• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Ekonomi dan Pengelolaan

N/A
N/A
Fitrahwati Nur

Academic year: 2024

Membagikan " Dampak Ekonomi dan Pengelolaan"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN

Bencana alam adalah bencana yang menimbulkan kerugian material dan korban jiwa namun juga berdampak pada perekonomian masyarakat.

Dalam skala tertentu, bencana alam dapat melumpuhkan perekonomian dengan merusak infrastruktur, mengganggu jaringan komunikasi, menimbulkan wabah penyakit, gagal panen, dan masih banyak lagi.

Bencana alam menimbulkan kerusakan fisik dan korban jiwa secara langsung yang dapat mengakibatkan menurunnya efisiensi perekonomian daerah.

Bencana Alam merupakan bencana yang terjadi akibat terganggunya keseimbangan komponen-komponen alam tanpa campur tangan manusia.

Bencana alam di Indonesia disebabkan oleh karena indonesia terletak diantara tiga pertemuan lempeng yaitu Indo-Australia yang bergerak ke utara, lempeng Eurasia yang bergerak ke selatan, dan lempeng Pasifik yang bergerak dari timur ke barat. Kerugian material dan mental menunjukkan bahwa bencana alam terhadap perekonomian daerah tidak hanya berdampak negatif namun justru dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi baru di daerah yang terkena dampak. Pada saat yang sama (Hochrainer- Stigler, 2009) menegaskan bahwa bencana alam diperkirakan akan mengganggu kegiatan perekonomian dalam jangka pendek karena kerusakan langsung dan tidak langsung yang ditimbulkannya.

(2)

B. Rumusan Masalah

Bencana adalah suatu rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan manusia karena faktor alam dan/atau tidak alami serta faktor manusia sehingga menimbulkan kerugian bagi manusia, kerusakan lingkungan hidup, properti, dan aset.

Rumusan masalah sebagai berikut :

1. Pengertian bencana alam dan mitigasi bencana.

2. Bagaimana mengetahui risiko bencana alam?

3. Apa saja mitigasi dari bencana alam?

C. Tujuan

1. Menjelaskan definisi bencana alam dan mitigasi bencana,

2. Menjelaskan penilaian risiko bencana alam,

3. Menjelaskan mitigasi bencana alam.

D. Batasan Masalah

Untuk mencapai tujuan pembuatan tugas ini maka masalah yang dibahas akan dibatasi pada hal-hal berikut:

1. Gempa Bumi 2. Tanah Longsor 3. Banjir

4. Abrasi 5. Tsunami 6. Kebakaran 7. Angin kencang E. Manfaat

Untuk mendapatkan pemahaman dan wawasan mengenai mitigasi bencana alam mulai dari defensi, tujuan mitagasi bencana, dan jenis – jenisnya dengan membuatnya sebagai laporan tugas mata kuliah mitigasi bencana .

(3)

A. Bencana

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a. Pengertian Bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan menganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan llingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis dan di luar kemamouan masyarakat dengan segala sumber dayanya.

Namun pada daerah dengan bahaya dan kerentanan tinggi, dampaknya tidak akan sebesar jika masyarakat mempunyai kemampuan dalam menghadapi bencana alam (ketahanan pascabencana). Konsep ketahanan bencana adalah penilaian terhadap kapasitas sistem dan infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah, dan mengelola tantangan kritis yang muncul.

Bencana alam

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkain peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa:

 Gempa bumi adalah goncangan yang mengguncang suatu daerah mulai dari yang tingkat rendah sampai tingkat tinggi yang membahayakan. Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak.

(4)

Gambar : Bencana Gempa

(Sumber: gambar.wanitabaik.com)

 Tanah longsor merupakan peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan massa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Tanah longsor dapat pula diartikan dengan peristiwa perpindahan material dari tempat yang tinggi ketempat yang lebih rendah.

Gambar: Bencana Longsor (Sumber: B l o g s p o t . c o m )

 Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan yang biasanya kering. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau

(5)

danau yang meluap atau melimpah akibat curah hujan yang tinggi atau yang berlangsung secara terus menerus.

Gambar: Bencana Banjir (Sumber: m-update.com)

 Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut.

Gambar: Abrasi

(Sumber: Twibbon.github.io)

 Tsunami adalah serangkaian gelombang yang disebabkan oleh gempa bumi atau letusan gunung berapi bawah laut. Di kedalaman lautan, gelombang tsunami tidak secara dramatis meningkat. Tetapi saat ombak bergerak ke daratan, mereka membangun ketinggian yang lebih tinggi saat kedalaman laut berkurang.

(6)

Gambar: Bencana Tsunami (Sumber: androphedia.com)

 Kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai

dengan timbulnya api/penyalaan. Kebakaran sering diakibatkan oleh faktor alam seperti akibat sambaran petir, kekeringan yang berkepanjangan, dan lain sebagainya. Kebakaran menyebabkan dampak yang luas akibat asap kebakaran yang menyebar ke banyak daerah di sekitarnya.

Gambar: Bencana Kebakaran (Sumber: Blogspot.com)

B. Mitigasi Bencana

Bencana banyak menimbulkan berbagai penderitaan dan kerugian, karena itulah muncul pengelolaan penanggulangan bencana atau yang lebih

(7)

dikenal dengan mitigasi bencana. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Mitigasi terbagi menjadi 2 bagian yaitu mitigasi struktural dan mitigasi no-struktural. Mitigasi strukural merupakan upaya untuk meminimalkan bencana yang dilakukan melalui pembangunan berbagai prasarana fisik dan menggunakan pendekatan teknologi sedangkan mitigasi non-struktural adalah upaya mengurangi dampak bencana selain dari upaya tersebut diatas. Bisa dalam lingkup upaya pembuatan kebijakan seperti pembuatan suatu peraturan.

C. Penilaian Risiko

Untuk mengetahui mitigasi bencana maka diperlukan risiko. Risiko adalah Besarnya kerugian atau kemungkinan terjadi korban manusia, kerusakan dan kerugian ekonomi yg disebabkan oleh bahaya tertentu di suatu daerah pada suatu waktu tertentu. Tahap risiko yaitu dengan mencari aspek-aspek nilai dari bahaya (Hazard) dan Kerentanan (Vulnerability) dengan menggunakan Rumus risiko yaitu:

Risiko = Hazard x Vulnerability.

a. Penilaian Hazard

Bahaya (Hazard) adalah ancaman/bahaya yang ditimbulkan oleh phenomena alam yang luar biasa yang berpotensi merusak atau mengancam kehidupan manusia, menyebabkan kehilangan harta- benda, mata pencaharian, dan/atau kerusakan lingkungan. Analisis penilaian Hazard untuk mengidentifikasi karakteristik bahaya bencana dengan menggunakan metode pembobotan.

Pengidentifikasian karakteristik bahaya bencana alam dengan diawali gambaran karakteristiknya yakni :

(8)

Karakteristik Hazard pada Bencana Banjir, Bencana Longsor, Bencana Abrasi, Bencana Gempa Bumi dan Bencana Kebakaran yaitu:

1. Frekuensi, yaitu seberapa sering bencana terjadi. Kriteria penilaian setiap bencana yaitu :

Nilai 1 jika 1 kali terjadi Nilai 2 jika 2 kali tejadi Nilai 3 jika >3 kali terjadi 2. Intensitas

 Bencana untuk banjir diukur berdasarkan tingginya genangan air, kriteria penilaian bencana banjir yaitu:

Nilai 1 jika tingginya 10-50 cm Nilai 2 jika 2 tingginya 50-1 m Nilai 3 jika >3 tingginya 1-3 m

 Bencana longsor diukur berdasarkan tekstur tanah, penilaian bencana longsor yaitu diberi nilai satu pada tekstur tanah.

 Bencana abrasi diukur berdasarkan kenaikan muka laut, penilaian bencana abrasi yaitu diberi nilai satu jika ketinggian muka laut <20 centimeter pertahun

 Bencana gempa bumi diukur berdasarkan magnitude gempa, kriteria penilaian bencana gempa bumi yaitu:

Nilai 1 jika <3 Magnitude Nilai 2 jika <6 Magnitude Nilai 3 jika <10 Magnitude

3. Dampak, diukur dari seberapa banyak korban akibat bencana (baik yang luka-luka, hilang maupun yang meninggal) dan adanya kerusakan pada fasilitas umum. Kriteria penilaian bencana yaitu:

Nilai 1 jika terjadi 1-3 wilayah yang tidak terdapat korban

(9)

jiwa dan kerusakan

Nilai 2 jika terjadi 1-3 wilayah yang tidak terdapat korban jiwa dan terdapat kerusakan

Nilai 3 jika terjadi >3 wilayah yang terdapat korban jiwa dan terdapat kerusakan

4. Keluasan, diukur luasnya daerah yang terkena bencana alam.

Kriteria penilaian untuk bencana banjir yaitu:

(10)

Nilai 1 jika terjadi hanya 1 desa Nilai 2 jika terjadi pada 2-3 desa Nilai 3 jika terjadi pada >3 desa Kriteria penilaian Bencana longsor yaitu:

Nilai 1 jika terjadi hanya 5-20 meter Nilai 2 jika terjadi pada 20-100 meter Nilai 3 jika terjadi pada >100 meter Kriteria penilaian bencana abrasi yaitu:

Nilai 1 jika terjadi seluas <5 km2 Nilai 2 jika terjadi seluas <10 km2 Nilai 3 jika terjadi seluas >10 km2 Kriteria penilaian gempa bumi yaitu:

Nilai 1 jika terjadi seluas <5 km2 Nilai 2 jika terjadi seluas <10 km2 Nilai 3 jika terjadi seluas >10 km2

Kriteria penilaian Luas daerah yang terkena kebakaran:

Nilai 1 presentase luas lahan yang terdampak sebesar 0- 25%;

Nilai 2 presentase luas lahan yang terdampak sebesar 25- 75%;

Nilai 3 presentase luas lahan yang terdampak sebesar 75- 100%.

5. Uluran Waktu

 Bencana untuk banjir diukur berdasarkan lamanya genangan air, kriteria penilaian yaitu:

Nilai 1 jika lama genangan < 3 hari Nilai 2 jika lama genangan < 1-2 minggu Nilai 3 jika lama genangan < 2-4 minggu

(11)

 bencana longsor diukur berdasarkan lama pembersihan lokasi terjadinya tanah longsor, kriteria penilaian bencana

longsor yaitu:

Nilai 1 jika lamanya dibersihkan < 3 hari Nilai 2 jika lamanya dibersihkan < 1-2 minggu Nilai 3 jika lamanya dibersihkan < 2-4 minggu

 Bencana abrasi diukur berdasarkan lamanya perubahan durasi tersebut, kriteria penilaian bencana yaitu:

Nilai 1 jika Abrasi berlangsung selama < 1 minggu.

Nilai 2 jika Abrasi berlangsung selama 1-4 minggu.

Nilai 3 jika Abrasi berlangsung selama >4 minggu.

 Bencana gempa bumi diukur berdasarkan lamanya gempa terjadi, kriteria penilaian bencana gempa bumi yaitu:

Nilai 1 jika lamanya gempa 10 detik Nilai 2 jika lamanya gempa < 15 detik Nilai 3 jika lamanya gempa > 1 menit

 Bencana kebakaran diukur berdasarkan lamanya api dipadamkan, kriteria penilaian bencana gempa bumi yaitu:

Nilai 1 jika berlangsung selama <5 jam Nilai 2 jika berlangsung selama <10

Nilai 3 jika angin berlangsung selama >10 jam

6. Akibat, diukur berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh bencana.

Penilaian akibat yaitu berdasarkan besarnya tingkat kerentanan 1- 3.

b. Penilaian Kerentanan (Vulnerability)

Kerentanan (Vulnerability) adalah keadaan atau kondisi yang mengurangi kemampuan masyarakat untuk mempersiapkan diri

(12)

untuk menghadapi bahaya atau ancaman bencana. Faktor-faktor kerentanan yaitu:

Kerentanan banjir yaitu: Ketinggian bangunan, pondasi bangunan, material bangunan, desain bangunan, kepadatan bangunan, pengaman banjir, drainase, pengetahuan masyarakat tentang bencana banjir, mental masyarakat, pengalaman masyarakat terhadap bencana,

Kerentanan tanah longsor yaitu: Ketinggian bangunan, pondasi bangunan, material bangunan, desain bangunan, kepadatan bangunan, pengaman longsor, pengetahuan masyarakat tentang bencana longsor, mental masyarakat dan pengalaman masyarakat terhadap bencana longsor.

Kerentanan abrasi yaitu: Ketinggian bangunan, pondasi bangunan, material bangunan, desain bangunan, kepadatan bangunan, pengetahuan masyarakat tentang bencana abrasi, mental masyarakat dan pengalaman masyarakat terhadap bencana abrasi.

Kerentanan gempa bumi yaitu: Ketinggian bangunan, pondasi bangunan, material bangunan, atap bangunan, jenis bangunan, kepadatan bangunan, pengetahuan masyarakat tentang bencana gempa bumi, mental masyarakat, pengalaman masyarakat terhadap bencana gempa bumi dan kepadatan penduduk

Kerentanan kebakaran yaitu: Pemukiman dan lahan tebu, fasilitas/pengaman kebakaran, pengetahuan masyarakat tentang bahaya kebakaran, mental masyarakat akan bencana kebakaran, dan pengalaman masyarakat dalam menghadapi kebakaran.

(13)

BAB III BENCANA BANJIR

1. Area Terjadi

Bencana Banjir terjadi di Kabupaten Bulukumba, khususnya yang terjadi di kecamatan Ujung Loe, Kecamatan Herlang Desa Sappang dan Desa Borong, dan Kecamatan Bontotiro.

2. Waktu Terjadi Banjir terjadi pada:

 28 Mei 2017

 25 November 2018

 17 Mei 2019

 26 Mei 2020

 8 Juni 2021 3. Magnitude

Ketinggian air banjir yang melanda Kecamatan Donri-D0nri ±75 centimeter atau setinggi lutut orang dewasa.

(14)

4. Penyebab

 Curah hujan tinggi yang berlangsung selama beberapa hari terakhir,

 Meningkatnya debit air sungai Sungai WalanaE.

5. Kerugian

 Rumah terendam

 Sawah terendam

 Akses jalan terendam/terganggu

 Fasilitas umum terendam

6. Akibat

 Sejumlah jalan trans dan rumah warga terendam banjir

 mengakibatkan tanah longsor

 Duatembok tanggul irigasi di Kecamatan Rilau Ale mengalami kerusakan.

 memutuskan akses jalan poros Soppeng-Sidrap akibat kemacetan

 merendam rumah ibadah dan sekolah

 aktivitas warga lumpuh total

 lahan pertanian terendam oleh air dengan ketinggian air 100 cm.

 Kerugian 57 ternak yang terseret arus sungai dan sapi yang ditemukan dalam keadaan mati

(15)

7. Tabulasi risiko

Tahun Jumlah

Kejadian Sawah (Ha) Rumah (Unit) Fasilitas

2017 1 40

(Terendam) (Terendam)

-Jalan (Terendam) -Ternak (Terendam)

2019 2 10

(Terendam) (Terendam) -Jalan (Terendam)

2021 2 60

(Terendam) (Terendam)

-Jalan (Terendam) -Tempat Ibadah (Terendam)

-Sekolah (Terendam)

8. Hazard/bahaya

Karakteristik bahaya bencana banjir dinilai dengan 6 komponen yaitu:

frekuensi, Intensitas, dampak, luas daerah yang terkena banjir, uluran waktu dan akibat.

Frekuensi Indikator Penilaian:

Nilai 1 jika 1 kali terjadi Nilai 2 jika 2 kali tejadi Nilai 3 jika >3 kali terjadi

Tabel pengulangan banjir

Tahun Daerah Pengulangan Nilai

2017 Kecamatan Rilau Ale 1 1

2019 Kecamatan Kindang 2 2

2021 Kecamatan Gantarang 2 2

Intensitas

Banjir diukur berdasarkan tingginya genangan:

Nilai 1 jika tingginya 10-50 cm Nilai 2 jika 2 tingginya 50-1 m Nilai 3 jika >3 tingginya 1-3 m

(16)

Tabel tinggi genangan banjir

Tahun Daerah Tinggi

genangan (cm)

Nilai

2017 Kecamatan Rilau Ale 10-50 cm 1

2019 Kecamatan Kindang 75 cm 2

2021 Kecamatan Gantarang 70 cm 2

Dampak/Kerugian

Dampak diukur dari seberapa banyak korban dan adanya kerusakan rumah/fasilitas umum. Kriteria penilaian yaitu:

 Nilai 1 jika terjadi 1-3 wilayah yang tidak terdapat korban jiwa dan kerusakan

 Nilai 2 jika terjadi 1-3 wilayah yang tidak terdapat korban jiwa dan terdapat kerusakan

 Nilai 3 jika terjadi >3 wilayah yang terdapat korban jiwa dan terdapat kerusakan

Tabel dampak/kerugian

Tahun Daerah Kerusakan rumah

& fasilitas umum

Korban jiwa

Nilai

2017 Kecamatan Rilau Ale - - 1

2019 Kecamatan Kindang - - 1

2021 Kecamatan Gantarang 300 m jalan rusak - 2

Luas daerah yang terkena banjir Kriteria penilaian bencana banjir yaitu:

Nilai 1 jika terjadi hanya 1 desa Nilai 2 jika terjadi pada 2-3 desa Nilai 3 jika terjadi pada >3 desa

(17)

Tabel luasan desa berdasarkan tingkat bahaya banjir

Kecamatan Luas daerah terkena banjir Nilai Keca

matan Rilau Ale dan Ganta

rang

Desa Bonto Bangun Desa Sopa Taammaona Desa Bonto Bulaeng Desa Bukit Harapan

Desa Dannuang

42 km2 16km2 18 km2

4 km2 52 km2 35 km2 17 km2

3

Uluran waktu

Bencana banjir diukur berdasarkan lamanya genangan air, kriteria penilaian yaitu:

Nilai 1 jika lama genangan < 3 hari Nilai 2 jika lama genangan < 1-2 minggu Nilai 3 jika lama genangan < 2-4 minggu

Tabel genangan banjir

Tahun Daerah Lamanya

genangan (hari)

Nilai

2017 Kecamatan Rilau Ale 1 hari 1

2019 Kecamatan Kindang 1 hari 1

2021 Kecamatan Gantarang 1 hari 1

(18)

Akibat

Tahun Akibat Keterangan Nilai

Ada / tidak ada 2017 Banjir di Kecamatan Rilau Ale

mengakibatkan penyakit

Tidak ada -

Banjir di Rilau Ale

mengakibatkan tanah longsor

Tidak ada -

Banjir di Kecamatan Rilau Ale mengakibatkan krisis air bersih

Kecamatan Rilau Ale tidak mengalami krisis air bersih

-

Banjir di Kecamatan Rilau Ale mengakibatkan sawah terendam

Sawah di Kecamatan Rilau Ale terendam

1

Jumlah 1

2019 Banjir di Kecamatan Rilau Ale mengakibatkan penyakit

Tidak ada -

Banjir di Kecamatan Rilau Ale mengakibatkan tanah longsor

Tidak ada -

Banjir di Rilau Ale

mengakibatkan krisis air bersih

Kecamatan Rilau Ale tidak mengalami krisis air bersih

-

Banjir di Kecamatan Rilau Ale mengakibatkan sawah terendam

Sawah di Kecamatan Rilau Ale terendam

1

(19)

Jumlah 1 2021 Banjir di Kecamatan Rilau

Ale mengakibatkan penyakit

Tidak ada -

Banjir di Kecamatan Rilau Ale mengakibatkan tanah longsor

Tidak ada -

Banjir di Rilau Ale

mengakibatkan krisis air bersih

Kecamatan Rilau Ale tidak mengalami krisis air bersih

-

Banjir di Kecamatan Rilau Ale mengakibatkan sawah terendam

Sawah di Kecamatan Rilau Ale terendam

1

Jumlah 1

9. Vulnerability

Penilaian Vulnerability pada bencana banjir di Kecamatan Donri-Donri:

Tahun Kerentanan Keterangan nilai

2017

Ketinggian bangunan Kecamatan Rilau Ale rata-rata memakai rumah panggung

1

Pondasi bangunan Lumayan kuat 1

Material bangunan Kayu 1

Desain bangunan Rumah panggung 1

Kepadatan bangunan Sedikit padat 1

Pengaman banjir Kecamatan Rilau Ale mempunyai tanggul

1

Drainase Kecamatan Donri-Donri 1

(20)

mempunyai drainase Keterampilan/Pengetahuan

masyarakat tentang bencana banjir

Masyarakat kurang paham mengenai bahaya banjir dan dampaknya

3

Mental masyarakat tentang bencana banjir

Kurang 2

Pengalaman masyarakat tentang bencana banjir

Mempunyai pengalaman 1

2019

Ketinggian Bbangunan Kecamatan Donri-Donri rata-rata memakai rumah panggung

1

Pondasi bangunan Lumayan kuat 1

Material bangunan Kayu 1

Desain bangunan Rumah panggung 1

Kepadatan bangunan Sedikit padat 1

Pengaman bencana banjir Kecamatan Rilau Ale mempunyai tanggul

1

Drainase Kecamatan Rilau Ale mempunyai drainase

1

Keterampilan/Pengetahuan masyarakat tentang bencana

banjir

Masyarakat kurang paham mengenai bahaya banjir dan dampaknya

3

Mental masyarakat tentang bencana banjir

Kurang 2

Pengalaman masyarakat tentang bencana banjir

Mempunyai pengalaman 1

Ketinggian bangunan Kecamatan Rilau Ale rata-rata memakai rumah

1

(21)

2021 Panggung

Pondasi bangunan Lumayan kuat 1

Material bangunan Kayu 1

Desain bangunan Rumah panggung 1

Kepadatan bangunan Sedikit padat 1

Pengaman banjir Kecamatan Rilau Ale mempunyai tanggul

1

Drainase Kecamatan Rilau Ale mempunyai drainase

1

Keterampilan/pengetahuan masyarakat tentang bencana

banjir

Masyarakat kurang paham mengenai bahaya banjir dan dampaknya

3

Mental masyarakat tentang bencana banjir

Kurang 2

Pengalaman masyarakat tentang bencana banjir

Mempunyai pengalaman 1

10. Risiko Rumus Risiko yaitu:

Risiko = Hazard x Vulnerability

Tahun

K Daerah Hazard Vulnerability Risiko Kelas 2017 Kecamatan Rilau

Ale

9 13 117 Sangat

Tinggi 2019 Kecamatan

Kindang

11 13 143 Sangat

Tinggi 2021 Kecamatan

Gantarang

13 13 169 Sangat

Tinggi

(22)

gan :

Nilai Risiko >100 : Sangat tinggi Nilai Risiko 60-80 : tinggi Nilai Risiko 40-60: sedang Nilai Risiko 20-40 : rendah Nilai Risiko 0-20 : tidak berisiko

11. Mitigasi

Upaya Mitigasi Struktural

Mengeruk sungai-sungai dari endapan-endapan untuk menambah daya tampung air di Sungai B i j a w a n g

Membuat tembok-tembok penahan atau tanggul-tanggul di beberapa titik yang sering terjadi luapan besar sungai B i j a w a n g

Upaya Mitigasi nonStruktural

Memberikan pelatihan kepada masyarakat akan bahaya banjir yang disertai dengan pelatihan lapangan jika terjadi banjir.

Mengevaluasi tempat rawan banjir, melakukan pengamatan dan penelusuran ditempat yang rawan banjir.

Membuat peta sederhana untuk daerah yang rawan banjir.

Memberi pemahaman kepada masyarakat untuk tidak bermukin di daerah sekitar sungai yang sering di lalui luapan air.

Pemerintah daerah perlu mempertimbangkan untuk memindahkan pemukiman penduduk yang berada di daerah

rawan di lalui luapan air sungai.

(23)

BAB IV

BENCANA TANAH LONGSOR

1. Area yang terjadi

Terjadi Tanah Longsor di Das Serayu , Jawa Tengah.

2. Waktu Terjadi Longsor terjadi pada :

11/12/2021 pukul 21.00 WIB 08/04/2022 pukul 09.30 WIB

3. Magnitude

Longsor berasal dari tebing ketinggian 100 meter Material longsor panjangnya mencapai 150 meter

(24)

4. Penyebab

Struktur tanah labil dan gembur

Longsor terjadi akibat curah hujan yang tinggi

5. Akibat

sedimentasi tinggi ke Sungai Serayu

Kerugian material

6. Tabulasi risiko

Tahun Korban jiwa Rumah (unit) Fasilitas umum (unit) Meninggal

dan hilang

Luka- luka

Meng ungsi

Rusak berat/

rusak ringan

Terendam Rusak berat/

Rusak ringan

Terendam

11/12/

2021

- o r a n g hilang

- -300

oran g

- 34 rumah

- - -

08/04/

20122

- - -11

oran g

-3 rumah - -

7. Hazard

Bahaya bencana longsor mempunyai karakteristik seperti:

Frekuensi, intensitas, dampak, luas daerah yang terkena longsor dan uluran waktu.

Frekuensi

Kriteria penilaian yaitu:

Nilai 1 jika 1 kali terjadi Nilai 2 jika 2 kali tejadi Nilai 3 jika >3 kali terjadi

(25)

Tabel pengulangan longsor

Tahun Daerah Pengulanga

n

Nilai

2021 Kabupaten Banyumas 2 2

2022 Kabupaten Banyumas 1 1

Intensitas

Longsor diukur berdasarkan tekstur tanah yaitu:

Tabel tekstur tanah

Tahun Daerah Tekstur

tanah

Nilai

2021 Kabupaten

Banyumas

litosol 1

2022 Kabupaten

Banyumas

litosol 1

Dampak/Kerugian

Dampak diukur dari seberapa banyak korban dan adanya kerusakan rumah/fasilitas umum. Kriteria penilaian yaitu:

Nilai 1 jika terjadi 1-3 wilayah dan tidak terdapat korban jiwa Nilai 2 jika terjadi 1-3 wilayah dan terdapat korban jiwa Nilai 3 jika terjadi >3 wilayah dan terdapat korban jiwa

Tabel dampak/kerugian

Tahun Daerah Kerusakan rumah

& fasilitas umum

Korban jiwa

Nilai

2021 Kabupaten Banyumas -34 rumah -28 orang hilang

2

2022 Kabupaten Banyumas -3 rumah - 1

Luas daerah yang terkena longsor Kriteria penilaian Bencana longsor yaitu:

Nilai 1 jika terjadi hanya 5-20 meter Nilai 2 jika terjadi pada 20-100 meter Nilai 3 jika terjadi pada >100 meter

Tabel luas daerah terkena longsor

(26)

Tahun Desa Luas daerah terkena longsor

Nilai

2021 Kabupaten Banyumas

±150 meter 3

2022 Kabupaten Banyumas

±20 meter 1

Uluran waktu

Bencana tanah longsor diukur berdasarkan lama pembersihan lokasi terjadinya tanah longsor. Dengan Kriteria penilaian yaitu:

Nilai 1 jika lamanya dibersihkan < 3 hari Nilai 2 jika lamanya dibersihkan < 1-2 minggu Nilai 3 jika lamanya dibersihkan < 2-4 minggu

Tabel lama pembersihan lokasi

Tahun Daerah Lamanya

dibersihkan

Nilai

2021 Kabupaten Banyumas 1-2 minggu 2

2022 Kabupaten Banyumas 2 hari 1

8. Vulnerability

Penilaian Vulnerability pada bencana longsor yaitu : Tahun Kerentanan Keterangan nilai 2021 Ketinggian bangunan Rata-rata bangunan

masyarakat memakai rumah panggung

1

Pondasi bangunan Kuat 1

Material bangunan Kayu 1

Desain bangunan Rumah panggung 1 Kepadatan bangunan Cukup padat 1

Pengaman longsor Tidak ada tembok penahan

3

(27)

Keterampilan/pengetahuan masyarakat tentang

bencana longsor

Masyarakat kurang paham mengenai bahaya longsor dan dampaknya

3

Mental masyarakat tentang bencana longsor

Kurang 2

Pengalaman masyarakat tentang bencana longsor

Kurang 2

2022 Ketinggian bangunan Rata-rata bangunan masyarakat

memakai rumah panggung

1

Pondasi bangunan Kuat 1

Material bangunan Kayu 1

Desain bangunan Rumah panggung 1 Kepadatan bangunan Cukup padat 1

Pengaman longsor Tidak ada tembok penahan

3

Keterampilan/pengetahuan masyarakat tentang

bencana longsor

Masyarakat kurang paham mengenai bahaya longsor dan dampaknya

2

Mental masyarakat tentang bencana longsor

Kurang 2

Pengalaman masyarakat tentang bencana longsor

Kurang 2

9. Risiko

Risiko = Hazard x Vulnerability

(28)

Tahun Daerah Hazard Vulnerability Risiko Kelas 2021 Kabupaten

Banyumas

10 15 150 Sangat

Tinggi 2022 Kabupaten

Banyumas

5 14 70 Tinggi

K et

erangan :

Nilai Risiko >100 : Sangat tinggi Nilai Risiko 60-80 : tinggi Nilai Risiko 40-60: sedang Nilai Risiko 20-40 : rendah Nilai Risiko 0-20 : tidak berisiko 10. Mitigasi

Mitigasi Non-Struktural

Melakukan pemeriksaan secara rutin lereng dan tebing di wilayah yang rawan longsor, terlebih pada daerah yang padat pemukiman penduduk.

Pemerintah daerah perlu mempertimbangkan untuk memindahkan pemukiman penduduk yang berada di daerah rawan bencana tanah longsor karena dapat berisiko tertimpa material longsor.

Pemerintah daerah perlu melakukan pengkajian terhadap bencana longsor yang telah terjadi untuk meminimalisir risiko jika terjadi longsor di tempat yang sama.

Mitigasi Struktural

(29)

Masyarakat jangan menebang pohon yang tumbuh dilereng agar akar pohon mengikat butir-butir tanah, dengan demikian dapat mencegah terjadinya tanah longsor.

Masyarakat harus segera menutup dengan tanah padat bila terjadi keretakan tanah di lereng bukit agar air tidak meresap kedalam tanah.

Pembuatan bangunan beton penahan, dan tiang-tiang penyangga di daerah tebing atau lereng yang rawan terjadi longsor.

Melakukan Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakaran dalam (akar tunggang).

Mengurangi tingkat keterjalan lereng dengan terasering.

(30)

BAB V BENCANA ABRASI

1. Area terjadi

Abrasi terjadi di Kota PangkalPinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Sumber (reserchgate.net)

2. Waktu Terjadi

 Abrasi terjadi di Kota Pangkal Pinang selama 23 tahun terakhir.

3. Magnitude

 Luas kawasan yang terkena erosi mencapai 4.356,54 hektar

 Luas daerah pesisir di Kota Pngkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung yang terkena abrasi 758 hektar.

4. Penyebab

Kenaikan permukaan laut (sea level rising)

(31)

31

Waktu terjadi

Korban jiwa Rumah

(unit)

Fasilitas Umum (unit) Meningg

al dan hilang

Luka- Luka

Meng ungsi

Rusak berat, rusak sedang, dan rusak ringan

Rusak berat, rusak sedang,

dan rusak ringan 20 Tahun

terakhir

- - 250

KK

- Bangunan

pelindung pantai rusak Pembangunan yang menjorok ke pantai seperti kolam

pelabuhan yang digunakan untuk parkir kapal yang menjorok 1.8 km ke pantai

Kekuatan arus dan angin yang sangat kuat sehingga sulit di atasi

aktivitas reklamasi, terutama dari proyek pembangunan dan pengembangan Pelabuhan Pangkal Pinang, turut

mempercepat proses abrasi di Pangkal Pinang.

5. Kerugian

Rusaknya Rumah akibat genangan air laut

Fasilitas umum (jalan, sarana pendidikan, kantor)

Warga tidak bias lagi hidup dari pertanian dan perikanan.

6. Akibat

Rusaknya rumah dan infrastruktur suatu daerah Dapat menimbulkan korban jiwa

Rusaknya lahan pertanian dan perikanan Kerugian material

Banyak daerah yang hilang akibat terkena abrasi Beberapa jalan penghubung desa telah lenyap

Kemunduran garis pantai sepanjang 5.1 Kilometer dari garis pantai di tahun 2000 lalu.

8. Tabulasi Risiko

(32)

9. Hazard

Bahaya bencana Abrasi mempunyai karakteristik seperti:

Frekuensi, intensitas, dampak, dan uluran waktu.

Frekuensi

Kriteria Penilaian yaitu:

Nilai 1 jika 1 kali terjadi Nilai 2 jika 2 kali tejadi Nilai 3 jika >3 kali terjadi

Tabel pengulangan abrasi

Tahun Daerah Pengulangan Nilai

2000 Pangkal Pinang >3 3

Intensitas

Abrasi diukur berdasarkan kenaikan muka laut:

Table kenaikan muka laut

Tahun Daerah Sea level rise Nilai

2000 Pangkal Pinang 7,8 milimeter pertahun

1

Dampak/Kerugian

Dampak diukur dari seberapa banyak korban dan adanya kerusakan rumah/fasilitas umum. Kriteria penilaian yaitu:

Nilai 1 jika terjadi 1-3 wilayah dan tidak terdapat korban jiwa Nilai 2 jika terjadi 1-3 wilayah dan terdapat korban jiwa Nilai 3 jika terjadi >3 wilayah dan terdapat korban jiwa

(33)

Tabel dampak/kerugian

Luas daerah yang terkena Abrasi

Presentase luas daerah yamg terkena bencana semakin besar yang terdampak maka tingkat bahayanya semakin tinggi dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan nilai kerugian terhadap produktivitas daerah tersebut berpengaruh. Semakin luas daerah yang terdampak maka nilai kerugiannya akan semakin besar. Berikut kriteria penilaian bencana abrasi yaitu:

Nilai 1 jika terjadi seluas <5 km2 Nilai 2 jika terjadi seluas <10 km2

Nilai 3 jika terjadi seluas >10 km2

Tahun Daerah Kerusakan rumah

& fasilitas umum

Korba n jiwa

Nilai

23 tahun terakhir

Pangkal Pinang -Jembatan terputus -Bangunan pelindung pantai rusak

-tambak rusak -tenggelamnya

- 1

(34)

MITIGASI BENCANA

DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

Kampus II FT-UH JI. Poros Malino Km.7, Borongloe Gowa 92171 Telepon (0411) 586200/ (0411) 584200 Faximile (0411) 585188

Tabel luas lahan yang terdampak Desa Luas lahan produktif

terdampak

Nilai

Pangkal Pinang

24,12 hektar. 3

Jumlah 3

Uluran waktu

Bencana abrasi diukur berdasarkan lamanya perubahan durasi tersebut. Dengan kriteria penilaian yaitu:

Nilai 1 jika abrasi berlangsung selama < 1 minggu.

Nilai 2 jika abrasi berlangsung selama 1-4 minggu.

Nilai 3 jika abrasi berlangsung selama >4 minggu.

Tabel lamanya perubahan durasi abrasi Tahun Lamanya abrasi

berlangsung

Nilai

1995 >20 Tahun 3

11. Vulnerability

Penilaian kerawanan abrasi yaitu:

Tahun Kerentanan Keterangan nilai

(35)

Daerah Hazard Vulnerability Risiko Kelas

Pangkal Pinang 11 13 143 Sangat

Tinggi 2000 Ketinggian bangunan Rata-rata bangunan

masyarakat memakai lantai 1

1

Pondasi bangunan Kuat 1

Material bangunan Kayu 1

Desain bangunan Rumah kayu 1

Kepadatan bangunan Jarang 1

Keterampilan/Pengetahuan masyarakat tentang

bencana abrasi

Masyarakat Desa Bedono belum paham akan bahaya abrasi

3

Mental masyarakat tentang bencana abrasi

Lemah 3

Pengalaman masyarakat tentang bencana abrasi

Masyarakat cukup berpengalaman akan bahaya abrasi

2

12. Risiko

Rumus Risiko yaitu :

Resiko = Hazard x Vulnerability

Table penilaian risiko bencana abrasi

Keterang an :

Nilai Risiko >100 : Sangat tinggi Nilai Risiko 60-80 : tinggi

(36)

Nilai Risiko 40-60: sedang Nilai Risiko 20-40 : rendah Nilai Risiko 0-20 : tidak berisiko

10. Mitigasi

Upaya mitigasi abrasi menjadi dua bagian, yaitu: upaya mitigasi Structural dan Non-Struktural.

Mitigasi Struktural (upaya pembangunan fisik)

Pengembangan dan pemeliharaan vegetasi mangrove untuk mempertahankan daerah yang masih tersisa.

Pembangunan rumah sesuai struktur bangunan yang memenuhi syarat teknis untuk mampu bertahan pada daerah pesisir pantai.

Pembangunan pelindung pantai berupa groin untuk menahan transpor

sedimen sepanjang pantai.

Pembangunan infrastruktur untuk mendukung destinasi wisata alam mangrove.

Pembangunan perumahan model rumah panggung.

Mitigasi Non-Struktural (bukan upaya pembangunan fisik)

Pentingnya kepedulian terhadap lingkungan supaya kelestarian alam sekitar tetap terjaga.

Pemahaman dampak perubahan iklim.

Mengadakan pelatihan usaha jasa dan pariwisata mangrove.

(37)

BAB VI BENCANA GEMPA BUMI

1. Area Terjadi

Gempa bumi terjadi di Kota Palu, Sulawesi Tengah.

2. Waktu Terjadi

Gempa bumi terjadi pada tanggal 28 September 2018 pukul 18.02 WITA.

3. Penyabab Gempa

Gempa disebabkan adanya patahan aktif yang berada di perairan sekitar Sulawesi Tengah, aktivitas sesar aktif pada zona sesar Palu-Koro yang berarah Barat Laut-Tenggara.

4. Magnitude

Gempa bumi berkekuatan 7,4 SR

Pusat gempa berada di kedalaman 10 kilometer

Posisi pusat gempa pada arah 27 km Timur Laut Donggala

(38)

Kenaikan air laut di Pantai Palu hingga setinggi 1,5 meter

5. Kerugian

Kerusakan rumah & fasilitas umum

Kerugian ekonomi

Kehilangan tempat tinggal Kematian

6. Akibat

Satu unit alat pengangkat peti kemas (Quay Crane) tumbang Kerusakan di peralatan luffing crane, rail, dan engine unposition

Kegiatan di pelabuhan tidak beroperasi dengan lancar Terjadi beberapa retakan di struktur pelabuhan

Gempa mengakibatkan listrik padam Gempa mengakibatkan jaringan putus

Gempa mengakibatkan kerusakan infrastruktur pelabuhan

7. Tabulasi Risiko

Tahun Korban jiwa Rumah (unit) Fasilitas

Umum (unit) Meninggal

dan hilang

Luka berat/

Luka ringan

Mengu ngsi

Rusak berat &

rusak ringan

Kehilan gan tempat tinggal

Rusak Berat

& Rusak ringan

(39)

01/01/1996 -9 orang meninggal

- -

13000

-386 rumah

rusak

- -

24/01/2005 - 1 orang meninggal

-4 orang luka luka

- -100

rumah rusak berat

- -

28/09/2018 -1,727 meninggal

-1,345 hilang

-1,561 luka luka

- 52,41

5

-65,045 rusak berat

-22 kesehatan -327

peribadatan -265 pendidikan

(40)

8. Hazard

Bahaya bencana gempa bumi mempunyai karakteristik seperti: Frekuensi, intensitas, dampak, luas daerah yang terkena gempa, dan uluran waktu.

Frekuensi Kriteria Penilaian yaitu:

Nilai 1 jika 1 kali terjadi Nilai 2 jika 2 kali tejadi Nilai 3 jika >3 kali terjadi

Tabel pengulangan gempa bumi Tahun Pengulangan Nilai

01/01/1996 >3 3

24/01/2005 >3 3

28/09/2018 18 kali 3

Intensitas

Gempa diukur berdasarkan Magnitude, kriteria penilaian yaitu:

Nilai 1 jika <3 Magnitude Nilai 2 jika <6 Magnitude Nilai 3 jika <10 Magnitude

Tabel magnitude gempa bumi Tahun Magnitude Nilai 01/01/1996 7,4 SR 3

24/01/2005 6,2 SR 3

28/09/2018 7,4 SR 3

Dampak/Kerugian

Dampak diukur dari seberapa banyak korban dan adanya kerusakan rumah/fasilitas umum. Kriteria penilaian yaitu:

(41)

Nilai 1 jika terjadi 1-3 wilayah dan tidak terdapat korban jiwa Nilai 2 jika terjadi 1-3 wilayah dan terdapat korban jiwa Nilai 3 jika terjadi >3 wilayah dan terdapat korban jiwa

Tabel dampak/kerugian gempa Bbumi Tahun Kerusakan rumah

& fasilitas umum

Korban jiwa

Nilai

01/01/1996 386 unit -9

meninggal 3

24/01/2005 100 unit - 1

meninggal 3

28/09/2018 679. 045 unit -1,727 meninggal

3

Luas daerah yang terkena gempa bumi Kriteria penilaian gempa bumi yaitu:

Nilai 1 jika terjadi seluas <5 km2 Nilai 2 jika terjadi seluas <10 km2 Nilai 3 jika terjadi seluas >10 km2

Tabel luas wilayah yang terkena gempa

Tahun Luas wilayah yang terkena gempa Nilai

01/01/1996 >10 km2 3

24/01/2005 >10 km2 3

28/09/2018 >10 km2 3

Uluran waktu

Gempa bumi diukur berdasarkan lamanya gempa terjadi. Dengan kriteria penilaian yaitu:

(42)

Nilai 1 jika lamanya gempa 10 detik Nilai 2 jika lamanya gempa < 15 detik Nilai 3 jika lamanya gempa > 1 menit

Tabel lamanya gempa bumi

Tahun Lamanya gempa Nilai 01/01/1996 <15 detik 2 24/01/2005 <10 Detik 1

28/09/2018 3-7 menit 3

9. Vulnerability

Kriteria penilaian yaitu setiap poin yang mempengaruhi Vulnerability gempa bumi maka mendapatkan nilai 1.

Tabel kerentanan bencana gempa bumi

Tahun Kerentanan Keterangan nilai

01/01/1996 Ketinggian bangunan Rata-rata bangunan berlantai 2

1

Pondasi bangunan Pondasi bangunan lemah 1

Material bangunan Batu bata 1

Atap bangunan Seng dan genteng 1

Jenis bangunan Perumahan 1

Kepadatan bangunan Padat 1

Keterampilan/pengetahuan masyarakat tentang bencana gempa bumi

Masyarakat memahami bahaya dan dampak gempa

bumi

1

Mental masyarakat tentang bencana gempa bumi

Kurang 1

(43)

Pengalaman masyarakat tentang bencana gempa

bumi

Berpengalaman akan bencana gempa

2

Kepadatan penduduk Padat 1

24/01/2005 Ketinggian bangunan Rata-rata bangunan berlantai 2

1

Pondasi bangunan Pondasi bangunan lemah 1

Material bangunan Batu bata 1

Atap bangunan Seng dan genteng 1

Jenis bangunan Perumahan 1

Kepadatan bangunan Padat 1

Keterampilan/pengetahuan masyarakat tentang bencana gempa bumi

Masyarakat memahami bahaya dan dampak gempa

bumi

1

Mental masyarakat tentang bencana gempa bumi

Kurang 1

Pengalaman masyarakat tentang Bencana gempa

bumi

Berpengalaman akan bencana gempa

2

Kepadatan penduduk Padat 1

28/09/2018 Ketinggian bangunan Rata-rata bangunan berlantai 2

1

Pondasi bangunan Pondasi bangunan lemah 1

Material bangunan Batu bata 1

Atap bangunan Seng dan genteng 1

Jenis bangunan Perumahan 1

Kepadatan bangunan Padat 1

(44)

Keterampilan/pengetahuan masyarakat tentang bencana gempa bumi

Masyarakat memahami bahaya dan dampak gempa

bumi

1

Mental masyarakat tentang bencana gempa bumi

Kurang 1

Pengalaman masyarakat tentang bencana gempa

bumi

Berpengalaman akan bencana gempa

2

Kepadatan penduduk Padat 1

13. Risiko Rumus Risiko yaitu:

Risiko = Hazard x Vulnerability

Tabel penilaian risiko bencana gempa bumi

Tahun Daerah Hazard Vulnerability Risiko Kelas

1996 Toli-Toli 14 11 154 Sangat

Tinggi

2005 Kota Palu 13 11 143 Sangat

Tinggi

2018 Kota Palu 15 11 165 Sangat

Tinggi Keterangan :

Nilai Risiko >100 : Sangat tinggi Nilai Risiko 60-80 : tinggi Nilai Risiko 40-60: sedang Nilai Risiko 20-40 : rendah Nilai Risiko 0-20 : tidak berisiko

(45)

14. Mitigasi gempa Mitigasi Struktural

Perlunya penerapan peraturan mengenai struktur bangunan tahan gempa dan ketentuan teknis minimum untuk bangunan crane misalnya pemasangan pile pada sisi dermaga yang kemudian pile tersebut juga berfungsi sebagai tempat menancapnya crane.

Upaya meningkatkan kesiapsiagaan jika terjadi ancaman gempa perlu ditingkatkan.

Mitigasi Non-Struktural

Membuat pedoman konstruksi bangunan baru yang tahan gempa khusus untuk Crane.

Membuat pedoman cara pengkuatan bangunan crane yang sudah ada agar tahan gempa.

Menyelenggarakan penyuluhan pada masyarakat dan petugas terkait gempabumi.

Pengembangan sistem peringatan dini gempa bumi.

(46)

BAB VII BENCANA KEBAKARAN

1. Area terjadi

Kebakaran hutan terjadi di wilayah Taman Nasional rawa Aopa Watumohai, sekita jalan poros Kendari- Bombana, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.

2. Waktu Terjadi

Kebakaran terjadi pada Minggu 14 Januari 2023, sekitar pukul 20.00 WITA

Sumber (daerah.sindonews.com)

3. Magnitude

Membakar lahan seluas lebih 50 Hektar 4. Penyebab

 Diduga akibat ulah manusia

 Dan faktor cuaca yang sedang panas dan diduga terjadi percikan api disengaja kemudian berujung terbakar dengan cepat

5. Kerugian

 Melalap lahan semak belukar lebih dari 50 Hektar

(47)

 Kerugian di taksir miliaran rupiah

 Tanaman mati

Mengeluarkan kabut asap yang mengganggu penduduk yang bermukim di sekitar lahan.

6. Akibat

Kebakaran mengakibatkan kabut asap sehingga dapat menganggu aktivitas penduduk

Matinya pepohonan dan tanaman tebu

Akibat dari kebakaran tersebut melalap 1 Hektar lahan tebu siap panen.

7. Tabulasi Risiko

Waktu terjadi

Per ulan

gan

Korban jiwa Luas daerah kebakaran Rumah korban

meni nggal

Luka

14/1/2023 1 - - - + 50 Hektar

8. Hazard

Bahaya bencana kebakaran mempunyai karakteristik seperti: Frekuensi, dampak, uluran waktu dan akibat.

Frekuensi Kriteria Penilaian yaitu:

Nilai 1 jika 1 kali terjadi Nilai 2 jika 2 kali tejadi Nilai 3 jika >3 kali terjadi

Tabel pengulangan kebakaran

Tahun Daerah Pengulangan Nilai

2023 Kabupaten Konawe 1 1

(48)

Dampak/Kerugian

Dampak diukur dari seberapa banyak korban dan adanya kerusakan rumah/fasilitas umum. Kriteria penilaian yaitu:

Nilai 1 jika terjadi 1-3 wilayah dan tidak terdapat korban jiwa

Nilai 2 jika terjadi 1-3 wilayah dan terdapat korban jiwa

Nilai 3 jika terjadi >3 wilayah dan terdapat korban jiwa Tabel luas kebakaran lahan Tahun Daerah Luas kebakaran

dan kerusakan

lahan

Korban jiwa

Nilai

2023 Kabupaten Konawe + 50 Hektar - 1

Luas daerah yang terkena kebakaran Kriteria penilaian luas daerah yang terkena kebakaran,

Nilai 1 presentase luas lahan yang terdampak sebesar 0-25%;

Nilai 2 presentase luas lahan yang terdampak sebesar 25-75%;

Nilai 3 presentase luas lahan yang terdampak sebesar 75-100%.

Tabel luas lahan yang terdampak Desa Presentase luas lahan produktif terdampak

(%)

Nilai

Kabupaten Konawe 0-25 % 1

Uluran waktu

Bencana kebakaran diukur berdasarkan lamanya api dipadamkan. Dengan Kriteria penilaian yaitu:

Nilai 1 jika berlangsung selama <5 jam Nilai 2 jika berlangsung selama <10

(49)

Nilai 3 jika angin berlangsung selama >10 jam Tabel lamanya api dipadamkan Tahun Lamanya dipadamkan

api

Nilai

2023 3-4 jam 1

Akibat

Tabel akibat bencana kebakaran

2023

Kabupaten Konawe

Kebakaran mengakibatkan kabut asap sehingga dapat menganggu aktivitas penduduk

Ada 2

Kebakaran mengakibatkan matinya pepohonan

Ada 1

Kebakaran mengakibatkan kehilangan tempat tinggal

Tidak ada -

Kebakaran menimbulkan banyak penyakit

Tidak ada -

Kebakaran mengakibatkan lahan hangus terbakar

Ada 1

Kebakaran mengakibatkan binatang mati dan tidak punya tempat tinggal

Tidak ada - Tahun Daerah Akibat Ada / tidak

ada

Nilai

(50)

2023 Kabupaten Konawe

Kebakaran mengakibatkan kabut asap sehingga dapat menganggu aktivitas penduduk

Ada 1

Kebakaran mengakibatkan matinya pepohonan

Ada 1

Kebakaran mengakibatkan kehilangan tempat tinggal

Ada 1

Kebakaran menimbulkan banyak penyakit

Tidak ada -

Kebakaran mengakibatkan lahan hangus terbakar

Ada 1

Kebakaran mengakibatkan binatang mati dan tidak punya tempat tinggal

Tidak ada -

9. Vulnerability

Tabel kerentanan bencana kebakaran

Tahun Vulnerability Keterangan nilai

2023

Pemukiman dan lahan tebu

kawasan terbakar di Desa Arasoe yaitu lahan tebu

2

Fasilitas/pengaman kebakaran

Tidak ada 2

Pengetahuan masyarakat tentang bahaya kebakaran

Masyarakat Desa Arasoe belum paham akan bahaya kebakaran

3

Mental masyarakat akan bencana kebakaran

Kurang 2

(51)

Pengalaman masyarakat dalam menghadapi kebakaran

Belum berpengalaman 2

Pemukiman dan lahan tebu

kawasan terbakar di Desa Arasoe yaitu Pemukiman

2

Fasilitas/pengaman kebakaran

Tidak ada 1

Pengetahuan Masyarakat Desa Arasoe 2 2018 masyarakat tentang

bahaya kebakaran

belum paham akan bahaya kebakaran

Mental masyarakat akan bencana kebakaran

Kurang 2

Pengalaman masyarakat dalam menghadapi kebakaran

Belum berpengalaman 2

10. Risiko

Rumus Risiko yaitu :

Risiko = Hazard x Vulnerability

Tabel penilaian risiko pada bencana kebakaran

Tahun Daerah Hazard Vulnerability Risiko Kelas

2023 Desa Arasoe 8 11 88 Tinggi

(52)

Keterangan :

 Nilai Risiko >100 : Sangat tinggi

 Nilai Risiko 60-80 : tinggi

 Nilai Risiko 40-60: sedang

 Nilai Risiko 20-40 : rendah

Nilai Risiko 0-20 : tidak berisiko 11. Mitigasi

Upaya mitigasi kebakaran menjadi dua bagian, yaitu: upaya mitigasi Struktural dan Non-Struktural.

Mitigasi Struktural (upaya pembangunan fisik)

Pembuatan sekat-sekat berupa parit sebagai pemisah antara bagian lahan yang satu dengan lahan lainnya yang dapat dialiri air atau digenangi air untuk mencegah meluasnya kebakaran.

Melakukan penanaman kembali daerah yang telah terbakar.

Pembuatan waduk sebagai antisipasi pemadaman api jika terjadi kebakaran.

Mitigasi Non-Struktural (bukan upaya pembangunan fisik)

Penyuluhan kebijakan pengendalian kebakaran lahan dan pemukiman.

Menghindari penyalaan api pada daerah yang terdapat banyak kayu/daun kering.

Pengecekan secara berkala pada lahan untuk menghindari timbulnya sumber api.

Memperhatikan setiap peralatan yang hendak digunakan untuk

mencegah terjadinya koslet.

(53)

BAB VIII PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada daerah yang tingkat bahayanya (hazard) dan kerentanannya tinggi (vulnerability), dampaknya tidak akan signifikan apabila masyarakat di sana mempunyai kemampuan tanggap terhadap bencana (disaster recovery).

Upaya mitigasi dilakukan untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan baik secara fisik maupun non-wujud. Mitigasi bencana juga perlu direncanakan secermat mungkin agar pelaksanaan di lapangan dapat berjalan lancar.

B. Saran

Bencana dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, oleh karena itu kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana sangat penting terutama dalam pendidikan dan pelatihan manajemen teori bencana alam. Oleh karena itu, hal ini dapat mengurangi risiko terjadinya bencana alam di beberapa daerah khususnya di Indonesia .

(54)

Daftar Pustaka

http://sula wesiek spress.co m/2018/12 /28/sek ita r-puk ul-10-00-wita-tiga-desa-di- kecamatan-donri-donri-di-te rja ng-ba njir/

http://ne ws.rak yatk u.co m/read/79057 /2017/12 /21/kab upa te n-soppeng-d ikep ung-ba njir http://makassa r.trib unne ws.co m/2018/12 /28/ba njir-ja lur-soppe ng-sidrap-te rp utus http://ne ws.rak yatk u.co m/read/133132 /2018/12 /28/d iguyur-huja n-sejak-sub uh-2- kecamatan-di-soppeng-d ige na ngi-a ir

https://makassar.terk ini. id /huja n-deras-tiga-keca mata n-soppe ng-tere nda m-ba njir-hingga- jalur-terputus/

https://news.de tik.co m/b erita-jawa-timur/d-3464135/ini-penyebab- lo ngso r-di-po noro go- hasil-pene litia n-tim- ugm

https://makassar.sindo news.co m/read /18827/4 /huja n-se hari-dua-keca ma ta n-di-soppeng- terendam-banjir-1545995522

https://makassar.terk ini. id /ra tusa n-ruma h-soppe ng-tere nda m-banjir/

https://fina nc e.detik.co m/berita-ekono mi-b isnis/d-4108361/bantu-peta ni-korba n-ba njir- di-soppeng-kementa n-beri-pup uk-1484-ton

http://makassa r.trib unne ws.co m/2018/12 /28/terke na-ba njir-satu-peta ni-ja gung-di- soppeng-rugi- hingga-7-ton

https://news.de tik.co m/b erita-jawa-timur/d-3768025/desa-ba nara n-di-pono ro go-jad i- kampung-sia ga-benca na

https://www. merdeka.co m/pe ristiwa/k ro no lo gis- lo ngsor-di-pono ro go-ya ng-sebabka n- puluha n-warga-tertimb un. html

http://www.trib unne ws.co m/re gio na l/2017/04 /01/lo ngsor-di-pono ro go-18-warga-desa- banaran-dilaporka n- hila ng

https://www.bbc.co m/indo nesia/indo nesia-39475711

https://www.a ntara ne ws.co m/be rita/778340 /lo ngso r-akib atka n-3-ruma h-di-po noro go- rusak

(55)

https://www. inews. id/d aera h/ja tim/lo ngsor-di-ponoro go-rusak-tiga-ruma h-warga /399956 https://www.bbc.co m/indo nesia/be rita_ indo nesia/2015 /12/151212_ indo nesia_de mak_ab r asi

https://www.p ik ira n-rakya t.co m/nasio na l/2015/12 /14/desa-bedo no-tera nca m-te ngge la m- akibat-abrasi

https://news.de tik.co m/b erita-jawa-te nga h/d-3481491/798--hektar-di-pesisir-de mak- tenggela m-ak ibat-abrasi-dan-rob

https://maritim. go. id/ke me nko- maritim-siapka n-so lusi-masa la h-abra si-kabup ate n-de mak / http://eprints. und ip.ac. id/40689 /1/055-Kurnia_ Da ma ywa nti.pd f

https://eko no mi. ko mpas.co m/read/2018 /09/29 /183300926/ge mpa-sulte ng-pe lab uha n- pantoloan-palu-suda h-bisa-untuk-bersa ndar-kapa l.

https://eko no mi. b isnis.co m/read /20181002/98 /844642/ge mpa-pa lu-dongga la-pe lab uha n- pantoloan-belum-b is a-la ya ni-kapa l-konta ina r

https://id.wik ipe d ia.org/wik i/Ge mpa_b umi_S ula wesi_Te nga h_2005

https://www.rep ub lika.co. id /berita /nasio na l/da era h/18 /09/29 /p ft1r4328 -bnpb-cata t-pa lu- dan-donggala-rawa n-ge mp a-dan-tsuna mi

https://www.sua ra.co m/ne ws/2018 /09/29 /174306/b npb-ungk ap-sejara h- ge mpa-besar-da n- tsunami-di-pa lu-da n-dongga la

(56)

https://www.bbc.co m/indo nesia/indo nesia-45680350

https://act. id/ne ws/de ta il/ek sped isi-pa lu-koro-1-me ncari-jejak-pata ha n-besar-di-atas- pulau-sulawe si

https://kumpara n. co m/re zape rmad i/sik lus- ge mpa-b umi-dan-tsuna mi-di-dongga la-ak ibat- sesar-palu-koro-1538198602601277717

https://www. inews. id/news/read /264013/10- ge mpa-da n-tsuna mi-terja ng-do ngga la-pa lu- sejak-1927-terdahsyat-1938

https://darila ut. id/be rita/lapora n-khusus/seja ra h-ge mpa-dan-tsuna mi-di-sula wesi-te nga h https://tirto. id/se jara h- ge mpa-da n-tsuna mi-di-pa lu-dan-dongga la-c3BC

https://www. jawapo s.co m/nasio na l/29 /09/2018 /ini-sejara h-be nca na-ge mpa-da n-tsuna mi- di-sulawesi-te nga h/

http://ne ws.rak yatk u.co m/read/21158 /2016/09 /18/la ha n-teb u-pabrik-gula-arasoe-terbaka r http://makassar.tribunnews.com/2016/09/18/satu-hektar-lahan-tebu-milik -pabrik-gula-di- arasoe-bone-terbakar

http://makassar.tribunnews.com/2016/03/03/rumah-bangsal-pabrik-gula-arasoe-bone- terbakar-kapolsek-cina-ak ibat-tab ung-ga s

BNPB

http://makassa r.trib unne ws.co m/2018/10 /04/be gini-ko nd isi-pe lab uha n-panto loa n-pa lu- pasca-gempa-dan-tsuna mi

http://tra nslo gtoda y.co m/2018 /09/29 /q ua y-cra ne-pe lab uha n-panto loa n-pa lu-a mb ruk- diterjang-ge mpa-dan-tsuna mi

https://news. trub us. id/ba ca/22122 /ge mpa-sulte ng-pe lab uha n-panto loa n-a la mi-kerusaka n- terparah

https://news.de tik.co m/b erita/d-4255590/b mk g-suda h-ada-534-kejad ia n-ge mpa-susula n- palu-makin- me ngec il

https://id.wik ipe d ia.org/wik i/Ge mpa_b umi_S ula wesi_Te nga h_1996

https://news.de tik.co m/b erita/d-4255590/b mk g-suda h-ada-534-kejad ia n-ge mpa-susula n- palu-makin- me ngec il

Gambar

Gambar : Bencana  Gempa
Tabel pengulangan  banjir
Tabel tinggi  genangan  banjir
Tabel luasan  desa berdasarkan tingkat  bahaya  banjir
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2009), kerusakan struktur histologi glomerulus ginjal mengakibatkan terjadinya penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR). Kerusakan dan penurunan GFR menyebabkan

Menghadapi kenyataan serta akibat yang ditimbulkan oleh bencana alam gempa dan gelombang tsunami yang menimbulkan korban jiwa, harta benda dan kerusakan lainnya yang luar biasa,

Menghadapi kenyataan serta akibat yang ditimbulkan oleh bencana alam gempa dan gelombang tsunami yang menimbulkan korban jiwa, harta benda dan kerusakan lainnya yang luar biasa,

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh gejala-gejala alam yang dapat mengakibatkan

Kalimat yang tepat untuk melengkapi kalimat di atas adalah ... Longsornya timbunan sampah di Batujajar menyebabkan bencana alam. Peristiwa ini telah menelan banyak korban jiwa

Bencana alam tanah longsor ini makin sering terjadi, pada periode 1997-2004 di Indonesia tercatat 219 kali kejadian, dengan korban jiwa 435 orang meninggal dan kerugian harta benda

Menghadapi kenyataan serta akibat yang ditimbulkan oleh bencana alam gempa dan gelombang tsunami yang menimbulkan korban jiwa, harta benda dan kerusakan lainnya yang luar biasa,

Mengetahui upaya pemerintah daerah dalam meminimalisir dampak yang ditimbulkan dari bencana gunung kelud, khususnya korban jiwa 1.5 Manfaat Penulisan Dengan adanya makalah ini