KEPADATAN POPULASI ULAT PENGGEREK POLONG (Maruca testulalis) TANAMAN KACANG PANJANG DI KELURAHAN WIROTHO AGUNG
KECAMATAN RIMBO BUJANG KABUPATEN TEBO JAMBI
ARTIKEL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1)
YUNI SOFIAWATI NIM : 11010017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP PGRI PADANG
2015
KEPADATAN POPULASI ULAT PENGGEREK POLONG (Maruca testulalis) TANAMAN KACANG PANJANG DI KELURAHAN WIROTHO AGUNG
KECAMATAN RIMBO BUJANG KABUPATEN TEBO JAMBI
Yuni Sofiawati , Jasmi, dan RizkiProgram Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat e-mail : [email protected]
ABSTRACT
The population of Maruca testulalis in the beans can reduce the bean production. This pest attacks the flowers and pod. The pod are attacked will show the small round holes and seed eaten. Based on the problem the researcher did the research to know the population of Maruca testulalis in the beans at Kelurahan Wirotho Agung Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Jambi. The research method was survey descriptive method. That used collection. The sampling was done in the beans page ± 65 days ± 72 days. The weather condition in the 27°-29°C and the moist 84-89%. The average of population solidity Maruca testulalis the beans age ± 65 days in the pod 0.44 individual/stem and the flower 0.51 individual/stem. In the age ± 72 days in the pod 0.37 individual/stems and the flower 0.31 individual/stem. The total of population solidity Maruca testulalis was 0.41 individual/stem.
Keywords: Population solidity, Caterpillar borer pod (Maruca testulalis), beans PENDAHULUAN
Kelurahan Wirotho Agung sudah mulai memproduksi sayur-sayuran. Sayur-sayuran yang mereka tanam seperti, kangkung, bayam, ubi kayu, sawi, timun dan kacang panjang. Lahan yang digunakan untuk menanam kacang panjang di Kelurahan Wirotho Agung untuk saat ini sebanyak satu hektar. Petani di Kelurahan Wirotho Agung selalu memproduksi tanaman kacang panjang, dikarenakan tanaman kacang panjang dapat dipanen setiap harinya.
Kacang panjang termasuk sayuran berpolong yang populer di kalangan masyarakat Indonesia. Sayuran merupakan salah satu sumber mineral dan vitamin yang sangat dibutuhkan manusia. Kacang panjang adalah tanaman hortikultura yang merupakan anggota Familia Leguminoceae termasuk ke dalam golongan sayuran.
Kacang panjang dibudidayakan untuk dikonsumsi baik polong mudanya maupun daunnya dan dapat diperbanyak melalui benih (Sunaryono dan Ismunandar, 1981).
Banyak kendala yang dihadapi petani dalam budidaya kacang panjang, di antaranya adalah hama.
Salah satu hama penting pada kacang panjang adalah penggerek polong Maruca testulalis. Hama ini menyerang bagian bunga dan polong. Polong yang diserang akan tampak lubang-lubang bundar kecil dan bijinya habis dimakan. Serangan pada bagian bunga dan polong ini berpengaruh langsung terhadap kualitas dan kuantitas produksi (Mohamad, 2009).
Larva penggerek polong lebih memilih menyerang atau merusak bagian bunga atau polong. Larva instar 1 dan 2 didapat pada bunga dan sebagian besar instar 4 dan 5 ditemukan pada polong. Tingkat serangan dari larva penggerek polong pada tanaman lebih besar pada musim hujan dari pada musim panas (Liao dan Lin,
2000). Sehubungan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui kepadatan populasi ulat penggerek polong yang terdapat pada kacang panjang dan untuk mengetahui faktor lingkungan yang diukur pada pengamatan hama ulat penggerek polong yaitu, suhu, kelembaban dan curah hujan.
METODA PENELITIAN
Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 4 sampai 11 September tahun 2015 dan tempat penelitiannya di Kelurahan Wirotho Agung Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo. Pengambilan sampel hama Maruca testulalis dilakukan pada tanaman kacang panjang. Pengambilan sampel dilakukan pada malam hari pada pukul 19.00-22.00 WIB.
Penelitian ini dilakukan dengan metode survey deskriptif yaitu dengan cara koleksi langsung terhadap ulat penggerek polong. Pengambilan sampel langsung dilakukan pada tanaman kacang panjang. Luas area pengambilan sampel yaitu 36,50 x 12 m dengan jumlah bedengan yaitu 7 (baris). Pengambilan sampel ulat penggerek polong dilakukan pada tanaman kacang panjang yang berusia ± 65 dan 72 hari dengan pembentukan polong yang sempurna. Teknik pengambilan dilakukan secara Purposive random sampling.
Kondisi lahan pada tanaman kacang panjang ini tanahnya kering. Luas lahan yang akan dijadikan untuk pengambilan sampel yaitu 36,5 x 12 m. Pola tanaman yang ditanam pada tanaman kacang panjang yaitu sistem penanaman seragam.
Analisis data bertujuan untuk menghitung kepadatan populasi ulat penggerek polong yang
ditemukan. Dalam penelitian ini dilakukan analisis menggunakan rumus:
KP=𝜮 𝒊𝒏𝒅𝒊𝒗𝒊𝒅𝒖 𝑴𝒂𝒓𝒖𝒄𝒂 𝒕𝒆𝒔𝒕𝒖𝒍𝒂𝒍𝒊𝒔
𝜮 𝒕𝒂𝒏𝒂𝒎𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒄𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈 (Suin, 2002) HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Ulat penggerek polong (Maruca testulalis) yang ditemukan di Kelurahan Wirotho Agung memiliki karakteristik seperti, kepalanya berbentuk bulat dan bewarna coklat. Tubuh bewarna putih kekuningan hingga kehijauan, setiap segmen terdapat bintik-bintik gelap pada bagian punggung larva, memiliki kaki yang terdapat pada setiap segmen, dan terdapat bulu-bulu pada bagian tubuhnya. Ukuran tubuhnya berkisar antara 2-18 mm.
Contoh individu yang ditemukan di lapangan dapat dilihat pada gambar 1.
a. b.
Gambar 1. Ukuran larva Maruca testulalis pada tanaman kacang panjang yang di temukan di Kelurahan Wirotho Agung.
a. 8 mm, b. 16 mm
Pengambilan sampel dilakukan pada tanaman kacang panjang yang berumur ± 65 hari dan ± 72 hari.
Ulat penggerek polong yang ditemukan pada tanaman kacang panjang dibedakan antara polong dan bunga, gunanya untuk melihat tingkat penyerangan yang terjadi pada polong dan bunga dengan umur yang berbeda.
Kepadatan populasi ulat penggerek polong tanaman kacang panjang di Kelurahan Wirotho Agung ditampilkan pada Gambar 2.
Gambar 2.Kepadatan populasi ulat penggerek polong (M. testulalis) pada tanaman kacang panjang umur ± 65 hari dan ± 72 hari.
a. Umur tanaman ± 65 hari b. Umur tanaman ± 72 hari, = Polong = Bunga
Kondisi lingkungan yang diukur seperti suhu, kelembaban, curah hujan, dan keadaan cuaca. Kondisi lingkungan yang diukur gunanya untuk melihat seberapa pengaruhnya lingkungan terhadap perkembangan ulat penggerek polong yang ditemukan di lokasi penelitian.
Kondisi lingkungan di lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Tabel 1 dan Lampiran 4.
Tabel 1. Kondisi lingkungan pada lokasi pengambilan sampel.
No Faktor lingkungan
Umur ± 65 hari
Umur ± 72 hari
1 Suhu (°C) 29°C 27°C
2 Kelembaban (%) 84% 89%
3 Curah hujan Tidak ada Tidak ada 4 Keadaan cuaca Berawan Berawan B. Pembahasan
Berdasarkan ciri-ciri morfologi ulat penggerek polong yang ditemukan di Kelurahan Wirotho Agung Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Jambi termasuk spesies Maruca testulalis yang mengacu pada Harahap (1994) bahwa larva bewarna putih kekuningan dengan bintik-bintik coklat gelap pada bagian punggungnya. Panjang larva instar terakhir sekitar 18,5 mm. Mengacu pada Parker (1995) larva bewarna putih kekuningan dan panjangnya mencapai 18 mm. Setiap segmen terdiri dari bintik-bintik gelap di sepanjang tubuhnya yang terletak pada bagian punggunya.
Kepalanya bewarna cokelat gelap hingga hitam.
Mengacu pada Kalshoven (1981) larva bewarna kehijauan dengan kepala yang bewarna coklat dan hitam dan panjangnya mencapai 16 mm.
Pada umur tanaman ± 65 hari polong masih muda dan jumlah produksi bunga masih tersedia banyak. Pada umur tanaman ± 72 hari polong sudah mulai berkurang dan polong sudah tua atau menguning dan jumlah produksi bunga sudah mulai berkurang. Kerusakan serius akibat serangan larva penggerek polong yang terjadi dilapangan, ditandai dengan polong yang terlihat lubang bulat kecil dan bijinya habis dimakan dan terdapat kotoran yang bewarna coklat. Pada bagian bunga ditandai dengan kerusakan dan bewarna pucat, sehingga bunga tidak berproduksi dengan baik. Mengacu pada Singh (1990) larva muda memakan bagian tanaman yang masih muda (lunak) seperti pucuk dan tangkai bunga.
Selanjutnya larva akan menyerang bunga dan polong ketika tanaman mulai berproduksi. Larva dewasa aktivitas makannya sangat tinggi. Larva memakan bunga dan polong yang baru terbentuk dengan cepat.
Adapun faktor lain yang mempengaruhi kepadatan populasi ulat penggerek polong pada tanaman kacang panjang di Kelurahan Wirotho Agung adalah suhu. Pada umur tanaman kacang panjang ± 65 hari suhu yang diperoleh 29°C. Sedangkan pada umur tanaman kacang panjang ± 72 hari suhu yang diperoleh 27°C. Mengacu pada Jumar (2000) suhu optimum 25°C dan suhu 0.44
0.37 0.51
0.31
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
a b
umur
maksimum 45°C. Pada suhu yang optimum kemampuan serangga untuk melahirkan keturunan besar dan kematian (mortalitas) sebelum batas umur akan sedikit.
Kelembaban juga merupakan faktor yang mempengaruhi kepadatan populasi. Kelembaban pada tanaman kacang panjang umur ± 65 hari yaitu 84%, pada tanaman kacang panjang umur ± 72 hari yaitu 89%.
Sedikitnya ulat yang ditemukan pada tanaman polong diduga karena faktor kelembaban yang tinggi pada tanaman kacang panjang. Menurut Cahyono (2006) kelembaban yang sesuai untuk pertumbuhan kacang panjang antara 60-80%. Kelembaban yang tinggi berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman, yaitu pertumbuhan tanaman tidak subur, kurus, produksi, dan kualitas polong rendah.
Curah hujan juga mempengaruhi kepadatan populasi ulat penggerek polong. Ulat penggerek polong yang ditemukan pada tanaman kacang panjang sangat sedikit, diduga karena tanaman kacang panjang tidak mengalami hujan beberapa bulan ini. Sehingga serangan ulat pada saat pengambilan sampel tidak melimpah, karena dari masa tanam sampai saat penelitian dilakukan belum ada hujan ditambah lagi dengan keadaan cuaca yang buruk. Menurut Liao dan Lin (2000) tingkat serangan dari larva penggerek polong pada tanaman lebih besar pada musim hujan dari pada musim panas.
Kepadatan populasi yang menimbulkan kerusakan yang diakibatkan oleh ulat penggerek polong menyebabkan kerugian pada tanaman kacang panjang.
Dilihat dari populasi ulat penggerek polong dengan rata- rata 1-4 individu/batang pada tiap pengambilan.
Mengacu pada Harahap (1994) satu ekor larva selama hidupnya dapat merusak 4-6 bunga per tanaman. Gerakan pada polong menyebabkan biji-biji di dalam polong menjadi rusak, kulit polong berlubang. Mengacu pada Parker dkk (1995) gejala serangan penggerek polong pada bunga akan mengalami kerusakan dan bewarna pucat. Bunga tidak berproduksi dengan baik. Polong juga mengalami penurunan produksi.
SIMPULAN
Kepadatan populasi ulat penggerek polong (Maruca testulalis) tanaman kacang panjang umur ± 65 hari pada polong 0,44 individu/batang dan bunga 0,51 individu/batang. Pada umur ± 72 pada polong 0,37 individu/batang dan bunga 0,31 individu/batang. Total dari keseluruhan kepadatan populasi ulat penggerek polong yang didapat adalah 0,41 individu/batang.
Keadaan cuaca di lahan penelitian adalah suhu 27-29°C dan kelembaban 84-89%.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis ucapkan kepada Meliya Wati, M.Si, Vivi Fitriani, S.Si., M.Pd, Yosmed Hidayat, M.Si serta pihak- pihak lain yang telah berpartisipasi demi kelancaran penelitian dan penulisan artikel ini.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, 2006. Analisis Ekonomi dan Teknik Bercocok Tanam Sayuran. Yogyakarta: Kanisius.
Harahap, I. S. 1994. Seri PHT Hama Palawija. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta : Rineka Cipta.
Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest Of Crops In Indonesia.
Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Houeve.
Liao, C. T., and Lin C. S, 2000. Occurrence of the Legume Pod Borer, Maruca testulalis Geyer (Lepidotera : Pyralidae) on Cowpea (Vigna unguiculata Walp) and its Insecticide Aplication Trial. Avalaible online at : http://public.tactri.gov.tw:8132/english/ppb42- 4-2ehtm. (Diakses tanggal : 25 April 2015).
Mohamad, A. 2009. Pengaruh tanaman penutup tanah terhadap serangan penggerek polong Maruca testulalis (Lepidoptera : pyralidae) Serta hasil panen pada tanaman kacang panjang. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Parker, B.L., N.S. Talekar and M. Skinner. 1995. Bean Pod Borer. Insect Pests of Selested Vegetables in Tropical and Subtropical Asia.
Singh, S. R. 1990. Insect Pest Of Tropical Legumes. John Wiley and Sons Ltd. Baffins Lane, England.
Suin, N. M, 2002. Metode Ekologi. Padang: Universitas Andalas
Sunaryono H. dan Ismunandar. 1981. Kunci Bercocok Tanam Sayur – sayuran Penting di Indonesia.
Bandung : Sinar Baru.