IDEOLOGI CERITA SANG KANCIL DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI-)
Umar Sidik
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Pos-el: umar sidik2013@ gmnil. com
Tujuan penelitian ini
mendiskrepsikrr,o""[::]rlll^n"rr
rengasuhannya,yang terdapat dalam dongengSang Kancil. Selain itu, penelitian ini untuk mengungkap implikasi,ideologiSang Kancil dalam pendidikan anak usia dini. Penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatik. Hasil dari analisis menunjukkanbahwa dongengSangKancil menebarkanideologi kelicikan (tipu muslihat).Ideologi itu diejawantahkan secara terbuka dan melekat pada tokohnya, yaitu Sang Kancil. jika
cerita ini diberikan kepada anak usia dini, sama artinya dengan proses merusak kepribadian anak menuju kedewasaannya.
Kata kunci: ideologi cerita, cerita anak, pendidikan anak usia dini
rhe aim of this research is to describe irroro*
,f/yo::;;;t -r*
in Aong)ng sang Kancit. rhis research ntso reoeals ideology implication of Sang Kancil in preschool education. Prngmntic approach is used in this researc'h and the esult shows that dongeng Sang Kancil teaches tricky ideology. The idology is manifested widely and nttaches on Sang Knncil chnracter. If the story is deliaered to preschool students, it means contributing to damage children character deaelopment.Key words: story ideology, children's story, preschool education
1.
PendahuluanTidak semua pembaca/audiens dapat me-
mahami
ataumenyadari
bahwacerita
anak membawa pesan yang bersifat ideologis, apa- lagi bagi anak-anak. Jika ideologi sesuai dengankeinginan
pembaca,tentu tidak
bermasalah.Akan
tetapi,jika
ideologiitu tidak
diinginkan atau bertentangan dengan kehendak masyara- kat, akan menjadi persoalan tersendiri.Anak akan belajar melalui peniruan.
Tokoh dalam suatu cerita merupakan figur
yang banyakditiru
oleh anak-anak. Tokoh ce-rita
sering menjadi teladan bagi anak. Karena- nya, mereka akan meniru apa saja yang dilaku- kan oleh tokoh dongeng. Bagi anak, apa yangad,a pada tokoh cerita, seperti sikap, perilaku, cara
berpikir,
dan carabertindak
adalah ke- jadian nyata(lihat Musbikin,
2004:8-9). Jika tokoh dalam cerita sebagai wahana pengasuh- an ideologi, sangat dimungkinkan ideologiitu
akan dengan mudahditiru
dandimililiki
oleh anak sebagai bagian kediriannya.Ideologi cerita anak yang layak dan mena-
rik untuk
dicermati ialah yang terdapat dalam1
Makalah ini pernah didiskusikan pada kegiatan Diseminasi Kebahasaan dan Kesastraan, tanggal 7-9 November 2013 di Hotel Gowongan Inn, Yogyakarta.Naskah masuk tanggal 9 Oktober 2013. Editor: Drs. Herry Mardianto. Edifl 25-28 November 2013.
L35
cerita rakyat dengan tokoh
SangKancill.
Kemenarikan ideologi cerita "Sang Kancil" ka- rena adanya perbedaan pandangan dan pema- haman
di
kalangan masyarakat pembacanya.Sebagian
masyarakat menolak atas cerita
"Santg
Kancil" karena dianggap
membawa ideologi kelicikan yang dapat membahayakan perkembangan anak. Sementara sebagian yang lain beranggapan bahwa ideologi yang dibawa"Sang
Kancil" tidak
ada persoalan apa-apa.Hal itu dikarenakan yang ditekankan
ialahkelincahan, kecerdikan, kepandaian,
atau kepintaran Sang Kancil. Oleh karenanya, halitu
dapat dikatakan besifatpositif
dan dapatdijadikan
percontoh.Terbukti
bahwaAdam Malik
(menlu RI, ketua MPR, dan wapres RItahun
1978) karena kelincahan, kepiawaian- nya, dan kepandaiannya berdiplomasi dengan bangsa-bangsa lairy iadijuluki
sebagai Si Kan- cil. Artinya, ketokohan Adam Malik disepadan- kan dengan tokoh "SangKancil"
dalam cerita rakyat.Dapat dipahami jika
adaideologi
yang disetujui/ disepakati oleh sebagian masyarakat, tetapiditolak
oleh sebagian masyarakat yangiain. Hal itu
karena kebaikan atau kebenaransuatu ideologi bersifat relatif dan
subjektif.Kondisi
itu
menyebabkan adanya pertarungan atas ideologi yang dibawa oleh cerita anak yang disajikan kepada pembaca.Ideologi dalam
suatu cerita anak dapat secara sengaja disisipkan oleh pengarangnya.Mengingat, kebanyakan cerita anak diciptakan oleh orang dewasa dengan tujuan yang jelas,
yakni
sebagai media pendidikan. Akan tetapi, sangat mungkin pengarang tidak sengaja atautidak
menyadari bahwa karyanya membawa ideologi tertentu.Hal itu
dapat terjadi ketika pengarang hanyaberpikir
bagaimana mem- buat cerita yang menarik bagi anak-anak.Pengejawantahan ideologi
di
dalam suatucerita dapat disampaikan
secaraterbuka
(eksplisit), atau secara tersembunyi (implisit) (Stephens, 1992:9). Wahana sebagai pembawaideologi
dalamcerita
anak sangat beragam:dapat melalui bahasa yang digunakary melalui tokoh, latar, ilustrasi, dan sebagainya.
Dongeng Sang Kancil sesungguhnya su.
dah sering dibicarakan, bahkan
dikaji.
Misal- nya,Aprinus
Salam (2009), mengkaji tentang"Dongeng Kancil dan Kemungkinan Implikasi
Budayanya". Kajian itu untuk menjawab
pertanyaary apakah "kecerdikan" Sang Kancilmenjadi
model ffnasyarakat pendukungnya, terutama dalam hal cara berpikir dan bertindak ketika menghadapi masalah (problem)hidup-
nya. ]awaban atas pertanyaan
itu
ialah adanyakemungkinan
besar bahwakelicikan kancil telah menjadi model
caraberpikir dan
ber-tindak masyarakat pendukungnya ketika
menghadapi masalah (problem) hidupnya. Se-hubungan dengan
itu, Aprinus
Salam menya- rankan agar kecerdikan Sang Kancil tidak lagi diceritakan kepada anak-anak.Penelitian lain dilakukan oleh
Edwars Djamaris (1993) lewat Menggali Khazanah SastraMelayu Klasik. Hal yang penting dalam
penelitianitu
ialah adanya pemetaan karaktertokoh Sang Kancil yang digolongkannya
menjadi empat hal,yaitu
(1) Kancil mengadiliperkara
persengketaan,(2) Kancil berlaku
sebagai penipu yang
licik
dan jahat, (3) Kancilberlaku
sebagai binatangyang
sombong se- hingga kalah bertanding dengan binatang yang lebih kecil dan lematr, dan (4) Kancil, dengan kecerdikannya menjadi penguasa seluruh bina- tang danmenyebut dirinyaSyahAlam di Rimba.Berdasarkan
latar
belakangtersebut di
atas, permasalahan yang
dikaji
dalam peneli- tian ini ialah mendeskripsikan ideologi dan wa- hana pengasuhannya yang terdapat dalam do-1
]ika Aprinus Salam (2009) menduga bahwa dongeng Kancil sudah mulai tidak banyak diceritakan lagi, mungkin ada benarnya, tetapi mungkin juga tidak. Yang jelas bahwa di took-toko buku masih banyak terpampang dengan terbitan yang cukup bagus. Selain itu, jika kita menelusuri lewat dunia maya (internet) dengan sangat mudih dapat ditemukan berbagai versi dongeng Kancil yang terdapat diberbagai blog.L36 Widyapanfa,
Volume 4L, Nomor 2, Desember 2013ngeng Sang Kancil. Pengkajian
ini
jugauntuk
mengungkap implikasi ideologi SangKancil da- lam pendidikan anak usia
dini.
Adapun man- faat yang dapat diperoleh dari hasil penelitianini,
antara lairy sebagai bahan penilaian terha- dap cerita "SangKancil" sebagai media pendi- dikan anak. Selain itu, hasil penelitianini
dapat dijadikan sebagai referensi bagi orang tua dan guru dalam kaitannya dengan pemilihan ceritayang dijadikan
mediapendidikan bagi
anak usia dini.2,
KerangkaTeori
2.L Pengertian
Ideologi
Ideologi diartikan sebagai kumpulan kon- sep bersistem
yang dijadikan
asas pendapat yang memberikan arah dan tujuanuntuk
ke-langsungan hidup (KBBI,
2008:517).Karl
Maanheim menyatakan bahwa ideologi sebagai sistem pemikiran yang berguna dalam mem- pertahankan
individu
atau atau sosial tertentu (Sumber: http :ffirrymoc.blogspot.com/2011,/05/s ep uluh- definisi-i deolo gi-m enur ut -p ar a.html, 25
Okt.
2013,pkl.
11:20).Selaras dengan
itu,
ideologi dapat diarti- kan sebagai sebuahide
atau gagasan sebagai suatu sistemnilai
yang dapat dijadikan tolok ukur dalam bersikap dan bertindak. Dalam arti luas, ideologi dapat dimaknai suatu pedoman normatif yang dipakai oleh sekelompok orang sebagai dasar cita-cita,nilai
dasar, dan keya- kinan yang dijunjungtinggi
(Sumber:http:/ /
i d. sha o on g, com/ s o ci ety - an d-n ew s/new s -i t em
s/
20 0 5 7 23 -p en ger ti an-i deolo
gffi
ix z zLp 3V Ek4xU,13/
03/12).
2.1Ideologi
dalam CeritaAnak
Cerita anak dapat dipandang sebagai re-
fleksi kehidupan
sosial-budaya masyarakat.Cerita anak
tidak
akanlahir dari
kekosongan budaya.Akan
tetapi, cerita anaklahir
dalam masyarakat yang telahmemiliki
tradisi, keya-kinan,
pandanganhidup,
caraberpikir,
cara bertindak, dan sebagainya (lihat Nurgiyantoro,201,0:1.69).
Sejalan dengan itu, Djamaris
$9%:a) menyatakan bahwa cerita anak selalu dipahami dan dikaitkan dengan
nilai
tertentu (ajaran) untuk pembacanya, selain juga sebagaihiburan.
Bunanta (1998:52-53) menyatakan bahwa dongeng bermanfaat bagi perkembang- an psikologis dan spiritual anak. Selainitu,
ce- rita akan memberikan pandanganhidup
kepa- da anak berkaitan dengan moralitas. Bahkaru cerita anak dimungkinkan membawa ideologi tertentu agar dapatdiikuti
oleh anak-anak.Penyampaian (pengejawantahan) ideologi
dalam
sebuahdongeng, menurut
Stephens(1992:9) dapat dilakukAn secara terbuka (eks- plisit), dan dapat juga
implisit
atau secara ter- sembunyi. Selainitu,
keberadaan ideologi da-lam
suatu cerita anak dapat secara disengaja atautidak
disengaja oleh penciptanya (penga- rangnya). Dapat saja pengarang secara sengajaingin
menyebarkanideologi tertentu
melaluicerita yang dibuatnya. Akan tetapi,
sangatmungkin
pengarangtidak
sengaja atautidak
menyadari bahwadi
dalam karyanya terdapat (memuat) ideotgi tertentu. Bisa iadi, saat men- ciptakan cerita atau dongeng, pata pengarangtidak memiliki
pemikiran buruk, kecuali seka- dar membuat "lelucon" yang menyegarkan dan inspiratif. Akan tetapi, dimungkinkan juga se- ngaja memunculkan pesan agarkita
berhati-hati
terhadap karakter semacam Sang Kancil atau meniru Sang Kancil.David
Mclelland,
seorang psikolog sosial, menemukan sebuah teori, bahwa dongeng se-belum tidur
ternyata berpengaruh terhadap prestasi suatu bangsa. McClelland membuat perbandingan antara dua negara adidaya pada abad'1.6, yakni Inggris dan Spanyol. Dalam pe- nelitiannya, McClelland menemukan dongeng dan cerita anakInggris
abad ke-16 mengan-dung "vitlJs" yang
menyebabkan pembaca atau pendengar terjangkit penyakit the needfor
achieaemenf(kebutuhan berprestasi), yang
kemudian terkenal sebagai n-Ach. Akan tetapi, cerita dan dongeng Spanyoljustru
meninabo-bokan rakyatnya
(http://www.afifahafra.net/ldeologi Cerita Sang Kancil dan lmplikasinya dalam Pendidikan Anak Usia
Dini
L372 0 1 1/L L/m en gkr i t i s i- don g en g - s i -k an c il - mencuri.html, 25 Okt.2013,
pkl.
15:1g).John Locke (filosuf Inggris) pada abad ke- 17 pernah membuat teori tabula rasa (bahasa Yunani, yang
artinya
'kertas kosong'),yakni
bahwa anak yang dilahirkan dalam kondisi se- perti kertas kosong (putih bersih, belumditulisi
apa-apa); isi kertas kosong itu akan bergantung pada penulisnya, boleh diisi dengan tulisan apa
saja (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/
Tabula_rasa,
tgl.
28/10/2013,pkl.
15:18). Ada-pun
Islam mengajarkan dengan konsep anakdilahirkan
dalam keadaanfitrah
(suci).3. Metode
Penelitian3.1Subiek
danObiek
PenelitianPenelitian
ini
melalui pendekatan ekstrin- sik. Abrams (dalam Suwondo (2003:126) me- nyatakan bahwa pendekatanitu
menekankan telaah padahal-hal, nilai-nilai,
atau fungsi- fungsi yang terkait erat dengan faktor pembaca (audience). Cerita anak dipandang sebagai sa-rana
(media)untuk
menyampaikan sesuatu kepada pembaca atau audiensnya.Sumber
data penelitian ini ialah
cerita"Sang
Kancil"
yang terdapat dalam berbagai sumber, seperti dalam buku kumpulan cerita, majalah anak, dan dunia maya (internet). Se-luruh objek material berupa cerita Sang Kancil.
Adapun fokus atau objek kafian penelitian
ini
terkait dengan muatan ideologi yang terdapat dalam cerita "Sang Kancil".Secara
kuantitatif
dongeng Sang Kancil jumlahnya cukup banyak, demi efesiensi, pene-litian ini
menggunakan sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposiae sam-pling,
yaitu
suatuteknik
pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian (Arikun- to,2002:45).Adapun
pengumpulan data atau penen- tuan data penelitian dilakukan dengan teknik membaca dan mencatat. Sebagaimana dinyata-kan
oleh Sudaryanto (2003:29) bahwateknik
seperti itu lazim dilakukan untuk mengungkap
permasalahan yang terdapat dalam suatu ba- caarL dalam hal
ini
cerita untuk anak usia dini.Teknik
membaca secara cermat, mema-hami
dengan saksama, yarrg kemudian mem- buat panandaan pada bagian-bagian tertentudari
cerita yang penting, sesuai dengan fokus penelitian. Kemudiary dilanjutkan dengan me- maknai teks untuk mendapatkan diskrepsi pe- mahaman atau simpulan atas data.3.2
Analisis
DataAnalisis
dalampenelitian ini dilakukan
dengan cara mqngidentifikasi, mengkaji, me- maknai, dan mendeskripsikan muatan ideologiyang terdapat dalam
dongeng Sang Kancil.Dengan demikian, pendekatan pragmatik ber-
peran dalam
penganalisisanpenelitian ini.
Oleh karena itu, di dalam pendekatan
ini
digu- nakan teori resepsi. Langkah-langkah yangdi-
tempuh dalam analisis data ialah dengan cara pembacaan mendalam seluruh cerita yang men-jadi
saqrpel, pembuatan deskripsi, kemudianpembuatan inferensi, dan pembuatan
sim- pulan.Pencermatan dan pembacaan mendalam dalam seluruh cerita dilakukan
untuk
menda- patkan gambaran yang lebih jelas untuk mem- peroleh pengertian yang konsisten dan pasti.Langkah selanjutnya ialah pembuatan inferen- si, yaitu pemahamary interpretasi, pemaknaarL penyimpularL dan penyajian pada naskah pe- nelitian.
4.
PembahasanPenelitian
ini
ada kaitannya dengan apa yar.gpernah dideskripsikan oleh
Djamaris (1993) dan Salam (2009). Bahkan, dapat dika- takan bahwa penelitianini
untuk.,rnelengkapiapa yang telah disajikan dalam penelitian
mereka.
Sudah menjadi pemahaman
umum
bah- wa Kancil merupakan hewan yang sangat cer-dik.
Ia mempunyai "seribu satu" macam jurus kecerdikanuntuk
mengatasi berbagai macam138
Widyapanua, Votume 41, Nomor 2, Desember 20L3masalah (problem) yang dihadapi.
Banyak hewandi
dalam hutan meminta pertolongan padanya ketika merekaterlibat
sejumlah ma- salah.Akan
tetapi, banyak juga hewandi
da-lam hutan yang menaruh dendam pada
Si Kancil karena dia pernah menjadi korban ke-cerdikan (dapat
dibacakelicikan)
Si Kancil.Walaupun demikiary Si Kancil merupakan he- wan yang ramah sehingga ia mempunyai ba- nyakkawan. Meskipun demikiary saking popu- lernya, Si Kancil pernah terjebak dalam kesom- bongannya.
Sang
Kancil dapat menjadi simbol dari
masyarakat hewan yang lemah,yang
secarafisik
terbatas, tatapi ia mempunyai kecerdikanluar biasa. Meskipun sering melakukan
kesalahan, Sang Kancil selalu saja dapat keluar dan selamat
dari hukuman
yang seharusnya diterimanya. Meskipun demikiary Si Kancil per- nah terlena sehingga beberapakali
dipermalu-kan
oleh teman-temannyadi hutan.
