DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...i
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan Masalah...1
1.3 Tujuan... 2
1.4 Keutamaan Riset...2
1.5 Luaran...2
1.6 Manfaat Riset...2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...3
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)...3
2.2 Tepung Kulit Singkong (Manihot esculata C.)...3
2.3 Enzim Selulase... 4
2.4 Hidrolisis... 4
BAB III METODE... 4
3.1 Waktu dan Tempat... 5
3.2 Alat dan Bahan Riset... 5
3.2.1 Alat Riset...5
3.2.2 Bahan Riset...5
3.3 Variabel Riset...5
3.4 Tahapan Riset...5
3.4.1 Hipotesis... 5
3.4.2 Metode...5
3.4.3 Jenis dan Rancangan Riset...6
3.5 Prosedur Riset...6
3.5.1 Hidrolisis dan Penepungan Kulit Singkong...6
3.5.2 Hidrolisis enzim selulase...6
3.5.3 Pembuatan Pakan Uji...6
3.5.4 Persiapan Wadah dan Pemeliharaan...6
3.6 Parameter Riset...7
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN...9
4.1 Anggaran Biaya...9
4.2 Jadwal Kegiatan...10
DAFTAR PUSTAKA...11
DAFTAR LAMPIRAN... 13
i
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya Selama 5 Bulan Produksi………..10
Tabel 2 Jadwal
Kegiatan………..11
ii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Biodata Ketua dan Anggota, serta Dosen Pembimbing...14
Lampiran 2 Justifikasi Anggaran Kegiatan...20
Lampiran 3 Susunan Organisasi Tim Pelaksana dan Pembagian Tugas...22
Lampiran 4 Surat Pernyataan Ketua Pelaksana...23
iii
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan budidaya.
Pada pakan komersial dapat menghabiskan sekitar 60-70% dari total biaya produksi. Tingginya harga dan kualitas nutrisi yang rendah menjadi penghambat dalam proses budidaya (Danu dkk., 2015). Kulit singkong merupakan limbah agroindustri dari industri pengolahan singkong. Mulyasari dkk., (2013); Ali dkk, (2017) menyatakan kulit singkong mengandung kadar protein 1,03%, lemak 1,74%, dan karbohidrat 78,20%. Kandungan karbohidrat yang besar dapat dimanfaatkan oleh ikan sebagai cadangan energi.
Penggunaan kulit singkong sebagai bahan pembuatan pakan buatan terdapat beberapa kendala, seperti kandungan protein yang rendah (4,8%), serat kasar tinggi (21,2%), dan terkandung sianida (HCN) (Busairi dan Wikanastri, 2009 dalam Nurlaeni dkk., 2022). Serat kasar termasuk dari golongan polisakarida. Golongan polisakarida yang dimaksud adalah selulosa. Selulosa memiliki ikatan sakarida sehingga sangat susah untuk mendegradasi ikatan tersebut. Ikan tidak dapat mencerna selulosa yang terlalu tinggi karena tidak memiliki enzim selulase (Dinsa, 2017, Nurhayati dkk., 2018). Kendala tingginya serat kasar dan protein yang rendah dapat diatasi melalui proses hidrolisis.
Selulosa dapat dihilangkan dengan proses hidrolisis menggunakan enzim. Enzim berfungsi sebagai katalis yang mempercepat laju reaksi tanpa ikut bereaksi (Robinson, 2015, Nafiq dan Suryaningrum, 2020). Varian enzim sangat beragam.
Enzim selulase adalah salah satu varian yang memiliki peran penting dalam proses biokonversi material organik. Enzim Selulase yang dihasilkan oleh bakteri menjadi pilihan utama, karena bakteri memiliki pertumbuhan yang cepat sehingga lebih efisien dari segi waktu. Enzim selulase adalah enzim yang memiliki kemampuan untuk mendegradasi selulosa (Nafiq dan Suryaningrum, 2020).
Asam hidrosianat (HCN) mudah hilang selama proses pengolahan, yaitu pada proses perendaman, pengeringan, dan pemasakan. Hal inilah yang menyebabkan kulit singkong perlu dilakukan proses treatment terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan sebagai sumber pakan hewan, khususnya pada ikan. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan mampu mengatasi permasalahan limbah kulit singkong yang berpotensi sebagai pakan alternatif bagi ikan melalui proses hidrolisis menggunakan enzim selulase sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ikan nila.
1.2 Rumusan Masalah
Pemanfaatan tepung kulit singkong sebagai pakan ikan nila masih belum banyak dikaji pada jurnal-jurnal ilmiah. Bahan ini memiliki potensi sebagai sumber protein nabati dalam pembuatan pakan ikan. Oleh karena itu, penelitian mengenai tepung ikan nila menjadi suatu inovasi sebagai bahan pakan alternatif. Adapun Rumusan masalah dalam penelitian “ Efektivitas Formulasi Pakan Buatan Berbahan Kulit
2
Singkong (Manihot esculenta C.) Yang Dihidrolisis Enzim Selulase Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus).”, antara lain:
1. Apa saja kandungan kulit simgkong?
2. Bagaimana proses hidrolisasi kulit singkong?
3. Apakah penambahan kulit singkong dapat memberikan dampak yang baik bagi pertumbuhan ikan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui kandungan kulit singkong
2. Mengetahui proses hidrolisasi pada kulit singkong
3. Mengetahui dampak dari penambahan kulit singkong pada pakan ikan 1.4 Keutamaan Riset
Keutamaan riset ini meliputi pemanfaatan kulit singkong sebagai sumber protein nabati pada pakan komersial untuk menunjang pertumbuhan ikan nila. Kulit singkong jarang sekali dimanfaatkan sebagai bahan pakan ikan dan hanya menjadi sampah organik. Maka dari itu perlu adanya pemanfaatan kulit singkong sehingga dapat meminimalisir jumlah sampah organik.
1.5 Luaran
Luaran penelitian ini menghasilkan luaran wajib, antara lain laporan kemajuan, laporan akhir, artikel ilmiah, dan akun media sosial. Artikel ilmiah ini akan dipublikasikan di jurnal internasional ataupun nasional yang telah terakreditasi/terindeks. Selain itu, artikel ini juga berpotensi menambah nilai ekonomis dari kulit singkong karena dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan pakan ikan. Temuan riset ini adalah ditemukannya bahan baku lokal baru untuk mengurangi bahan baku impor dalam pembuatan pakan komersial.
1.6 Manfaat Riset
Manfaat riset terhadap akuakultur adalah mengurangi biaya pakan dengan memanfaatkan kulit singkong sebagai sumber protein nabati dan mengurangi impor bahan baku pakan. Riset ini juga dapat menambah kajian ilmiah mengenai pemanfaatan kulit singkong sebagai bahan baku pembuatan pakan ikan nila. Selain itu, kulit singkong dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga dapat membuka peluang usaha baru bagi masyarakat.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Klasifikasi ikan nila menurut Amri dan Khairuman (2007); Lukman dkk. (2014) adalah sebagai berikut:
Kigdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis
Ikan nila memiliki betuk tubuh memanjang dan ramping. Lebar tubuh ikan nila umumnya sepertiga dari panjang badannya. Ikan nila memiliki sisik yang relatif besar dan berbentuk sikloid, matanya menonjol dan besar dengan tepi berwarna putih. Ikan nila memiliki sirip punggung , sirip dada, sirip perut, sirip anus, dan sirip ekor. Ikan nila jantan memiliki bentuk tubuh membulat dan agak pendek dibandingkan dengan nila betina. Warna ikan nila jantan biasanya lebih cerah dibandingkan dengan betina. Pada bagian anus ikan nila jantan terdapat alat kelamin yang memanjang dan terlihat cerah (Lukman dkk., 2014).
