• Tidak ada hasil yang ditemukan

Differences in Stress Level Between First-Year and Second-Year Medical Students in Medical Faculty of Lampung University

Siti Afifah

Academic year: 2023

Membagikan "Differences in Stress Level Between First-Year and Second-Year Medical Students in Medical Faculty of Lampung University"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

154 Differences in Stress Level Between First-Year and Second-Year Medical

Students in Medical Faculty of Lampung University

Maulana ZF, Soleha TU, Saftarina F, Siagian JMC Faculty of Medicine Lampung University Abstract

Stress in medical students is quite high, especially in the first-year and second-year students. It can bring adverse impact on learning process and student achievement. This study aimed to determine differences in stress levels between first-year students and second-year students in the Medical Faculty of Lampung University. This study use a descriptive-analytic cross sectional study approach. The study sample consisted of 184 students consisting of 92 first-year students and 92 second-year students in the Medical Faculty of Lampung University. The instruments used in the measurement of stress level is the Perceived Stress Scale (PSS-10). In the first-year students, the results showed that from 92 students of the first-year there were 4 (4.3%) students experienced mild stress, 66 (71.7%) of students experienced moderate stress, and 22 (23.9%) of students experienced severe stress. In the second-year students, the results showed that from 92 students there are 10 (10.9%) of students experienced mild stress, 71(77.2%) of students experienced moderate stress, and 11 (12%) of students experienced severe stress. Data obtained from the study were tested statistically by Chi-Square test. The conclusion of this study is there is a significant difference in stress levels between the two groups (p<0.05).

Keywords: Lampung university, medical students, stress

Perbedaan Tingkat Stres antara Mahasiswa Tahun Pertama dan Tahun Kedua di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstrak

Stres pada mahasiswa kedokteran cukup tinggi, khususnya pada mahasiswa tahun pertama dan tahun kedua yang dapat membawa pengaruh yang kurang baik terhadap proses pembelajaran dan prestasi mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat stres antara mahasiswa tahun pertama dan tahun kedua di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-analitik dengan pendekatan studi potong lintang. Sampel penelitian ini terdiri dari 184 orang mahasiswa yang terdiri dari 92 mahasiswa tahun pertama dan 92 mahasiswa tahun kedua di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Instrumen yang digunakan dalam pengukuran stres adalah Perceived Stress Scale (PSS-10). Pada mahasiswa tahun pertama, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 92 mahasiswa tahun pertama terdapat 4 (4,3%) mahasiswa mengalami stres ringan, 66 (71,7%) mahasiswa mengalami stres sedang, dan 22 (23,9%) mahasiswa mengalami stres berat. Pada mahasiswa tahun kedua, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 92 mahasiswa terdapat 10 (10,9%) mahasiswa mengalami stres ringan, 71 (77,2%) mahasiswa mengalami stres sedang, dan 11 (12%) mahasiswa mengalami stres berat. Data yang diperoleh dari penelitian diuji statistik dengan uji Chi-Square. Simpulan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat stres yang bermakna antara kedua kelompok (p<0,05).

Kata kunci: Mahasiswa kedokteran, stres, Universitas Lampung

(2)
(3)

156 Pendahuluan

Stres adalah kejadian yang penting serta tidak dapat dihindari dari kehidupan sehari-hari (Nandamuri & Ch, 2011). Berbagai penelitian telah mendokumentasikan stres di kalangan mahasiswa kedokteran dan menunjukkan adanya stres yang sangat tinggi apabila dibandingkan dengan program studi lain di sektor non-medis (Navas, 2012). Mahasiswa tahun pertama dan tahun kedua memiliki tingkat stres yang paling tinggi apabila dibandingkan dengan mahasiswa tahun lainnya (Ross et al., 1999; Abdulghani et al., 2011).

Stressors atau faktor pencetus stres yang paling sering pada mahasiswa secara berurutan yaitu perubahan kebiasaan tidur, liburan, perubahan kebiasaan makan, tanggung jawab baru, dan meningkatnya beban tugas (Ross et al., 1999).

Dalam penelitian lain, faktor yang juga dapat mencetuskan stres diantaranya adalah perubahan kebiasaan belajar, proses pembelajaran, lingkungan belajar yang baru, hubungan dengan tutor atau tenaga pengajar, dan hubungan dengan teman sebaya dalam satu angkatan atau teman lain di lingkungan kampus yang tidak dalam satu angkatan (Moffat et al., 2011).

Stres dapat dianggap sebagai ancaman yang dapat menyebabkan kecemasan, depresi, disfungsi sosial bahkan niat untuk mengakhiri hidup (Nandamuri & Ch, 2011). Kondisi depresi dan kecemasan adalah hal yang tidak diinginkan dalam suatu komunitas pendidikan. Siswa yang prestasi akademiknya kurang berhasil, dilaporkan memiliki tingkat stres yang tinggi. Dampak negatif dari stres emosional pada mahasiswa kedokteran akan mengganggu perkuliahan serta menganggu kinerja mereka. Mahasiswa yang mengalami kondisi stres yang ekstrem atau depresi membutuhkan perhatian serius, jika mahasiswa tidak mampu mengatasi stres dari proses pendidikan yang mereka terima akan berdampak buruk terhadap dirinya pribadi dan profesinya kelak sebagai dokter (Navas, 2012).

Dari uraian singkat diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat stres pada mahasiswa kedokteran cukup tinggi dan dapat membawa pengaruh yang kurang baik terhadap proses pembelajaran dan prestasi mahasiswa sehingga perlu diketahui perbedaan tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama dan tahun kedua di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

(4)

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-analitik dengan pendekatan studi potong lintang. Sampel penelitian ini terdiri dari 184 orang mahasiswa yang terdiri dari 92 mahasiswa tahun pertama dan 92 mahasiswa tahun kedua di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Instrumen yang digunakan dalam pengukuran stres adalah Perceived Stress Scale (PSS-10) yang sebelumnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Perceived Stress Scale telah dinyatakan valid dan reliabel dengan nilai koefisien Cronbach Alpha sebesar 0,85 (Cohen et al., 1983). Untuk PSS-10 dalam bahasa Indonesia, telah diuji dan memiliki nilai koefisien Cronbach Alpha sebesar 0,96 (Pin, 2011). Variabel berskala numerik yang telah diperoleh dari PSS-10 kemudian diubah menjadi skala ordinal dengan titik potong tertentu menjadi 3 kelompok: (1) Stres ringan, total skor 0-13; (2) Stres sedang, total skor 14-26; dan (3) Stres berat, total skor 27-40 (Bhat et al., 2011).

Hasil

Pada mahasiswa tahun pertama, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 92 mahasiswa tahun pertama terdapat 4 (4,3%) mahasiswa mengalami stres ringan, 66 (71,7%) mahasiswa mengalami stres sedang, dan 22 (23,9%) mahasiswa mengalami stres berat. Pada mahasiswa tahun kedua, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 92 mahasiswa terdapat 10 (10,9%) mahasiswa mengalami stres ringan, 71 (77,2%) mahasiswa mengalami stres sedang, dan 11 (12%) mahasiswa mengalami stres berat. Data selengkapnya disajikan dalam Gambar 1.

(5)

158 Gambar 1. Distribusi Frekuensi Tingkat Stres Mahasiswa

Data yang didapatkan selanjutnya dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui perbandingan tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama dan tahun kedua. Dari hasil analisis dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai p=0,040. Nilai p<0,050 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara tingkat stres mahasiswa tahun pertama dan tahun kedua. Sedangkan hasil analisa data untuk karakteristik usia, jenis kelamin, asal sekolah, dan jalur masuk tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p>0,05). Hasil tabulasi silang antara tingkat stres dengan karakteristik responden disajikan dalam Tabel 1.

Pembahasan

Dari data yang diperoleh terlihat bahwa tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama lebih berat apabila dibandingkan dengan tingkat stres pada mahasiswa tahun kedua. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Abdulghani yang menyatakan tingkat stres lebih tinggi pada mahasiswa tahun pertama daripada mahasiswa tahun kedua (Ross et al., 1999; Abdulghani et al., 2011).

4

66

22 10

71

11

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Stres Ringan Stres Sedang Stres Berat

Tahun Pertama Tahun Kedua

(6)

Tabel 1. Tabulasi Silang Perbedaan Tingkat Stress dengan Karakteristik Responden

Karakteristik Responden Stres p

Ringan Sedang Berat

Tahun Perkuliahan

Tahun Pertama 4 (4,3%) 66 (71,7%) 22 (23,9%) p<0,05

Tahun Kedua 10 (10,9%) 71 (77,2%) 11 (12%)

Usia

17 - 18 tahun 8 (8,1%) 74 (74,7%) 17 (17,2%) p>0,05 19 -21 tahun 6 (7,1%) 63 (74,1%) 16 (18,8%)

Jenis Kelamin

Laki-laki 7 (14%) 35 (70%) 8 (16%) p>0,05

Wanita 7 (5,2%) 102 (76,1%) 25 (18,7%)

Asal Sekolah

Provinsi Lampung 10 (8,9%) 86 (76,8%) 16 (14,3%) p>0,05 Provinsi diluar Lampung 4(5,6%) 51 (70,8%) 17 (23,6%)

Jalur Masuk Nasional

(SNMPTN dan SBMPTN)

11 (7,3%) 112 (74,7%) 27 (18%) p>0,05

Lokal

(PBUD dan Ujian Mandiri)

3(8,8%) 25(73,5%) 6 (17,6%)

Mahasiswa, terutama mahasiswa tahun pertama, adalah kelompok yang rentan terhadap stres akibat transisi kehidupan dalam lingkungan universitas.

Mereka harus menyesuaikan diri pada kondisi yang jauh dari rumah untuk pertama kalinya, mempertahankan prestasi akademik, dan menyesuaikan dengan lingkungan sosial yang baru (Ross et al., 1999). Pada penelitian lain juga disebutkan bahwa stressor paling besar pada mahasiswa kedokteran pada tahun pertama terdiri dari adaptasi dengan kurikulum yang baru, mempertahankan kompetensi diri, akomodasi, dan tinggal jauh dari rumah (Moffat et al., 2011).

Menurut peneliti, salah satu penyebab dari tingkat stres yang lebih tinggi pada mahasiswa kedokteran tahun pertama adalah padatnya jadwal perkuliahan dan praktikum pada kurikulum di tahun pertama daripada tahun kedua. Jadwal yang padat ini pada akhirnya akan sangat menyita waktu dari mahasiswa tahun pertama

(7)

160 tersebut. Pendapat ini didukung oleh penelitian yang sebelumnya dilakukan di Pakistan. Penelitian tersebut menyatakan bahwa salah satu faktor pencetus stres pada mahasiswa tahun pertama adalah kurangnya waktu untuk diri sendiri, keluarga, teman, dan hiburan. Alasan lain yang memungkinkan adalah kurangnya sarana rekreasi yang disediakan oleh pihak kampus (Shah et al., 2010).

Pada mahasiswa tahun kedua, tingkat stres lebih rendah dari pada tingkat stres mahasiswa tahun pertama. Menurut peneliti, hal ini terjadi karena mahasiswa tahun kedua telah berhasil untuk beradaptasi dengan lingkungan kampus dan kurikulum yang baru. Pendapat ini diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa mahasiswa tahun kedua memiliki tingkat stres yang lebih rendah karena mahasiswa telah mampu beradaptasi terhadap lingkungannya yang membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran (Abdulghani et al., 2011).

Untuk karakteristik usia, hasil penelitian ini tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik dengan nilai p sebesar 0,935 (p>0,05). Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang menyebutkan bahwa usia yang lebih rendah khususnya pada mahasiswa tahun pertama memiliki hubungan dengan status kesehatan mental yang buruk. Seiring bertambahnya usia maka status kesehatan mental akan lebih baik (Manjunath dan Kulkarni, 2013). Menurut peneliti, hal ini terjadi karena usia responden didominasi oleh kelompok usia 18 tahun dan 19 tahun. Sedangkan untuk kelompok usia sama dengan atau dibawah 17 tahun, usia 20 tahun, dan usia diatas atau sama dengan 21 tahun memiliki jumlah yang sedikit. Sehingga sebaran responden tidak memiliki perbandingan jumlah yang sama.

Untuk perbandingan tingkat stres berdasarkan jenis kelamin, hasil pengukuran menunjukkan tingkat stres cenderung lebih berat pada responden berjenis kelamin perempuan. Walaupun terdapat perbedaan, hasil dari uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan tingkat stres yang signifikan dengan nilai p sebesar 0,942 (p>0,05). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa prevalensi stres lebih tinggi terjadi pada perempuan daripada laki-laki (Abdulghani et al., 2011). Meskipun banyak penelitian menyebutkan bahwa perempuan lebih rentan terhadap stres, tidak ada perbedaan yang bermakna

(8)

secara statistik antara tingkat stres dan jenis kelamin. Belakangan ini, hampir setengah dari mahasiswa kedokteran berjenis kelamin perempuan. Hal ini diduga yang menyebabkan hasil penelitian lebih cenderung mengatakan bahwa tingkat stres lebih sering terjadi pada perempuan (Navas, 2012).

Perbandingan tingkat stres berdasarkan asal sekolah juga tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan nilai p sebesar 0,224 (p>0,05).

Walaupun tidak terdapat perbedaan yang bermakna, tingkat stres pada responden yang berasal dari luar Provinsi Lampung cenderung lebih berat. Menurut peneliti, tingkat stres yang lebih tinggi pada responden yang berasal dari provinsi diluar Lampung disebabkan oleh karena mereka jauh dari keluarga dan rumah serta diharuskan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang belum mereka kenal sebelumnya. Pendapat ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Barikani (2009) dan Moffat et al. (2011) bahwa tinggal jauh dari rumah adalah salah satu faktor utama stres pada mahasiswa kedokteran. Penyesuaian dengan lingkungan sosial yang baru juga memiliki peran untuk menimbulkan stres pada mahasiswa (Ross et al., 1999). Waktu untuk bertemu dan bersama keluarga juga tentunya akan berkurang pada responden yang berasal dari luar Provinsi Lampung. Kurangnya waktu untuk keluarga adalah salah satu pencetus timbulnya stres (Shah et al., 2010).

Karakteristik responden yang terakhir adalah jalur masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Data yang disajikan pada Tabel 1 memperlihatkan persentasi tingkat stres yang tidak berbeda jauh antara responden yang masuk melalui jalur nasional ataupun jalur lokal. Hasil analisa statistik menghasilkan nilai p sebesar 1,000 (p>0,05) yang artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok. Hasil ini mungkin disebabkan karena responden yang masuk melalui jalur nasional lebih banyak daripada jalur lokal sehingga jumlah yang dibandingkan ini tidak sama. Di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung sendiri belum ada penelitian yang membandingkan tingkat stres pada mahasiswa berdasarkan jalur masuk sehingga belum ada kepustakaan yang bisa peneliti kutip untuk pembahasan dalam bab ini. Hasil dari perbandingan

(9)

162 ini diharapkan menjadi pembuka jalan untuk peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan.

Simpulan

Terdapat perbedaan tingkat stres yang bermakna dimana tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama lebih berat daripada tingkat stres mahasiswa tahun kedua. Sedangkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara tingkat stres dengan karakteristik usia, jenis kelamin, asal sekolah dan jalur masuk.

Daftar Pustaka

Abdulghani HM, Alkanhal AA, Mahmoud ES, Ponnamperuma GG, Alfaris EA. 2011. Stress and its effects on medical students: a cross-sectional study at a college of medicine in Saudi Arabia. J. Health, Population and Nutrition. 29(5): 516.

Barikani A. 2009. Stress in medical students. J. Medical Education, 11(1): 41-44.

Bhat RM, Sameer MK, Ganaraja B. 2011. Eustress in Education: Analysis of the Perceived Stress Score (PSS) and Blood Pressure (BP) during Examinations in Medical Students. J. Clinical and Diagnostic Research, 5(7):331-1335.

Cohen S, Kamarck T, Mermelstein R. 1983. A global measure of perceived stress. J. Health and Social Behavior: 385-396.

Manjunath R, Kulkarni P. Mental Health Status and Depression among Medical Students In Mysore, KarnatakaNatl J Community Med 2013, 4(1): 50-3.

Moffat KJ, Mcconnachie A, Ross S, Morrison JM. 2004. First year medical student stress and coping in a problembased learning medical curriculum. Medical Education, 38(5): 482- 491.

Nandamuri PP, Ch G. 2011. Sources of Academic StressA Study on Management Students. J.

Management and Science, 1: 31-42.

Navas S. 2012. Stress among Medical Students. Kerala Medical Journal Volume: 2, Issue: 2, April 2012. Indian Medical Association.

Pin Tan Lee. 2010. Hubungan kebiasaan berolahraga dengan tingkat stres pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas sumatera utara tahun masuk 2008. [Skripsi]. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Ross SE, Niebling BC, Heckert TM. 1999. Sources of stress among college students. Social Psychology, 61(5): 841-846.

Shah M, Hasan S, Malik S, Sreeramareddy CT. 2010. Perceived stress, sources and severity of stress among medical undergraduates in a Pakistani medical school. BMC Medical Education, 10(1): 2.

Referensi

Dokumen terkait

vii KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya, serta shalawat dan salam untuk Baginda Nabi