PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Dampak Konflik Politik Terhadap Kajian Hadits Pascaperang Ṣiffīn”. oleh Ali bin Abi Thalib. Akibat dari tahkim shiffin tersebut adalah tercopotnya Ali bin Abi Thalib dan Muawiya bin Abi Sufiyan dari jabatannya. Perselisihan antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan serta dampak arbitrase terhadapnya.
Pengalaman Ali bin Abi Thalib dalam pemerintahan yaitu keikutsertaannya dalam pemerintahan Islam dimulai pada masa Nabi Muhammad SAW. Ali bin Abi Thalib aktif dalam setiap peperangan dan selalu dipercaya membawa panji Islam. Pada masa pemerintahan Abu Bakar Ali bin Abi Thalib, beliau dipercaya sebagai Sekretaris penyelenggaraan pemerintahan di wilayah tengah.
Selain menjadi penasehat hukum ahli, Ali bin Abi Thalib juga dipercaya menjadi ahlinya. Hal ini menimbulkan konflik berkepanjangan antara pendukung Ali bin Abi Thalib dan pendukung Muawiyah bin Abi Sufyan71. Sebagai bentuk perjuangan Muawiyah melawan Khalifah Ali Bin Abi Thalib yang disebabkan oleh meninggalnya Usman Bin Affan.
Peperangan ini menjadi tonggak pertama perjuangan Mawiyah menentang Ali Bin Abi Talib dalam perkembangan sosial dan politiknya. Pada zaman Khalifah Ali bin Abi Talib banyak berlaku kekacauan politik dan pemberontakan yang menyebabkan keadaan negara tidak stabil. 79 Audah Ali, Ali bin Abi Talib mencapai Hasan dan Hussein, (Jakarta: Litera Antar Nusa Pustaka Nasional, 2010), hlm.204.
Pertempuran ini merupakan perang pertama yang terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib dan merupakan bagian dari Perang Saudara Islam Pertama. Bangkitnya ilmu kalam dalam Islam diawali dengan peristiwa tahkim atau arbitrase antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan. Konflik politik antara Ali bin Abi Thalib dan Mu'awiyah Ibnu Abi Sufyan diakhiri dengan tahkim.
Ali bin Abi Thalib dalam masa pemerintahannya yaitu keikutsertaannya dalam pemerintahan Islam dimulai pada masa Nabi Muhammad SAW.
Defini Istilah / Pengertian Judul
Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu
Landasan Teoritis
Menurutnya, masyarakat selalu berada dalam proses yang bercirikan konflik (conflict) yang bersifat sentral.29 Teori konflik memandang bahwa tatanan yang ada dalam masyarakat hanya disebabkan oleh tekanan atau pembebanan kekuasaan dari atas oleh kelompok yang berkuasa. Cambell merupakan suatu struktur sosial yang pada akhirnya mengandung konflik-konflik interval dan kontradiksi-kontradiksi.30 Konflik dalam kehidupan dapat diasumsikan sebagai suatu kenyataan karena konflik dapat timbul antara individu dengan individu, individu dengan komunitas komunitas, atau antar komunitas komunitas. Konflik sosial merupakan fenomena inheren yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan manusia, namun dalam sejarah peradaban manusia tercatat banyak konflik yang muncul pada masa tersebut.
Setelah kemenangan kaum proletar atas kelompok borjuis dalam konflik kelas, maka dapat dibangun sebuah peradaban yang ideal.32 Konsep teoritis konflik sosial menunjukkan bahwa konflik dan perselisihan dalam bentuk apapun selalu ada dalam realitas sosial, bahkan pendapat Dahrendorf dengan tegas menyatakan bahwa konflik selalu ada. konflik ada dalam masyarakat antara lapisan atas dan bawah.33 Konflik sendiri bisa muncul dimana saja, kapan saja dan selalu ada dalam masyarakat. Jika kita memahami perubahan sosial sebagai suatu perubahan yang diakibatkan oleh adanya unsur-unsur yang saling bertentangan dalam setiap masyarakat, maka setiap masyarakat sebenarnya mengandung gejala-gejala konflik dalam dirinya dan kemudian secara sadar berkontribusi terhadap terwujudnya disintegrasi dan perubahan sosial..36. Dalam realitas sosial, tidak ada individu yang mempunyai karakter yang sama, sehingga perbedaan pendapat, tujuan dan keinginan mempengaruhi timbulnya konflik sosial.