2.2 Tepung Kulit Singkong (Manihot esculata C.)
Singkong merupakan salah satu tanaman yang tersebar luas di Indonesia. Indoensia merupakan negara kedua terbesar di dunia sebagai penghasil singkong. Singkong merupakan tanaman perdu yang tumbuh di daerah tropis dengan cara stek. Tanaman singkong ini menghasilkan umbi pada bagian akarnya. Bentuk umbi biasanya bulat memanjang. Pada bagian daging umbi mengandung zat pati berwarna putih atau kekuning-kuningan, dan pada tiap tanaman dapat mengasilkan 5-10 umbi.
Singkong juga termasuk salah satu bahan makanan yang bersumber karbohidrat dalam bentuk amilum dan mengandung kalori yang cukup tinggi. Umbi singkong juga banyak mengandung glukosa dan dapat dimakan mentah. Umbi singkong memiliki rasa sedikit manis dan pahit tergantung pada kandungan racun glukosida yang dapat membentuk asam sianida (Suprapti, 2002; Amanah, 2020).
Umbi singkong memiliki kulit yang sering kali dianggap limbah oleh sebagian industri berbahan baku singkong. Kulit singkong termasuk ke dalam kategori sampah organik, karena sampah ini dapat terdegradasi secara alami. Kulit singkong mengandung racun alami yang biasa disebut dengan HCN. Kandungan HCN pada kulit singkong sangat tinggi yaitu sebesar 150 sampai 360 mg HCN per berat segar (Richana, 2013; Amanah, 2020). Kadar asam sianida pada kulit singkong dapat mencapai 5-10 kali lebih besar daripada umbinya (Rustandi, 2012; Amanah, 2020).
Kadar asam sianida (HCN) dalam kulit singkong dapat diturunkan selama kulit singkong diproses terlebih dahulu agar pemanfaatan kulit singkong dapat lebih optimal, yakni dengan proses pencucian, perendaman, pengeringan, pemanasan dan fermentasi (Adamafio, 2010; Amanah, 2020).
4
2.3 Enzim Selulase
Enzim selulase merupakan enzim yang mampu mendegradasi selulosadengan cara menghidrolisis ikatan β-1,4-glukosidik menjadi bentuk yang lebih sederhana yaitu monomer glukosa. Enzim selulase terutama diproduksi oleh bakteri simbiosis pada kelompok herbivora ruminansia. Enzim selulase dapat dihasilkan olehmikroorganisme yaitu Trichoderma harzianum, T. hamatun, T. koningii, T.pseudokoningii, T. pilulifemm dan T. aureoviride. Mikroorganisme lain yang mampu menghasilkan enzim selulase adalah Aspergillus terreus. Enzim selulaseberperan dalam hidrolisis selulosa dengan memutus ikatan β-1,4-D- glukosidiksehingga menghasilkan oligosakarida dan glukosa. Penambahan jumlah dosis selulase ke dalam proses hidrolisis dapat meningkatkan hasil dan laju hidrolisis, namun juga bisa meningkatkan biaya selama proses ( Sitompul dan Putra, 2016 ).
2.4 Hidrolisis
Hidrolisis merupakan proses pemecahan polisakarida (gula kompleks) menjadi polimer yang lebih sederhana. Proses hidrolisis juga merupakan proses tercampurnya beberapa komponen garam yang mempengaruhi anion dan kation.
Proses hidrolisis memerlukan bantuan air untuk memisahkan ikatan kimia dari substansinya. Penggunaan cara kimiawi pada proses hidrolisis ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang optimum dengan waktu yang singkat
Hidrolisis merupakan satu tahapan penting dalam proses biokonversi biomassa menjadi bioetanol, proses ini terjadi degradasi selulosa menjadi gula yang lebih sederhana baik berupa selobiosa maupun glukosa dengan bantuan katalis . Hidrolisis selulosa dapat dilakukan secara biologis, kimia, maupun enzimatis.
