• Tidak ada hasil yang ditemukan

dampak keberadaan kereta api padang-pariaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "dampak keberadaan kereta api padang-pariaman"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK KEBERADAAN KERETA API PADANG-PARIAMAN TERHADAP BUS TRAYEK PADANG-PARIAMAN

ARTIKEL

RULLIANSYAH PUTRA NPM. 11070220

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2016

(2)
(3)

1

Rulliansyah Putra, (1107022). Impact existence Padang-Pariaman Train Against Bus Route Padang-Pariaman. Essay. Sociology of Education Studies Program, School of Teacher Training and Education (STKIP) PGRI West Sumatra, Padang, 2016.

Oleh :

Rulliansyah Putra1 Firdaus2 Ikhsan Muharma Putra3

* The Sosiology education student of STKIP PGRI Sumatera west

** The Sosiology staff of sosiology education of STKIP PGRI Sumatera west

ABSTRACT

Rail transport is one form of ground transportation that have special characteristics and advantages, especially the ability to transport goods and services in bulk. Besides train highly energy efficient, saving in the use of space, has a high safety factor and has a low level of pollution. The presence of a train in West Sumatra related to the establishment of the railway in Indonesia. Where the process is going on since the 19th century that brought many changes in the field of railway transport that have until now this can be felt. The purpose of this study was to describe how the impact of the presence of Padang-Pariaman trainto bus route Padang-Pariaman.

The theory used in this research is the functional structural theory of Robert K. Merton. The method used in this study is a qualitative approach with descriptive type. While taking informants do with car purposive sampling. Type of this research is in the form of primary data and secondary data.

Data were analyzed through data reduction, data presentation and conclusion.

The results of this study revealed that, a lot of the impact with the train Padang-Pariaman Padang-Pariaman on the bus will be: 1). Many of the passengers were no longer choose the bus as a means of transportation and the train began to move into that bus passenger numbers decreased drastically. 2). With the decrease in the number of passengers this condition also affected the decrease in revenue / turnover obtained by the bus driver where incomes are now much less than in previous years. 3). These conditions also affect the reduced number of buses in operation in which a lot of buses that have been damaged and there is no cost to repair and No vote digarasi putting his bus and no one sells his bus 4). Began to decrease bus driver and helper on the bus where a lot of driver and helper were dismissed, the owner can no longer recite bus driver and helper because turnover is obtained is not enough to recite as well as passengers who ride the bus are getting less.

Key Words: The existence of trains on bus

1 Mahasiswa Program StudiPendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

2Pembimbing I, staf pengajar Prodi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

3 Pembimbing II, staf pengajar Prodi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

(4)

2

Rulliansyah Putra, (11070220). Dampak Keberadaan Kereta Api Padang-Pariaman Terhadap Bus Trayek Padang-Pariaman. Skripsi. Program Studi Pendidikan Sosiologi, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat, Padang, 2016.

ABSTRAK

Transportasi kereta api merupakan salah satu bentuk sarana transportasi darat yang memiliki karakteristik dan keunggulan khusus, terutama pada kemampuannya mengangkut barang dan jasa secara massal. Selain itu kereta api sangat hemat energi, hemat dalam penggunaan ruang, memiliki faktor keamanan yang tinggi dan memiliki tingkat pencemaran yang rendah. Kehadiran kereta api di Sumatera Barat berkaitan dengan berdirinya kereta api di Indonesia. Dimana proses tersebut berlangsung sejak abad ke-19 yang banyak membawa perubahan di dalam bidang transportasi perkeretaapian yang sampai saat sekarang ini dapat dirasakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana dampak dari keberadaan kereta api Padang-Pariaman terhadap bus trayek Padang-Pariaman.

Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori structural fungsional dari Robert K.

Merton. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Sedangkan pengambilan informan dilakukan dengan car purposive sampling.