Bahkan,dia
mengalami ketragisan ketika melawan Si Katak yang dianggap sebagai binatang sangat lemah. Karena Sang Kanciltidak
dapat bere- nang,dia
terperangkapdi
dalam danau dan akhirnya tewas. Dary ironisnya, Si Katak meng- gunakan model kecerdikan yang sering dilaku- kan oleh Si Kancil (senjata makan tuan).4.L
Ideologi Si
KancilDalam kehidupan keseharian, Sang Kancil tidak selalu memanfaatkan kecerdikannya un- tuk kepentingan dirinya sendiri. Dengan kecer- dikannya, ia sering menolong sesama yang se-
dang
dirundung
masalah.Model
kecerdikan yang ditawarkan oleh Sang Kancil telah teruji keampuhannya, telah berkali-kali menyelamat- kandirinya
dan hewan-hewan yanglain
dari masalah yang dihadapi.Dengan kecerdikannya, Sang Kancii men-
jadi "pahlawan"
bagidirinya
sendiri dan he- wan-hewan lain yang meminta bantuan pada-nya untuk menyelesaikan masalah. Sang Kancil pernah mengalahkan binatang buas, seperti buaya dan macary
ia
ju.ga mengalahkan mo-nyet dan
gajah.Model yang dilakukan
olehSang
Kancil untuk
mengalahkan musuh-mu- suhnya itu tidak dengan teknik adu fisik, tetapi dengan mengandalkan kecerdikannya.4.L.1
Implikasi Ideologi
SangKancil
dalamPendidikan Anak
Kecerdikan2 Sang Kancil dalam mengatasi masalah yang membelit
dirinya
sungguh me- ngagumkan. Model keqerdikan yang dilakukan oleh Sang Kancil serirng dianggap sebagai se- suatu yang positif. Itulah sebabnya, barangkali, yang menyebabkan ideologi kecerdikan Sang Kancil banyak ditranlormasikan ke dalam ber- bagai cerita anak.Ketika orang
tua
atauguru
menyampai- kan cerita Sang Kancil kepada anak-anak, ke- mungkinan besar harapannya ialah agar anak dapatmeniru
kecerdikan SangKancil. Anak pun
dengan senang hati menerima ketokohan Sang Kancil.Anak
belum paham tentang be- nar-salah dan persoalan moralitas. Oleh karenaitu,
orang tua dan pendidik harusteliti
dalam memilih jenis dan tema dongenguntuk
anak.Sebelum
cerita disampaikan kepada
anak- anak, harus dicermati dengan seksama. Selain pesan moral yang terdapat dalam dongeng, ka- rakter tokoh merupakan bagian sangat penting yang harus diperhatikan (lihat Kusmiadi dkk., 2008).Kekuatan cerita Sang Kancil terletak pada tokohnya (Kancil). Bagi anak, tokoh cerita ada- lah panutan
untuk ditiru.
Mereka belum tahu apakah yang ada pada tokohitu
sesuatu ber- tentangan dengan moralitas atautidak.
Siapa pun tokoh cerita, asal dia"istimewa"
atau he-ro,
anak akan mengagumi dan ada doronganuntuk meniru
perilakunya. Karenanya wajarjika
anak sangat mengagumi tokoh seperti Su-2
Kata cerdik dapatdiartikan sebagai'tipu muslihat' atau licik (lihat KBBI, 2008:262). Di dalam khazanah ilmu folklordan antropologi, kecerdikan model Si Kancil disebut dengan isnlah the trickerc atau tokoh penipu (lihat Dananjaya, 1991.:87 -88).
tdeologi Cerita Sang Kancil dan lmplikasinya dalam Pendidikan Anak Usia
Dini
139permen/ Naruto, Kapten
Subasa, Shinchan, dan yang sejenisnya.Bagaimana Si Kancil memanfaatkan ideo- logi kelicikannya/ dengan jelas dapat dibaca da- lam cerita berjudul (1) Sang Kancil dan Pak Ta-
*,
(2) Sang Kancil dan Buaya, (3) Sang Kancil dan Monyet, (4) Sang Kancil dan Gajah, dan (5)Si Kancil
denganSeruling Ajaib.
Dalam cerita itu, Sang Kancil selalu menggunakan ke-cerdikan (tipu muslihatnya) untuk
mencari selamat. SangKancil
bukan sajameliciki
te-man/musuhnya
dalam rangka menyelamat-kan diri, tetapi ia juga
tega mencelakakan musuhnya. Ketika dia ditangkap dandikurung
Pak Tani untuk dihukum, dia meliciki dan me- ngorbankan anjing
milik
Pak tani. Dary tatkala Sang Kancil mengalami kecelakaan masuk ke dalam lubang yang dalam, Sang Kancil meliciki gajah sehingga gajah terperangkap dan dibiar- kan begitu sajadi
dalam lubang (sumur). De- mikian juga ketika Sang Kancil dalam kondisi bermasalahterjepit di
tengah-tengah hutan bambu, dan hendak dimangsa oleh harimau, dengan kecerdikannya dia bisa selamat, bahkan dapat mencelakakan harimau yang mengan- camnya.Sekadar sebagai ilustrasi,
berikut ini
do- ngeng ketika Sang Kancil memperdaya Gajah.Ketika Si Kancil berjalan-jalan
di
dalam hutan belantara,ia
terjatuh ke dalam lu- bang yang dalam. Ia mencoba keluar dari lubang itu, tetapi tidak bisa. Ketika sedangberpikir
bagaimanajalan keluarnya,
ia mendengarbunyi
tapakkaki
gajah. Dan, benar juga, tlba-tiba Sang Gajah menegur Sang Kancil: "Eetr, Sang Kancil, mengapa kamudi
situ?" tanya Si Gajah."Menyelamatkan diri!" jawab
Sang Kancil."Loo, memangnya ada
apa?"tanya
Sang Gajah lagi."
"Coba kamu tengok ke atas,langit akan
runtuh,
sudahhitam."
balas Sang Kancil.Gajah yang dungu
itu pun
serta merta mempercayai apayang dikatakan
olehSang Kancil.
"Lantas, bagaimana saya harus menye- lamatkan
diri?"
tanya Sang Gajah."Gampang, masuklah kamu
ke
dalam lubangini
supayakita
selamat bersama,"kata Kancil.
Tanpa berpikir panjang Sang Gajah pun masuk ke dalam lubang
untuk
menyela- matkandirinya.
Kemudian, Sang Kancil mengambil kesempatanuntuk
melompatdi
atas badan gajah. Lantas, ia keluar dari lubang yang dplam itu."Haha,
seldmat aku." Kemudian, SangKancil pun beilalu pergi
meninggalkan Sang Gajah yang terperangkapdi
dalam lubang tadi.Tindakan
SangKancil sungguh di luar
"perikemanusiaan". Bagaimana
dia
tega me-ngorbankan
Sang Gajahdemi
keselamatan dirinya dari masalah yang dihadapinya. Dalam perspektif moral, tindakan sepertiitu
amatlah tercela. Akan tetapi, anak usia dini tidaklah pa- ham tentang moral tercela. Yang mereka (anak- anak) pahami bahwa kancilitu
cerdik (pintar) dan perluditiru.
Anak akan rajin belajar mela-lui
peniruan-peniruan (Madkur dalam Azhim, 2002:xl).Jika ideologi kecerdikan Sang Kancil terus- menerus disampaikan kepada anak-anak,
ti- dak
ubahnya orangtua
(guru) sedang mem- bentuk watak dan kepribadian seperti halnyatokoh
SangKancil. Artinya,
mengacu pada John Locke, bahwaketika orang tua
(guru) menceritakan kecerdikan Sang Kancil, berarti mereka sedang mendokumentasikan ke dalam kertasputih fiwa
dan kepribadian anak). Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa orang tua (tentunya jugaguru)
dapat mentransfer ideo-logi
kepada anak-anak sehingga anak akan mengikutinya. Sabda Rasulullah SAW sebagai berikut.l4O Widyapanra,
Volume 41, Nomor 2, Desember 2013;Uy+ A\s iil $-j;i*
,€41e
; ;:till ,rb XU 1! ;r1r^ Lr \* ;J--: tJ' ,i,l ,& il UitJ ,JE
Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Tidak ada anak yang dilahirkan
kecuali dalam
keadaanfitrah
(suci,bersih);
makakedua orang tuanyalah yang
akan membuat anakitu
menjadi Yahudi, Majusi, atauNasrani"
(H.R. Buchari dan Muslim).Pengertian orang tua dalam hadis tersebut bukanlah semata-mata secara biologis, tetapi dapat siapa saja yang berperan dalam mendi- dik anak. Dan, anak usia dini merupakan masa usia emas (the golden ages).Padausia
itu
adalah masa strategis dan sekaligus masa kritis. Dikata-kan
sebagai masa strategis karena pada usiaitu
merupakan saatyang
pekauntuk
mem- peroleh stimulan. Dikatakan juga sebagai masakritis
karenajika terjadi
kesalahanmemilih
cerita, anak-anaktidak
akan memperoleh sti- mulan yang tepat, tetapi justru perkembangananak akan terganggu. Cerita anak
adalah mediastimulan yang
amPuh sebagai prosespendidikan anak usia dini (lihat Azhaty,
2007 :15;
Nurgiyantoro,
2010:35).Barangkali sudah menjadi
kodrat
bahwacerita adalah sesuatu yang menarik dan menjadi media pendidikan/pembelajaran
yang efektif bagi umat manusia. Jikaitu
keten-tuan
Tuhan,pasti
ada yangistimewa
dalam cerita. Halitu
terbukti banyak ayat-ayat dalamkitab suci (Alquran) yang
menyajikan cerita atau kisah, misalnyakisah Qabil dan Habil,
Ash-Habul Kahfi:tujuh
pemuda yangtertidur
di dalam
goa selama 309tahun, Nabi Nuh,
Nabi Ibrahim, dsb. Demikian juga ratusan ha-dis Nabi
Muhammad SAW berisi cerita yang kebenarannya tidak perlu diragukan. Misalnya, kisahTiga
Bayi yang Dapat Berbicara,Nabi
Musa dan Batu, Nabi Isa dan Pencuri, Wanita Pendek dan Wanita Tinggi, dsb.4,7.2 Sang
Kancil
Terkena "BatunYa'Senjata makan tuan.
Itulah
pepatah yang tepatuntuk
Sang Kancil yanglicik.
Beberapa kati dia "termakan" ol8h ideologi yang dibuat-nya sendiri.
Pepapatah mengatakan bahwa"sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga".sang
Kancil mengalami beberapakali
kekalahan dalam pertarungan melawanteman/musuhnya.
Dengan kecerdikan yangdimiliki,
Sang Kancil terlalu Percaya diri, sering menganggap remeh binatang lainnya. Namun, akhirnya San$ Kancil dipermalukan oleh Siput dan Kura-Kura. Bahkan, fatal nasibnya ketika Si Kancil melawan Katak.Belajar dari pengalaman
berkalikali
yang dilakukan oleh Sang Kancil ketika menghadapi masalah, Siput dan Kura-Kura mencoba meng- gunakan model kecerdikan Sang Kancil, yaitu bermainlicik
(tipu muslihat). Benar juga, Siput yangtidak
bisalari
pada akhirnya dapat me-ngalahkan
SangKancil yang larinya lebih
cepat,yaitu
dengan mentransformasi model kecerdikan Sang Kancil. Demikianpuia
Sang Katak melakukan model yang sama. Bahkaru SangKatak berani
menantangKancil untuk
berlomba meloncat di pingggir danau. Sebelum menantang,
Katak
mengejekKancil
sebagai binatang yang dungu dan bodoh seperi keledai.Hal itu
Katak lakukan supaya Kancil teibakar amarahnya. Katak berhasil, SiKancil
marah dan merasa terhina karena dibodoh-bodohkan.Dia
kehilangan akal jernihnya. Dengan som- bongnya,ia
tetap mengaku sebagai binatang yang paling cerdikdi
jagad raYa.ldeologi Cerita Sang Kancil dan lmplikasinya dalam Pendidikan Anak Usia
Dini
l4'1,"Baiklah Sang Kancil, keluarga Katak te- tap akan mengakui kecerdikan siapa pun
jika ia pandai
meloncat. Jadi,aku ingin
meminta kamu, sekiranya kamu dapat me- loncat lebih jauh daripada aku, kami setu-ju
bahwa kamulah binatang paling cerdikdi
seluruhrimba
rayairi,"
kata Katak.Sang Kancil tahu dia tidak boleh meng- elak lagi. Semua binatang sedang menon-
ton
perbalahannya dengan Sang Katak.Menarik
diri
hanya akan menurunkan re- putasinya. "Baiklah, aku terima tantangan kamu.Ayo kita mulai,"
kata Sang Kancil dalam keterpaksaannya.Sang Katak
pun
bersiapuntuk
membuat loncatan ke danau. Dengan satu loncatan, Sang Katak melambung ke udara dengan jangkauan cukup jauh, mencapai 8 kaki.Dia
mendaratdi
atas daun bunga teratai yang tumbuhdi
permukaan danau."Ayoo... Sang Kancil, giliran kamu," te-
riak
Sang Katak.Melihat
jarak
katak yangtidak
terlalu jaufu Sang Kancil sangat yakin dia mampu meloncat lebih jauh. Lantas, Sang Kancil mundur 20 tapak ke belakang. Dengan se-luruh kekuatannya, Sang Kancil membuat satu loncatan:
luar
biasa, menjangkau 15kaki. Artinya,
duakali
jauhnya melebihi lompatan Sang Katak:byuuuuurrrr!
Dalam hati Sang Kancil akan segera me- rayakan kemenangannya itu. Akan tetapi, tiba-tiba ia sadar bahwa dirinya bukanlah binatang yang bisa berenang. Menggele-
parlah dia di
dalamair
beberapa menit, sebelumia
tenggelam dantidak
muncullagi. Kemudian, tiga
hari
setelahitu,
ma- yatnya ditemukan dengan perut membesar seperti balon.Katak berhasil karena belajar
meniru
ke-cerdikan
SangKancil. Dia telah
mengambil ideologi yang ditawarkan oleh Sang Kancil se- bagai jalan hidupnya. Katakingin
memperta- hankan eksistensidiri
dan kelompoknya seba- gai bagian dari kehidupan masyarakat hewan.Sang Kancil
pun
menerima akibatdari
sikap kesombongannya. Akan tetapi, di sisi lairy Kan- cil juga korban dari sikap dendam Sang Katakyang mewakili hewan-hewan lain
karena pernah menjadi korban kelicikan Sang Kancil.Katak
tidak
menyadari bahwa balas den- dam akan selalu memunculkan balas dendamyang lain. Artinya, jika kejahatan dibalas
dengan kejahatan maka akan memunculkan kejahatanlain
yangtidak
berkesudahan.]ika
anak-anak memperoleh pendidikan seperti
itu
(melegalkan balas dendam), malapetakalah yang akan ditemukandi
kemudian hari.4.1,.3 Kecerdikan
untuk Menolong
BinatangLain
Kata menolong mempunyai makna yang
positif, yaitu'membantu untuk
meringankan beban (penderitaan, kesukaran, dsb) orang lain' (KBBI, 2008:1478). Meskipun demikiary makna positif dalam KBBIitu
dapat diperbalahkan.Di
dalamAlquran
ada kata ta'Au)un (menolong) yang bersifat netral, yaitu 'membantu', seperti terdapat dalam Q.S. Al-Maidah:2.?Wi ** rti'AlZi
i6r r',t,, ^5i, ;.{ ;,
iri rd
.t 3"... tolong
menolonglah dalam kebaikan dan ketakwaan; dan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran...".b
4*rbti Jb t_):t;::
janganlah kamu sekalian
142
Widyapaf'wa, Volume 41, Nomor 2, Desember 2013Arti
kata menolong dalam ayatitu
(1) 'ber- sama-sama atau membantu' (dalam kebaikan dan ketakwaan), tetapi (2) 'bersama-sama atau bersekongkol' (dalam perbuatan dosa dan pe- Ianggaran).Ketika kata
menolongdikaitkan
dengan perbuatan Sang Kancil menolong Ker- bau dan juga menolong Kera yang sedang di- rundung masalah, terasa bahwa hal itu bersifat positif, yaitu membantu meringankan penderi- taan hewan lain'. Akan tetapi, benarkah bersi- fat positif? Mari kita kaji dalam perspektif ideo- logi dan implikasi dalam pendidikan anak usia dini.(1)
Buaya, Kerbau, dan KancilKetika Buaya tertimpa kayu besar di su- ngai, dia tidak dapat melepaskan
diri.
Da-tanglah
seekorKerbau, lalu
menolong buaya yang terancammati. Akan
tetapi, dasar braya, setelah terlepas dari timpaan kayu, ia malah menggigit kaki kerbau daningin menyantaPnya. Lalu, terjadilah
pertengkaran hebat.Pada saat
itu
datanglah Si Kancil yang mendengar ada keributan. " Ada apa Ker- bau? Kenapa bu.aya menggigitkaki
eng- kau?" tanya Kancil."Ya, beginilah, saya tadi berniat meno- long Buaya terjepit kayu, tetapi dia malah membalas dengan kejahatan," kata Ker- bau.
Lantas, Si Kancil bertanya kepada Buaya,
"Mengapa kamu menggigit kaki Kerbau?"
"Begini Cil, bagaimanapun juga, Kerbau
itu
adalah makanan saya," kata BuaYa."Begini... saya ingin tahu kejadianladi,"
kata Si Kancil.
"Mula-mula aku
terkenatindihan
ba- tang pohon yang patah. Batang pohonitu jatuh menimpa punggungku," iawab
Buaya.
" Coba peragakan, bagaimana kejadian yang sesungguhnya, bagaimana bisa kayu itu menindih punggungmlr," kata Si Kancil.
Ketika reka ulang
itu
terjadi, Buaya be- nar-benar dalamtindihan
batang pohon besar. Buaya telah berusaha kerasuntuk
melepaskan tindihan batang pohon itu, te- tapi dia tidak bisa.
"Engkau
ini
sangat lurus dan iujur, wa-hai
Kerbau," kata Kancil. "Biarlah Buayaitu
mati. Kalau buayaitu hidup,
engkau tentu mati. Buaya yang jahat patut mene-rima
balasannya karenatidak
tahu mem- balasbudi
baik," kata Kancil, lalu berlari- lah ia naik ke atas tebing sungai bersama Kerbau.(2)
Cerita Kancil Menolong KeraSeekor harimau terperangkap oleh pem-
buru dan
dikerangkeng dalam kandang yang kuat. Seekor kera disuruh oleh pem-buru
mengawasi sart$ harimau;"Ingatia-
ngan sampai lepasyb...f'
pesan Pemburu.Harimau
berusahamerayu
agar kera mau membukakanpintu
kerangkengwa'
lau hanya sebentar saja untuk menghirup udara segar."Tidak! aku tidak berani," kata
Kera."Nanti
majikanku akan marah sekali.""Cuma
sebentar sajakok,"
kataHari-
mau.
"Nanti
aku masuk kembali ke dalam kerangkeng'ini."
"Kalau kau
mau melepaskanku walau sekejap saja," kata F{arimau."Aku bersum-pah sampai tujuh turunanku dilarang
memangsa bangsa kera. Jadi kalau kau ke- luar masuk hutan tidak akan ada binatang yang berani mengganggumu. Siapa yang menganggumu akan berhadapan dengan aku. Mendengar
janji
Harimau,hati
Kera luluku ia lalu mengambil dan membukakanpintu
kerangkeng.Setelah sekian lama bebas, Kera menagih janji kepada Harimau untuk segera masuk kembali ke dalam kerangkeng.
"Dasar kera
bodoh!"
tiba'tiba Harimau menerkam Kera dari belakang."Sudah lima hari aku berada di dalam kerangkeng. Ma-jikanmu tak
memberiku makan. Perutku sangatlapar, maka sudah
sepantasnyakamu
kujadikan santapanku!""Pengkhianat!" protes Kera "Kau meng-
ingkari
janjimu, Harimau!""Aku
minta keadilan!""Kamu mau minta keadilan
kePada siapa?" tantang Harimau. Kebetulan Kan- cil lewat di tempat itu. Kancil mendengar- ldeologi Cerita Sang Kancil dan lmplikasinya dalam Pendidikan Anak UsiaDini
143kan pengaduan Kera dan Harimau. Kancil mengerti akan akal busuk si Harimau, te-
tapi ia pura-pura tidak
memahami per- soalannya."Aku
belum paham, bagaimana duduk masalahnya?" kata Kancil."Kalian
jelas-kan
saja masalahini di
tempat kejadian yang sesungguhnya agar aku dapat mem-berikan keputusan
denganadil!"
sam- bungnya."Kalau begitu kita harus menuju ke ke- rangkeng majikanku," kata Kera. Harimau pun setuju. Ia berkata, "Baiklah kita ke sa-
na! Tapi kau harus bisa memutuskan se- cara adil. Jika tidak maka aku akan terkam kau Kancil, akan kulumat-lumat tubuhmu bersama tubuh Si Kera bodoh
ini!"
Ketika sampai di tempat Pemburu, Kan-
cil menyuruh
Kera danHarimau untuk
memeragakan kejadiandari
awal."Nah lakukanlah
supayaaku
bisa memahamiduduk
perkaranya."Kera dan
Harimau
setuju. Mula-mula Harimau disuruh masuk ke dalam kerang- keng. SetelahHarimau
masuk ke dalamkerangkeng, Kera menutup pintu
dan menggemboknya kembali. Kancil berkata,"Selesai sudah. Kini aku sudah jelas duduk perkaranya."
Cerita
itu ingin
mengatakan bahwa ber- buat licik atau tipu muslihat diperbolehkan asal tujuannya untuk kebaikan, misalnya untuk me-nolong
oranglain
yang sedang menghadapi masalah. Jika ideologi sepertiitu
diajarkan ke- pada anak usiadini,
malapetaka akan terjadi.Anak akan mencatat dengan tinta emas dalam
memorinya. Mereka
akan membuka, mem- baca, dan mempraktikkannyajika
ada kesem- patan, baik ketika mereka masih kecil, ketika remaja, ketika dewasa, bahkan ketika mereka menjadi pegawai, guru, politikus, pebisnis, atau pejabat negara.Saya tidak tahu, apakah cerita Robin Hood (cerita rakyat
di
Inggris) merupakan transfor- masi dari ceritaini
atau sebaliknya. yang jelas bahwa ideologi "menolong" telah dipraktikkan dalam dunia nyata. Karenanya, jangan heranjika
ada guru mengajari anakdidiknya
ketikaujian
nasional (UN), membiarkan anak men- contek, atau guru mengatrol nilai supaya lulus dengandalih
menolong siswa. Labih ekstrimlag|
ada orang berkorupsi untuk membangun pondok pesantren, sekolah, masjid, jalan, dansebagainya. Bahkan, yang dilakukan
olehteroris lebih
tragis. Mereka merampok bankdan membunuh
dengandalih untuk tujuan melaksanakan ajaran
agama,yaitu untuk
kepentingan
jihad di
jalan Allah.Orang tua dan guru dituntut untuk melak-
sanakan tugas-tugas perkembangan
anakpada periode tertentu, misalnya kgtika anak pa- da
umur
usia TK. Apabila tugasitu
dapat di- laksanakan dengan baik maka akan membawa kesuksesanbagi anak dalam
menuntaskan tugas selanjutnya. Jika dalam mengisi tugas- tugas perkembangananak
gagal, maka akanmenimbulkan problem
pada anak, kesulitan dalam menyelesaikan tugas selanjutnya, bah- kan berakibat pada penolakan oleh masyarakat.Salah satu tugas orang
tua dan guru
dalam mengisi perkembangan anak ialah menanam- kan ideologi, moralitas, nilai-nilai kepribadian anak, sosial, dan cita-cita yang harus diraih3(lihat Yusuf LN,
201,1:65;Baharuddin,
2009:78
-79).
4.1.4 Transformasi
Ideologi
SangKancil
ke Dalam Cerita yang LainCerita Sang Kancil sangat berhasil dalam menyebarkan ideologi yang dibawanya. peng- asuhan ideologi dilakukan melalui tokoh feno- menal dengan label kecerdikan yang luar biasa.
Sang Kancil dengan ideologinya telah ditrans- formasikan ke dalam berbagai-bagai cerita anak
3
Jugas rygngisi tahapan perkembangan anak dengan ideologi, moralitas, nilai-nilai kepribadian anak, sosial dicontohkan oleh Luqmanul-Hakim yang dikisahkan dalam Alquran, Surat Luqmarl Ayat 13-1g.L44 Widyapanui,
Volume 41., Nomor 2, Desember 2013di
Indonesia(lihat
Salam, 2009). Dan, cerita- ceritaitu
telah menjadi media pendidikan anakyang sudah berlangsung
berabad-abadla-
manya.Ada
cerita yang masih menggunakan to-koh
Kancil, yang barangkali oleh pengarang-nya dimaksudkan untuk "pencitraan"
pada SangKancil. Judul ceritanya "Kancil Ingin
BuahMentimun".