Hidrolisis selulosa secara enzimatis lebih efektive untuk dilakukan karena menghasilkan produk yang spesifik dan lebih banyak, hasil sampingan sedikit, ramah lingkungan. Metode yang paling menjanjikan untuk menghidrolisis selulosa adalah menggunakan enzim, contohnya enzim selulase. Hidrolisis enzimatik dengan menggunakan enzim selulase sebagai katalisnya akan menjanjikan proses yang lebih ramah lingkungan, kondisi operasi yang lebih lunak (suhu rendah, pH netral), dan berpotensi untuk memberikan hasil yang lebih tinggi dan efektive jika dibandingkan katalis asam ( Setyoko dan Utami, 2016 ).
5
BAB III METODE 3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Basah Akuakultur, Universitas Tidar, Bandongan, Kabupaten Magelang pada bulan Maret sampai April 2024.
Selain itu analisa proksimat dan proses hidrolisis bahan akan dilakukan di Laboratorium Terpadu, Universitas Tidar Kota Magelang.
3.2 Alat dan Bahan Riset 3.2.1 Alat Riset
Alat-alat yang dibutuhkan antara lain timbangan digital, penepung, penggaris, penggiling pelet, baskom, saringan, pisau, oven, pompa akuarium, aerator, akuarium ukuran 60x40x40 cm3, filter talang, kapas, biobol, bioring, seser, tes kit ammonia, horiba mutiparameter, batu aerator, ph meter, spektrofotometer, dan alat pengaduk,.
3.2.2 Bahan Riset
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah ikan nila ukuran 5-7 cm, kulit singkong, natrium klorida teknis, glukosa, tepung ikan, tepung kedelai, tepung jagung, minyak ikan, minyak jagung, premix, asam klorida (HCl), natrium hidroksida (NaOH) ,enzim selulase, dan CMC.
3.3 Variabel Riset
Variabel yang digunakan terdiri atas variabel dependen, independen, dan kontrol.
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi; variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen; dan variabel kontrol adalah variabel yang dibuat konstan.
a. Variabel independen : Pemberian tepung singkong terhidrolisis pada formulasi pakan.
b. Variabel dependen : Pertumbuhan ikan nila.
c. Variabel kontrol : Ikan nila ukuran 5-7 cm, wadah pemeliharaan, dan kadar enzim selulase.
3.4 Tahapan Riset 3.4.1 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
Ho : Penambahan tepung singkong terhidrolisis dengan kadar yang berbeda tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan ikan nila.
H1 : Penambahan tepung singkong terhidrolisis dengan kadar yang berbeda.
memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan ikan nila 3.4.2 Metode
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu metode eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (treatment/perlakuan) terhadap variabel dependen (hasil) dalam kondisi yang terkendalikan. Kondisi dikendalikan agar tidak terdapat variabel lain yang memengaruhi variabel dependen. Oleh karena itu, penelitian eksperimen dilakukan dengan
6
menggunakan kelompok kontrol agar kondisi dapat dikendalikan (Asrin, 2022).
3.4.3 Jenis dan Rancangan Riset
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian single faktor dengan dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini dilakukan dengan empat perlakuan dan tiga ulangan, antara lain:
a. P1 : Formulasi pakan tanpa tepung kulit singkong terhidrolisis
b. P2 : Formulasi pakan dengan 10% tepung kulit singkong terhidrolisis c. P3 : Formulasi pakan dengan 15% tepung kulit singkong terhidrolisis e. P4 : Formulasi pakan dengan 20% tepung kulit singkong terhidrolisis 3.5 Prosedur Riset
3.5.1 Hidrolisis dan Penepungan Kulit Singkong
Pada proses pembuatan tepung kulit singkong, kulit singkong dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari. Kemudian kulit singkong dihaluskan dan diayak dengan menggunakan mesh 50. Proses hidrolisa dilakukan pada sebuah labu leher tiga dengan mencampurkan tepung kulit singkong sebanyak 10 gram kemudian ditambahkan katalis asam sebanyak 100 ml yaitu HCl dengan konsentrasi 3 N kedalam tepung kulit singkong, dengan variasi suhu 80, 85, 90 dan 95ºC dan variasi waktu operasi 30, 60, 90 dan 120 menit. Lalu dilakukan analisis terhadap glukosa yang dihasilkan.
3.5.2 Hidrolisis enzim selulase
Hidrolisis enzimatis adalah peroses penguraian selulosa menjadi glukosa mengunakan enzim selulase. Hidrolisis enzimatis selulase memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan hidrolisis kimiawi, antara lain tidak terjadi degradasi gula hasil hidrolisis, dapat berlangsung pada suhu rendah, dan memberikan hasil yang lebih tinggi. Enzim selulase digunakan untuk menghidrolisis selulosa menjadi glukosa. Hidrolisis enzimatis selulase dapat bekerja pada kondisi ph 4,5-5 dan suhu optimum 60°C.
3.5.3 Pembuatan Pakan Uji
Bahan-bahan formulasi dan pakan uji dianalisis kandungan nutrisinya dengan uji proksimat. Kandungan nutrisi yang harus diketahui adalah protein, lemak, abu, serat kasar, dan kadar air. Kemudian, membuat formulasi pakan dengan metode Excel. Formulasi pada pakan uji disesuaikan dengan perlakuan dalam penelitian.
Setelah itu, bahan-bahan formulasi pakan dicampurkan, dicetak, dan dikeringkan.
3.5.4 Persiapan Wadah dan Pemeliharaan
Langkah-langkah persiapan wadah dan pemeliharaan ikan, sebagai berikut:
1. Menyiapkan wadah pemeliharaan berupa akuarium ukuran 60x40x40 cm3 sebanyak 15 buah, kemudian dibersihkan terlebih dahulu. Setelah itu, memasang instalasi filtrasi dan aerasi untuk menyuplai oksigen.
2. Akuarium diisi air sebanyak 80% dari volume total atau 76,8 liter. Menaburkan garam grosok dan probiotik sebagai treatment awal, kemudian diendapkan selama tujuh hari.
3. Mengaklimatisasikan dan memuasakan ikan nila selama satu hari.
7
4. Memberikan pakan uji sebanyak dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari secara ad station selama 45 hari.
3.6 Parameter Riset
Pakan diuji dengan menggunakan pengujian proksimat untuk mengetahui kandungan nutrisi pada pakan uji, antara lain protein, serat kasar, dan lemak.
Selain itu, terdapat beberapa pengukuran parameter, antara lain.
a. Pertumbuhan Mutlak
Pertumbuhan berat mutlak dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Wm = Wt − Wo
Keterangan : Wm (Pertumbuhan berat mutlak (g)), Wt (Berat rata-rata akhir penelitian (g)), Wo (Berat rata-rata awal penelitian (g)).
b. Total Konsumsi Pakan
Total konsumsi pakan dapat dihitung berdasarkan rumus berikut:
TKP = F1 − F2
Keterangan : TKP (Total Konsumsi Pakan), F1 (Bobot pakan ikan awal penelitian (g)), F2 (Bobot pakan ikan akhir penelitian (g)).
c. Specific Growth Rate (SGR)
Rumus menghitung Specific Growth Rate adalah:
SGR =Ln Wt-LnWo
t ×100 %
Keterangan : SGR (Specific Growth Rate (%)), Wt (Bobot rata- rata pada waktu ke-t (g)), Wo (Bobot rata-rata awal (g)), t (waktu (hari)).
d. Feed Conversion Ratio (FCR)
Feed Conversion Ratio (FCR) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
FCR =F
(Wt+D)-Wo
Keterangan : FCR (Feed Conversion Ratio), F (Jumah pakan yang diberikan (g)), Wt (Berat ikan pada akhir penelitian (g)) , Wo (Berat ikan pada awal penelitian (g)), D (Berat ikan yang mati (g)).
e. Kualitas Air
Pengukuran kualitas air harian dilakukan meliputi pH, oksigen terlarut, ammonia, dan suhu. Selain itu, ammonia diukur setiap satu minggu sekali. Pengukuran harian dilakukan pada pagi dan sore hari yaitu pada pukul 08.00-08.30 WIB serta pukul 16.00-16.30 WIB. Pengukuran pH, suhu, dan DO menggunakan Horiba Multiparameter, sedangkan kadar ammonia diukur menggunakan tes kit ammonia.
8
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN 4.1 Anggaran Biaya
Tabel 1. Format Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya
No Jenis Pengeluaran Sumber Dana Besaran
Dana (Rp)
1 Belanja Peralatan (60%)
Belmawa Rp 6.000.000
Perguruan Tinggi Rp 1.200.000 Instansi Lain (jika ada)
Belmawa Rp 1.500.000
2 Sewa dan jasa (15%) Perguruan Tinggi Rp 150.000 Instansi Lain (jika ada)
3 Biaya Perjalan (30%)
Belmawa Rp 1.000.000
Perguruan Tinggi - Instansi Lain (jika ada) 4
Biaya Lain-lain (15%) Belmawa Rp 1.500.000
Perguruan Tinggi - Instansi Lain (jika ada)
Jumlah Rp11.350.000
Rekap Sumber Dana
Belmawa Rp10.00.000
Perguruan Tinggi Rp1.350.000 Instansi Lain (jika ada)
Jumlah Rp11.350.000
9
4.2 Jadwal Kegiatan
Tabel 2. Jadwal Kegiatan
No. Jenis
Kegiatan
Bulan Person Penanggung Jawab
1 2 3 4 5
1 Pembelian
Alat dan Bahan
Hanan Inas Zain Heri Ananda
2 Melakukan
Pengujian
Ana Nurhaula 3 Pengolahan
Data
Dhian Puspita Sari
4 Pembuatan
Laporan
Bagas Putra Satria
5 Penyerahan
Laporan
David Kisworo
10
DAFTAR PUSTAKA
Ali , A. W., Koniyo, Y. & Juliana, 2017. Substitusi Tepung Singkong pada Pakan untuk Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Mas. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 5(2), pp. 54-59.
Amanah, F., n.d. Pengaruh Konsentrasi Bakteri Asam Laktat Lctobacillus casei Dan Lama Fermentasi Terhadap karakteristik Kimia Tepung Kulit SIngkong (Manihot esculenta) Terfermentasi. Dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Asrin, A., 2022. Metode Penelitian Eksperimen. Maqasiduna: Journal of Education, Humanities, and Social Sciences, 2(1), pp. 21-29.
Danu, R., Adelina & Heltonika, B., 2015. Pemanfaatan Fermentasi Daun
Singkong (Manihot utilisima Pohl.) Dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Benih Ikan Gurami
(Osphronemus gouramy Lac.). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau.
Lukman, Mulyana & Mumpuni, F. S., 2014. Efektivitas Pemberian Akar Tuba (Derris elliptica) Terhadap Lama Waktu Kematian Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Pertanian, 5(1), pp. 22-31.
Mahfuddara, et al., 2023. HIDROLISA KULIT SINGKONG (manihot utilisima pohl) MENJADI GLUKOSA CAIR MENGGUNAKAN KATALIS HCl. Chemical Engineering Journal Storage, 3(1), pp. 1-11.
Nafiqoh, N. & Suryaningrum, L. H., 2020. Hidrolisis ampas tebu menggunakan enzim selulase dari bakteri Bacillus subtilis dalam upaya
pemanfaatannya sebagai bahan pakan ikan. In Prosiding Seminar Nasional Biologi, 6(1), pp. 428-435.
Nurhayati, Thaib, A. & Adli, M., 2018. APLIKASI LIMBAH KULIT SINGKONG TANPA FERMENTASI DAN FERMENTASI SEBAGAI PENYUSUN RANSUM PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus).
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Universitas Asahan, pp. 356-377.
Nurlaeni, L. et al., 2022. Review potensi kulit singkong sebagai pakan ternak ayam boiler. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan, 4(1), pp. 19-26.
Setyoko, H. & Utami, B., 2016. Isolasi dan karakterisasi enzim selulase cairan rumen sapi untuk hidrolisis biomassa. In Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning, 13(1), pp. 863-867.