Jenis data penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder. Data penelitian ini dianalisis melalui reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa, banyak dampak yang ditimbulkan dengan adanya kereta api Padang-Pariaman terhadap bus Padang-Pariaman ini diantaranya: 1). Banyak dari penumpang yang tidak lagi memilih bus sebagai alat transportasi dan mulai beralih ke kereta api sehingga bus mengalami penurunan jumlah penumpang yang drastis. 2). Dengan kondisi penurunan jumlah penumpang ini juga berimbas kepada berkurangnya pendapatan/omset yang didapat oleh supir bus yang mana pendapatan sekarang jauh lebih sedikit dari tahun-tahun sebelumnya. 3). Kondisi ini juga berdampak terhadap bekurangnya jumlah bus yang beroperasi yang mana banyak dari bus yang sudah rusak dan tidak ada biaya untuk memperbaiki serta ada yang memilih meletakkan bus nya digarasi dan ada yang menjual bus nya 4). Mulai berkurangnya supir bus serta kernet bus yang mana banyak dari supir maupun kernet yang dipecat, pemilik bus tidak sanggup lagi mengaji supir maupun kernet karna omset yang didapatpun tidak cukup untuk mengajinya serta penumpang yang naik bus semakin hari semakin sedikit.

Kata Kunci: Keberadaan kereta api terhadap bus

(5)

4

PENDAHULUAN

Sejak dahulu transportasi telah digunakan dalam kehidupan masyarakat. hanya saja alat angkut yang dimaksud bukan seperti sekarang ini. Sebelum tahun 1800 alat pengangkutan yang digunakan adalah tenaga manusia, hewan dan sumber tenaga dari alam. Pengangkutan barang- barang dalam jumlah kecil serta waktu yang ditempuh lama sekali. Antara tahun 1800-1860 transportasi telah mulai berkembang dengan dimanfaatkannya sumber tenaga mekanis seperti kapal uap, kereta api, yang banyak dipergunakan dalam dunia perdagangan. Pada tahun 1860- 1920 telah ditemukan kendaraan bermotor pesawat terbang, pada masa ini angkutan kereta api dan jalan raya memegang peranan penting pula. Dalam tahun 1920 trasportasi telah mencapai tingkat perkembangan pada puncakanya (mature), dengan trasportasi multi modal (multi modal syistem). Dalam abad ke-20 pertumbuhan trasportasi berkembang pesat sejalan dengan kemajuan teknologi mutakir (salim,2008:5).

Transportasi merupakan salah satu bentuk sarana penghubung yang penting dalam kehidupan manusia, sehingga kebutuhan akan sarana Trasportasi yang memadai akan terus meningkat seiring dengan perkembangan zaman dan ragam kebutuhan itu sendiri. Pentingnya sarana transportasi bagi masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain karena keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau kecil dan besar, perairan yang terdiri dari sebagian besar laut, sungai, danau yang memungkinkan pengangkutan dilakukan melalui darat, laut, dan udara guna menjangkau seluruh wilayah Indonesia.

Ketiga bentuk sarana transportasi ini berdasarkan bentuk peroperasiannya dilapangan memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri.

Tidak mengherankan apabila ketiga jenis sarana transportasi tersebut pada masa sekarang memiliki nilai yang sama. Hal lain yang tidak kalah pentingnya akan kebutuhan alat transportasi adalah kebutuhan keamanan, ketepatan, keteraturan, kenyamanan, kecepatan, kesenangan, dan kepuasan penguna jasa trasportasi.

Transportasi kereta api merupakan salah satu bentuk sarana transportasi darat yang memiliki karakteristik dan keunggulan khusus, terutama pada kemampuannya mengangkut barang dan jasa secara massal. Selain itu kereta api sangat hemat energi, hemat dalam penggunaan ruang, memiliki faktor keamanan yang tinggi dan memiliki tingkat pencemaran yang rendah. Bahkan beberapa kota besar jenis

angkutan rel atau kereta api merupakan salah satu bentuk sarana angkutan yang mampu memecahkan masalah kemacetan dijalan raya.

(Abrar, 2001:2)

Kehadiran kereta api di Sumatera Barat berkaitan dengan berdirinya kereta api di Indonesia. Dimana proses tersebut berlangsung sejak abad ke-19 yang banyak membawa perubahan di dalam bidang transportasi perkeretaapian yang sampai saat sekarang ini dapat dirasakan. Latar belakang berdirinya kereta api di Sumatra Barat, akibat adanya tambang batu bara Ombilin di Sawah Lunto Sijunjung yang cadangannya cukup potensial waktu itu, karena sebahagian besar industri atau mesin memakai bahan bakar batu bara. pada saat itu transportasi kereta api berkembang menjadi sarana angkutan barang dan penumpang.

