DIAGNOSA PENYAKIT SIFILIS MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR BERBASIS WEB
Mochammad Eko Nurlustiawan Sistem Informasi
Universitas BSI Bandung
Jalan Sekolah Internasional No.16 Antapani, Bandung 40282 [email protected]
Abstrak
Sifilis adalah penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh bakteri spiroseta, dan treponema pallidum.
Penularan penyakit ini, umumnya terjadi melalui kontak seksual. Penyakit sifilis dibagi menjadi 4 tahapan yaitu sifilis primer, sifilis sekunder, sifilis laten, sifilis tersier. Penyakit sifilis bisa jadi sangat berbahaya hingga menyebabkan kematian karena penanganan yang lambat, pengetahuan yang minim tentang penyakit sifilis dan masyarakat masih malu mengakui bahwa telah mengidap penyakit pada daerah.
kelamin. Sistem pakar menyediakan komunikasi antara sistem dan pemakainya yang disebut sebagai antarmuka. Antarmuka yang efektif penting sekali terutama bagi pemakai yang tidak ahli dalam bidang yang diterapkan pada sistem pakar. Aplikasi sistem pakar ini dapat membantu masyarakat dalam mengdiagnosa penyakit sifilis secara dini. Namun tidak dijadikan acuan dan tetap dianjurkan berkonsultasi dengan dokter. Masyarakat dapat mengakses aplikasi sistem pakar berbasis web ini dan mendapatkan layanan sistem informasi berbasis web tentang penyakit sifilis agar masyarakat bisa mendiagnosa penyakit sifilis. Namun penulis tetap menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan di rumah sakit.
Kata Kunci : Diagnosa, Sifilis, Sistem Pakar, Certainty Factor
ABSTRACT
Syphilis is an infectious genital disease caused by spiroseta bacteria, and Treponema pallidum.
The transmission of this disease, usually occurs through sexual contact. Syphilis is divided into 4 stages of primary syphilis, secondary syphilis, latent syphilis, tertiary syphilis. Syphilis disease can be very dangerous to cause death due to slow handling, minimal knowledge of syphilis disease and society is still ashamed to admit that it has suffered from disease in the region.
Gender. The expert system provides communication between the system and the wearer called the interface. The effective interface is especially important for users who are not experts in the fields applied to expert systems. The application of this expert system can help the community in diagnoses syphilis disease early. However, it is not used as a reference and still advised to consult a physician. People can access this web-based expert system application and obtain Web-based information system services about syphilis disease so that people can diagnose syphilis disease. However, the author still recommends conducting inspections at the hospital.
Keywords:Diagnosis, Syphilis, Expert Sistem, Certainty Factor
1. Pendahuluan
Penyakit kulit dan kelamin merupakan penyakit yang dapat menular dan dapat menyerang manusia dari segala usia. Gaya hidup yang tidak sehat dan perilaku seks menyimpang dapat mengakibatkan seseorang terjangkit penyakit kulit dan kelamin.
Penyebaran penyakit kulit dan kelamin juga dapat disebabkan oleh hal mendasar seperti melalui kontak tubuh, menggunakan alat mandi yang sama hingga melalui air ludah (Krisnawan, Putra, & Bayupati, 2014).
Sifilis adalah penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh bakteri spiroseta, dan treponema pallidum. Penularan penyakit ini, umumnya terjadi melalui kontak seksual (Efrida, 2014). Penyakit sifilis dibagi menjadi 4 tahapan yaitu sifilis primer, sifilis sekunder, sifilis laten, sifilis tersier.
Sistem pakar merupakan cabang dari kecerdasan buatan dan juga merupakan bidang ilmu yang muncul seiring perkembangan ilmu komputer saat ini (Fanny, Hasibuan & Buulolo, 2017). Penelitian ini menggunakan metode certainty factor sebagai metode untuk merancang sistem pakar berbasis web ini Dengan ukuran kepercayaan (MB) dan ketidakpercayaan (MD) suatu gejala terhadap penyakit yang sama, maka dapat didapat suatu nilai kepastian (CF).
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif mengumpulkan data yang sebenarnya yang bertujuan untuk mengetahui nilai variable dan membuat deskripsi serta gambaran secara akurat sesuai dengan data dan gejala yang diselidiki.
2.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara- cara yang dilakukan untuk memperoleh data dan keterangan - keterangan yang diperlukan dalam penelitian (Sugiyono, 2017). Maka dari itu penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut
:
a. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara melakukan tinjauan ke tempat praktek dokter di Klinik Dokter Kita untuk melakukan pengamatan secara langusung.
b. Wawancara
Untuk mendapatkan informasi dan data secara lengkap, penulis melakukan wawancara secara langsung dengan dokter di Klinik Dokter Kita sebagai narasumber.
c. Studi Pustaka
Untuk data-data yang bersifat teoritis, penulis mengumpulkan data dan informasi diperoleh dari jurnal, karya ilmiah dan sumber- sumber lainya yang berkaitan dengan penyakit safilis.
2.2 Pengembangan Software
Pada penyusunan laporan ini penulis menggunakan metode waterfall. Metode waterfall menggambarkan pendekatan yang sistematis dan berurutan dalam pengembangan perangkat lunak (Safitri & Supriyadi, 2015) Langkah-langkah dalam pengembangan software sebagai berikut :
1. Analisa Kebutuhan Software
Pada tahap ini, penulis menganalisa kebutuhan sistem agar permasalahan dapat terselesaikan dengan baik dan data yang dihasilkan dapat sesuai dengan harapan.
2. Desain
Pada tahap desain, penulis merancang arsitektur sistem berdasarkan hasil dari tahap analisa kebutuhan software dengan menterjemahkan kebutuhan sistem melaui UML dan desain database yang digambarkan melalui ERD.
3. Pengkodean
Bahasa Pemograman yang digunakan dalam pembuatan sistem informasi ini adalah PHP, Sublime sebagai text editor dan MySQL sebagai databasenya.
4. Pengujian
Pada tahapan pengujian penulis menggunakan white box yang berfokus pada fungsi-fungsi yang telah dibuat apakah hasilnya sesuai dengan yang diharapkan atau tidak.
5. Support
Pada tahap ini penulis melakukan pemeliharaan dan pengembangan berdasarkan umpan balik yang diberikan pengguna agar sistem dapat berjalan dan berkembang sesuai dengan fungsinya.
3. Hasil dan Pembahsan
Pada penulisan laporan ini penulis mengambil beberapa teori atau materi dari berbagai sumber. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan penulis dalam pengerjaannya, karena dengan materi yang tepat diharapkan menghasilkan aplikasi sistem pakar yang bermanfaat. Berikut penulis paparkan materi atau teori-teori yang menjadi landasan dalam penulisan ini
3.1
Certainty Factor
Faktor kepastian diusulkan oleh Shortliffe dan Buchanan pada 1975 untuk mengakomadasikan ketidakpastian pemikiran seorang pakar. Seorang pakar, sering kali menganalisis informasi yang ada dengan ungkapan seperti misalnya mungkin, kemungkinan besar dan hampir pasti. Untuk mengakomodasi hal ini dengan menggunakan certainty factor guna menggambarkan tingkat keyakinan pakar terhadap masalah yang dihadapi (Hasibuan, Sunandar, Alas, &
Suginam, 2018)
Kelebihan dari metode certainty factor adalah Perhitungan dalam sekali hitung hanya dapat mengolah dua data saja sehingga keakuratan data dapat terjaga. Namun, kekurangan dari metode ini adalah Nilai CF yang diberikan bersifat subjektif karena penilaian setiap pakar bisa saja berbeda-beda tergantung pengetahuan dan pengalaman pakar. Secara umum, rule direpresentasikan dalam bentuk sebagai berikut :
CF (H, E) = MB (H, E) – MD (H, E)
CF (H,E) : Certainty factor dari hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala (evidence) E. besarnya CF berkisar antara -1 sampai 1.
MB (H,E) : Ukuran kenaikan kepercayaan (measure of increased belief) terhadap hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala E.
MD (H,E) : Ukuran kenaikan ketidakpercayaan terhadap hipotesis H
yang dipengaruhi oleh gejala E.
3.2 Penyakit Sifilis
Sifilis atau raja singa adalah salah satu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri bernama treponema pallidium.
Umumnya infeksi ini menyebar melalui hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi.
Selain melalui hubungan intim, bakteri penyebab sifilis juga dapat menyebar melalui pakaian, peralatan makan dan berbagi kolam renang atau kamar mandi yang sama (Adisthanaya, 2016).
Beberapa jenis penyakit sifilis, antara lain : 1. Sifilis Primer
Penderita sifilis primer mengalami gejala yang dimulai dengan luka pada alat kelamin atau di sekitar mulur seperti sariawan. Luka yang terjadi berbentuk seperti gigitan serangga tapi tidak menimbulkan rasa sakit. Pada tahap ini jika orang yang terinfeksi melakukan hubungan seksual, penularan sangat mudah terjadi. Luka ini bertahan selama 1-2 bulan.
Selain luka, penderita sifilis primer mengalami pembengkakan kelenjar getah bening pada sela paha. Bila tidak dilakukan penanganan medis, maka sifilis dapat berlanjur ke stadium sekunder (Efrida, 2014). Berikut adalah gejala pada penderita sífilis primer :
a. Luka seperti sariawan muncul pada sekitar alat kelamin.
b. Luka yang muncul tidak menimbulkan rasa sakit.
c. Perkembangan kelenjar getah bening pada sekitar paha.
d.
Luka seperti sariawan pada sekitar mulut.2. Sifilis Sekunder
Penderita sifilis sekunder akan mengalami ruam merah seukuran koin kecil dan biasanya ruam ini muncul pada telapak tangan dan telapak kaki. Gejala lain yang muncul adalah demam, nafsu makan menurun, radang tenggorokan dan kutil pada alat kelamin (Efrida, 2014). Berikut adalah gejala pada penderita sifilis sekunder :
a. Mudah lelah disertai sakit kepala b. Ruam pada telapak tangan c. Kerontokan
d. Muncul luka seperti kutil pada sekitar alat kelamin
3. Sifilis laten
Setelah fase sifilis sekunder, sifilis seolah menghilang dan tidak menimbulkan gejala sama sekali kecuali dilakukan pemeriksaan secara medis. Penyakit sifilis laten baru menimbulkan gejala pada tahun kedua sejak menghilangnya luka yang disebabkan oleh sifilis sekunder. Awal dari gejala sifilis laten mempunyai gejala kambuh seperti sifilis primer dan skunder (Efrida, 2014). Berikut adalah gejala pada penderita sífilis laten:
a. Luka yang muncul pada sekitar alat kelamin setelah satu tahun atau lebih sembuh dari sifilis sekunder.
b. Perkembangan kelenjar getah bening pada sekitar paha setelah satu tahun atau lebih sembuh dari sifilis sekunder.
c. Muncul ruam pada tubuh bagian manapun setelah satu tahun atau lebih sembuh dari sífilis sekunder.
d. Kerontokan setelah satu tahun atau lebih sembuh dari sifilis sekunder.
4. Sifilis Tersier
Sifilis tersier merupakan tahap terakhir dari penyakit sifilis. Penyakit sifilis tersier memberika efek yang serius pada tubuh bahkan kematian.
Fase sifilis tersier merupakan tahap sifilis yang paling menular dibanding sifilis primer, sekunder dan laten (Efrida, 2014). Berikut adalah gejala pada penderita sifilis sekunder :
a. Gummata (luka besar pada tubuh).
b. Detak jantung tidak beraturan.
c. Pembengkakan pada daerah tubuh mana saja.
d. Tulang terasa ngilu.
e. Refleks tidak sesuai
3.3 Tabel Pakar
Dalam penyakit sifilis terdapat beberapa gejala yang dapat membantu mendiagnosis dan mengarahkan pada sifilis stadium berapa. Pada penyakit sifilis atau raja singa penulis membatasi penyakit sebanyak 4 penyakit. Dari 4 penyakit tersebut terdapat 17 gejala dapat terasa. Berikut data-data gejala beserta kode gejalanya
Tabel 1. Penyakit
Tabel 2. Gejala Kode Nama Gejala
G01 Luka seperti sariawan muncul pada sekitar alat kelamin G02 Luka yang muncul tidak
menimbulkan rasa sakit
G03 Perkembangan kelenjar getah bening pada sekitar paha G04 Luka seperti sariawan pada
sekitar mulut
G05 Mudah lelah disertai sakit kepala
G06 Ruam pada telapak tangan G07 Kerontokan
G08 Muncul luka seperti kutil pada sekitar alat kelamin
G09 Luka yang muncul pada sekitar alat kelamin setelah satu tahun atau lebih sembuh dari sífilis sekunder
G10 Perkembangan kelenjar getah bening pada sekitar paha setelah satu tahun atau lebih sembuh dari sífilis sekunder G11 Muncul ruam pada tubuh
bagian manapun setelah satu tahun atau lebih sembuh dari sífilis sekunder
G12 Refleks yang tidak sesuai setelah satu tahun atau lebih sembuh dari sífilis sekunder G13 Gummata (luka besar pada
tubuh)
G14 Detak jantung tidak beraturan G15 Pembengkakan pada daerah
tubuh mana saja G16 Tulang terasa ngilu G17 Refleks tidak sesuai
Kode Nama Penyakit
P01 Sifilis Primer P02 Sifilis Sekunder P03 Sifilis Laten P04 Sifilis Tersier
Tabel 3. Gejala dan Penyakit
Kode P01 P02 P03 P04 G001 V
G002 V G003 V G004 V G005 V G006 V G007 V G008 V
G009 V
G010 V
G011 V
G012 V
G013 V
G014 V
G015 V
G016 V
G017 V
3.4 Rule Sistem Pakar
Berikut uraian rule-rule dari sistem pakar menggunakan merotde certainty factor :
1. Rule 1
If Luka seperti sariawan muncul pada sekitar alat kelamin
And Luka yang muncul tidak menimbulkan rasa sakit
And Perkembangan kelenjar getah bening pada sekitar paha
And Luka seperti sariawan pada sekitar mulut Then Sífilis Primer
2. Rule 2
If Mudah lelah disertai sakit kepala And Ruam pada telapak tangan And Kerontokan
And Muncul luka seperti kutil pada sekitar kelamin
Then Sifilis Sekunder 3. Rule 3
If Luka yang muncul pada sekitar alat kelamin setelah satu tahun atau lebih sembuh dari sífilis sekunder
And Perkembangan kelenjar getah bening pada sekitar paha setelah satu tahun atau lebih sembuh dari sífilis sekunder
And Muncul ruam pada tubuh bagian manapun setelah satu tahun atau lebih sembuh dari sífilis sekunder
And Refleks yang tidak sesuai setelah satu tahun atau lebih sembuh dari sífilis sekunder Then Sifilis Laten
4. Rule 1
If Gummata (luka besar pada tubuh) And Detak jantung tidak beraturan
And Pembengkakan pada daerah tubuh mana saja
And Tulang terasa ngilu
And Refleks tidak sesuai Then Sifilis Tersier
3.5 Perhitungan manual
Dalam sisttem pakar menentukan jenis penyakit sifilis ini ini terdapat perhitungan menggunakan metode certainty factor. Misalkan dalam menentukan penyakit sifilis dengan memilih beberapa gejala diantaranya :
Gejala yang dipilih pada sifilis primer : 1. Luka seperti sariawan muncul pada sekitar
alat kelamin. (MB 0,9 dan MD 0,5)
2. Perkembangan kelenjar getah bening pada sekitar paha (MB 0,8 dan MD 0,4)
3. Luka seperti sariawan pada sekitar mulut (Mb 0.9 dan MD 0.5)
Gejala yang dipilih Pada sifilis sekunder : 4. Ruam telapak tangan (MB 0,9 dan MD 0,4) 5. Kerontokan (MB 0,9 dan MD 0,5)
A. Hitungan persamaan
CF(MD,MB) = CF(MD) X CF(MB) = Cfcombine
Nilai yang dipilih pada sifilis primer : 1. MB 0,9 X MD 0,5 = 0,45 (cf1) 2. MB 0,8 X MD 0,4 = 0,32 3. MB 0,9 X MD 0,5 = 0,45 Nilai yang dipilih pada sifilis sekunder :
4. MB 0,9 X MD 0,4 = 0.36 5. MB 0,9 X MD 0,5 = 0,45 B. Kombinasi Nilai CF
Tahap Pertama Kombinasi Nilai CF Gejala Sifilis Primer
Cfcombine (cf1,cf2) = cf1 + cf2 x (1-cf1) 0.45 + 0.32 x(1 - 0.45) = 0.62 CFold1
Cfcombine (cfold1,cf3) = cfold1 + cf3 x (1- cfold1)
0.62 + 0.45 x (1-0.62) = 0.79
Presentase keyakinan = Cfcombine x 100%
= 0.79 x 100% = 79%
Tahap Kedua Kombinasi Nilai CF Gejala Sifilis Sekunder
Cfcombine (cf1,cf2) = cf1 + cf2 x (1-cf1) 0.36 + 0.45 x(1 - 0.36) = 0.64
Presentase keyakinan = Cfcombine x 100%
= 0.64 x 100% = 64%
Maka dari hasil perhitungan menggunakan metode certainty factor di atas, kemungkinan user menderita penyakit sifilis primer sebesar 79%
3.5 Algoritma Sistem Pakar
Algoritma yang akan di implementasikan oleh penulis pada program sistem pakar ini yaitu di mulai dari proses tampilkan pertanyaan dan pilih gejala kemudian input dengan memilih gejala kemudian tampil suatu kemungkinan yang akan menghasilkan beberapa kemungkinan jawaban atau pilihan dan diakhiri dengan hasil diagnosa berikut dengan prosentasenya.
Gambar 1. Algoritma Program
a. Use Case Diagram User
Gambar 2. Use Case Diagram User b. Use Case Diagram Admin
Gambar 3. Use Case Diagram Admin
c. Activity Diagram User diagnosa
Gambar 4. Use Case Diagram diagnose 3.6 User Interface
User interface adalah tampilan halaman website yang akan ditampilkan saat di akses.
Berikut adalah tampilan dari aplikasi diagnosa penyakit sifilis :
a. Halaman Utama
Pada halaman utama terdapat informasi tentang klinik dokter kita.
Gambar 4. Halaman Utama
b. Halaman diagnosa
Pada halaman diagnosa user mengisi nama dan umur untuk kemudian memilih gejala sesuai dengan apa yang dirasakan.
Gambar 5. Halaman Diagnosa c. Halaman Hasil Diagnosa
Halaman hasil diagnosa merupakan hasil perhitungan dari gejala-gejala yang dipilih oleh user.
Gambar 6. Halaman Hasil Diagnosa
4. Kesimpulan
Dalam bab ini, Penulis dapat menyimpulkan dari seluruh pembahasan pada bab-bab sebelumnya yang ada pada penelitian ini. Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat membantu masyarakat dalam mendiognosa dan memberikan pengetahuan tentang penyakit sifilis.
Berikut beberapa kesimpulan dari sistem pakar diagnosis penyakit sifilis :
1. Website ini dapat memberikan informasi tentang gejala sifilis primer, sekunder, laten dan tersier.
2. Aplikasi sistem pakar ini dapat membantu masyarakat dalam mengdiagnosa penyakit sifilis secara dini. Namun, tidak dijadikan
acuan dan tetap dianjurkan berkonsultasi dengan dokter.
3. Masyarakat dapat mengakses aplikasi sistem pakar berbasis website ini dan mendapatkan layanan sistem informasi berbasis web tentang penyakit sifilis agar masyarakat bisa mendiagnosa penyakit sifilis
Saran
Setelah penulis mengemukakan kesimpulan, penulis memberikan beberapa saran yang dapat membantu aplikasi sistem pakar ini dapat bekerja lebih optimal. Berikut saran-saran dari penulis antara lain :
1. Menambahan solusi pada hasil diagnosa agar user dapat mengetahui penanganan secara dini
2. Aplikasi sistem pakar ini masih berbasis web, akan lebih baik jika aplikasi ini bisa dibuat pada pengoprasian android agar pengguna dapat mengunduh di google playstore.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan metode penelitian sistem pakar yang lain seperti case based reasoning dan naive bayes
DAFTAR PUSTAKA
1. Adisthanaya, S. (2016). Gambaran Karakteristik Sifilis di Poliklinik Kulit dan Kelamin SUB Divisi Infeksi Menular Seksual RSUP Sangla Dempasar/FK UNUD Periode Januari 2011-Desember 2013. E-Jurnal Medika, 5(9), 2010–2013.
2. Efrida, E. (2014). Imunopatogenesis Treponema pallidum dan Pemeriksaan Serologi. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(3), 572–587.
3. Hasibuan, N. A., Sunandar, H., Alas, S., &
Suginam, S. (2018). Sistem Pakar
Mendiagnosa Penyakit Kaki Gajah Menggunakan Metode Certainty Factor.
Jurasik (Jurnal Riset Sistem Informasi Dan Teknik Informatika), 2(1), 29.
4.Hasugian, H., & Shidiq, A. N. (2012). Rancang Bangun Sistem Informasi Industri Kreatif Bidang Penyewaan Sarana Olahraga.
Seminar Nasional Teknologi Informasi Dan Komunikasi Terapan (Semantik) 2012, 606–
612.
5. Krisnawan, I. P. B., Putra, I. K. G. D., &
Bayupati, I. P. A. (2014). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Kulit dan Kelamin dengan Metode Certainty Factor dan Fuzzy Logic.
Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Kulit Dan Kelamin Dengan Metode Certainty Factor Dan Fuzzy Logic, 2(3), 351–360.
6. Ongko, E. (2014). Perancangan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Pada Balita. Jurnal Time, II(1), 1–5.
7. Raharjo, J. S. D., Damiyana, D., & Supardi.
(2016). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Kulit Dengan Menggunakan Metode Forward Chaining Berbasis Android. Sistem Pakar, 6(2088–1762), 83–89.
8. Ramadhani, S., Anis, U., & Masmuro, S. T.
(2013). Rancang Bangun Sistem Informasi Geografis Layanan Kesehatan Di Kecamatan Lamongan Dengan PHP MySQL. Jurnal Teknika, 5(MYsql), 479–484.
9. Sukrianto, D. (2017). Perancangan Sistem Informasi Rekam Medis Terpadu Dalam Upaya Meningkatkan Pelayanan Rumah Sakit Jiwa Prov. Riau. Intra-Tech, 1(1), 43–
54.
10. Syarif, A., & Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri, D. (2016).
Sistem Informasi Geografis Sarana Pada Kabupaten Pasaman Barat. Oktober Jurnal TEKNOIF, 4(2), 2338–2724.