PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
- Defnisi Persalinan
- Sebab-sebab Mulainya Persalinan
- Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan
- Tahapan Persalinan
- Dukungan Selama Proses Persalinan
- Tenaga Penolong Persalinan
- Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Penolong Persalinan.13
- Hipotesis Penelitian
Menurut Saifuddin (2006), persalinan adalah proses pembukaan dan penipisan leher rahim dan turunnya janin ke jalan lahir. Sedangkan menurut Varney (2008), persalinan adalah serangkaian proses yang diakhiri dengan keluarnya hasil konsepsi oleh ibu. Persalinan spontan adalah bila persalinan terjadi atas kuasa ibu sendiri, melalui jalan lahir ibu.
Persalinan imatur adalah keluarnya janin dalam kehamilan antara 22 minggu hingga 28 minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 gram hingga 999 gram. Persalinan prematur adalah keluarnya janin dari kehamilan antara 28 minggu hingga 37 minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000 gram hingga 2499 gram. Partus maturus atau a'terme adalah keluarnya janin dari kehamilan antara 37 minggu sampai 42 minggu atau bayi dengan berat badan antara 2500 gram atau lebih.
Peralihan (jalan lahir) meliputi jalan lahir keras (rangka dan dimensi panggul) dan jalan lahir lunak (otot dasar panggul). Jika ukuran panggul sempit atau kelainan bentuk panggul, bayi tidak dapat dilahirkan secara normal melalui jalan lahir dan harus menjalani operasi caesar. Peran penolong persalinan sangat penting, sehingga kebersihan persalinan yang melahirkan ibu dan bayi yang sehat dan aman ditentukan oleh penolong yang terlatih dan berkompeten.
Penolong persalinan adalah orang yang biasa memeriksa atau mendampingi ibu hamil pada masa persalinan dan nifas. WHO menganjurkan usia yang aman untuk hamil dan melahirkan adalah 20 hingga 30 tahun, namun mengingat kemajuan teknologi saat ini, masih diperbolehkan untuk hamil hingga usia 35 tahun. Kehamilan dan persalinan pada usia tersebut meningkatkan angka kematian ibu dan janin sebesar 4-6 kali lipat dibandingkan wanita yang mengandung dan melahirkan pada usia 20-30 tahun.
Beberapa risiko yang dapat terjadi pada kehamilan di bawah usia 20 tahun adalah kecenderungan peningkatan tekanan darah dan terhambatnya pertumbuhan janin. Tingginya risiko kehamilan hendaknya dibarengi dengan kebijakan pemilihan penolong persalinan, karena jika ibu mempunyai risiko menghadapi persalinan maka sebaiknya ia lebih bijak dalam pemilihan penolong persalinan (Naek, 2010). Menurut Susenas 2007, di perkotaan diperkirakan hal ini berkaitan dengan arah pencarian pertolongan persalinan dan kemungkinan pengalaman memberikan pertolongan sebelumnya dapat mempengaruhi pemilihan penolong persalinan saat ini atau di masa yang akan datang.
Ha : Terdapat hubungan antara umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas ibu bersalin dengan pola pemilihan penolong persalinan pada ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Huraba Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016 Ho : Tidak terdapat hubungan antara umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas ibu bersalin dengan pola pilihan penolong persalinan ibu melahirkan di wilayah kerja Puskesmas Huraba Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016.
METODOLOGI PENELITIAN
- Waktu Dan Tempat Penelitian
- Waktu Penelitian
- Tempat Penelitian
- Populasi dan Sampel
- Populasi
- Sampel…
- Alat Pengumpulan Data
- Prosedur Pengumpulan Data
- Defenisi Operasional
- Teknik Pengolahan Data…
- Analisa Data
Hasil penelitian yang berjudul “Determinan Pola Seleksi Dokter Spesialis Kandungan pada Ibu Melahirkan di Wilayah Kerja Puskesmas Huraba Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanul Selatan Tahun 2016”, diperoleh kuisioner yang diberikan kepada 22 orang ibu yang dilahirkan. Hubungan umur responden dengan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Huraba Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan. Dari hasil analisis statistik menggunakan Fisher’s Exact Test diperoleh P = 0,000 (>0,05) yang berarti ada hubungan antara umur dengan penolong persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Huraba Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanul Selatan pada tahun 2016. 2016.
Hubungan pendidikan responden dengan penolong persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Huraba Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli. Dari hasil analisis statistik menggunakan Uji Chi-Square diperoleh P = 0,014 (<0,05) yang berarti ada hubungan antara pendidikan dengan penolong persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Huraba Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016. Hubungan Pekerjaan Responden dengan Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Huraba Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli.
Hubungan Paritas Responden dengan Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Huraba Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan. Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-square diperoleh P = 0,007 (<0,05) yang berarti ada hubungan antara paritas dengan pertolongan persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Huraba Kecamatan Angkola Timur Tapanuli Selatan kabupaten tersebut pada tahun 2016. Dari hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square diperoleh P = 0,180 (>0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara umur dengan penolong persalinan di wilayah Kerja Puskesmas Huraba Kecamatan Angkola Timur, Kabupaten Tapanuli Selatan pada tahun 2016.
Dari hasil analisis statistik menggunakan Uji Chi-Square diperoleh P = 0,027 (<0,05) yang berarti ada hubungan antara persalinan dengan penolong persalinan di Wilayah Persalinan Puskesmas Huraba Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan pada tahun 2016. Hasil analisis statistik menggunakan Chi Test-Square diperoleh P = 0,180 (>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan antara umur dengan penolong persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Huraba Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanul Selatan pada tahun 2016. Hasil analisis statistik menggunakan Uji Chi-Square diperoleh P = 0,027 (<0,05) artinya ada hubungan antara pekerjaan dengan penolong persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Huraba Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanul Selatan Tahun 2016.
Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square diperoleh P = 0,007 (<0,05) yang berarti ada hubungan paritas dengan persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Huraba Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016 adalah . Judul: Penentu pola pemilihan penolong persalinan pada ibu melahirkan tahun 2016 di wilayah kerja Puskesmas Huraba Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan. Sebagai syarat tugas akhir bagi mahasiswa Program Studi Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Stikes Aufa Royhan Padangsidimpuan, saya akan melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui Faktor Penentu Pola Seleksi Penolong Persalinan pada Ibu Melahirkan di Wilayah Kerja Kesehatan Masyarakat Huraba Pusat, Kecamatan Angkola Timur, Kabupaten Tapanuli Selatan pada tahun 2016.
HASIL PENELITIAN
Hasil Penelitian
Timur : Berbatasan dengan Angkola Timur Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Marancar Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Marancar Selatan : Berbatasan dengan Desa Pintu Langit Jae. Penolong persalinan responden terbanyak adalah tenaga kesehatan sebanyak 13 orang (59,1%) dan sebagian kecil penolong persalinan responden adalah non tenaga kesehatan sebanyak 9 orang (40,9). Uji Square diperoleh P = 0,027 (<0,05) artinya ada hubungan antara pekerjaan dengan pembantu.
Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan Nelli Susanti di wilayah kerja Puskesmas Sungai Sarik Kabupaten Padang Pariaman yang menemukan bahwa usia ibu berisiko melahirkan adalah 24,8%. Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan yang ditemukan oleh Nelli Susanti di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Sungai Sarik. Menurut penelitian yang dilakukan Bangsu (1998) menunjukkan bahwa pendidikan ibu merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam pemilihan penolong persalinan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan pendidikan rendah sebanyak 86,21% memilih dukun sebagai penolong persalinan dan ibu dengan pendidikan tinggi sebanyak 85,42% memilih tenaga medis sebagai penolong persalinan (Bangsu, 1998). Hasil penelitian Juliant menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan penolong persalinan di Kecamatan Babul Rahmah Kabupaten Aceh Tenggara pada tahun 2008. Hasil penelitian ini sama dengan yang ditemukan oleh Neli Susanti di wilayah kerja Komunitas Sungai Sarik. Puskesmas Kabupaten Padang Pariaman (2008), dimana terdapat hubungan yang signifikan antara kesetaraan ibu dengan pilihan penolong persalinan.
Pengetahuan para penolong persalinan nantinya akan menjadi bekal untuk mengaplikasikan ilmu dan wawasannya di masyarakat. Puskesmas Huraba Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan diharapkan dapat menambah media promosi persalinan yang aman. Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti faktor-faktor lain yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan.
PEMBAHASAN
Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas
Berdasarkan hasil survei terlihat sebagian besar responden berada pada kategori usia > 35 tahun, sebanyak 10 orang (45,5%) yang disurvei berada pada usia yang berisiko untuk hamil dan melahirkan. Ibu yang berisiko melahirkan sebagian besar berusia di atas 35 tahun, hal ini disebabkan ibu memiliki persepsi negatif terhadap usia aman untuk melahirkan. Dalam survei ini diketahui sebagian besar responden mempunyai pendidikan menengah (63,6%).
Berdasarkan hasil wawancara menggunakan kuesioner diketahui bahwa ibu rumah tangga merupakan ibu rumah tangga (IRT). Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin besar kesadarannya terhadap hak-hak yang dimilikinya, kondisi ini akan meningkatkan tuntutan terhadap hak atas informasi, hak untuk menolak/menerima pengobatan yang ditawarkan (Notoatmodjo, 2007).
Hubungan Umur Responden dengan Penolong Persalinan 33
Menurut Kuncoroningrat (1997), semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah seseorang menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan menuntun manusia untuk bertindak dan mengisi hidupnya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lukito (2003) dimana pemanfaatan berbagai fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka seseorang akan lebih mudah memahami perubahan dan manfaat perubahan khususnya di bidang kesehatan (Lukito, 2003).
Hubungan Pekerjaan Responden dengan Penolong Persalinan
Hubungan Paritas Responden dengan Penolong Persalinan
Responden mayoritas berada pada kategori usia > 35 tahun sebanyak 10 orang (45,5%), sedangkan minoritas berada pada kategori usia < 20 tahun ke atas sebanyak 3 orang (13,6). pendidikan atau sebagian besar responden berpendidikan SMA sebanyak 14 orang (63,6%), sedangkan tingkat pendidikan responden minoritas adalah tanpa pendidikan dasar (0%). dengan jumlah 13 orang (59,1%), sedangkan paritas responden minoritas tergolong rendah yaitu sebanyak 9 orang (40,9).
Rapat Kerja Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana Tahun 2010 Provinsi Sumatera Utara, Medan : BKKBN Prov. http//www.depkes.go.id. http//www.depkes.go.id.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran