• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daya Saing Industri Pangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Daya Saing Industri Pangan"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

. Slide 1. REGULASI DAN DAYA SAING INDUSTRI PANGAN. DI INDONESIA. Course Description (ITP302 Food Regulation, 2 credits). Dicusses:  The major legislation related to foods and its role.  The regulatory rule making at national and international level.  Agencies that have regulatory authority.  Regulations that control the processing, packaging, labeling. and distribution of foods, including aspects of safety and nutritive value..  Food safety management system and food inspection system in Indonesia..  Food category system issued by Codex Alimentarius Commission (CAC) and that of adopted in Indonesia..  Principle of halal food assurance system according to Islam law and how it is incorporated in food regulation..  The case study on the implementation of food regulation is also discussed.. Course 1:.  Course introduction  The role of food regulation in Indonesia  Hierarchy of government regulation. related to foods in Indonesia  Food industry competitiveness.  Pangan adalah hak asasi setiap rakyat Indonesia karena pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar yang berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidupnya, baik dipandang dari segi kuantitas maupun kualitas.  Tersedianya pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi merupakan prasyarat utama yang harus terpenuhi. Poor loading and unloading of vegetables at Kramat Jati Wholesale Market. Palm Oil Production Activities in Ghana. Industri Pangan Indonesia. Industri pangan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berperan penting dalam. pembangunan industri nasional, sekaligus dalam perekonomian keseluruhan.. IMPLEMENTASI MEA 2015. Perlu peningkatan daya saing ekonomi. Inovasi teknologi. Dukungan Kebijakan yang tepat. Omset di industri makanan dan minuman olahan diprediksi akan bertumbuh 4-5% pada basis year-on-year (y/y) pada tahun 2015 (GAPMI 2015). National/International Regulation Faced by Food Industry. DAYA SAING. Tariff Non-tariff Barrier. • Ekolabeling. • Anti-dumping. • Penangkapan • dll. National regulation. • Zero tolerance. • Bio-terrorism. • Pelabelan. • Standard. Birokrasi. • Perizinan. • Keterbatasan infrastruktur. • Sertifikasi. • Pungutan. Multilateral. • WTO. • FAO. • Codex. Regional Bilateral Masalah sosial. & ekonomi. • Kerusakan lingkungan. • Modal. • Alih lahan. K e K. o n. su m. en. D A. R I L. A H. A N. Petani/Pekebun/ Peternak/Nelayan. Kolektor/ Produser. Pengolahan. Distributors/ Pedagang Besar. Pengecer KONSUMEN. (Adaptasi dari Intertek (Supan antakarn, 2009). RANTAI PASOK PANGAN. Keseluruhan mata rantai dijaga melalui sistem pengaturan, pembinaan dan pengawasan yang efektif di bidang kemanan, mutu dan gizi >>>> Regulation. Aman, bermutu. dan bergizi. FAKTA EMPIRIK PRODUK KELAPA SAWIT. SANGAT PENTING BAGI PERADABAN. Kelapa Sawit saat ini digunakan pada lebih dari 50% produk olahan yang dikemas dan dipasarkan di . supermarket (RSPO, 2010). © W. W F. -C a. no n / R icha. rd S tonehou. se. RAGAM PRODUK KONSUMSI YANG MENGANDUNG KELAPA SAWIT (WWF Meminta pada tahun 2015 semua produk harus tersertifikasi. Ramah Lingkungan). RAGAM PRODUK KONSUMSI YANG MENGANDUNG KELAPA SAWIT (WWF Meminta pada tahun 2015 semua produk harus tersertifikasi. Ramah Lingkungan). ISU MUTAKHIR SEBAGAI TANTANGAN GLOBAL PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI. # Higienitas, Penyakit dan Kontaminasi: Perlu perbaikan Rantai . Nilai Agroindustri (GAP dan GMP): Penyakit Sapi Gila (Mad. Cow), Melamine, formalin, boraks dll  Penyebab Utama: kekurang pedulian pada kontaminasi pakan,. terdapatnya residu kimia serta kejahatan pemalsuan. produk .  Kesejahteraan Ternak: menjadi tuntutan global. Contoh kasus : Skandal RPH di Indonesia dan sorotan keras di media dan masyarakat Australia.. # PENIPUAN Produk Tiruan, Sumber Bahan Baku Ilegal, Penyalahgunaan Label palsu dll.. # Lingkungan Hidup: Pencemaran lingkungan, pemanenan yang . berlebihan, ketidak seimbangan ekologis: Degradasi Hutan, . Penggunan Lahan Gambut, Emisi GRK . The Importance of Food Regulation.  Pangan: • Hak asasi manusia • Harus tersedia, aman, bermutu, bergizi, beragam,. terjangkau.  Diperlukan suatu sistem pangan: • Perlindungan kesehatan masyarakat, dan. peningkatan kesejahteraan • Perlu aturan normatif.  Landasan hukum bagi pengaturan, pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan produksi, peredaran dan perdagangan pangan.  Menciptakan pangan yang aman, bermutu dan bergizi, perdagangan pangan yang jujur, dan bertanggung jawab.  Meningkatkan daya saing pelaku usaha (produsen – retailer) dalam memenuhi standar keamanan. . Fungsi Regulasi Pangan. Siapa yang bertanggung jawab?. Hak-hak Konsumen (UU Perlindungan Konsumen 8/1999.  Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.  Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa.  Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.  Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujud mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.  Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan.. Hak-hak Konsumen (UU Perlindungan Konsumen 8/1999.  Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.  Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.  Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi/penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya..  Hak-hak untuk diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.. Problems in Food Safety: International Trade Refusal of Exported Food Products of Indonesia. in April 2004-March 2005 Months Total Cases Cases in Foods. April 39 36. May 30 26. June 39 39. July 79 75. August 44 43. September 28 28. October 41 34. November 21 13. December 11 11. January 15 14. February 29 24. March 31 30. Total 406 373 (92%). http://www.fda.gov/ora/oasis. Reason of Export Refusal of Food Products of Indonesia in the Period of April 2004 – March 2005. 20.91. 26.81. 1.62. 32.43. 18.23. 0. 5. 10. 15. 20. 25. 30. 35. Salmonella Filthy Salmonella + Filthy. Filthy + Others Others. Reason of Refusal. P er. ce n. ta g. e (%. ). Problems in Food Safety: International Trade. Refusal of Exported Commercially Sterilized Food Products from Indonesia. (Nov 2000-Sept 2002). 0. 2. 4. 6. 8. 10. 12. 14. 16. 18. N o v -0. 0. D e c -0. 0. Ja n. -0 1. F e b. -0 1. M a r-. 0 1. A p. r- 0. 1. M a y -0. 1. Ju n. -0 1. Ju l-. 0 1. A u. g -0. 1. S e p. -0 1. O c t-. 0 1. N o v -0. 1. D e c -0. 1. Ja n. -0 2. F e b. -0 2. M a r-. 0 2. A p. r- 0. 2. M a y -0. 2. Ju n. -0 2. Ju l-. 0 2. A u. g -0. 2. S e p. -0 2. Month. # o. f C. as es. # cases # Industry. Problems in Food Safety: International Trade. Hierarki Peraturan Perundangan di Indonesia.  Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945  Undang-Undang (UU) atau Peraturan Pemerintah. Pengganti Undang-Undang (Perpu)  Peraturan Pemerintah (PP)  Keputusan Presiden (Keppres)  Peraturan Presiden  Keputusan Menteri/Kepala Badan  Peraturan Menteri/Kepala Badan  Peraturan Daerah (Perda):. • Perda Provinsi • Perda Kabupaten/Kota.  Juknis, Standar.. Undang-undang di Bidang Keamanan Pangan.  Undang-undang Nomor 23, Tahun 1992 Tentang Kesehatan. • Pengamanan Makanan dan Minuman • Label Makanan dan Minuman • Penarikan dan Pemusnahan • Penyidikan.  UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan • Keamanan Pangan • Mutu dan Gizi • Label dan Iklan Pangan.  UU No. 8 Tahun 1999: Perlindungan Konsumen. Peraturan Pemerintah.  Ketentuan-ketentuan sebagai penjabaran UU dalam Peraturan Pemerintah (PP).  Contoh: • Keamanan pangan, mutu & gizi pangan. (PP28/2004) • Label dan iklan pangan: PP 69/1999 • Ketahanan Pangan: PP No.68/2002. Keputusan Menteri/Kepala Badan.  Keputusan Menteri Kesehatan No. 715/MENKES/SK/V/2003 tanggal 23 Mei 2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga.  Keputusan Menteri Kesehatan No. 942/MENKES/SK/VII/2003 tanggal 3 Juli 2003 tentang Pedoman Persyaratan Hyigiene Sanitasi Makanan Jajajan..  Keputusan Menteri Kesehatan No 1098/MENKES/SK/VII/2003 tanggal 31 Juli 2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran..  Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No HK. 00.05.5.1639 Tanggal 30 April 2003 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB- IRT).  Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No: HK. 00.05.5.1641 tangal 30 April 2003 tentang Pedoman Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Keputusan Menteri/Kepala Badan.  Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No: HK.00.05.23. 02769 tanggal 4 September 2002 tentang Pencantuman Asal Bahan Tertentu, Kan-dungan Alkohol, dan Tanggal Kadaluarsa pada Penandaan/Label Obat, Obat Tradisional, Suplemen Makanan, dan Pangan.  Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No: No. HK 00.05.52. 4321 tanggal 4 Desember 2003 tentang Pedoman Umum Pelabelan Produk Pangan..  Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 634/MPP/Kep/IX/2002 tentang Ketentuan dan Tatacara Pengawasan Barang dan atau Jasa yang Beredar di Pasar. Peraturan Menteri.  Peraturan Menteri Perdagangan RI No 04/M-DAG/PER/2/ 2006 tentang Distribusi dan Pengawasan Bahan Berbahaya.  Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/Men.Kes/Per/IX/ 1988 Tentang Bahan Tambahan Makanan.  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 826/Men.Kes/Per/ XII/1987 Tentang Makanan Iradiasi.  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 712/Men.Kes/Per/ X/1986 tentang Persyaratan Kesehatan Jasa Boga.  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 239/Men.Kes/Per/ V/1985 tentang Zat Warna Tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya. Kemenkes, Kemenag dan Badan POM  Standar-standar mutu keamanan. pangan  Pedoman dan code of practice  Keputusan Menteri Agama RI Nomor. 518 Tahun 2001 tentang Pedoman dan Tata Cara Pemeriksaan dan Penetapan Pangan Halal.  Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 28/Menkes/SK/I/1996 yang memuat tentang label makanan. Perangkat Regulasi Lain. List Peraturan di Bidang Pangan. 1. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor:Hk.00.05.5.1142 Tahun 2003 Tentang Acuan Pencantuman Persentase Angka Kecukupan Gizi Pada Label Produk Pangan. 2. SK. Kepala Badan POM No. HK. 00.05.52.6581 tentang Penggunaan Chitosan dalam Produk Pangan. 3. SK Kepala Badan POM No. 00.05.5.1.4547 tentang Persyaratan Penggunaan Pemanis Buatan dalam Produk Pangan Tahun 2004. 4. Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor HK.00.05.52.0685 tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional Tahun 2005. 5. SK Kepala Badan POM No. HK.00.05.52.3877 Tahun 2005 tentang Persyaratan Penggunaan Ekstrak Stevia sebagai Pemanis Alami. 6. Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor HK. 00.06.51.0475 tentang Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan Tahun 2005. 7. Peraturan Ka.Badan POM RI No. HK 03.1.23.11.11.09605.Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan POM No. HK.00.06.51.0475 Tahun 2005 Tentang Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan. 8. SK Kepala Badan POM No. HK.00.05.52.40.40 Tanggal 9 Oktober 2006 tentang Kategori Pangan. 9. Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor HK.00.05.52.6291 tentang Acuan Label Gizi Produk Pangan (9 Agustus 2007). 10. SK. Kepala Badan POM No. HK. 00.05.52.6581 tentang Penggunaan Chitosan dalam Produk Pangan (23 Agustus 2007). 35. List Peraturan di Bidang Pangan. 11. Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor HK.00.06.1.52.6635 tentang Larangan Pencantuman Informasi Bebas Bahan Tambahan Pangan pada Label dan Iklan Pangan (Tgl 27 Agustus 2007). 12. Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor HK.00.06.52.0100 tentang Pengawasan Pangan Olahan Organik (tgl 7 Januari 2008). 13. Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor HK.00.06.1.0256 tentang Larangan Penambahan Vitamin K dalam Produk Susu (16 Januari 2008). 14. Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor HK.00.05.23.3541 tentang Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik (8 Juli 2008). 15. Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor HK.00.05.1.52.3572 tentang Penambahan Zat Gizi dan Non Gizi dalam Produk Pangan (10 Juli 2008). 16. Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.00.05.52.1831 tentang Pedoman Periklanan Pangan (14 April 2008). 17. Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.00.05.1.52.3832 tahun 2009 tentang Standar Formula Bayi dan Formula Bayi untuk keperluan Medis Khusus (12 Oktober 2009). 18. Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan (28 Oktober 2009). 19. Peraturan Kepala Badan POM RI No.HK.03.1.52.08.11.07235 Tahun 2011 tanggal 8 Agustus 2011 tentang Pengawasan Formula Bayi dan Formula Bayi untuk Keperluan Medis Khusus.. 36. PENGUSAHA. Membuat Produk/Jasa. Konsumen. Karakteristik. STANDAR. • Syarat • Kebutuhan • Keinginan. Menetapkan Permintaan. Pemahaman Mengenai Mutu dan Standar. Lanjut Pert 2.  Penyebab rendahnya daya saing produk pertanian juga dapat disebabkan modal rendah yang dimiliki pelaku usaha pertanian pada umumnya, khususnya usaha pertanian skala kecil (UMKM) yang mayoritas jumlahnya..  Pentingnya mewujudkan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif melalui konsolidasi kelembagaan untuk menciptakan keterpaduan harga melalui mekanisme pasar yang adil dan keterpaduan antar pelaku..  Industri pangan yang berdaya saing adalah Industri yang fleksibel dalam merespon dinamika pasar dan mampu memenuhi kebutuhan pasar secara efektif dan efisien..  Semua pemangku kepentingan baik akademisi (academicians), dunia usaha dan industri (businesses), pemerintah di pusat dan daerah (governments) maupun masyarakat (communities) harus berupaya keras secara cerdas dan cermat meningkatkan daya saing produk pertanian Indonesia di pasar ASEAN dan global.. Daya Saing Industri Pangan. TERIMA KASIH. TUGAS  Pilih satu regulasi pangan Indonesia  Bahas:. Cakupan regulasi Fungsi/ Tujuan Implementasi Permasalahan Kendala. Slide 1 Course Description (ITP302 Food Regulation, 2 credits) Course 1: Slide 4 Slide 5 Slide 6 Slide 7 Slide 8 Slide 9 Industri Pangan Indonesia Slide 11 Slide 12 National/International Regulation Faced by Food Industry Slide 14 Slide 15 Slide 16 Slide 17 The Importance of Food Regulation Slide 19 Slide 20 Slide 21 Slide 22 Hak-hak Konsumen (UU Perlindungan Konsumen 8/1999 Hak-hak Konsumen (UU Perlindungan Konsumen 8/1999 Slide 25 Slide 26 Slide 27 Hierarki Peraturan Perundangan di Indonesia Undang-undang di Bidang Keamanan Pangan Peraturan Pemerintah Keputusan Menteri/Kepala Badan Keputusan Menteri/Kepala Badan Peraturan Menteri Slide 34 Slide 35 Slide 36 Slide 37 Slide 38 Slide 39 TUGAS.

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh suatu industri pangan dengan penerapan sistem HACCP antara lain meningkatkan keamanan pangan pada produk makanan yang

Lokasi penelitian yang dipilih adalah di kawasan Jawa Tengah, karena: (1) kebanyakan sektor industri yaitu sebanyak 73.5 persen masih berada di Pulau Jawa dan Bali, dimana

Industri pangan mempunyai tanggung jawab langsung dalam pencapaian status kesehatan dan gizi masyarakat yang lebih baik dalam perannya sebagai penyedia produk pangan

Khusus industri-industri TPT yang padat modal, telah mulai mengupayakan pemanfaatan energi alternative batubara (± 50 perusahaan) sebagai cara menekan biaya produksi.

Industri perkapalan, telah dibangun dengan restrukturisasi dan revitalisasi sebagian besar industri galangan kapal secara nasional dalam rangka peningkatan kemampuan produksi,

Dalam hal ini, pengembangan agroindustri pangan tidak hanya mempunyai potensi dan peran strategis dalam meningkatkan ketersediaan, akses, maupun kualitas konsumsi pangan, tetapi

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, bahwa Pedoman Penggunaan Bahan Tambahan Pangan pada Pangan Industri Rumah Tangga dan Pangan Siap Saji Sebagai Pangan

Untuk menumbukembangkan industri kecil pangan di kota Jambi dimasa datang maka diperlukan kebijakan yang terkait dengan industri unggulan pangan yang terpilih. Hasil