• Tidak ada hasil yang ditemukan

daya dukung pengembangan sapi bali kecamatan lohia kabupaten muna

@jasman. id

Academic year: 2024

Membagikan "daya dukung pengembangan sapi bali kecamatan lohia kabupaten muna"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Daya Dukung Pengembangan Usaha Sapi Bali di Kecamatan Lohia Kabupaten Muna. (Supporting Capac ity for Bali Cattle Business Development in Lohia District, Muna Regency.)

Jasman1, Achmad Selamet Aku1*, & Hairil A. Hadini1

1Faculty of Animal, Halu Oleo University, South East Sulawesi, Indonesia

*Email : jasmanfino01@gmail.com

Abstrak. Penelitain ini bertujuan untuk mengkaji potensi pengembangan usaha sapi Bali di Kecamatan Lohia Kabupaten Muna. Responden adalah peternak sapi Bali yang memiliki ternak 2 ekor atau lebih. Sampel yang dipilih dari populasi dengan cara acak (simple random method), dari 9 desa/kelurahan yang ditentukan maka dipilih 9 responden dan diperoleh hasil 90 responden. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Kecamatan Lohia Kabupaten Muna memiliki daya dukung untuk dilakukan pegembangan usaha sapi Bali seperti keberadaan dan kelengkapan aspek fisik (perkandangan, sumber air, transportasi dan telekomunikasi) dan aspek non fisik yang meliputi sistem pemeliharaan dan pola pembibitan, sumber pakan, karakteristik peternak (umur, jenis kelamin, dan pengalaman berternak), petugas lapangan/penyuluh, dan aspek kelembagaan.

Kata Kunci : Daya Dukung, Aspek Fisik, Aspek Non Fisik

Abstract. This study aims to examine the potential for developing Bali cattle business in Lohia District, Muna Regency. Respondents are Balinese cattle breeders who have 2 or more cattle. The sample was selected from the population by a simple random method, from 9 designated villages/kelurahan, 9 respondents were selected and the results were 90 respondents. The results of the research conducted indicate that Lohia District, Muna Regency has the carrying capacity for the development of Bali cattle business such as the presence and completeness of physical aspects (households, water sources, transportation and telecommunications) and non-physical aspects which include maintenance systems and breeding patterns, feed sources, characteristics of the breeder (age, gender, and experience in raising livestock), field officers/extensions, and institutional aspects.

Keywords: Carrying Capacity, Physical Aspects, Non-Physical Aspects.

1. Pendahuluan

Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian bertujuan untuk mencapai kondisi peternakan yang tangguh, memiliki kemampuan untuk mensejahterahkan para petani peternak Perkembangan usaha peternakan dalam suatu proses produksi yang dilakukan

(2)

oleh peternak, peran peternak yang optimal ditentukan oleh potensi internal peternak, dan juga pengaruh eksternal dimana peternak tersebut berada (Sodiq 2012).

Potensi dasar yang dimiliki peternak menunjukkan kemampuan peternak mengembangkan usaha ternaknya di suatu kawasan. Potensi dasar peternak diantaranya pengalaman beternak, tingkat pendidikan formal dan non formal, serta intensitas berkomunikasi peternak (Suroso &

Nurhasan 2014).

Pengembangan peternakan yang berkelanjutan memerlukan pengetahuan tentang potensi yang terdapat di wilayah pengembangan, jumlah penduduk, fasilitas atau sarana prasarana serta ketersediaan hijauan makanan ternak yang sangat diperlukan dalam usaha peternakan sapi bali.

Maka dibutuhkan informasi dengan melihat daya dukung sumber daya alam, sumber daya manusia dan fasilitas fisik dan non fisik di wilayah tersebut.

2. Materi dan Metode

Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kecamatan Lohia Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara yang ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan mengambil 10 orang responden perdesa dari 9 desa di Kecamatan Lohia.

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini ditempuh dengan cara atau teknik sebagai berikut; Observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif

3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Sistem Pemeliharaan

Adapun sistem pemeliharaan ternak sapi Bali di Kecamatan Lohia Kabupaten Muna disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Sistem Pemeliharaan Ternak Sapi Bali di Kecamatan Lohia Kabupaten Muna.

Sistem Pemeliharaan Jumlah

(Orang)

Presentasi (%)

Ekstensif 47 52

Semi Intesif 43 48

Total 90 100

Tabel 1. menunjukkan bahwa sistem pemeliharaan ternak sapi Bali Kecamtan Lohia Kabupaten Muna masih didominasi dengan sistem pemeliharaan semi intensif sebanyak 43 orang (48%), dan peternak sapi Bali yang melakukan sistem pemeliharaan secara ekstensif sebanyak 47 orang (52%). Hasil penelitian menunjukkan persentasi sistem pemeliharaan sapi Bali di Kecamatan Lohia didominasi sistem pemeliharaan yang dilakukan secara ekstensif yaitu sebanyak 47 orang (52%), hal ini disebabkan karena masyarakat disana masih menganggap usaha peternakannya sebagai usaha sampingan.

3.2. Pola Pemeliharaan

Adapun pola pemeliharaan ternak sapi Bali di Kecamatan Lohia Kabupaten Muna disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Pola Pemeliharaan Ternak Sapi Bali di Kecamatan Lohia Kabupaten Muna.

Pola Pemeliharaan Jumlah

(Orang)

Presentase (%)

Penggemukan 26 29

(3)

Pembibitan 64 71

Total 90 100

Tabel 2. menunjukkan bahwa pola pemeliharaan ternak sapi Bali Kecamatan Lohia Kabupaten Muna masih tergolong pola pemeliharaan pembibitan sebanyak 64 orang (80%) jika dibandingkan dengan pola pemeliharaan sebagai penggemukan dari 90 orang responden yang melakukan pola pemeliharaan sebagai penggemukan hanya 26 orang (29%). Menurut Iqbal dan Anugrah (2009), sistem pemeliharaan yang dilakukan secara intensif/dikandangkan tujuan

pemeliharaannya adalah untuk pembibitan dan penggemukan, sementara sistem pemeliharaan dengan cara melepas sapi di padang penggembalaan tujuannya untuk pembibitan.

3.3. Sumber Pakan

Ketersediaan pakan merupakan salah satu faktor penting terutama dalam memenuhi kebutuhan hidup pokok ternak sapi Bali setiap hari. Sumber pakan ternak pada umumnya diperoleh dari daerahnya sendiri. Adapun sumber pakan Kecamatan Lohia Kabupaten Muna dapat disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Sumber Pakan Ternak Sapi Bali di Kecamatan Lohia Kabupaten

Sumber Pakan Jumlah (orang) Presentase (%)

Area perkebunan dan pertanian 50 56

Area kebun 15 15

Kebun HMT 25 28

Total 90 100

Tabel 3. menunjukkan bahwa sumber pakan ternak sapi Bali di Kecamatan Lohia Kabupaten Muna didominasi areal perkebunan dan pertanian yaitu sebesar 56%, kebun HMT sebesar 28%, areal kebun sebesar 15%. Abdullah et al., (2005) menyatakan bahwa Hijauan Makan Ternak (HMT) sebagai bahan pakan sumber serat mutlak, diperlukan sepanjang tahun. Pakan hijauan yang diberikan kepada ternak, dapat dalam dua macam bentuk, yaitu hijauan segar dan hijauan kering. Namun, ketersediaan pakan hijauan, utamanya hijauan segar terkadang menjadi kendala dalam pemeliharaan ternak ruminansia sedangkan Umiyasih dan Anggraeny (2007) menyatakan bahwa pakan harus mampu menyediakan hampir semua nutrien yang diperlukan oleh tubuh ternak. Pakan tidak perlu berlebihan bahkan harus efisien sehingga dapat memberikan keuntungan.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Lohia Kabupaten Muna memiliki daya dukung untuk dilakukan pegembangan usaha sapi Bali seperti keberadaan aspek non fisik yang meliputi sistem pemeliharaan dan pola pembibitan, dan sumber pakan.

5. Daftar Pustaka

1

Sodiq. A dan Budiono. M. 2012. Produktivitas Sapi Potong pada Kelompok Tani Ternak di Pedesaan. Jurnal Agripet, 12 (1): 28-33.

2

Suzeth G. Tinenta,S. O. B. Lombogia, F. S. Oley, J. M. Tumewu. 2017. Peranan kelompok peternak terhadap usaha pengembangan ternak itik di

Kecamatan Tondano Barat Kabupaten Minahasa. Sulawesi Barat. 37(2):415-425.

3

Salfina N. Ahmad, Deddy D. Siswansyah, dan Dewa K.S. Swastika. 2004. Kajian sistem usaha ternak sapi potong di kalimantan tengah. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 7, No. 2, Juli 2004 : 155- 170.

4

Mauludin, A.M, Winaryanto, S dan Alim, S. 2012. Peran Kelompok dalam

Mengembangkan Keberdayaan Peternak Sapi Potong (Kasus di Wilayah Selatan

(4)

Kabupaten Tasikmalaya). Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Bandung.

Jurnal Ilmu Ternak. 12(1): 1-8.

5 Karimuna

SR., Bananiek S., Syafiuddin,Jumiati WA. Potensi Pengembangan

Komoditas Peternakan di Sulawesi Tenggara. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis, Mei 2020, 7(2):110-118. p- ISSN: 2406-7489 e-ISSN: 2406-9337

6

Jull MA. 1951. Poultry husbandry. Third edition. McGraw-Hill Book Company Inc. New York

7 Jurame. S Sritiasni dan Immanuel. W. 2018. Kemampuan Peternak Dalam

Mendeteksi Birahi (Estrus) Pada Sapi Bali, Mendukung Pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) di Kampung Mantedi Distrik Masni Kabupaten Monokwari Propinsi Papua Barat. Jurnal Triton. 9(1).

8 Nataamijaya AG. 2000. The native chicken of

Indonesia. Buletin Plasma Nutfah.Vol 6(1):1-6

9

Chamdi AN. 2005. Karakteristik Sumberdaya Genetik Ternak Sapi Bali (Bos-bibos banteng) dan Alternatif Pola Konservasinya Biodiversitas Vol. 6, No. 1, Januari 2005, hal. 70-75.

10 Anggraini. N dan Riza A. P. 2017. Analisis Potensi Wilayah Dalam Pengembangan Peternakan Sapi Potong Di Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Jurnal Agrifo .2 (2).

11

Ajayi, D. A., Adeneye, J. A., Ajayi, F. T. 2005. Intake and Nutrien Utilization of West African Dwarf Goats Fed Mango (Mangifera indica), Ficus (Ficus thionningii), Gliricidia (Gliricidia sepium) Folianges and Concentrates as

Supplement to Basal Diet of Guinea Grass (Pannicum maximum). World Journal of Agricultural Sciences. 1(2):184 189.

12 Narso. A. Saleh, P.S. Asngari dan P. Muljono. 2012. Presepsi Penyuluh Pertanian

Lapang Tentang Perannya dalam Penyuluhan Pertanian Padi di Provinsi

Banten. Jurnal Penyuluhan. 8(1):92-102.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi, dan jenis cacing trematoda pada Sapi Bali di sentra pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi, dan jenis cacing trematoda pada Sapi Bali di sentra pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi,

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hierarki daya dukung lingkungan, dalam hal ini aspek sumber daya air, meliputi penetapan status daya dukung lingkungan berbasis

Tujuan penelitian adalah mengetahui karakteristik dan dampak ekonomis Calving Interval (CI) pada usaha peternakan sapi bali pada kelompok tani ternak Sakinah di

Dimana, kecamatan yang memilki nilai daya dukung tertinggi berdasarkan potensi harga tanah adalah Kecamatan Jabon, Kecamatan Balongbendo, Kecamatan Tulangan,

Berdasarkan Daya Dukung (DD) limbah tanaman pangan di Kabupaten Pesawaran mencapai 393.855 ST dengan Indeks Daya Dukung (IDD) sebesar 36,65 menunjukkan bahwa, daya dukung limbah

Penelitian tentang protozoa sudah dilakukan pada sapi bali di beberapa daerah di Bali, namun belum ada laporan hasil penelitian protozoa gastrointestinal pada

Tabel 14, menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja sangat bervariasi disebabkan oleh lama pengembalaan, biaya tenaga kerja pada usaha sistem gaduhan ternak sapi bali di