• Tidak ada hasil yang ditemukan

Di Kota Batu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan " Di Kota Batu "

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pengaruh City Branding, City Image, dan Reference Group Terhadap Keputusan Berkunjung Kembali Wisatawan

Di Kota Batu

Oleh:

Yosi Herlian Duwi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya [email protected]

Dosen Pembimbing:

Sigit Pramono, SE., M.Sc.

ABSTRACT

This study aims at determine the influence of city branding, city image, and reference groups on revisiting decision and determining the variable that has the most dominant influence. This study was conducted on tourists who have visited Batu City at least twice. This explanatory research uses quantitative approach. The data were collected directly in Batu City using questionnaires (surveys). Using purposive sampling, 120 respondents were selected as the samples. The hypotheses of this study were tested using multiple linear regression analysis. The results show that 1) There is no significant effect of city branding (X1) on revisiting decision (Y); 2) There are positive and significant effects of city image (X2) on revisiting decision (Y); 3) There is a positive and significant effect of reference group (X3) on revisiting decision (Y); 4) reference group (X3) has the most dominant influence on revisiting decision (Y). The results of this study indicate that the three independent variables (city branding, city image, and reference group) contribute to the dependent variable (revisiting decision) at 36.6%.

Keywords: city branding, city image, reference group, revisiting decision, Batu City.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh city branding, city image, dan reference group terhadap keputusan berkunjung kembali dan untuk mengetahui mana dari ketiga variabel tersebut yang memiliki pengaruh paling dominan. Penelitian dilakukan terhadap wisatawan yang telah melakukan kunjungan minimal dua kali. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian explanatory research.

Pengambilan data dilakukan secara langsung di Kota Batu dengan menggunakan kuesioner (survey). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 120 responden. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1)Tidak terdapat pengaruh signifikan variabel city branding (X1) terhadap keputusan berkunjung kembali (Y). 2) Terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel city image (X2) terhadap keputusan berkunjung kembali (Y). 3) Terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel reference group (X3) terhadap keputusan berkunjung kembali (Y). 4) variabel reference group (X3) memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap keputusan berkunjung kembali (Y). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ke tiga variabel bebas (city branding, city image, dan reference group) memberikan kontribusi terhadap variabel terikat (keputusan berkunjung kembali) sebesar 36,6%.

Kata kunci: city branding, city image, reference group, keputusan berukunjung kembali, Kota Batu.

(2)

2 I. PENDAHULUAN

Pariwisata sekarang ini menjadi sektor penting dalam peningkatan pembangunan perekonomian negara maupun daerah. Di Indonesia pariwisata telah memperlihatkan perannya dengan nyata dalam memberikan konstribusinya terhadap kehidupan ekonomi, sosial dan budaya bangsa. Pembangunan dan pemanfaatan potensi yang ada dengan baik sebagai obyek pariwisata dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat disekitarnya.

Ketika potensi dari suatu wilayah mampu dikemas dengan baik oleh tuan rumahnya, maka hal tersebut akan mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke wilayah tersebut.

Bermodalkan kerja keras pemerintah dan masyarakatnya serta keadaan topografi yang indah, Kota Batu menjadi salah satu ikon baru pariwisata di Indonesia. Kota Batu yang memiliki 30 destinasi wisata yang meliputi Wisata Agro, Wisata Alam, Wisata Budaya, Wisata Goa, Wisata Rekreasi, Wisata Minat Khusus, Wisata Sejarah dan Ziarah, serta Wisata Religi yang hampir tak pernah sepi pengunjung.

Beberapa tahun terakhir, kota berada dalam pencarian cara-cara baru untuk mempromosikan diri mereka sendiri. Perubahan yang cepat pada teknologi dan pergeseran dari lingkungan lokal ke lingkungan global, mengharuskan kota untuk bersaing satu sama lain demi menjadi tujuan yang menarik bagi turis, investor, tempat yang kaya akan budaya dan banyak lagi (Kotler, 2002).

City branding dapat dikatakan sebagai strategi dari suatu kota atau wilayah untuk membuat positioning yang kuat di dalam benak target pasar mereka, seperti layaknya positioning sebuah produk atau jasa, sehingga kota dapat dikenal secara luas baik regional ataupun global (Pontoh, 2012). Menurut Kotler (1999) berpendapat bahwa tempat adalah produk yang identitas dan nilainya harus dirancang dan dipasarkan sebagai produk.

City branding merupakan proses atau usaha membentuk merek dari suatu kota untuk mempermudah pemilik kota tersebut untuk

memperkenalkan atau

mengkomunikasikan kotanya kepada

(3)

3 target pasar (investor, tourist, talent,

event) kota tersebut dengan menggunakan kalimat posisitioning, slogan, ikon, eksibisi, dan berbagai media lainnya agar dikenal luas (high awareness), disertai dengan persepsi yang baik (silsurya.blog.uns.ac.id, diakses pada 6 oktober 2016). City branding juga dilakukan agar target pasar yang dituju memiliki kesadaran merek (brand awareness) terhadap daerah atau kota tersebut. Ketika target pasar telah memiliki kesadaran akan merek (brand awareness), maka akan mudah bagi pemasar untuk melakukan penjualan atas produk yang dimiliki.

Menurut Van Gelder (2003), persyaratan suatu city branding tidak jauh dari persyaratan merek atau branding pada umumnya, yaitu harus menunjukkan kondisi kualitas dari kota atau daerah yang sebenarnya, memaparkan sesuatu yang baik dari kota, harus mudah terbedakan, oleh karena itu harus spesifik dan khas, harus mudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing khususnya Bahasa Inggris, yang terakhir harus bisa memperoleh hak untuk didaftarkan dan mendapat perlindungan hukum.

Diantara kota-kota yang ada di Indonesia, pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta adalah yang pertama kali menerapkan city branding pada tahun 2001. “Never Ending Asia”, adalah branding yang diberikan oleh pemerintahan kota Yogyakarta. Kemudian Kota Solo dengan “Spirit of Java”, yang dianggap sukses di Indonesia karena kesesuaian antara branding dengan image yang dimiliki oleh Kota Solo.

Ada juga Banyuwangi dengan “The Sunrise of Java” yang menegaskan bahwa kota Banyuwangi adalah kota paling ujung timur pulau Jawa yang menerima sinar matahari terbit pertama kali. Sementara itu, pada tahun 2013 lalu tepatnya tanggal 20 Mei 2013, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, Kota Batu juga meluncurkan city branding

“Shinning Batu”.

Untuk membentuk sebuah jati diri pada suatu daerah atau kota dengan city branding tidaklah mudah, banyak tantangan dan persoalan didalamnya. Salah satunya adalah bagaimana menciptakan citra (image) pada kota tersebut yang berkoherensi dalam ragam kegiatan

(4)

4 didalam suatu wilayah, menjadi

suatu citra (image) sektor yang lebih spesifik. Menciptakan citra (image) yang baik sangat penting bagi pemasar untuk mempengaruhi minat beli target pasarnya. Menurut Trista dalam (Wandari, 2014), mengenai penelitian berjudul Pengaruh Citra Merek (Brand Image) dan Kepercayaan Merek (Brand Trust) Terhadap Keputusan Toyota Avanza Di Kota Semarang mengatakan bahwa citra merek yang positif sangat mempengaruhi konsumen dalam membeli produk atau jasa.

Oleh karenanya jika sebuah kota

ingin berhasil dalam

mengimplementasikan city branding, maka terlebih dahulu harus menciptakan sebuah citra yang baik sesuai dengan branding yang akan diusung.

Menentukan keputusan untuk mengunjungi suatu tempat wisata dibutuhkan pencarian informasi serta menimbang keunggulan dan kekurangan dari suatu produk pariwisata. Keluarga dan kelompok referensi (reference group) dapat memberikan pengaruh dalam bentuk saran (advice) kepada seseorang

dalam hal mempertimbangkan sebuah keputusan untuk membeli produk (Ris Debora, 2014). Mereka yang mampu memberikan saran tersebut biasanya telah terlebih dahulu membeli dan menggunakan produk yang disarankan. Pengaruh yang diberikan melalui saran ini tidak selalu mengenai hal-hal yang positif namun juga mengenai hal-hal yang negatif. Kaitanya dengan pariwisata, kunjungan wisatawan ke suatu daerah bisa saja karena masukan atau saran yang berasal dari kelompok referensi wisatawan tersebut. Dimana kelompok referensi memberikan saran mengenai layak tidaknya suatu tempat untuk dikunjungi berdasarkan pembelian atau kunjungan yang pernah dilakukan. Oleh karena itu penting untuk mengetahui peranan reference group dalam mempengaruhi keputusan berkunjung wisatawan.

Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan di Kota Batu melalui program-program yang dijalankan oleh pemerintah yang berbasis pada sektor wisata, pertanian, dan pendidikan, mengindikasikan bahwa Kota Batu memiliki daya tarik yang

(5)

5 kuat. Bahkan tak jarang terdapat

wisatawan yang mengulangi kunjungannya di Kota Batu.

Pengulangan kunjungan wisatawan tersebut mengindikasikan bahwa mereka merasa puas dengan kunjungan sebelumnya di Kota Batu.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

a. Pemasaran

Pemasaran merupakan bagian penting dalam mengenalkan suatu produk kepada target pasar. Oleh karena itu pemasaran yang baik penting dilakukan, agar tujuan penjualan dari perusahaan dapat tercapai.

Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika dalam Philip Kotler (2009:6) “definisi formal dari pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperangkat proses

untuk menciptakan,

mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya”.

b. City Branding

City branding merupakan upaya dari suatu daerah untuk membedakan potensi yang dimiliki dengan daerah lain. Slogan yang diusung dalam city branding harus menginterprestasikan citra yang ada dalam daerah tersebut agar nantinya mampu menarik kunjungan wisatawan.

Menurut Simon Anholt dalam Wandari dkk (2014), City Branding merupakan manajemen citra suatu destinasi melalui inovasi strategis serta koordinasi ekonomi, sosial, komersial, kultural, dan peraturan pemerintah.

Menurut Anholt (2007:108) dalam Intyaswoyo (2016:67) terdapat enam aspek dalam pengukuran efektivitas city branding, yaitu :

1. Presence: berdasarkan status internasional kota dan pengetahuan tentang kota secara global. Hal ini juga digunakan sebagai tolak ukur kontribusi kota dalam ilmu pengetahuan, budaya dan pemerintahan secara global.

2. Potential : mengukur bagaimana peluang ekonomi dan pendidikan dalam suatu kota. Contohnya peluang untuk mencari lapangan

(6)

6 kerja, atau peluang untuk

mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi.

3. Place: mengukur persepsi masyarakat tentang aspek fisik dari masing-masing kota dari segi iklim, kebersihan lingkungan dan bagaimana tata ruang kota.

4. Pulse: mengukur persepsi bahwa ada hal-hal yang menarik dalam suatu kota, entah itu kegiatan atau acara yang mampu mengisi waktu luang atau dapat menarik minat pengunjung.

5. People: mengukur seberapa ramah penduduk setempat, komunitas- komunitas apa saja yang ada di lingkungan masyarakat dan bagaimana daerah tersebut mampu memberikan rasa aman bagi pengunjung yang datang.

6. Prerequite: menentukan bagaimana orang melihat kualitas di suatu kota, apakah kota tersebut memuaskan, memiliki standar fasilitas umum seperti sekolah,rumah sakit, transportasi dan fasilitas olah raga.

c. City Image

Citra merek merupakan suatu penglihatan dan kepercayaan yang terpendam dan bertahan diingatan konsumen mengenai sebuah merek.

Dalam dunia pariwisata, citra kota diasumsikan sama dengan citra merek (Wandari, 2014). Citra merek merupakan representasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian. Citra merek dapat dianggap sebagai persepsi yang muncul dalam benak konsumen ketika mengingat suatu merek tertentu.

Menurut Kotler (2012), citra merek adalah cara masyarakat menganggap merek secara aktual.

Agar citra dapat tertanam dalam pikiran konsumen, pemasar harus memperlihatkan identitas merek

(7)

7 melalui saran komunikasi dan kontak

merek yang tersedia.

d. Reference Group

Perilaku konsumen dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan bagian dari diri pribadi konsumen seperti nilai, motivasi, persepsi, dan kemampuan belajar. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sosial, norma, teman, keluarga, dan peran lainnya.

Kumpulan teman, anggota keluarga, pendapat peimpin, dan selebriti disebut sebagai kelompok referensi (Tillah, 2015). Kelompok referensi adalah semua kelompok yang mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut (Kotler &

Keller, 2009).

e. Keputusan Pembelian Ulang Keputusan pembelian ulang sendiri adalah ketika konsumen memutuskan untuk membeli kembali sebuah produk yang bisa saja didasarkan pada persetujuan konsumen bahwa produk tersebut memenuhi apa yang diinginkan

mereka. (Shiffman dan Kanuk dalam Fiqi, 2014).

Menurut Simamora dalam Hendi, apapbila seseorang sudah pernah melakukan pembelian terhadap suatu produk dan ia akan melakukan pembelian ulang terhadap produk tersebut maka perilaku yang akan mungkin ditunjukan ada dua yaitu:

1. Pemecahan masalah berulang.

Alasan melakukan pemecahan masalah dalam pembelian ulang disebabkan oleh beberapa kemungkinan:

a. Konsumen tidak puas dengan produk sebelumnya, sehingga memilih alternatif lainnya.

b. Pembelian pertama sudah lama, akibatnya saat ingin melakukan pembelian ulang produk sudah mengalami banyak perubahan.

2. Perilaku karena kebiasaan.

Perilaku ini tampak pada seseorang yang membeli merek/produk yang sama berulang-ulang. Perilaku tersebut dapat terjadi karena dua hal:

a. Pengaruh loyalitas, dimana orang tersebut loyal terhadap merek/produk tersebut.

(8)

8 b. Karena kemasan, dimana

seseorang membeli merek/produk yang sama karena malas mengevaluasi alternatif-alternatif yang tersedia.

Hasil evaluasi konsumen terhadap produk yang telah mereka beli ditentukan oleh perbandingan antara harapan dengan kemampuan produk dalam memenuhi harapan tersebut.

Apabila atribut produk dapat memenuhi manfaat yang dibutuhkan dan diinginkan, konsumen akan menilai produk tersebut memuaskan dan begitu juga sebaliknya.

B. Hipotesis

Model Hipotesis

Sumber: penelitian (2015)

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini : H1 : Diduga ada pengaruh positif

yang signifikan dari variabel

City Branding (X1) terhadap Keputusan Berkunjung Kembali (Y) wisatawan ke Kota Batu.

H2: Diduga ada pengaruh positif yang signifikan dari variabel City Image (X2) terhadap Keputusan Berkunjung Kembali (Y) wisatawan ke Kota Batu.

H3: Diduga ada pengaruh positif yang signifikan dari variabel Reference Group (X3) terhadap Keputusan Berkunjung Kembali (Y) wisatawan ke Kota Batu.

H4: Diduga City Image (X2) merupakan variabel yang berpengaruh paling dominan

terhadap Keputusan

Berkunjung Kembali (Y) wisatawan ke Kota Batu.

III. METODE PENELITIAN Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah explanatory research, dan pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

(9)

9 Lokasi penelitian ini dilakukan di

Kota Batu, dengan jumlah sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebanyak 120 sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode nonprobability sampling. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Skala pengukuran instrumen yang digunakan adalah skala likert. Untuk mengetahui pengaruh dari variabel (X) terhadap variabel (Y), digunakan metode analisis regresi linear berganda, dan pengujian hipotesis yang dilakukan adalah dengan melakukan uji t dan uji dominan.

IV. HASIL

a. Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Tabel 1. Hasil Uji regresi Linier Berganda

Variabel Std.

Coef t hitung

Sig. Ket Terikat Bebas

Y X1 -0,036 -0,361 0,719 Tidak Sig X2 3,206 3,206 0,002 Sig X3 0,436 5,385 0,000 Sig α = 0,05

R = 0,605 R square = 0,366 Koef Determinasi (Adj. R2) = 0,350 t-Tabel = 1,980 N = 120

Sumber: data primer diolah (2017)

Berikut merupakan persamaan regresi yang didapatkan :

Y = b2X2 +b3X3

Y =

Berdasarkan dari hasil persamaan tersebut, maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut : Y = merupakan variabel terikat atau

dependen yang nilainya akan diprediksi oleh variabel bebas.

Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat atau dependen adalah keputusan berkunjung kembali yang nilainya akan diprediksi oleh variabel city branding (X1), city image (X2), dan reference group (X3).

b1 = koefisien regresi variabel city branding (X1) memiliki nilai sebesar -0,036 dan nilai signifikan sebesar 0,719 (lebih besar dari 0,05) yang menunjukkan bahwa variabel city branding (X1) tidak berpengaruh terhadap keputusan berkunjung kembali (Y).

b2 = koefisien regresi variabel city image (X2) memiliki nilai sebesar 0,315 dan nilai signifikan sebesar 0,002 (lebih kecil dari 0,05) yang

(10)

10 menunjukkan bahwa variabel

city image (X2) berpengaruh signifikan terhadap keputusan berkunjung kembali (Y), dimana setiap kenaikan satu satuan persepsi responden terhadap city image (X2) akan meningkatkan keputusan berkunjung kembali (Y) sebesar 0,315 satuan.

b3 = koefisien regresi variabel reference group (X3) memiliki nilai sebesar 0,436 dan nilai signifikan sebesar 0,000 (lebih kecil dari 0,05) yang menunjukkan bahwa variabel reference group (X3) berpengaruh signifikan terhadap keputusan berkunjung kembali (Y), dimana setiap kenaikan satu satuan persepsi responden terhadap reference group (X3) akan meningkatkan keputusan berkunjung kembali (Y) sebesar 0,436 satuan.

b. Hasil Analisa Koefisien Determinasi (R2)

Tabel 2. Koefisien Determinasi R2

Sumber: data primer diolah (2017)

Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R2 (R Square) sebesar 0.366 atau (36.6%). Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen city branding, city image dan reference group terhadap variabel dependen (keputusan berkunjung kembali) sebesar 36.6%.

Variasi variabel independen yang digunakan dalam model (city branding, city image dan reference group) mampu menjelaskan sebesar 36.6% variasi variabel dependen (keputusan pembelian). Sedangkan sisanya sebesar 63.4% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

Model Summaryb

Model R R

Square

Adj.

R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,605a ,366 ,350 2,520

a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1 b. Dependent Variable: Y

(11)

11 c. Uji Hipotesis

Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis Penelitian

Variabel Std.

Coef t hitung

Sig. Ket Terikat Bebas

Y X1 -0,036 -0,361 0,719 Tidak Sig X2 3,206 3,206 0,002 Sig X3 0,436 5,385 0,000 Sig Sumber: data primer diolah (2017)

1. t test antara City Branding (X1) terhadap Keputusan Berkunjung Kembali (Y) menunjukkan nilai sig t sebesar (0,719) > α = 0,05 dan nilai thitung sebesar -0,036 atau thitung < ttabel (1,980). Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa City Branding (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Berkunjung Kembali (Y). Hasil tersebut berarti menunjukkan bahwa H1 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa Keputusan Berkunjung Kembali tidak dipengaruhi secara signifikan oleh City Branding.

2. t test antara City Image (X2) terhadap Keputusan Berkunjung Kembali (Y) menunjukkan nilai sig t sebesar (0,002) < α = 0,05 dan nilai thitung sebesar 3,206 atau thitung > ttabel (1,980). Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa City Image (X2) memiliki

pengaruh signifikan terhadap Keputusan Berkunjung Kembali (Y). Hasil tersebut menunjukkan bahwa H2 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa Keputusan Berkunjung Kembali dipengaruhi secara signifikan oleh City Image.

3. t test antara Reference Group (X3) terhadap Keputusan Berkunjung Kembali (Y) menunjukkan nilai sig t sebesar (0,000) < α = 0,05 dan nilai thitung sebesar 5,385 atau thitung > ttabel (1,980). Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa Reference Group (X3) memiliki pengaruh signifikan terhadap Keputusan Berkunjung Kembali (Y). Hasil tersebut menunjukkan bahwa H3 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa Keputusan Berkunjung Kembali dipengaruhi secara signifikan oleh Reference Group.

V. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan

1. Terdapat satu variabel dependen yang tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan berkunjung kembali (Y) wisatawan di Kota

(12)

12 Batu, yaitu variabel city branding

(X1).

2. Terdapat pengaruh positif yang signifikan variabel city image (X2) dan reference group (X3) terhadap keputusan berkunjung kembali (Y) wisatawan di Kota Batu.

3. Variabel reference group (X3) memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap keputusan berkunjung kembali (Y) wisatawan di Kota Batu.

b. Saran

1. Diharapkan pemerintah Kota Batu kembali mengevaluasi strategi pemasaran city branding yang dilakukan.

2. Diharapkan pemerintah Kota Batu agar terus meningkatkan citra kota (city image) yang dimiliki oleh Kota Batu.

3. Diharapkan pemerintah Kota Batu dapat memaksimalkan pengaruh kelompok-kelompok referensi.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyani, Aris Ninik. 2015.

Pengaruh City Branding Terhadap Keputusan Kunjungan Kembali ke Tempat Wisata (Studi pada Wisatawan di Kota Batu)‟.

Universitas Brawijaya. Malang.

Chaerani, Ratu Yulya. 2011.

„Pengaruh City Branding Terhadap City Image (Studi Pencitraan Kota Solo: „The Spirit of Java‟)‟. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Che-Hui Lien et al. 2015. Online Hotel Booking :The effects of Brand Image, Price, Trust, and Value on Purchase Intention.

Journal International : International Business and Entrepreneurship, Thompson Rivers University, Kamloops, BC, Canada National Cheng Kung University, Tainan, Taiwan, ROC, Kun Shan University, Tainan, Taiwan, ROC.Mufano.

Intyaswono, S, Edy, Y &

Mukhammad, K. 2016. „Peran Strategi City Branding Kota Batu Dalam Trend Peningkatan

Kunjungan Wisatawan

Mancanegara (Studi Pada Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kota Batu)‟, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), vol. 30, no. 1, diakses pada 4 Oktober 2016,

<http://administrasibisnis.studentjour nal.ub.ac.id/index.php/jab/article/vie w/1188>

Jannah, B, Zainul, A & Andriani, K.

2014. „Pengaruh City Branding Dan City Image Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Ke Banyuwangi‟, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), vol. 17, no. 1, diakses pada 10 Oktober 2016,

<http://administrasibisnis.studentjour nal.ub.ac.id/index.php/jab/article/vie w/679>.

(13)

13 Kotler, Philip dan Kevin Keller.

2009. Manajemen Pemasaran.

Edisi 1. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Pontoh, Nia Kurniasih. 2012.

Peranan City Branding Sebagai Pembentuk Identitas Kota, diterbitkan pada, 13 April. Urban planning and design research group SAPPK ITB, diakses pada 10 Oktober 2016,

<http://www.sappk.itb.ac.id/ppk/inde x.php?option=com_content&task=vi ew&id=367&Itemid=87>.

Reza, Syed Asghar & Valeecha, Suman. 2013. Influence of Social Reference Groups on Automobile Buying Decision – Research on Young Execuives. World Review of Business research. Vol 3, no 4, Pp. 197-210.

Riza, Naciye Doratli & Mukaddes Fasli. 2012. „City Branding and Identity‟. Eastern Mediterranean University, Famagusta, North Cyprus.

Sekaran, Uma. 2007. Research Methods for Business. Edisi 4.

Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Seputar Pengetahuan. 2015. Enam Konsep Pemasaran dan Tujuannya. Diakses pada 9 November 2016,

<https://www.seputarpengetahuan.co m/2015/03/enam-konsep-pemasaran- dan-tujuannya.html>

Wandari, L, Srikandi, K, & Andriani, K. 2014. „Pengaruh City Branding “Shining Batu”

Terhadap City Image Dan

Keputusan Berkunjung Wisatawan Ke Kota Batu‟, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), vol.

16, no. 1, diakses pada 4 Oktober 2016

<http://administrasibisnis.studentjour nal.ub.ac.id/index.php/jab/article/vie w/668>.

Referensi

Dokumen terkait

Leverage keuangan ini tidak mempengaruhi resiko atau tingkat pembelian yang diharapkan dari aktiva peruahaan, tetapi leverage ini akan mendorong resiko dari saham biasa dan