Di Indonesia kereta api hanya ada Pulau Jawa dan Sumatra. Di Sumatra pun hanya ada di Provinsi Sumatra Barat, Sumatra Utara, Sumatra Selatan, dan Lampung. Jaringan jalan kereta api di Sumatra Barat dibangun sejak ditemukannya tambang batu bara Ombilin pada abad 19. Disumatra Barat sebenarnya kereta api sudah lama mati, semenjak tambang batu bara Ombilin tidak berproduksi lagi pada tahun 1980. Beberapa tahun terakhir kereta api mulai dihidupkan kembali untuk tujuan wisata, rute yang dibuka barulah rute Padang-Pariaman, namun kondisi perkereta apian Padang- Pariaman ini cukup memprihatinkan atau kurang berhasil karena semakin berkembangnya jasa angkutan darat lainnya dengan sarana prasarana yang semakin lengkap dan memadai, seperti mobil penumpang. Akibatnya terjadilah persaingan antara kereta api dan bus sehingga dari tahun 1997-2001 kereta api Padang- Pariaman terus mengalami pasang surut dan kemunduran setiap tahunya. Kemunduran ini juga diakibatkan semakin berkembangnya jumlah kendaraan bermotor maupun bus penumpang dan kendaraan pribadi yang semakin mempersulit aktivitas kereta api dan mengalami kerugian tiap tahunnya sampai akhirnya berhenti beroperasi.

Kereta api penumpang atau reguler diresmikan kembali pengunaanya oleh gubernur Sumatra Barat yang diwakili oleh Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Yohanes Dahlan, kamis 15 Februari 2007 di Stasiun Simpang Haru Padang. Pengoperasian kereta api reguler adalah manifestasi nyata dari moto PT. Kereta Api Indonesia, ’’Bersama, Bersatu Kita Bangkit”. Dengan diaktifkannya kembali kereta api Padang-Pariaman dengan sendirinya telah memberi kemudahan dalam hal pelayanan,

(6)

5

karena kebutuhan akan transportasi datang dari kebutuhan untuk mengangkut suatu barang atau orang dari suatu tempat ketempat lain.(Media Internal PT KAI Divisi Regional II Sumbar)

Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2007 tentang pengoperasian kereta api dilaksanakan oleh badan penyelenggara, di dalam pengoperasian kereta api dilakukan dengan memperhatikan keselamatan, keamanan, ketertiban, kenyamanan, dan kelangsungan pelayanan. Badan penyelenggara menyusun dan menetapkan rencana pengoperasian kereta api dan disampaikan kepada Mentri Perhubungan.

Badan penyelengara wajib mengangkut penumpang dan barang yang telah memenuhi syarat-syarat umum angkutan di dalam pengoperasian kereta api, dan badan penyelenggara wajib menggumumkan kepada masyarakat jadwal perjalanan kereta api dan tarif angkutan penumpang atau perubahannya.

Beroperasinya kembali transportasi kereta api jalur Padang-Pariaman didukung dengan usaha memperbaiki jalan rel dan jembatan kereta api maupun bantalan yang dulunya dari kayu sekarang diganti dengan beton. Rel kereta api merupakan sepasang rel beton yang dipasang pada bantalan sebagai dasar landasan, dimana rel diikat pada bantalan beton dengan menggunakan paku rel, skrup, dan penambat.

Seiring berjalannya waktu, kereta api Padang-Pariaman mengalami masa kejayaan dengan banyaknya minat penumpang perharinya terhadap transportasi kereta api Padang-Pariaman. Dimana pengoperasian kembali kereta api Padang-Pariaman mendapat sambutan yang positif dari masyarakat hal ini dapat dilihat dari besarnya minat masyarakat dalam mengunakan transportasi kereta api Padang-Pariaman dan memberikan kemajuan yang pesat terhadap perkereta apian di Sumatra Barat.

Pada tahun 2012 jumlah penumpang kereta api jalur Padang-Pariaman tercatat 582,785 penumpang, sedangkan pada tahun 2013 tecatat jumlah penumpang menurun yaitu 554,269 penumpang, dan pada tahun 2014 jumlah penumpang mengalami peningkatan yaitu 605,589 penumpang, dan pada tahun 2015 jumlah penumpang meningkat lagi menjadi 975,737 penumpang. Dengan meningkatnya jumlah penumpang kereta api ini PT. Kereta Api Indonesia (persero) Devisi Regional II Sumatra Barat mendatangkan lokomotif dan kereta api baru guna untuk memperlancar perjalanan penumpang kereta api Padang-Pariaman serta penambahan jadwal keberangkatan menjadi delapan kali.

Kereta api diberangkatkan dari stasiun Simpang Aru Padang pada pukul 06.00, 09.10, 14.00, dan 16.40 WIB, sedangkan dari stasiun Pariaman kereta api diberangkatkan pada pukul 05.45, 08.50, 14.15, dan 16.20 WIB, dengan tarif yang terjangkau oleh semua kalangan yaitu sebesar Rp 5.000,00. (Arsip PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Devisi Regional II Sematra Barat. Program dan Realisasi kinerja KA Penumpang. 2012).

Semenjak beroperasinya kembali kereta api jalur Padang-Pariaman ini mengundang masalah pro dan kontra, seperti kehadiran kereta api mendapatkan tantangan dari Po Alisma, dan Po Kawan karena dianggap wilayah operasi mereka akan semakin sempit, sehingga mengakibatkan penghasilan menjadi berkurang.

Hubungannya adalah jumlah penumpang bus akan mengalami penurunan dan sepi. Ongkos yang jauh lebih murah dan keberangkatan tepat waktu menjadi salah satu penyebab banyaknya penumpang bus beralih dari trasportasi bus ke kereta api.

Kondisi ini membuat awak bus kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pantauan Media Online Padek.com mengatakan: pernah ada surat protes yang dikirimkan oleh Ketua Organda Sumatra Barat Budi Syukur kepada Gubernur dan PT KAI (Persero) namun tidak ada tanggapan. (http://www.mobile padek.co.id). Berdasarkan opservasi awal serta bertanya kepada beberapa orang supir bus, Jumlah bus Alisma yang beroperasi tahun 2007 sekitar 25 bus, sedangkan bus Po Kawan sebanyak 21 bus, namun ditahun 2015 jumlah bus Alisma dan Kawan yang beroperasi mengalami penurunan menjadi 23 bus, 13 bus Po Alisma dan 10 bus Po Kawan.

Menurut pantauan Media Online Padek.com terlihat dijalan Jhoni Anwar Ulak Karang Padang yang biasanya jadi tempat mangkal puluhan bus trayek Padang-Pariaman, kini terlihat hanya beberapa yang beroperasi, dan rata-rata bus tersebut sudah tidak memiliki kernet. Dari beberapa bus Padang-Pariaman yang lalu lalang disepanjang jalan Prof. Dr.

Hamka hinga jalan Adinegoro, terlihat bus yang berkapasitaskan 30 orang penumpang ini hanya diisi oleh beberapa penumpang saja. Hasil observasi awal dan wawancara dengan beberapa masyarakat setempat, merujuk kepada informasi yang disampaikan Media Online Padek.com kondisi ini disebabkan adanya penambahan stasiun baru dikawasan Tabiang dan Aia Tawa, serta jadwal keberangkatan dan ongkos kereta api yang jauh lebih murah sebesar Rp 5.000,00 dibandingkan dengan ongkos bus sebesar Rp.13.000,00 kondisi ini membuat para supir

(7)

6

bus kesulitan mendapatkan penumpang dan terpaksa bus sering balik arah, misalnya, jika bus jalan dari Ulak Karang sampai stasiun Tabing tidak ada penumpang, bus balik lagi ke Ulak Karang, seperti itulah yang dialami setiap harinya.

Angkutan transportasi kereta api Padang- Pariaman ini tetap menjadi dominan digunakan oleh masyarakat. Perubahan pada bidang fisik maupun sistem pelayanan dari para personil kereta api ini mengakibatkan peminat jasa transportasi kereta api Padang-Pariaman mengalami peningkatan dari tahun ketahun.

Selain itu disisi lain keuntungan juga ada di segi sarana dan prasarana di dalam kereta api.

Dimana setiap gerbong kereta api disediakan , tempat sampah, toilet, steker listrik untuk mencas hendphone, serta gorden untuk menutupi kaca jendela dari pantulan cahaya mata hari.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Moleong (2010:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, yang dilaksanakan secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan metode ilmiah. Sejalan dengan itu, Nazir (2005:54) mengatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Tujuan penggunaan metode ini adalah untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa langkah. Pertama, Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan (Bungin, 2007:118). Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian. Kedua, wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberi jawaban atas pertanyaan (Moleong, 2010:186). Pada penelitian ini penulis menggunakan teknik wawancara mendalam dimana informan dan peneliti ikut terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama dan keterlibatan peneliti dalam kehidupan informan (Bungin 2007:111). Ketiga,

studi dokumen adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau orang lain. Peneliti berusaha mendapatkan arsip-arsip dan dokumen-dokumen lain (Herdiansyah, 2012:143).

Teknik analisis data dilakukan dalam beberapa tahap yaitu (1) pengumpulan data merupakan mencari data di lapangan dan membuat catatan lapangan tentang permasalahan yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti turun kelapangan untuk mengumpulkan data penelitian, (2) Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data. Pada tahap ini semua data yang berhasil didapatkan akan dikelompokan sesuai tujuan penelitian, (3) Penyajian data dapat diartikan sebagai kumpulan data tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Dengan penyajian data peneliti dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan pemahaman tentang penyajian data. Data-data yang telah dikumpulkan dan dikelompokan disusun secara sistematis agar mudah untuk dianalisis dan lebih mudah dalam penarikan kesimpulan (4) Penarikan kesimpulan dilakukan apabila data yang diteliti telah valid berdasarkan penelitian dan telah teruji kebenarannya. Sehingga penarikan kesimpulan dapat dilakukan.

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Bus Trayek Padang- Pariaman

Pada saat sekarang ini banyak transportasi umum yang bisa digunakan untuk berpergian keluar kota salah satunya dengan moda transportasi bus maupun transportasi ekspres (tranek), seperti bus Alisma dan bus Kawan, sedangkan dengan transportasi lain transportasi ekspres seperti Dagang Pesisir, Harmoni, Mandiri, dan Terang Bulan.

Transportasi ini memiliki trayek dari Padang ke Pariaman dan sebaliknya, jumlah keseluruhan trayek Padang-Pariaman ini ada sebanyak 6 bus.

Bus Alisma dan Kawan merupakan bus yang dikenal untuk transportasi umum yang hanya ada dan berlalu lalang dijalan raya antara Kota Padang sampai Kota Pariaman, dan bus Alisma dan Kawan ini merupakan salah satu transportasi bus umum yang mengantarkan langsung dari padang ke Pariaman dan begitu juga sebaliknya dari Padang ke Pariaman tanpa

(8)

7

harus menyambung mobil lagi seperti halnya jika kita naik angkutan kota.

Bus Alisma dan Kawan saat ini berjumlah 23 bus, 13 bus alisam dan 10 bus Kawan dan dikelola oleh PT (Perusahaan Terbatas). Sistem pengelolaan bus Kawan dan Alisma ini sama dengan yang sebelumnya yaitu PO yang sekarang berganti dengan PT, yang mana ada ketua dan pengisian penumpang dilakukan oleh agen. Bus ini biasanya menunggu penumpang yang hendak pergi ke Pariaman dengan cepat disekitar jalan Jhoni Anwar Ulak Karang Padang dan juga bisa ditemukan di Air Tawar maupun Tabing yang juga merupakan tempat menunggu dan menaikan penumpang. bus juga mampu manampung penumpang dalam jumlah banyak 28 sampai 30 penumpang dan ditambah dengan ongkos yang dikeluarkan cukup terjangkau bagi masyarakat.

Alat transportasi lain yang bisa digunakan adalah Transportasi Ekspres (Tranek) dintaranya adalah Transportasi Ekspres Dagang Pesisir yang merupakan salah satu alat transportasi jurusan Padang ke Pariaman maupun sebaliknya Pariaman ke Padang, dengan jumlah armada yang ada saat ini sekitar 6 buah. Tranek dagang pesisir ini sebelumnya dikelola oleh PO namun sekarang berpindah dan dikelola oleh PT (Purusahaan Terbatas) yang telah berbadan hukum, sistem pengelolaannya masih sama dengan Po dan tidak ada yang berubah, ada ketua yang mengatur didalamnya dan pengisian penumpang tetap dilakukan oleh para agen tranek.

Transportasi ekspres (tranek) lain yang bisa digunakan untuk menuju Kota Pariaman adalah Harmoni, tranek ini juga mengisi trayek Padang ke Pariaman dan merupakan tranek yang cukup lama berlalu lalang dari Pariaman ke Kota Padang maupun sebaliknya Padang ke Pariaman, jumlah armada tranek harmoni sekarang ini sudah banyak berkurang yang mana sekarang hanya berjumlah 6 sampai 7 buah tranek.

Pengelola tranek ini sama dengan tranek Dagang Pesisir yaitu dikelola oleh PT (Perusahaan Terbatas) yang berbadan hukum, karna angkutan umum orang maupun barang yang dimiliki secara perorangan wajib diubah menjadi berbadan hukum, maka dari itu semua PO (Perusahaan Perorangan) sekarang ini sudah berganti menjadi PT (Perusahaan Terbatas).

Sistim pengelolaan pun tatap sama tidak ada yang berubah.

Selain Harmoni, juga ada transportasi ekspres lain seperti Terang Bulan (TRB), alat angkutan ini juga mengisi trayek Padang ke Pariaman/Pariaman Ke Padang, yang mana di Kota Padang angkutan ini bisa ditemukan di

kawasan Air Tawar yang merupakan tempat menaikan dan menurunkan penumpang.

Sekarang ini jumlah armada Terang Bulan hanya ada sekitar 8 sampai 9 buah karna sudah mulai berkurang. Transportasi ekspres Terang Bulan juga sudah tidak lagi dikelola oleh Po (Perusahaan Perorangan), karna juga sudah berpindah ke PT (Perusahaan Terbatas) dengan sistem pengelolaan yang masi sama, memiliki ketua sebagai pengelola PT dan agen sebagai penggisi penumpang.

Transportasi ekspres (tranek) Mandiri juga merupakan tranek yang bisa digunakan oleh masyarakat untuk trayek Padang ke Pariaman ataupun Pariaman ke Padang, alat angkutan yang satu ini memiliki fasilitas terlengkap didalamnya dan full AC serta dengan ongkos yang lumayan mahal dari tranek-tranek lainnya, tranek ini hanya berjumlah 9 armada dengan fasilitas yang sama didalamnya. Tranek Mandiri ini juga dikelola oleh PT (Perusahaan Terbatas) yang sudah berbadan hukum dengan pengelolaan yang dilakukan oleh Ketua PT dan pengisian penumpang dilakukan oleh para agen.

Untuk menuju Pariaman dari Kota Padang ataupun sebaliknya tidak hanya dengan bus Kawan, Alisma ataupun tranek Dagang Pesisir, Harmoni, Terang Bulan dan Mandiri, masyarakat juga bisa memilih alat angkutan lain seperti bus Mandala, yang mana bus ini merupakan bus angkutan dengan trayek Padang - Pasaman. Namun jalan yang ditempuh untuk menuju Pasaman dari Kota Padang adalah jalan Pariaman, sehingga penumpang juga bisa memili bus Mandala ini untuk pergi ke Kota Padang ataupun dari Padang ke Pariaman, tariff bus ini sedikit lebih mahal dibandikan dengan bus kawan dan alisma yang hanya Rp.

13.000,00 sedangkan mandala jika naik dari Pariaman menuju Padang tarif yang diambil sebesar Rp. 17.000,00. Jumlah armada bus ini sebanyak 10 buah dan memiliki fasilitas yang baik sehingga penumpang akan merasa nyaman didalamnya, bus Mandala dikelola oleh PT (Perusahaan Terbatas) yang mana sebelumnya dikelola oleh PO, namun sekarang juga sudah beralih ke PT.

5.2 Pasang Surut Bus Trayek Padang- Pariaman

Bus Padang-Pariaman Alisma dan Kawan merupakan bus yang sudah lama ada, bus ini juga merupakan salah satu bus yang menjadi pilihan utama bagi masyarakat untuk berpergian dari Kota Padang Ke Kota Pariaman maupun sebaliknya dari Kota Pariaman ke Kota Padang. namun semenjak diresmikannya

(9)

8

kembali kereta api Padang-Pariaman oleh Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Yohanes Dahlan, kamis 15 Februari 2007, bus Padang- Pariaman mulai mengalami pasang surut penumpang dari tahun

ketahun.

Bus alisma dan kawan pada tahun 2007- 2009 bus alisma dan kawan belum merasakan dampak yang ditimbulkan dengan kembali aktifnya kereta api Padang-Pariaman, karna kereta api hanya melakukan perjalanan dua trip sehari dengan keberangkatan dari padang pukul 06.00 wib dan pukul 14.00 wib sedangkan dari Pariaman pada pukul 08.50 wib dan pukul 16.30 wib. Jadwal keberangkatan kereta api juga tidak berdempet dengan jadwal keberangkatan bus, sehingga pada tahun 2007-2009 jumlah bus masih tetap sama, kawan ada sebanyak 21 sedangkan bus alisma ada sebanyak 25 bus

Pada tahun 2011 bus alisma dan kawan mulai merasakan dampak dari adanya kereta api seperti bus mulai mengalami penurunan penumpang, namun dampak yang ditimbulkan ini belum begitu berpengaruh terhadap bus karena penumpang tidak mengalami penurunan yang banyak dan bus masih bisa bersaing dengan kereta api untuk mendapatkan penumpang, begitupun dengan trip masih sama dari tahun sebelumnya, namun omset yang didapat mengalami penurunan dari biasanya, yang bisanya dalam perhari bisa mendapatkan Rp.400.000,00 namun sekarang berkurang menjadi Rp.250.000,00 sampai dengan Rp.200.000,00 perharinya, hal ini juga berdampak terhadap kondisi bus yang tidak terawat lagi dan rusak dan tidak ada uang untuk meperbaiki

.

Di tahun 2013 bus kembali mengalami penurunan penumpang yang jauh lebih banyak dari tahun sebelum nya, yang biasanya bus masih terlihat ramai dengan penumpang namun sekarang mulai ditinggalkan dan sepi penumpang, banyak dari bus yang sepi penumpang, dan mengurangi trip trayek dari biasanya dua sampai tiga kali, sekarang menjadi satu atau dua kali trip. sehari para supir bus maupun pemilik bus mulai mengeluhkan hal ini.

Bus satu-persatu mulai tidak beroperasi dikarnakan mulai sulitnya mendapatkan penumpang serta banyak dari bus yang rusak dan tidak terperbaiki sehinga dari sebelumnya bus kawan berjumlah 21 sekarang menurun menjadi 16 bus begitupun bus alisma yang sebelumnya sebanyak 25 berkurang menjadi 17 bus, begitupun dengan omset yang semakin sedikit didapat.

Puncaknya terjadi pada tahun 2015 dimana dengan keberadaan kerta api Padang- Pariaman mulai berdampak besar terhadap bus

Alisma dan Kawan, dimana pada tahun 2015 bus mengalami penurunan penumpang yang drastis, terlihat bus yang berkapasitaskan 30 orang penumpang ini hanya diisi oleh beberapa penumpang saja, dan jumlah trip sekarang berkurang menjadi satu trip dalam sehari, tentu dengan ini akan sangat merugikan supir bus maupun pemilik bus yang mana penghasilan mereka akan semakin berkurang. Ditambah PT.

Kereta Api menambah jadwal keberangkatan kereta api menjadi 8 kali Padang- Pariaman/Pariaman-Padang. Ini semakin memperburuk kondisi bus, yang mana sebelunmya para supir masih bisa mendapatkan opset Rp.150.000,00 hingga Rp.200.000.00 perhari, sekarang hanya bisa membawa uang antara Rp.30.000,00 ribu hingga Rp.50.000,00 ribu perhari.

PENUTUP Kesimpulan

Dengan adanya kereta api Padang- Pariaman ini berdampak terhadap jumlah penumpang bus, yang mana sekarang ini penumpang sudah banyak meninggalakan jasa angkutan bus padang-Pariaman dan lebih memilih alat transportsi lain yaitunya kereta api rute Padang-Pariaman, ini terlihat bus yang berkapasitaskan tiga puluh orang ini hanya berisikan seperempat penumpang dari biasanya, kisaran lima sampai delapan orang penumpang saja, dan seperti itulah setiap harinya.

Jumlah bus yang beroperasi saat ini juga mulai berkurang setelah adanya kereta api Padang-Pariaman ini, banyak dari supir maupun pemilik bus yang tidak menggunakan bus nya lagi karena omset yang didapat tidak seimbang dengan penggeluaran bus, dan lebih memilih menjual dan meletakkan mobil nya saja karna rusak dan tidak ada biaya untuk memperbaiki.

Dengan adanya kereta api Padang- Pariaman ini juga berdampak terhadap Omset yang didapat, biasanya para supir bus bisa membawa uang yang dirasa lebih dari cukup namun sekarang supir bus tidak lagi bisa mendapatkan omset seperti biasa, karena susahnya untuk mendapatkan penumpang saat ini.

Jumlah supir dan kernet tidak luput dari dampak yang ditimbulkan oleh kereta api Padang-Pariaman ini, banyak dari pemilik bus yang sekarang tidak memilki supir, rata-rata yang menjadi supir sekarang adalah pemilik bus sendiri, hal ini dikarenakan pemilik bus tidak sanggup lagi untuk mengaji supir, dan bisa dikatakan para pemilik bus saat ini hanya memiliki satu buah bus dan langsung turun tangan menjadi supir, begitupun dengan kernet

(10)

9

dari semua bus yang ada rata-rata sudah tidak ada yang mengunakan kernet lagi.

Saran

1. Dalam hal ini pemerintah kota padang harus bisa menyikapi permasalahan yang ditimbulkan dengan adanya kereta api terhadap bus, memberikan solusi atau mencari jalan keluar agar bus tidak mengalami penurunan omset teru-menerus, bagaimana caranya agar bus ini kembali diminati oleh penumpang meski dengan adanya kereta api sebagai saingan.

2. Bagi pemilik bus maupun supir untuk bisa membuat bus nya nyaman untuk dinaiki penumpang, memberi fasilitas didalam bus, dan meperbaiki bus jika ada yang rusak, karna penumpang akan lebih memilih transportasi yang dirasa bisa membuatnya nyaman dan merasa tenang.

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif.

Jakarta : Rajawali Pres.

Abrar. 2001. Angkutan Kereta Api dan Perkembangan Ekonomi Masyarakat Sumatra Barat. Tesis Padang: Universitas Negri Padang Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian.

Jakarta: Rineka Cipta.

Bungin Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif.

Jakarta : Kencana.

Herdiansyah, Haris. 2012. Metodelogi Penelitian kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika Kamaluddin, Rustian. 1986. Diktat Ekonomi Transportasi. Padang: Universitas Andalas.

Nasution, A. 1996. Manejemen transportasi.

Jakarta : Ghalia Indonesia.

Moleong Lexy.J. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Miro, Fidel.2005. Perencanaan Transportasi.

Jakarta: Erlangga

Ritzer George. 2009. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda.

Jakarta: PT.Rajawali Press.

Putra, Rulliansyah. 2016. Dampak Keberadaan Kereta Api Padang-Pariaman Terhadap Bus Trayek Padang- Pariaman

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, CV

Sitorus Felix. 1998. Penelitian Kualitatif. Bogor : Kelompok Dokumentasi Ilmu Sosial.

Soekanto Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Salim Abbas. 2008. Manajemen Transportasi.

Jakarta: Rajawali pers.

Referensi

Dokumen terkait

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa kemampuan membaca cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat berada pada