Sitompul, H. & Putra, D. R., 2016. Pengaruh waktu dan konsentrasi enzim selulase pada proses hidrolisis tandan kosong kelapa sawit menjadi glukosa. Analit: Analytical and Environmental Chemistry, 1(1).
11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing
12
13
14
15
16
17
18
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran N
o
Jenis Pengeiua Volume Harga Satuan (Rp)
Total (Rp) 1 Belanja Peralatan
Timbangan digital 1 buah 266.000/buah 266.000
Baskom 5 buah 60.000/buah 300.000
Gilingan Pelet 1 buah 250.000/buah 250.000
Pisau 5 buah 40.000/buah 200.000
Amonia Teskit 2 pack 200.000/pack 400.000
Biobal 5 kg 100.000/kg 500.000
Bioring 5 kg 100.000/kg 500.000
Kapas 2 kg 30.000/kg 60.000
Saringan 2 buah 30.000/buah 60.000
Batu Aerator 15 buah 50.000/buah 750.000
Akuarium 15 buah 65.000/buah 975.000
Oven 1 buah 900.000/buah 900.000
Alat Pengaduk 5 buah 50.000/buah 250.000
SUB TOTAL 4.750.000
2 Belanja Bahan
Benih Ikan Nila 10 kg 50.000/kg 500.000
Pakan Ikan Komersial 10 kg 50.000/kg 500.000
Aluminium Foil 1 rol 200.000/rol 200.000
Tepung Kedelai 1 kg 150.000/kg 150.000
Tepung Jagung 1 kg 150.000/liter 150.000
Miyak Jagung 1 liter 100.000/kg 100.000
Premix 1 kg 100.000/kg 100.000
19
Tepung ikan 1 kg 150.000/kg 150.000
Enzim Selulase 1 kg 400.000/kg 400.000
HCL 1 liter 200.000/liter 200.000
SUB TOTAL 2.450.000
3 Sewa dan Jasa
Uji Kadar Lemak 1 paket 500.000/paket 500.000
Uji Kadar Karbohidrat 1 paket 500.000/paket 500.000
Uji kadar Protein 1 paket 500.000/paket 650.000
SUB TOTAL 1.650.000
4 Biaya Perjalanan
Transportasi Pembelian Bahan
20 liter 25.000/liter 500.000
Transportasi Penelitian 20 liter 25.000/liter 500.000 1.000.000 5 Biaya Lain-lain
Pembuatan Proposal 20 liter 25.000 500.000
Pembuatan
Laporan Kemajuan
20 liter 25.000 500.000
Pembuatan Laporan Akhir
20 liter 25.000 500.000
SUB TOTAL 1.500.000
TOTAL 11.350.000
20 Lampiran 3 Susunan Organisasi Tim Pelaksana dan Pembagian Tugas
No Nama/NPM Program
Studi
Bidang Ilmu
Alokasi Waktu
Uraian Tugas
1 David Kisworo/
2320801081
Akuakultur Pertanian 6 jam/
Minggu
1. Mengatur pembagian tugas kepada anggota 2.Meng- koordinasi jalannya riset 3. Melakukan monitoring tahapan riset 4.
Mengevaluasi tahap
pelaksanaan 2 Dhian Puspita
Sari/2320801121
Akuakultur Pertanian 5 jam/
Minggu
Survey laboratorium yang akan digunakan untuk riset 3 Ana Nurhaula/
2320801087
Akuakultur Pertanian 5 jam/
Minggu
Menyiapkan semua
peralatan yang diperlukan dalam riset 4 Hanan Inas Zain
Heri Ananda /2320801075
Akuakultur Pertanian 5 jam/
Minggu
Mencatat pemasukan dan
pengeluaran keuangan 5 Bagas Putra
Satria/2110801022
Akuakultur Pertanian 5 jam/
Minggu
Mencatat setiap tahapan riset dalam logbook
Lampiran 4 Surat Pernyataan Ketua Pelaksana
21