Ceritaitu
berkisah tentang Sang Kancil yang menginginkan buah kesuka- annya, mentimun. Akan tetapi, yang dilakukan oleh Sang Kancil dalam ceritaitu
tidak dengancara mencuri. Akan tetapi, dia
menanammentimun
sendiri karena SangKancil
sudah bertobat dari kebiasaannya mencuri mentimun.Benar juga, setelah Sang Kancil mengintip sekian lama pada Pak Tani tentang bagaimana cara menanam mentimun yang baik, akhirnya dia bisa menanam mentimun sendiri di ladang.
Usaha Sang
Kancil pun
sangat memuaskan:tanaman mentimunnya tumbuh subur
dan berbuah sangat lebat. Kancil bisa berpesta-ria buah mentimun setiap hari.Hal
yangperlu
digarisbawahidari
ceritaitu ialah
cara SangKancil
memperolehilmu
tentang menanammentimun,
entah disadari atau tidak oleh pengarangnya,sang Kancil me-lakukannya dengan cara yang licik, yaitu
mengintip. Mengapa Sang Kancil tidak melaku- kannya dengan cara membaca
buku
tentangteknik
menanammentimun,
alau dapat iuga, sebelum Sang Kancil menanam mentimun, dia berguru terlebih dahulu kepada Pak Tani. Jika Sang Kancil membaca buku, akan muncul pen-didikan
kepada anakuntuk
gemar membaca' Jika Sang Kancil berguru kepada Pak Tani, ceri- taitu
mengajarkan kepada anak tentang ber- sosialisasi dan menghormati orang lain. Ideo-logi
dalam cerita sering tersembunyi.Anak dilahirkan
dengan kapasitasuntuk
belajar, tetapi mereka belum mempunyai pola dan sikap dalam situasi tertentu. Menyamakan
dirinya
dengan oranglain,
misalnya dengan tokoh dongeng (Kancil), merupakan salah satumekanisme
penting belajar yang
dilakuka-n oleh anak-anak (lihatBurhanuddir;
2009:135).Karenanya/
orang tua,
gttttT, dan pengarang haruslebih
cermat,teliti,
dan hati-hati ketika ceritaitu
hendak diberikan kepada anak-anak.5. Simpulan
Pengasuhan ideologi yang terdapat dalam dongeng Sang
Kancil
sesungguhnya sangat terbuka. Bahkan, ideologi Sang Kancil tentang kecerdikan (kelicikan dantipu
muslihat) men-jadi
sesuatu yang ditonjolkan hampir pada se-luruh
cerita yang melipatkan tokoh Sang Kan-cil.
Karenanya, sangat logisjika
Sang Kanciltidak diceritakan lagi kepada
anak-anak.Mungkin sudah saatnya Sang Kancil segera di-
sembelih-melanjutkan
keinginan PakTani-
kemudian dimasak untuk berpesta-ria. Artinya, sudah saatnya dongeng Sang Kancil dilupakan.
Selain hal
itu,
guru-guru pada PAUD ha- rus membekalidiri
dengan pengetahuanuntuk menilai
cerita anak. Seorangguru
dan orang tua harus dapat memilah danmemilih
ceritayang akan dijadikan sebagai media pendidikan anak
usia dini.
Wallahu'alam.***Daftar
PustakaAlquran dan Terjemahnya. Departemen Agama RI.
Arikunto,
Suharsimi. 2002. Presedur Penelitian:suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Azhary, Hardiman El.2007. "Pembelajaran
di TK
LebihEfektif
denganCerita".
DalamKedaulatan Rakyat, 5 Desember 2007,
p'
15.Azhim,
SyakirAbdul.
2002. Membimbing AnakT erampil B erb ahasa. Terjemahan Syihab- buddin. Jakarta: Gema Insani Press.
Bunanta,
Murti.
1998. Problematika Penulisan Cerita Rakyat:untuk Anak di
lndonesia.Jakarta: Balai Pustaka.
Burhanuddin.
2009. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan.Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
ldeologi Cerita Sang Kancil dan lmplikasinya dalam Pendidikan Anak Usia
Dini
1,45Danandjaja, James. 1991,. Folklor Indonesia: llmu Gosip, Dongeng, dan Lain-Lain. Jakarta:
Grafiti.
Djamaris, Edwar. 1993.
"Nilai
Budaya SastraNusantara: Nilai Budaya dalam
KabaMagek Manandin". Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.---. 1993. Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik. Jakarta: Balai Pustaka.
Tim
Redaksi KBBI. 2008. Kamus Besar Bahasa lndonesia. Jakarta: Balai Pustaka.Kusmiadi dkk.,
2008. "Strategi PembelajaranPAUD Melalui Metode Dongeng
bagi PendidikPAUD'.
D alamlunul
llmiah VlSlPTI(-PNF, Vol. 3, Nomor 2, hlm. 198
-
203.Musbikin, Imam.
2004.Mendidik Anak
ala Shinchan. Yogyakarta:Mitra
Pustaka.Nurgiyantoro, Burhan.
2010. Sastra Anak:Pengnntnr
PemahamanDunia
Anak.Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Salam,
Aprinus.
2009. "DoneengKancil
danKemungkinan Implikasi
Bud ayanya,, .Dalam lbda: lurnal Studi lslam dan Budaya,
Nomor
1,Vol.
7,hlm.29--44,.Santoso, Riyadi
dkk.
2006. "sastra Abak seba- gai Wahana Pengenalan dan Pengasuhan Ideologi: Sebuah Kajian Wacana. Dalam Jurnal Penelitian Humaniora, Juni 2006, hlm.64-83.
Stephens, John.1992. Langunge and ldeologi in Children's Fiction. London and New
york:
Longman.
Sudaryanto.
20O3. Metode dan Aneka Teknik Analisis Dalq: Pengantar Penelitinn Wacana.Yogyakarta: Duta
WacanaUniversity
Press.
Suwondo,
Tirto.
2003. Studi Sastra: BeberapaAlternatif. Yogyakarta: