• Tidak ada hasil yang ditemukan

species anura pada area kebun kelapa sawit masyarakat di

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "species anura pada area kebun kelapa sawit masyarakat di"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

SPECIES ANURA PADA AREA KEBUN KELAPA SAWIT MASYARAKAT DI KENAGARIAN DUSUN TANGAH KECAMATAN SANGIR BATANG HARI

KABUPATEN SOLOK SELATAN Wendra Nita, Jasmi, Meliya Wati

Program StudiPendidikanBiologiSekolahTinggiKeguruandanIlmu Pendidkan (STKIP) PGRI Sumatera Barat

e-mail: Wendranita25@gmail.com

ABSTRACT

Changes in forest conditions can cause negative impacts on biodiversity. Loss of habitat and wetlands in the management of the gardens and the influx of chemicals into the environment such as pesticides and herbicides can pose a threat of extinction of animals one Amphibia. Research on Species Anura On Palm Plantation Area Communities In Hamlet Kenagarian Tangah Sangir Batang Hari District of South Solok, with the goal of the team to know Anura species in oil palm plantations. This study was conducted on 27 to July 16, 2016, the study was conducted by using Visual encounter Survey (VES) that is observed or combing directly against amphibian species obtained at the site, which is accompanied by measurement of some morphological characters and manufacture description. Observations were made in three habitat that is in the river, stagnant water in the oil palm plantations and the palm oil plantation. The result showed eight species (69 people), including the five families Bufonidae (Duttaphrynus melanostictus, Bufo juxtasper), Ranidae (hylarana erhytraea, hylarana cholconata), Dicroglossidae (Fejervarya limnocharis, Fejervarya cancrivora), Rhacophoridae (Polypedates leucomystax), Microhylidae (Microhyla palmipes ) in one order. Environmental conditions during the night that the water temperature of 25-30 ° C, 28-30 ° C air temperature and humidity of 90-92%.

Keywords: Amphibia, Anura, Eksploration, Oil Palm Plantations PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat biodiversitas yang tinggi, memiliki keanekaragaman Amphibia kedua di dunia setelah Brazil, namun sebanyak 32% Amphibia di dunia telah tercatat dalam daftar merah IUCN dalam status terancam. Hal ini mengindikasi bahwa

angka kepunahan Amphibia dan ancaman terhadap keberadaanya akan meningkat (Rahman, 2009). Hal ini disebabkan tidak banyak orang menyadari pentingnya keberadaan Amphibia di alam.

Amphibia memiliki peranan penting yaitu peranan ekologis dan peranan ekonomis, secara ekologi, Amphibia berperanan sebagai pemangsa konsumen

(2)

primer seperti serangga atau hewan invertebrata lainnya, serta dapat digunakansebagai bio-indikator kondisi lingkungan (Stebbins dan Cohen 1997, dalam Darmawan, 2008), sedangkan secara ekonomi, Amphibia yang sering diperjualbelikan adalah spesies Fejervarya cancrivora (Katak sawah, katak rawa dan katak hijau) dan Limnonectes macrodon (katak batu) telah banyak dijadikan bahan makanan khususnya restotan-restoran Cina (Iskandar, 1998).

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan dengan nilai ekonomis tinggi. Kebun sawit saat ini telah berkembang tidak hanya yang di usahakan oleh negara tetapi juga perkebunan rakyat dan swasta.

Salah satu contoh kebun kelapa sawit yang terletak di nagari Dusun Tangah Kecamatan Sangir Batang Hari dengan luas ± 1.000 Ha, kebun sawit 350 Ha, kebun karet 35 Ha, luas lahan pertanian sawah teririgasi 30 Ha.

Adanyaaktifitasseperti terjadinya alih fungsi hutan menjadi lahan kebun kelapa sawit milik masyarakat. pada tahun 2004. Perubahan lahan menyebabkan dampak negatif seperti daerah resapan yang berkurang, kemudian pemakaian pestisida dan herbisida. Amphibia yang menempati sebagai posisi sebagai konsumen secara tidak langsung terkena dampak pemakaian pestisida yang mengakibatkan terbunuhnya serangga dan larvanya sebagai makanan utamanya.

Berdasarkan hal tersebut telah dilakukan penelitian tentang “Spesies Anura Pada Area Kebun Kelapa Sawit Masyarakat Di Kenagarian Dusun Tangah Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Spesies Anura pada area kebun kelapa sawit masyarakat di Kenagarian Dusun Tangah Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten SolokSelatan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2016. Pengambilan sampel Anura pada kebun kelapa sawit di Kenagarian

Dusun Tangah Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok-Selatan. Sedangkan identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Zoologi Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat.

Penelitian ini merupakan penelitian survey langsung terhadap spesies Anura yang didapat dilokasi, dengan pengambilan sampel dengan menggunakan metode Visual encouter Survey (VES) yaitu metode tangkap langsung dengan survey, spesies yang terlihat akan ditangkap.

Jumlahstasiun yang dibuatsebanyak 3 stasiun, pertama yaitu di sungai sekitar kebun kelapa sawit dengan panjang jalur pengamatan 600 meter dengan lebar 10 meter.Stasiunpengamatan kedua yaitu genangan air di sekitar kebun kelapa sawit dengan jumlah 4 genangan air. Stasiun pengamatan ketiga yaitu dalam perkebunan sawit dengan panjang jalur pengamatan 600 meter dengan lebar 10 meter.

Pengamatan dilakukan pada malam hari pukul 19.00-23.00 WIB.Pengambilan sampel di masing-masing lokasi dilakukan 3 kali dalam seminggu dengan waktu pencarian dihari yang berbeda dengan penggulangan 3 kali pada lokasi yang berbeda, pencarian akan dihentikan jika tidak ada lagi spesies baru yang ditemukan.

Berdasarkan sampel yang didapatkan di lapangan analisis data dilakukan dengan cara mendeskripsikan masing-masing spesies Anura tersebut. Analisis data dibuat dalam bentuk tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Spesies Anura yang ditemukan di kebun kelapa sawit masyarakat di Kenagarian Dusun Tangah Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan 8 spesies (69 individu), 5 familia dalam 1 Ordo, yang banyak ditemukan dari spesies Fejervarya limnocharis (22 individu) dan spesies yang sedikit Polypedates leucomystax (2 individu.

Tabel 1. Spesies Anura yang tertangkap di area kebun kelapa sawit masyarakat di KenagarianDusun

(3)

Tangah Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan.

Familia Genus Spesies Nama

Indonesia

Individu/

Stasiun Total

A B C

Bufonidae Duttaphrynus Duttaphrynus melanostictus

Kodok

Puru 1 0 2 3

Bufo Bufo

juxtasper

Kodok buduk sungai

9 0 0 9

Ranidae Rana Hylarana

erhytraea

Kongkang

Gading 4 5 2 11

Hylarana cholconata

Kongkang

kolam 2 1 1 4

Digroglossidae Fejervarya Fejervarya limnocharis

Katak

Tegalan 15 5 2 22

Fejervarya cancrivora

Katak

Sawah 4 5 6 15

Rhacophoridae Polypedates Polypedates leucomystax

Katak Pohon

Bergaris 0 1 1 2

Microhylidae Microhyla Microhyla palmipes

Percil

0 1 2 3

Total 35 18 16 69

Stasiun : A. Di sungai sekitar kebun kelapa sawit B. Genangan air di sekitar kebun kelapa sawit C. Dalam kebun kelapa sawit

Tabel 2. Kondisi faktor lingkungan pada malam hari No Faktor kondisi lingkungan Kisaran

1 Suhu air 25-30°C

2 Suhu udara 28-30-°C

3 Kelembaban udara 90-92 %

Jumlah spesiesyang didapatkan selama penelitian di kebun kelapa sawit masyarakat Kenagarian Dusun Tangah Kabupaten Solok Selatan yaitu 8 spesies (Tabel 1). Jumlah spesies yang didapatkan relatif lebih sedikit dari hasil Yani(2015) di kebun kelapa sawit masyarakat Kenagarian Kinali kabupaten Pasaman Barat (11 spesies).

Sedikitnya spesies yang didapat diduga tipe habitat pada lokasi penelitian seragam (monokultur), kondisi vegetasi pada lokasi penelitian merupakan vegetasi terbuka.

Campbell (2004) mengacu pada vegetasi dalam suatu komunitas sangat menentukan spesies hewan yang ditemukan. Secara umum, vegetasi yang struktural komplek memberikan suatu keanekaragaman mikrohabitat yang digunakan oleh berbagai spesies hewan.

Sedikit spesies Amphibia di kebun kelapa sawit masyarakat Kenagarian Dusun Tangah Kabupaten Solok Selatan dengan adanya aktifitas masyarakat yaitu pembukaan lahan yang menyebabkan hilangnya lahan

(4)

basah. Adanya perubahan tersebut akan berdampak negatif pada spesies Anura yang ada di kebun kelapa sawit. Kusrini (2007) melaporkan bahwa salah satu penyebab terjadinya penurunan jumlah spesies Anura dengan hilangnya habitat lahan basah, spesies Amphibia juga rentan terhadap senyawa- senyawa kimia seperti pestisida. Rahman (2009) melaporkan penyebab menurunya jumlah Amphibia di alam adalah kerusakan habitat karena Amphibia sensitif terhadap fragmentasi hutan kerana mempunyai kemampuan penyebaran terbatas, oleh karena perubahan hutan seperti pembukaan lahan dan aktifitas lainnya dapat mengurangi kemampuan satu spesies Amphibia untuk bertahan hidup.

Familia yang memiliki spesies yang banyak ditemukan adalah famili Dicroglossidae (Tabel 1). spesies dari familia ini ditemukan disungai dan genangan air dalam kebun sawit, letak kebun sawit yang berdekatan dengan sungai mendukung kehidupan spesies dari familia Dicroglossidae. Faktor lain yang menyebabkan familia ini banyak ditemukan yaitu menghuni habitat yang terganggu yang berkaitan dengan aktifitas manusia pada dataran rendah sampai pegunungan daratan rendah (Mistar, 2008). Habitat katak ini sangat terkenal di sawah-sawah, tetapi dapat ditemukan tidak jauh dari sungai, disekitar rawa dan bahkan dalam daerah berair asin, seperti tambak atau hutan bakau (Iskandar, 1998)

Familia yang memiliki spesies yang

sedikit ditemukan adalah

familiRhacophoridae, (Tabel 1). Saat penelitian spesies ini ditemukan di pingir genangan air dalam kebun sawit karena Pola hidup familia Rhacophoridae yang bersifat arboreal dan sebagian besar waktu hidupnya dihabiskan pada pohon-pohon yang tinggi menyebabkan spesies ini juga sulit ditemukan. Menurut (Matsui et al (2013) dalam Anstis (2014), familia Rhacophoridaebersifat untung-untungan atau bisa kebetulan bertemu apabila survei dilakukan pada saat musim berbiak, dimana

spesies ini akan turun ke bawah meletakan telurnya tepi-tepi kolam didalam hutan.

Kusrini (2013) mengemukakan spesies dari familia Rhacophoridae sering ditemukan diantara tetumbuhan atau sekitar rawa dan bekas tebangan hutan sekunder. spesies yang sering mendekati hunian manusia karena tertarik oleh serangga di sekeliling lampu.

Kondisi lingkungan yang dilakukan selama penelitian yaitu suhu air berkisar 25- 30°C, (Kanna (2005) dalam Sardi 2015) menyatakan bahwa secara umum, katak dapat hidup di sembarangan tempat baik pantai maupun daratan tinggi dengan suhu air antara 20°C-35°C, sedangkan suhu udara salah satu faktor utama penyebaran organisme, karena suhu berpengaruh terhadap tiap tingkat dari siklus kehidupan organisme, diperoleh selama penelitian berkisar 28-30°C, Menurut Goin et al (1968) dalam Yani (2015) melaporkan toleransi suhu untuk kehidupan Anura antara 3-41°C, sehingga kisaran suhu udara yang tercatat dilokasi penelitian dapat mendukung kehidupan Anura. Selain suhu, kelembaban juga berpengaruh terhadap kehidupan Anura, Kelembaban yang diperoleh di lokasi penelitian yaitu 90-92%.

Menurut Prihatman (2000) kelembaban yang diperlukan untuk untuk kehidupan Anura 60- 65% sehingga kelembaban yang didapat di lokasi penelitian tinggi sangat baik bagi kehidupan Anura.

PENUTUP

Anura yang ditemukan di kebun kelapa sawit masyarakat Kenagarian Dusun Tangah Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan sebanyak 8 spesies (69 individu) terdapat 5 familia (Bufonidae, Ranidae, Dicroglossidae, Rhacophoridae, Microhylidae), dalam 1 ordo. Speciesnya yaitu Duttaphrynus melanostictus, Bufo juxtasper, Hylarana erhytraea, Hylarana cholconata. Fejervarya limnocharis, Fejervarya cancrivora, Polypedates leucomystax, Microhyla palmipes. Kondisi lingkungan pada malam hari yaitu suhu air 25-30°C, suhu udara 28-30°C dan

(5)

kelembaban 90-92% dapat mendukung kehidupan Anura.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada Mulyati, Rizki dan Novi yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anstis. M. 2014. Warta HerpetofaunaMedia InformasidanPublikasiDuniaAmfibid anRreptil.JurnalFakultasKehutanan – IPBVolume VII No 1.

Cambell. 2004. Biologi Edisi Ke Lima-Jilid 3.

Jakarta: Erlangga

Darmawan, B. 2008. Kenanekaragaman Amphibia Di Berbagai Tipe Habitat.

Studi Kasus Di Eks- HPH PT Rimba Indah Kabupaten Bungo, Propinsi Jambi. Jurnal Departemen KSDH dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor : Bogor.

Iskandar, D.T. 1998. Amphibia Jawa dan Bali. Seri Panduan Lapangan.

Puslitbang. Biologi Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia. Bogor.

Kusrini, M.D. 2013. Panduan Bergambar Identifikasi Amphibian Jawa Barat.

Fakultas Kehutanan IPB dan

Direktorat Konservasi

Keanekaragaman Hayati: Bogor.

Rahman, L.N. 2009. Penurunan Populasi Amfibi Dunia Apa Penyebab dan Upaya Pencegahannya. Jurnal Departemen Konservasi Sumber daya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB.

Sardi, M. 2015. Keanekaragaman Herpetofauna di Resort Lekawai Kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya Kabupaten Sintang Kalimantan Barat. Jurnal Fakultas Kehutanan Unversitas TanjungPura Pontianak.

Yani, L.F. 2015. Jenis-Jenis Anura Di Kawasan Kebun Kelapa Sawit Masyarakat Jorong Tandikek Kenagarian Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat.Skripsi Sarjana Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam STKIP PGRI Sumatera Barat: Padang.

Yani, A. 2015.Keanekaragaman Jenis Amfibi Ordo Anura Di Kawasan Hutan Lindung Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Kalimantan Barat.

Fakultas Kehutanan, Pontianak:

Universitas Tanjungpura. Jurnal Hutan Lestari Vol. 3 (1).Hlm. 15-2.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu daerah yang memiliki perkebunan kelapa sawit terluas di Sumatera selatan yaitu Kabupaten Banyuasin dimana luas perkebunan kelapa sawit-nya sebesar 27.536 Ha