetahui esensi dan eksistensi perpustakaan sehingga timbul minatnya untuk berkunjung ke perpustakaan yang pada akhirnya diharapkan dapat memanfaatkan layanan perpustakaan.

b. Kontak perorangan

Promosi secara kontak perorangan dilakukan melalui pertemuan langsung antara perpustakaan dengan pemakai. Promosi dengan kontak perorangan dapat diatur sedemikian rupa sehingga mendekati kebutuhan, minat dan pribadi pemakai. Bellardo dan Waldhart (1981) mengemukakan bahwa penelitian mengenai efektifitas teknik-teknik promosi dan komunikasi di bidang kepustakawanan & informasi telah membuktikan bahwa kontak perorangan dari mulut ke mulut merupakan cara yang paling efektif untuk menyebarluaskan informasi mengenai produk dan jasa perpustakaan dan dalam hal menarik minat pemakai. Bahkan informasi dari mulut ke mulut ini ternyata lebih efektif dari pada pengiriman surat, brosur, pamflet dan sejenisnya.

Kontak perorangan sebagai salah satu teknik promosi yang dilaksanakan di perpustakaan sekolah adalah dalam bentuk ceramah mengenai pendidikan pemakai yang dilaksanakan pada tahun ajaran baru, melalui kegiatan orientasi pendidikan atau pengenalan sekolah yang menitik beratkan pada orientasi perpustakaan sekolah. Materi yang disampaikan berupa pengenalan mengenai tugas, fungsi dan peranan perpustakaan sekolah, peraturan, jenis layanan, koleksi, fasilitas dan staf dengan sasaran agar siswa memahami bagaimana memanfaatkan perpustakaan.

c. Menyebarkan brosur

Penyebaran brosur kepada pemakai dimaksudkan agar apa yang ada di perpustakaan sekolah diketahui oleh pemakai, sehingga dengan mengetahui keberadaan perpustakaan sekolah diharapkan akan timbul minat untuk

(17)

memanfaatkan sumberdaya perpustakaan. Brosur tersebut berisi tentang kegiatan perpustakaan termasuk kekayaan yang ada didalamnya

d. Membuat poster

Membuat poster dengan slogan-slogan yang berisi himbauan mengenai pentingnya membaca buku. Tulisan dari poster-poster tersebut antara lain : Galiah Ilmu dari Buku Bermutu, Rajin Membaca Raih Juara, Membaca Biasakan Sejak Dini, Membaca Membuka Jendela Dunia, dan Berikan Buku Sejak Dini pada Anak, Sumbangkan Buku Agar Mereka Ikut Maju, Dengan Buku Jelajahi Dunia Ilmu. Poster-poster tersebut dibuat sendiri oleh pihak perpustakaan dengan maksud memacu semangat siswa untuk lebih memanfatkan buku sebagai gudang ilmu dan ditempel di seluruh bagian dinding ruang perpustakaan.

e. Melaksanakan kegiatan pendidikan pemakai

Pendidikan pemakai adalah kegiatan membimbing atau memberikan petunjuk kepada pemakai dan calon pemakai agar mampu memanfaatkan sumberdaya yang ada di perpustakaan. Tujuan pendidikan pemakai adalah : (a) meningkatkan keterampilan pemakai agar mampu memanfaatkan kemudahan dan sumberdaya perpustakaan secara mandiri (b) membekali pemakai dengan teknik yang memadai dan sesuai untuk menemukan informasi dalam subyek tertentu; (c) meningkatkan pemanfaatan sumberdaya dan layanan perpustakaan; (d) mempromosikan layanan perpustakaan; (e) menyiapkan pemakai agar dapat mengantisipasi perkembangan IPTEK.

Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan pemakai, biasanya menggunakan dua pendekatan, yaitu : (1) Orientasi perpustakaan, yaitu pendidikan pemakai untuk memperkenalkan perpustakaan secara umum kepada pemakai baru.

Pendidikan ini meliputi wisata perpustakaan dan/atau peragaan dengan pustaka pandang dengar mengenai fasilitas dan layanan perpustakaan (2) Pengajaran perpustakaan, yaitu mendidik pemakai agar dapat menggunakan sumber informasi yang tersedia di perpustakaan dan di tempat lain.

Penutup

Perpustakaan sekolah sebagai salah satu sumber belajar akan dapat memberikan kontribusi yang signifikan apabila dalam menjalankan tugas dan fungsinya didukung oleh Kepala sekolah dan para guru serta komite sekolah sebagai salah satu stakeholder.

Untuk itu perpustakaan sekolah perlu mendapatkan dukungan baik dalam bentuk dana maupun dukungan akademis dengan mengintegrasikan kegiatan perpustakaan ke dalam kurikulum serta mengadakan kerjasama sinergis dengan berbagai insitusi baik yang ada di dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.

Melalui penataan dan pengembangan perpustakaan dalam berbagai aspek, diharapkan timbul gairah dari siswa dan guru datang ke perpustakaan guna memanfaatkan berbagai sumber informasi untuk menunjang kualitas proses pembelajaran sehingga perpustakaan sekolah dapat berfungsi sebagai salah satu sumber belajar secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dilakukannya asistensi mengajar ini adalah untuk membantu proses belajar mengajar di sekolah terutama dalam literasi dan numerasi, mendukung administrasi

Ryskulov by 69.0 mm; – increase of indicators: total of biologically active air temperature from 109.8 steppe zone of low-hill terrain and midlands from 458.2о С semi-arid zone of