Pola budaya yang berbeda akan menimbulkan perbedaan kepribadian dan pola perilaku pada berbagai kelompok sasaran. Selanjutnya perbedaan budaya akan menimbulkan sikap etnosentrisme, yaitu sikap terhadap kelompok lain bahwa kelompoknyalah yang terbaik.42 Jika masing-masing kelompok hidup bermasyarakat sama-sama mempunyai sikap tersebut, maka sikap tersebut akan menimbulkan konflik antar penganut budaya. Dengan demikian, perubahan sosial tersebut secara tidak langsung dapat dilihat sebagai penyebab (meningkatnya) konflik sosial. Perubahan sosial yang cepat dalam masyarakat akan mengakibatkan perubahan pada sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Masuk akal jika perubahan sosial terjadi dengan sangat cepat, maka perubahan sistemik dalam masyarakat juga akan semakin cepat dan pada akhirnya membawa perubahan pada sistem nilai yang dominan. Jika terjadi konflik antar kelompok maka solidaritas antar anggota dalam masing-masing kelompok akan meningkat pesat. Solidaritas dalam kelompok yang sulit dibangun dalam keadaan normal, akan segera meningkat pesat ketika terjadi konflik dengan pihak luar.
Konflik dalam masyarakat biasanya mendorong anggota masyarakat yang tadinya pasif menjadi aktif memainkan peran tertentu dalam masyarakat.46. Artinya, dalam suatu kelompok yang mengalami konflik, seseorang atau sekelompok orang yang tadinya berkepribadian pendiam, sabar menjadi kasar, agresif, dan mudah marah, apalagi jika konflik tersebut berakhir dengan kekerasan.
Kerangka Pikir
- Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang proses pengumpulan datanya melalui proses penelitian kepustakaan (library study), yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara membaca atau mempelajari buku-buku, jurnal dan media internet atau literatur naskah yang telah ditransliterasikan dan diterjemahkan berkaitan dengan permasalahan yang ada. yang akan dibahas Mengenai dampak arbitrase terhadap lahirnya teologi politik dalam Islam. Penelitian ini akan menjelaskan suatu peristiwa atau fenomena yang terjadi di masa lalu mengenai dampak arbitrase terhadap lahirnya teologi politik dalam Islam. Heuristik berasal dari bahasa Yunani heuristic yang berarti mencari atau mengumpulkan sumber.59 Heuristik adalah kegiatan mencari dan menemukan sumber-sumber yang diperlukan, 60 dalam hal ini sumber-sumber sejarah yang akan dikelola dalam penelitian ini.
Penelitian ini juga merupakan penelitian sejarah yang proses pengumpulan datanya melalui proses penelitian kepustakaan. Sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari literatur, jurnal, ensiklopedia dan internet yang berhubungan dengan judul penelitian. Setelah sumber-sumber yang berkaitan dengan penelitian ini terkumpul, langkah selanjutnya adalah melakukan kritik sumber, baik internal maupun eksternal.62 Kritik internal adalah menyeleksi informasi yang terkandung dalam sumber sejarah, terlepas dari apakah informasi tersebut dapat dipercaya atau tidak.
Sedangkan kritik eksternal adalah pemilihan keaslian suatu sumber terkait dengan materi yang digunakan sumber tersebut.63. Dalam penelitian ini kritik dilakukan dengan cara membandingkan tulisan yang satu dengan tulisan yang lain untuk memperoleh data yang akurat mengenai pengaruh arbitrase terhadap lahirnya teologi politik dalam Islam. Para sarjana pertama-tama harus memiliki bias negatif atau ketidakpercayaan terhadap sumber-sumber sejarah yang tinggi.
Dalam penelitian ini kritik dilakukan dengan cara membandingkan tulisan yang satu dengan tulisan yang lain guna memperoleh data yang akurat mengenai dampak arbitrase terhadap lahirnya teologi politik dalam Islam. Setelah terkumpul data mengenai dampak arbitrase terhadap lahirnya teologi politik dalam Islam, langkah selanjutnya adalah melakukan kritik sumber. Analisis dilakukan terhadap sumber-sumber yang berkaitan dengan judul penelitian ini, kemudian dideskripsikan dan disintesiskan pada sumber-sumber tersebut.
Tahapan ini menjelaskan bagaimana seorang peneliti menganalisis sumber-sumber yang diperoleh dengan judul, kemudian menguraikannya dengan menggunakan teori yang digunakan peneliti, kemudian menafsirkan fakta-fakta sejarah dan merangkai fakta-fakta tersebut menjadi sesuatu yang masuk akal. Ketika memasuki tahap menulis, Anda harus mengerahkan seluruh kekuatan mental Anda, tidak hanya kemampuan teknis dalam penggunaan kutipan dan catatan, tetapi yang terpenting adalah penggunaan pemikiran kritis dan analisis penulis, karena pada akhirnya penulis menghasilkan sintesis dari seluruh hasil penelitian dalam suatu penelitian lengkap yang disebut historiografi untuk mengetahui dampak arbitrase terhadap lahirnya teologi politik dalam Islam yang dilakukan oleh para peneliti.
KRONOLOGI MUNCULNYA ARBITRASE
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib diangkat dan dipercaya sebagai penasihat ahli hukum untuk menentukan hukum suatu perkara. Terpilihnya Ali bin Abi Thalib dipilih dalam suasana kekacauan umat Islam dan penuh fitnah akibat terbunuhnya Khalifah Usman Bin Affan. Protes Muawiyah bukan karena ketidaksepakatan dengan kedudukan pribadi Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, melainkan Muawiyah menuntut agar pembunuh khalifah Usman bin Affan diselidiki terlebih dahulu baru kemudian khalifah dipilih dan diangkat.
Kita tahu bahwa Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah seorang pemuda yang masuk Islam dan merupakan seorang yang pemberani karena dibesarkan oleh Nabi Muhammad SAW hingga dewasa. Setelah Ali Bin Abi Thalib dilantik menjadi khalifah menggantikan mendiang khalifah Usman, bukan berarti semuanya beres di sini. Kebijakan seperti ini terbukti menjadi kendala dan permasalahan bagi Ali bin Abi Thalib dalam menjalankan pemerintahan sehingga hampir sepanjang masa pemerintahan Ali dapat dikatakan tidak pernah lepas dari konflik80.
Perang Yamal terjadi pada tahun 656 di Basra, Irak, antara pasukan Ali bin Abi Thalib, sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad SAW, melawan pasukan Aisyah istri Nabi Muhammad SAW. Ilmu Kalam kemudian lahir ketika terjadi perselisihan politik pada masa Ali bin Abi Thalib dan Muawiya bin Abu Sufyan. Peristiwa Arbitrase terjadi pada masa Perang Shifin tahun 657 M, yaitu pertempuran antara kubu Ali bin Abi Thalib dan Muawiya bin Abu Sufyan.
Pihak ketiga yang melakukan perundingan dengan rival politik tersebut adalah Amr bin Ash dari kubu Muawiyah dan Abu Musa Al-Asjari dari kubu Ali bin Abi Thalib. Keputusan tahkim ini langsung ditolak oleh kubu Muawiyah, disusul oleh kubu Ali bin Abi Thalib85. Dimana terjadinya peperangan antara Ali Bin Abi Thalib dan Muawiyah ini karena tidak diselidiki dan karena adanya perebutan kekuasaan.
Pertempuran ini terjadi pada tanggal 1 Safar tahun 37 Hijriah antara dua kubu yaitu Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan di tebing Sungai Furat (Syam) yang kini berada di Suriah. Mereka sebenarnya adalah pengikut Ali yang kemudian meninggalkan barisan Ali bin Abi Thalib, karena tidak setuju dengan sikap Ali mengenai Tahkim (arbitrase) sebagai jalan keluar dalam menyelesaikan perselisihan antara Khalifah Ali dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan tidak. Ali bin Abi Thalib selalu aktif dalam setiap pemerintahan Islam, khususnya pada masa Abu Bakar dan Umar bin Khattab.
Selain sebagai penasehat hukum, Ali bin Abi Thalib juga dipercaya menjadi anggota dewan syura yang bertujuan untuk menentukan penerus Umar bin Khattab sepeninggalnya. segi pendidikan agama.