• Tidak ada hasil yang ditemukan

Determinan pengungkapan corporation social responsibility (CSR) memasuki era pandemi COVID-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Determinan pengungkapan corporation social responsibility (CSR) memasuki era pandemi COVID-19"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Determinan pengungkapan corporation social responsibility (CSR) memasuki era pandemi COVID-19

Molkend Siringoringo [email protected]

Program Studi Akuntansi, Perbanas Institute, Setiabudi, Jakarta, Indonesia Tiolina Evi

[email protected]

Program Studi Akuntansi, Perbanas Institute, Setiabudi, Jakarta, Indonesia

Abstract

Disclosure of Corporate Social Responsibility entering the COVID-19 pandemic era has become one of the important issues in Indonesia. Therefore, this research objective is to provide an analysis of the determinants of the disclosure of corporate social responsibility The data collection technique in this research used a purposive sampling technique with 22 consumer goods sector companies in 2019-2021. The analysis method used is multiple linear regression model. This research provides analysis results of company size influencing corporate social responsibility disclosure, profitability has no influence on corporate social responsibility disclosure, leverage influences corporate social responsibility disclosure but positively. This research focuses on the level of corporate social responsibility disclosure entering the COVID-19 pandemic era, and discusses company size, profitability including leverage in consumer goods sector companies.

Keywords : corporate social responsibility; size; profitability; leverage

Abstrak

Pengungkapan corporate social responsibility memasuki era pandemic COVID-19 menjadi salah satu isu penting di negara Indonesia, Oleh sebab itu tujuan penelitian untuk memberikan analisa determinan pada pengungkapan corporate social responsibility. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah 22 perusahaan sektor barang konsumsi pada tahun 2019-2021. Metode analisis yang digunakan adalah model regresi liniear berganda. Penelitian ini memberikan hasil analisa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility, profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility, leverage berpengaruh namun positif terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Penelitian ini berfokus pada tingkat pengungkapan corporate social responsibility memasuki era pandemic COVID-19, dan membahas ukuran perusahaan, profitabilitas termasuk leverage pada perusahaan sektor barang konsumsi.

Kata Kunci : corporate social responsibility; ukuran perusahaan; profitabilitas; leverage

(2)

PENDAHULUAN

Pendapatan dari masyarakat dalam sebuah negara dapat menyebabkan tingkat konsumsi lebih tinggi, hal ini menghasilkan tingginya timbunan sampah, dan hal tersebut akan berhubungan erat dengan peningkatan banyaknya limbah sampah yang dihasilkan, berikut adalah grafik timbunan sampah yang dihasilkan dari perusahaan barang konsumsi memiliki hasil grafik yang tinggi.

Gambar 1. Sampah produk konsumen yang mencemari Jakarta Sumber : databoks.katadata.co.id, diakses 17 Juli 2023

Dari grafik diatas dapat dikatakan bahwa pendapatan masyarakat sebelum pandemi masih stabil, meskipun grafik tersebut menunjukkan fenomena tingginya jumlah sampah yang dihasilkan oleh barang konsumsi masyarakat, tetapi banyak peristiwa yang terjadi memasuki pandemi COVID-19, baik di Indonesia bahkan seluruh dunia mengalami dampak tersebut.

Wabah ini telah menyebabkan banyak kerugian dalam bentuk korban jiwa dan dampak-dampak sosial, ekonomi, serta lingkungan. Sebagai akibat dari pandemi ini, banyak perubahan terjadi dan bahkan resesi terjadi di banyak negara. Krisis yang dihasilkan oleh pandemi ini telah menantang berbagai pihak, termasuk perusahaan. Perusahaan menghadapi tantangan besar dalam mengadaptasi diri dengan perubahan yang cepat dan akibat buruk yang ditimbulkan oleh situasi ekonomi yang tidak menguntungkan. Respons perusahaan terhadap pandemi ini bervariasi. Sejumlah perusahaan merespons dengan mengimplementasikan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dengan membantu masyarakat yang terkena dampak. Di sisi lain, ada juga perusahaan yang mencoba mengambil keuntungan jangka pendek memasuki situasi pandemi COVID-19, dengan tindakan yang mungkin tidak etis atau tanpa mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat yang terkena dampak COVID-19.

(Kompas.com-04/11/2020).

CSR (corporate social responsibility) adalah serangkaian kegiatan yang perusahaan wajib lakukan, jika perusahaan tidak melaksanakan CSR maka mereka akan menghadapi sanksi atau hukuman. CSR adalah bentuk tanggung jawab perusahaan dan semua pihak di dalamnya untuk aktif berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Biasanya, perusahaan mengalokasikan sekitar 2-3% dari total keuntungan mereka dalam setahun untuk dana CSR.

Penerapan CSR kini tak hanya dipandang sebagai pengeluaran biaya, melainkan juga sebagai investasi jangka panjang bagi perusahaan. Dengan mengungkapkan informasi tentang kegiatan mereka, perusahaan memungkinkan para pemangku kepentingan (stakeholder) untuk

(3)

mengevaluasi kinerja perusahaan tersebut. Dengan kata lain, CSR adalah kewajiban perusahaan untuk berkontribusi pada kesejahteraan sosial dan lingkungan di sekitarnya. Hal ini mencakup penyaluran dana dan sumber daya untuk proyek-proyek yang memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, serta keterbukaan dalam memberikan informasi tentang kegiatan CSR kepada semua stakeholder yang terlibat.

Ukuran perusahaan sering digunakan sebagai indikator yang menggambarkan sejauh mana perusahaan mengungkapkan aspek sosial dalam laporan tahunan mereka. Secara umum, perusahaan yang memiliki skala besar cenderung untuk melakukan pengungkapan yang lebih baik Penelitian milik (Sekarwigati & Effendi, 2019), (Dewi, & Sedana, 2019) menunjukkan adanya korelasi positif antara skala perusahaan dan tingkat pengungkapan CSR. Ini berarti bahwa semakin besar ukuran perusahaan, semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut akan memberikan perhatian yang lebih besar pada pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam laporan-laporan mereka. Faktor ini mungkin disebabkan oleh ketersediaan sumber daya yang lebih banyak pada perusahaan besar dan interaksi yang lebih luas dengan berbagai pemangku kepentingan seperti investor, konsumen, dan masyarakat umum. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan besar cenderung merasa dorongan atau harapan untuk secara transparan mengungkapkan inisiatif dan upaya yang mereka lakukan dalam bidang tanggung jawab sosial. Namun, temuan ini inkonsisten dengan hasil dari penelitian lain (Rukmana, Hendri & Rismansyah 2020), ukuran perusahaan tidak menjadi faktor utama yang memengaruhi sejauh mana perusahaan mengungkapkan informasi mengenai tanggung jawab sosial mereka. Penelitian ini mungkin menunjukkan bahwa faktor-faktor lain, seperti industri, regulasi, atau strategi perusahaan, Dapat memiliki dampak yang lebih signifikan terhadap tingkat pengungkapan CSR dibandingkan dengan dimensi ukuran perusahaan itu sendiri.

Dalam satu penelitian oleh Dewi, & Sedana (2019), disebutkan bahwa terdapat korelasi antara tingkat profitabilitas perusahaan dengan tingkat pengungkapan CSR. Ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang meraih profitabilitas tinggi cenderung memiliki komitmen yang lebih besar terhadap tanggung jawab sosial dan lebih terbuka dalam mengungkapkan upaya serta inisiatif CSR yang mereka lakukan. Dalam konteks ini, profitabilitas dianggap sebagai faktor yang mendorong perusahaan untuk berpartisipasi dalam tanggung jawab sosial. Namun, penelitian lain seperti Rukmana, Hendri & Rismansyah (2020) menunjukkan hasil yang berbeda. penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara profitabilitas perusahaan dengan tingkat pengungkapan CSR. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tingkat profitabilitas perusahaan tidak memiliki dampak langsung terhadap sejauh mana perusahaan mengungkapkan informasi mengenai tanggung jawab sosial mereka.

Dalam kerangka pengungkapan CSR, ditemukan bahwa terdapat korelasi negatif antara tingkat leverage (utang) perusahaan dengan tingkat pengungkapan CSR. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio utang perusahaan, semakin rendah kemungkinan perusahaan tersebut akan aktif dalam mengungkapkan informasi seputar tanggung jawab sosial mereka. Temuan ini merujuk pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat utang yang tinggi cenderung lebih berhati-hati dalam mengungkapkan informasi tentang inisiatif CSR mereka. Mungkin karena perusahaan dengan leverage yang tinggi berfokus pada mengatasi masalah keuangan dan pembayaran utang, sehingga mereka cenderung mengurangi pengungkapan informasi yang tidak berkaitan langsung dengan kinerja keuangan mereka (Dewi, & Sedana, 2019). Tetapi dalam kaitannya dengan hasil penelitian (Efansius & Delvi, 2022) bahwa hasilnya tidak memberikan pengaruh signifikan karena tingkat leverage yang tinggi akan membuat manajemen melunasi kewajiban finasialnya dan mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosialnya.

(4)

KAJIAN TEORI

Teori Legitimasi

Teori legitimasi (legitimacy theory) adalah landasaran teori yang awalnya dipersembahkan oleh Dowling dan Pfefer (1975) yang hasilnya memberikan fokus terhadap hubungan dengan perusahaan dan masyarakat. Arti dari teori legitimasi adalah pendekatan teoritis yang penting dalam memahami interaksi antara perusahaan dan masyarakat dalam konteks tanggung jawab social yang tinggi perusahaan kepada masyarakat, pandangan tentang teori ini berpendapat bahwa perusahaan berusaha untuk mempertahankan atau dukungan lebih luas dan kepercayaan dari masyarakat umum serta pihak-pihak yang memiliki kepentingan (stakeholder) dalam perusahaan tersebut. Ini dapat memperkuat citra perusahaan dan membangun hubungan yang lebih positif dengan semua pihak yang terlibat, sehingga perusahaan dianggap lebih kredibel dan dihormati dalam menjalankan kegiatan bisnisnya dengan cara mengadopsi perilaku yang dianggap pantas dan diterima oleh masyarakat. Dalam konteks CSR, perusahaan berupaya untuk membangun citra positif dan memperoleh legitimasi dari masyarakat dengan kegiatan-kegiatan yang memberikan imbal positif bagi masyarakat dan lingkungan. Informasi ini berfungsi sebagai alat efektif dan efisien bagi pemegang saham untuk menilai program sosial dan laporan tahunan perusahaan (Beltratti, Andrea, 2005).

Corporate social responsibility (CSR)

Mengungkapkan kewajiban sosial perusahaan menjadi wajib ketika pemerintah atau badan regulasi mengharuskan perusahaan untuk melaporkan informasi terkait CSR dalam laporan keuangan atau laporan tahunan mereka. Pada beberapa yurisdiksi, ada persyaratan hukum yang mengatur pengungkapan CSR, dan perusahaan harus memenuhi kriteria tertentu dalam menyajikan informasi ini. Tujuan dari pengungkapan wajib (mandatory disclosure) adalah memberikan informasi yang jelas dan terbuka kepada para pemangku kepentingan dan untuk memastikan bahwa perusahaan mematuhi standar dan regulasi yang ditetapkan.

Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) sering kali melibatkan informasi yang lebih detail dan komprehensif tentang berbagai program CSR perusahaan, tujuan, dampak, serta langkah-langkah yang diambil untuk mengatasi isu-isu sosial dan lingkungan. Meskipun ini bersifat sukarela, pengungkapan ini dapat mencerminkan komitmen perusahaan terhadap tanggung jawab sosial dan transparansi (Afifah, & Immanuela, 2021).

CSR dikenal memiliki tiga komponen inti yang terdiri dari people, profit, dan planet.

Selain itu, terdapat berbagai instrumen untuk mengukur pelaksanaan CSR. Dalam penelitian ini, panduan (GRI) G4 digunakan, yang menguraikan 91 poin pengungkapan yang dikeluarkan pada tanggal 22 Mei 2013. GRI G4 merangkum dimensi ekonomi, lingkungan, sosial/ketenagakerjaan, serta tanggung jawab atas produk, (https://wwwglobalreportingorg/, diakses pada 17 Agustus 2023).

Ukuran perusahaan

Dalam kerangka teori agensi, perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki minat yang lebih besar dalam meminimalkan potensi konflik agensi. Salah satu strategi untuk mencapai tujuan ini dengan melakukan pengungkapan informasi yang lebih rinci. Tindakan ini dapat membantu mengurangi biaya yang terkait dengan potensi konflik agensi (Aprilia, 2020).

Harta atau sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dikenal sebagai aset. Semakin besar aset yang dimiliki, perusahaan memiliki kapasitas untuk melakukan investasi dan memenuhi permintaan produk secara efektif. Kaitannya dengan tanggung jawab sosial perusahaan, aset perusahaan berpengaruh. Ukuran perusahaan yang dihitung berdasarkan total

(5)

aset bisa mencerminkan kemampuan perusahaan dalam berkontribusi terhadap tanggung jawab sosial. Ukuran perusahan diproksikan dengan logaritma natural dari total asset (ln(asset)).

Profitabilitas

Menurut Kasmir (2019), rasio profitabilitas merujuk pada perbandingan yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dalam menciptakan laba atau keuntungan dalam periode tertentu, dengan mengacu pada pendapatan dari penjualan, aset, dan ekuitas. Tingkat profitabilitas memainkan peran penting dalam memberikan manajemen perusahaan keleluasaan dan fleksibilitas untuk menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap para pemegang saham (Yanti, Endiana & Pramesti, 2021).

Return on equity (ROE) merupakan rasio yang memperbandingkan laba bersih perusahaan dengan ekuitas yang dimiliki oleh para pemegang saham. Rasio ini memberikan petunjuk tentang sejauh mana para pemilik saham mendapatkan imbal hasil dari investasi mereka dalam perusahaan. Formula ROE dihitung dengan membagi laba bersih perusahaan dengan total ekuitas yang dimiliki oleh para pemegang saham (Hanafi, 2016). Rumus ini diciptakan untuk mengevaluasi kinerja keuangan dan kapasitas perusahaan dalam memberikan keuntungan kepada para pemegang saham atas modal yang telah mereka investasikan :

𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 = 𝑁𝑒𝑡 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑥 100%

Leverage

Menurut Kasmir (2019), dijelaskan bahwa dalam konteks nilai leverage, perusahaan memiliki potensi untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi jika nilai leverage-nya tinggi.

Namun, risiko kerugian juga lebih besar. Di sisi lain, jika nilai leverage rendah, risiko kerugian perusahaan lebih kecil, terutama saat kondisi perekonomian memburuk. Hal ini berimplikasi pada rendahnya tingkat hasil pengembalian (return) ketika perekonomian sedang tumbuh dengan baik.

Berdasarkan uraian diatas dapat diartikan leverage memberikan sebuah gambaran dari tinggi atau rendahnya sebuah resiko yang dimiliki dalam perusahaan, maka leverage perlu dimanage dengan cara mengatur posisi hutang supaya tidak terlalu tinggi dibandingkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang karena dengan hutang yang terlalu besar secara tidak langsung akan mempengaruhi nilai perusahaan tersebut.

Selain itu, rasio leverage digunakan sebagai Instrumen untuk menilai sejauh mana perusahaan memiliki kemampuan dalam melunasi tanggung jawabnya, baik yang memiliki jangka waktu lama maupun singkat (Kasmir, 2019). Dalam kerangka penelitian ini, penggunaan leverage diukur dengan menggunakan formula berikut :

𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐷𝐴𝑅) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑥 100%

Faktor Ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR

Dimensi perusahaan mencerminkan seberapa besar total aset yang dikuasai oleh perusahaan. Perusahaan yang berskala besar memiliki kumpulan aset yang terdiri dari aset lancar (seperti kas, piutang, dan persediaan) serta aset tidak lancar (seperti properti, tanaman, dan peralatan) yang signifikan. Aset yang besar memberikan perusahaan kemampuan untuk mendukung berbagai kegiatan operasional dan non-operasionalnya. Semakin besar ukuran perusahaan, semakin kompleks juga lingkungan di mana perusahaan beroperasi. Kehadiran perusahaan yang besar akan berdampak pada lingkungan sekitar, masyarakat, dan berbagai pemangku kepentingan. Oleh karena itu, perusahaan akan menghadapi lebih banyak

(6)

permintaan dan harapan dalam hal kewajiban hukum dan tanggung jawab sosial terhadap lingkungan, masyarakat, dan berbagai pemangku kepentingan yang terkait (Anggraini, &

Widati, 2021).

H1: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.

Faktor Profitabilitas terhadap Pengungkapan CSR

Profitabilitas memiliki peran krusial karena memiliki dampak langsung pada kelangsungan hidup dan keberlanjutan perusahaan. Perusahaan yang mampu menghasilkan keuntungan yang signifikan cenderung lebih peka terhadap kepentingan dan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), serta pengungkapan informasi terkait CSR. Profitabilitas yang tinggi menghasilkan kesadaran akan urgensi menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai elemen penting dalam aktivitas bisnis. Perusahaan yang memperoleh profitabilitas yang baik umumnya dapat mengalokasikan sumber daya yang memadai untuk berbagai inisiatif CSR, melibatkan beragam program dan kegiatan yang memberi manfaat kepada masyarakat dan lingkungan (Afifah & Immanuela, 2021). Ketika tingkat profitabilitas perusahaan tinggi, para penerima laporan keuangan akan menilai kinerja perusahaan sebagai "berita baik" (good news), meningkatkan keinginan investor untuk menanam modal dalam suatu perusahaan. Tingkat profitabilitas yang baik menunjukkan bahwa perusahaan memiliki performa keuangan yang kuat dan menguntungkan, sehingga membuatnya menjadi tempat yang menarik bagi investor yang mencari peluang investasi yang menguntungkan, ROE memberikan pandangan tentang sejauh mana perusahaan dapat menghasilkan pengembalian bagi pemilik saham dari investasi mereka. ROE yang tinggi biasanya diartikan sebagai indikasi kinerja yang baik, hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan berhasil menciptakan keuntungan yang lebih besar terhadap investasi modal yang disediakan oleh para pemegang saham/ekuitas (Rafika, A. P., &

Yulius, J. C. 2023).

H2: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.

Faktor Leverage terhadap Pengungkapan CSR

Leverage berfungsi sebagai instrumen evaluasi untuk mengukur sejauh mana perusahaan memanfaatkan pendanaan dari pihak kreditur guna mendanai aset-asetnya. Rasio utang terhadap total aset menjadi pendekatan yang digunakan untuk menghitung leverage perusahaan (Novi, 2017). Dengan begitu semakin tinggi tingkat leverage cenderung semakin kecil perusahaan dalam membiayai kegiatan tanggung jawab social, perusahaan lebih mementingkan pembayaran hutangnya terlebih dahulu. Penelitian ( Munzir, Andriyan & Hidayat, 2023), (Wendy & Harnida, 2020) dan (Dewi, & Sedana, 2019) menemukan hasil bahwa rasio leverage mempunyai pengaruh negatif dan signifikan pada corporate social responsibility (CSR).

H3: Leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan CSR.

Dalam sketsa kerangka penelitian ini, disajikan rangkuman mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Pengungkapan corporate social responsibility (CSR). Dalam situasi ini, variabel tergantungnya adalah pengungkapan corporate social responsibility (CSR), sedangkan variabel bebasnya melibatkan ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage.

(7)

Gambar 2. Kerangka pemikiran

METODE PENELITIAN

Sampel Penelitian

Dalam konteks penelitian ini, subjek yang dianalisis meliputi semua perusahaan di sektor barang konsumsi yang tercatat di bursa efek Indonesia, hal ini didasarkan pada fenomena yang dijelaskan pada paragraph sebelumnya yaitu ada beberapa perusahaan barang konsumsi yang mencoba mengambil keuntungan jangka pendek memasuki situasi pandemi COVID-19, dengan tindakan yang mungkin tidak etis atau tanpa mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat yang terkena dampak COVID-19 (Kompas.com, diakses 04/11/2020). Penelitian ini menggunakan pendekatan non-probability sampling dalam seleksi sampel secara random, hal tersebut didasari yaitu sampel data kemungkinan terpilih sebagai sampel tidak sama besar.

Sampel dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Perhatian dalam penelitian difokuskan pada perusahaan yang menjalankan kegiatan di sektor barang konsumsi serta tercatat sebagai entitas bisnis di Bursa Efek Indonesia selama periode 2019-2021. Pemilihan untuk memusatkan pada sektor barang konsumsi didasarkan pada alasan yang telah diuraikan sebelumnya dalam latar belakang penelitian..

2. Laporan keuangan yang telah melalui proses audit dan mencakup periode tahun 2019 hingga 2021. Selain itu, perusahaan yang menjadi fokus penelitian juga telah memenuhi kriteria bahwa mereka tidak mengalami kerugian selama periode tersebut.

3. Dan Kemudian, perusahaan tersebut merilis neraca keuangan dengan mata uang rupiah.

Dari kriteria diatas, dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini:

Tabel 3. Kriteria sampel penelitian

No Kriteria Jumlah

perusahaan

1

Perusahaan-perusahaan manufaktur barang konsumsi (costomer goods) serta terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) selama tahun 2019-2021.

86 Ukuran perusahaan (X1)

Profitabilitas (X2)

Leverage (X3)

CSR (Y)

(8)

2

Perusahaan-perusahaan manufaktur barang konsumsi (costomer goods) dimana tidak mempublikasikan laporan tahunan (audited) selam tahun 2019 hingga 2021 secara konsisten.

(48)

3

Perusahaan-perusahaan manufaktur barang konsumsi (costomer goods) yang rugi selama periode penelitian tahun 2013 – 2021

(16)

Jumlah perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi (customer

goods) 2013 – 2021 22

Desain Penelitian

Dalam kerangka penelitian ini, desain yang diadopsi adalah metode kuantitatif.

Pendekatan ini difokuskan pada populasi atau sampel yang telah ditentukan, di mana data dikumpulkan menggunakan instrumen penelitian yang telah dirancang. Metode analisis data yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, dengan tujuan utama untuk menguji hipotesis yang telah diajukan sebelumnya.

Menurut Sugiyono (2019), metode analisis statistik deskriptif merupakan pendekatan statistik yang dipakai untuk mengolah data dengan tujuan memberikan gambaran yang tepat mengenai data yang telah dikumpulkan. Pendekatan ini merupakan pengumpulan data dasar dan merangkumnya dalam bentuk deskripsi yang mendalam.

Metode analisis

Data yang disiapkan akan diolah dengan metode analistik statistik dengan menggunakan model regressi berganda dan diuji dengan SPSS 22. Menurut Ghozali (2018), beberapa pengujian yang dijalankan dalam riset ini mencakup, uji asumsi klasik; manfaatnya untuk melepaskan hasil penelitian yang bias. Pelaksanaan pengujian asumsi klasik bertujuan untuk memverifikasi bahwa data sampel yang dianalisis secara akurat merepresentasikan seluruh populasi. Tujuan dari uji normalitas adalah dilakukan untuk memverifikasi apakah distribusi variabel gangguan atau residu dalam model regresi memiliki distribusi normal. Kehadiran distribusi data yang mendekati normal menjadi ciri krusial dalam model regresi yang dapat diandalkan. Dalam kerangka ini, uji Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk mengevaluasi normalitas. Oleh karena itu, dasar pengambilan keputusan didasarkan bahwa jika nilai toleran > 0,05 maka data tersebut berdistribusi dengan normal. Namun, jika nilai toleran < 0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi dengan normal. Tujuan dari uji autokorelasi adalah untuk menguji apakah ada korelasi antara residual kesalahan pada periode ke-t dengan residual kesalahan pada periode sebelumnya, yaitu periode ke-(t-1), dalam suatu model regresi. Terjadinya autokorelasi timbul karena adanya keterkaitan antara observasi berurutan sepanjang waktu. Tujuan uji hipotesis, penerapan analisis regresi dilakukan untuk mengungkap hingga sejauh mana keterkaitan terbentuk antara variabel independen dan variabel dependen dapat dianalisis. Rincian model regresi linier berganda, dan data panel yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

Yi = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ei

Dimana:

Y : Pengungkapan corporate social responsibility (CSR), α : Konstanta,

(9)

β1, β2, β3 : Koefisien regresi, X1 : Ukuran perusahaan, X2 : Profitabilitas, X3 : Leverage, e : Residual.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji normalitas

Tabel 4. Statistik deskriptif

N Minimum Maksimum Rata-rata Deviasi standar

X1 (Size) 66 25,97 32,82 29,5278 1,67934

X2 (ROE) 66 ,00 ,42 ,1121 ,08589

X3 (DAR) 66 ,14 3,82 ,8574 ,81275

Y(CSR) 66 ,56 ,95 ,7799 ,09266

Valid N (listwise) 66

Sumber: Data diolah

Dari data yang disajikan pada Tabel 4, kita dapat mengambil informasi berikut. Variabel X1 menunjukkan bahwa dalam sampel perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang menjadi fokus penelitian ini, rentang ukuran perusahaan adalah antara 25,80 hingga 32,82. Ini menggambarkan bahwa ukuran aset perusahaan (Ln Asset) pada penelitian ini memiliki rata- rata sekitar 29,2077. Selanjutnya, Variabel X2 mengungkapkan bahwa rentang profitabilitas pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang dipilih sebagai sampel adalah antara 0,00 hingga 1,45. Ini mencerminkan tingkat pengembalian ekuitas (return on equity) pada sampel perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi, dengan rata-rata sekitar 0,2453.

Variabel X3 menunjukkan bahwa rentang leverage pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang menjadi bagian dari sampel penelitian berada dalam kisaran antara 0,14 hingga 0,79, dengan nilai rata-rata sekitar 0,4129. Kemudian, variabel Y mengungkapkan bahwa tingkat pengungkapan Corporate social responsibility (CSR) pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang menjadi bagian dari sampel penelitian berada dalam rentang antara 0,19 hingga 0,95, dengan rata-rata pengungkapan CSR sekitar 62% .

Tabel 5. One-sample Kolmogorov-Smirnov test

Sumber: Data diolah

Item Unstandardized residual

N 66

Normal Parametersa,b

Mean 0E-7

Std. deviation ,07352238

Most extreme Differences

Absolute ,092

Positive ,066

Negative -,092

Kolmogorov-Smirnov Z ,745

Asymp. sig. (2-tailed) ,635

a. Test distribution is normal.

b. Calculated from data.

(10)

Hasil uji normalitas yang dijalankan menggunakan SPSS 22 menunjukkan nilai asymp.

sig. (2-tailed) sebesar 0,200. Nilai ini melebihi tingkat signifikansi yang telah ditentukan sebesar 5% (0,05). Oleh karena itu, kesimpulan yang dapat diambil adalah data dalam penelitian ini memiliki distribusi yang mendekati normal dan dapat diproses dalam tahap pengujian hipotesis selanjutnya.

Uji hipotesis

Tabel 6. Hasil uji hipotesis

Model Unstandardized

coefficients

Standardized coefficients

t Sig.

B Std. error Beta

1

Konstanta ,032 ,166 ,193 ,847

X1 (Size) ,024 ,006 ,432 4,210 ,000

X2 (ROE) ,102 ,110 ,094 ,924 ,359

X3 (DAR) ,037 ,012 ,326 3,132 ,003

a. Dependent variable: Y_(CSR)

Yi = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ei

Y = -0,554 + 0,042X1 + 0,118X2 – 0,188 + e Sumber: Data diolah

Dalam konteks analisis regresi parsial terhadap variabel X1, yaitu Ukuran Perusahaan, ditemukan bahwa nilai signifikansinya adalah 0,000, angka ini lebih kecil dibandingkan dengan tingkat signifikansi yang telah ditetapkan sebesar 0,05. Fakta ini mengindikasikan bahwa dalam penilaian parsial, Ukuran Perusahaan memiliki efek positif dan signifikan terhadap Pengungkapan Corporate social responsibility (CSR). Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa hipotesis alternatif (H1) dapat diterima.

Pada variabel X2, yang merujuk pada profitabilitas, hasil uji menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,359. Nilai ini melebihi tingkat signifikansi yang ditetapkan, yaitu 0,05. Dari temuan ini, dapat disimpulkan bahwa dari segi parsial, variabel profitabilitas tidak mempunyai dampak yang signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility (CSR). Karena hasil uji tidak mendukung hipotesis alternatif (H2), maka hipotesis tersebut ditolak.

Selanjutnya, dalam hal variabel X3 yang mengacu pada leverage, hasil pengujian mengungkapkan nilai signifikansi sebesar 0,002. Angka ini lebih rendah daripada tingkat signifikansi yang telah ditetapkan pada 0,05. Berdasarkan hasil ini, disimpulkan bahwa dalam konteks parsial, variabel leverage memiliki efek positif dan signifikan terhadap Pengungkapan corporate social responsibility (CSR). Oleh karena itu, hipotesis alternatif (H3) tidak dapat diterima.

PEMBAHASAN

Pengaruh ukuran perusahaan kepada pengungkapan CSR

Hasil analisis parsial mengindikasikan bahwa nilai signifikansi untuk ukuran perusahaan adalah 0,000, angka ini lebih rendah daripada nilai alpha yang telah ditentukan pada 0,05. Oleh karena itu, temuan ini memberikan dukungan terhadap hipotesis yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR perusahaan. Ukuran Perusahaan merupakan ukuran yang digunakan untuk menilai skala atau besarnya suatu perusahaan, pada penelitian ini menggunakan nilai (ln) dari total asset perusahaan. Ukuran besarnya perusahaan cenderung menjaga reputasi mereka di mata

(11)

masyarakat dan pihak eksternal, dan mereka memiliki kepentingan yang lebih besar untuk memperlihatkan komitmen terhadap tanggung jawab sosial. Perusahaan yang memiliki skala besar biasanya memiliki aset yang melimpah, yang memberikan daya finansial yang kuat untuk mendukung operasional dan investasi. Perusahaan dengan ukuran besar umumnya memiliki kemampuan untuk membiayai berbagai kegiatan perusahaan, termasuk pembiayaan program tanggung jawab sosial perusahaan, tanpa tergantung pada sumber pendanaan eksternal.

Kekuatan finansial ini memungkinkan perusahaan untuk melaksanakan program CSR dengan lebih baik. Hal ini dalam rangka memenuhi tuntutan pengungkapan CSR yang luas dan mencerminkan tanggung jawab mereka terhadap lingkungan, masyarakat, dan stakeholder.

Temuan dari Temuan dalam penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilaksanakan oleh Beltratti (2005).

Pengaruh profitabilitas kepada pengungkapan CSR

Hasil pengujian hipotesis pada variabel selanjutnya menunjukkan bahwa nilai profitabilitas melebihi nilai alpha, yaitu 0,359 > 0,05. Oleh karena itu, temuan ini mengarah pada kesimpulan bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan CSR perusahaan. Profitabilitas mencerminkan keadaan keuangan perusahaan dalam periode tertentu. Ketika tingkat profitabilitas semakin tinggi, jumlah laba yang dapat diterima oleh perusahaan akan semakin besar; sebaliknya, semakin tinggi tingkat profitabilitas, proporsi utang dalam struktur keuangan perusahaan akan semakin rendah. Faktor ini juga menjadi pertimbangan penting bagi investor yang berencana untuk berinvestasi, karena tingkat profitabilitas yang tinggi dalam perusahaan dapat memberikan manfaat bagi para investor. Ini mengindikasikan bahwa tingginya laba dalam suatu perusahaan belum tentu diikuti oleh tingginya aktivitas CSR. Hal ini bisa menunjukkan bahwa perusahaan lebih berfokus pada upaya maksimalisasi laba, dan aspek CSR mungkin bukan prioritas utama. Asumsinya adalah bahwa investor mungkin lebih tertarik pada pencapaian kinerja keuangan perusahaan, sementara pengungkapan CSR mungkin hanya dianggap sebagai kepatuhan terhadap regulasi dan undang-undang yang berlaku. Temuan dari penelitian ini sejalan dengan hasil temuan yang telah dicapai dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mujiyati dan Refa (2019).

Pengaruh leverage kepada pengungkapan CSR

Berlandaskan pada hasil uji hipotesis pada variabel terakhir, terlihat bahwa nilai leverage berada di bawah nilai alpha, yaitu 0,003 > 0,05. Dengan demikian, kesimpulan dari temuan ini adalah bahwa leverage memiliki dampak yang signifikan terhadap pengungkapan CSR perusahaan. Rasio leverage yang diukur dalam penelitian ini mengacu pada proporsi total hutang terhadap total aset, yang memberikan gambaran tentang struktur modal perusahaan.

Informasi ini juga mencerminkan tingkat risiko ketidakmampuan membayar kewajiban finansial perusahaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi cenderung memiliki motivasi yang lebih kuat untuk mengungkapkan tanggung jawab CSR, sebagai strategi untuk mengurangi ketidakpastian di mata para pemberi pinjaman. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilaksanakan oleh Septina dan Suyatmin (2021). Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian (Munzir, Andriyan &

Hidayat, 2023), (Wendy & Harnida, 2020) dan (Dewi, & Sedana, 2019) yang mengemukakan bahwa rasio leverage mempunyai pengaruh negatif dan signifikan pada corporate social responsibility (CSR).

(12)

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis dan diskusi atas temuan penelitian yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat sejumlah faktor yang memiliki dampak dengan pengungkapan corporate social responsibility (CSR), dalam penelitian ini terungkap bahwa dimensi ukuran perusahaan mempengaruhi tingkat pengungkapan corporate social responsibility (CSR). Semakin besar ukuran perusahaan, semakin besar pula kewajiban perusahaan untuk mengungkapkan CSR. Perusahaan besar memiliki banyak stakeholder yang memperhatikan keadaan dan kinerja perusahaan. Hal ini mendorong perusahaan untuk meningkatkan kegiatan tanggung jawab sosialnya serta mengungkapkannya secara luas.

Pengungkapan CSR yang luas juga mencerminkan bahwa perusahaan menerapkan prinsip- prinsip manajemen yang benar dan berkontribusi pada citra baik perusahaan. Temuan menunjukkan bahwa tingkat profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility atau CSR).

Hal ini memungkinkan perusahaan untuk melaksanakan program CSR yang tertunda, program tambahan, dan program tahunan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Ketika nilai Return on Equity (ROE) perusahaan tinggi, ini mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam menghasilkan ekuitas dan dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi bagi pemegang saham. Hal ini juga berkontribusi pada meningkatnya kemakmuran pemegang saham, laba perusahaan, dan harga saham. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa tingkat leverage memengaruhi tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility atau CSR). Ketika tingkat leverage perusahaan rendah, perusahaan lebih fleksibel dalam mengungkapkan CSR karena dapat menunjukkan bahwa Perusahaan memiliki sedikit kewajiban terhadap kreditur. Hal ini memungkinkan Perusahaan untuk mengoptimalkan keuntungan yang diperoleh melalui pengungkapan tanggung jawab sosial. Sebaliknya, jika perusahaan memiliki leverage yang tinggi, kemungkinan untuk mengungkapkan CSR akan lebih kecil. Perusahaan akan lebih fokus untuk mempertahankan kepercayaan kreditur dalam mengelola keuangan perusahaan. Pengungkapan CSR dalam penelitian ini hanya terbatas pada sektor barang konsumsi, sehingga generalisasi ke sektor lain tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu, diharapkan studi mendatang dapat mengumpulkan data pengungkapan CSR dari berbagai sektor guna merangkum seluruh aktivitas perusahaan. Selain itu, diharapkan pemerintah dapat menetapkan standar jumlah dana CSR yang harus dialokasikan oleh perusahaan, sehingga sejalan dengan kinerja keuangan yang dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, R. N., & Immanuela, I. (2021). Pengaruh ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris, profitabilitas, dan leverage terhadap pengungkapan corporate social responsibility.

JRMA | Jurnal Riset Manajemen dan Akuntansi, 9(2), 109–123.

Https://Doi.Org/10.33508/Jrma.V9i2.1013

Anggraini, I. N., & Widati, L. W. (2021). Faktor - faktor yang mempengaruhi CSR pada perusahaan barang konsumsi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Universitas Bandar Lamung, 12(2), 1–13.

Beltratti, A. (2005). The complementarity between corporate governance and corporate social responsibility. The Geneva Paper, pp 373-386.

Dewi, P. A. C., & Sedana, I. B. P. (2019). Pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, dan leverage terhadap pengungkapan corporate social responsibility. E-Jurnal Manajemen

(13)

Universitas Udayana, 8(11), 6618.

Https://Doi.Org/10.24843/Ejmunud.2019.V08.I11.P12

Dowling, J. & Pfeffer, J. 1975. Organizational legitimacy: Social values and organizational behavior. Pacific Sociological Journal Review, 18, 122-136.

Efansius & Delvi. (2022). Pengaruh profitabilitas, likuiditas, leverage, ukuran perusahaan, dan ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan corporate social responsibility (CSR).

Jurnal Informasi Akuntansi (JIA), 1(3).

Ghozali, I. (2018). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Https://Www.Globalreporting.Org/.

Https://Money.Kompas.Com/Read/2020/11/04/132547026/Membangun-Reputasi-Melalui- Tanggung-Jawab-Sosial-Perusahaan?Page=All

Https://Databoks.Katadata.Co.Id/Datapublish/2023/06/27/Penduduk-Indonesia-Hasilkan- Sampah-250-Kg-Setahun-Terbanyak-Ke-5-Di-Asean

Kasmir. (2019). Analisis laporan keuangan (Pertama Ce). PT. Raja Grafindo Persada.

Munzir, M., Andriyan, Y., & Hidayat, R. (2023). Consumer goods: Pengaruh profitabilitas dan leverage terhadap nilai perusahaan dimediasi oleh corporate social responsibility.

Jurnal Akuntansi dan Governance, 3(2), 153. Https://Doi.Org/10.24853/Jago.3.2.153- 165

Novi. (2017), Analisis rasio solvabilitas untuk menilai kinerja keuangan terhadap asset dan equity pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. At-Tadbir: Jurnal Ilmiah Manajemen, 1(1).

Rafika, A. P., & Yulius, J. C. (2023). Pengaruh profitabilitas, , likuiditas, dan leverage terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Business Accounting Review, 2(1), 61–

70.

Rukmana, H. & Rismansyah (2020). Pengaruh profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility (csr) pada perusahaan pertambangan di bursa efek Indonesia. Jurnal Media Akuntansi (MEDIASI), September 2020 /

Sekarwigati, M., & Effendi, B. (2019). Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, dan likuiditas terhadap corporate social responsibility disclosure. STATERA: Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 1(1), 16–33. Https://Doi.Org/10.33510/Statera.2019.1.1.16- 33

Sugiyono. (2019). Metode penelitian kuantitatif. CV. Alfabeta.

Wendy, T., & Harnida, M. (2020). Pengaruh penerapan good corporate governance (Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, dan dewan direksi) terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI Jurnal Manajemen dan Akuntansi, 21(1), 15–24.

Yanti, N. L. E. K., Endiana, I. D. M., & Pramesti, I. G. A. A. (2021). Pengaruh ukuran perusahan, ukuran dewan komisaris, kepemilikan institusional, leverage, dan profitabilitas terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Ekonomi Bisnis, 3(1), 43–51.

Referensi

Dokumen terkait

PERBEDAAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY CSR SEBELUM DAN SESUDAH BERLAKUNYA UU NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur