• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIGITAL LITERASI DI ERA DISRUPSI INFORMASI PDF

irfan

Academic year: 2023

Membagikan "DIGITAL LITERASI DI ERA DISRUPSI INFORMASI PDF"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

DIGITAL LITERASI DI ERA DISRUPSI INFORMASI

Irfan Suhendra

Abstrak

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta pesatnya teknologi digital perlu kesadaran dan kemampuan dalam menggunakan media digital. Literasi digital dapat digunakan sebagai panduan dalam bermedia secara digital. Pengetahuan literasi digital sangat dibutuhkan sebagai modal bagi khalayak untuk memiliki kemampuan dalam memilah dan mengevaluasi konten media dengan kritis dan teliti sehingga mampu memanfaatkan konten media sesuai dengan kebutuhannya. Setiap orang harus memiliki tanggung jawab atas penggunaan teknologi untuk berinteraksi atau berkomunikasi dalam kehidupannya sehari-hari. Berjejaring sosial, transliterasi, menjaga privasi, mengelola identitas digital, membuat konten, mengatur dan sharing konten, mengubah konten, memfilter dan memilih konten dan self broadcasting merupakan berbagai kemampuan dalam literasi digital.

Di Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika telah mengelurkan 4 pilar literasi digital yaitu digital skill, digital culture, digital ethics, dan digital safety. Ke-empat pilar merupakan kompetensi digital yang dibutuhkan saat ini.

Pendahuluan

Penggunaan internet di Indonesia dalam 2 tahun terakhir mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Data Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2021 menunjukkan bahwa pengguna internet tahun 2021 di Indonesia meningkat 11% dari 175,4 juta menjadi 202,6 juta pengguna (Agustini 2021). Pesatnya peningkatan penggunaan internet di Indonesia merupakan dampak yang ditimbulkan oleh pendemi COVID-19. Pandemi membuat pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang pembatasan sosial skala besar yang berisi regulasi pembatasan kegiatan sosial di tempat umum meliputi penutupan sementara tempat kerja, sekolah, tempat ibadah dan fasilitas umum.

Peraturan tersebut mengharuskan semua aktivitas orang dilakukan dari rumah antara lain kerja online dari rumah dan pembelajaran online atau pembelajaran jarak jauh. Dua aktivitas yang dilakukan di rumah ini yang meningkatkan penggunaan internet di masa pandemi COVID-19.

Penggunaan internet yang meningkat signifikan selain dampak pandemi juga akibat perkembangan smartphone yang pesat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hanum (2021) diperoleh informasi bahwa pada tahun 2021 pengguna smartphone di Indonesia mencapai 167

(2)

juta orang atau 89% dari total penduduk. Penggunaan ponsel pintar yang cukup banyak disebabkan penggunaan internet untuk pembelajaran online. Jumlah penggunaan internet dan smartphone yang meningkat tiap tahun mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia tidak asing lagi dengan layanan dan fasilitas sarana internet. Bahkan penggunaan internet tidak hanya dalam pekerja dan pedidikan selainkan merambah kehidupan sosial. Kini masyarakat sudah tidak asing lagi dengan berbelanja online, melakukan pemesanan tiket secara online, berkomunikasi melalui aplikasi pesan instans, email, maupun media sosial.

Kondisi penggunaan internet saat ini sudah merasuk di segala lini kehidupan masyarakat, jika tidak dimaanfaatkan secara bijak maka akan menimbulkan dampak yang tidak baik. Munculnya teknologi internet memudahkan orang mengirim dan menerima informasi kapan saja dan di mana bahkan hanya hitungan detik. Mudahnya penyebarluasan informasi kan menjadikan informasi yang diterima akan membajiri dan membludak. Tidak hanya informasi yang membludak, teknologi yang berkembang dengan sangat cepat jika tidak digunakan dengan tepat maka akan menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan baik individu maupun sosial. Maka diperlukan literasi digital agar hal-hal tersebut tidak terjadi.

Kajian Pustaka

Saat ini literasi digital menjadi kebutuhan yang mendesak bagi masyarakat, sebab kemajuan teknologi yang tidak diimbangi dengan kecerdasan dalam menggunakan teknologi modern bisa menyembabkan dampak buruk bagi peradaban manusia. Literasi digital merupakan kemampuan menangani beraneka macam informasi, menafsirkan pesan dan berkomunikasi secara efektif serta menciptakan, mengolaborasi, memahami kapan dan bagaimana menggunakan teknologi secara efektif (Restianty 2018). Menurut Monggilo et al.

(2021) literasi digital adalah kecakapan menggunakan internet dan media digital serta kecakapan penguasaan teknologi dan kemampuan bermedia digital dengan penuh tanggung jawab. Spires & Bartlett (2012) berpendapat bahwa praktik literasi digital dibagi menjadi tiga proses yaitu (a) menemukan dan mengkonsumsi konten digital sehingga membuat navigasi di website menjadi lebih mudah bagi penggunanya, (b) membuat konten digital melalui berbagai media dan berbagai alat pada web 2.0, dan (c) mengkomunikasikan konten digital secara efektif agar menjadi media pendidikan yang bermanfaat. Dari berbagai pengertian diatas maka literasi digital tidak hanya menggunakan dan memanfaatkan media digital namun juga berkomunikasi secara efektif dengan tetap menerapkan etika, menciptakan konten digital dan kolaborasi berbagai pihak.

(3)

Untuk memahami literasi digital, perlu mengetahui komponen-komponen dalam literasi digital. Komponen literasi digital sendiri merupakan keahlian apa saja yang harus dikuasai dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Menurut Wheeler (2013) terdapat 9 komponen literasi digital antara lain:

a. Jejaring sosial. Keahlian memanfaatkan layanan jejaring sosial secara efektif seperti memilih media sosial yang tepat dalam berkomunikasi.

b. Transliterasi. Kemampuan untuk dapat membuat, mengatur, dan berbagi konten, serta berkomunikasi melalui berbagai media sosial, grup diskusi, perangkat seluler, dan fasilitas online yang ada.

c. Menjaga privasi. Keahlian menjaga dan melindungi privasi dalam kehidupan online.

Masih banyak orang yang ceroboh tentang cara menangani data pribadi saat online.

Informasi-informasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh orang yang bertanggungjawab untuk melakukan kejahatan.

d. Mengelola identitas digital. Keahlian ini berhubungan dengan bagaimana prosedur memakai tanda pengenal yang sesuai di beberapa situs media sosial dan platformnya yang lain.

e. Membuat konten. Keterampilan tentang bagaimana caranya membuat konten di berbagai aplikasi online dan platform. Literasi digital membantu memahami prosedur pembuatan konten di berbagai fasilitas aplikasi online.

f. Mengatur dan sharing konten. Keahlian mengelola dan mendistribusikan konten yang dibuat agar lebih mudah dibagikan dan ditemukan oleh khalayak luas.

g. Mengubah konten. Kemampuan untuk menggunakan kembali kembali konten yang ada dan memproduksi kembali menjadi konten yang baru yang sesuai dengan kebutuhan kita.

h. Memfilter dan memilih konten. Keahlian menelusur, memilah dan menyaring berita secara tepat sesuai dengan hal-hal yang diinginkan dan dibutuhkan.

i. Self Broadcasting. Keahlian dalam mendistribusikan gagasan-gagasan yang baru atau ide personal dan isi multimedia sebagai partisipasi di dunia maya.

Literasi digital di Indonesia sudah menjadi program nasional yang dikeluarkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang telah meluncurkan program Literasi Digital Nasional. Program ini berupaya membangun budaya literasi digital di Indonesia. Dengan adanya literasi digital akan menciptaan masyarakat yang melek teknologi, berfikir kritis, kreatif dan etis sehingga masnyarakat tidak mudah percaya terhadap berita-berita atau informasi hoaks yang tersebar luas di sosial media, isu-isu provokatif yang memancing

(4)

kerusuhan, bahkan akan terhidar dari penipuan yang berbasis digital. Untuk mencapai hal tersebut masyarakat perlu memahami 4 pilar literasi digital (Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2021) yaitu: Digital skill, Digital culture, Digital ethics, dan Digital safety.

Digital skill merupakan kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta operasional digital dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan ini ditujukan untuk meningkatkan kecakapan masnyarakat dalam memanfaatkan teknologi yang sudah ada disekitar kita. Masyarakat diharapkan mampu menggunakan teknologi yang sesuai dan tepat dan terhindar penyalahgunaan teknologi. Pilar literasi digital kedua digital culture adalah kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kemampuan ini diharapkan untuk memananamkan nilai-nilai kebangsaan dalam kegiatan di dunia digital.

Digital ethics adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat dalam berkehidupan sehari-hari perlu menerapkan etika dalam kehidupan nyata maupun kehidupan maya. Dalam dunia digital memungkinkan seseorang berkomunikasi dengan orang lain tidak bertatap muka secara langsung. Walaupun demikian, tetap harus memperhatikan perilaku dalam berkomunikasi digital. Dengan kemampuan digital ethics diharapkan masyarakat menerapkan etika digital dalam kehidupan sehari-hari. Digital safety adalah kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang, meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi dan keamaan digital dalam kehidupan sehari-hari. Dunia digital yang sudah memasuki kehidupan sehari-hari memungkinkan sesorang menyalahgunaannya seperti pencurian data pribadi atau phishing.

Banyak modus penipuan phising ini yaitu melalui telepon, email, media sosial, bahkan melalui aplikasi yang diintal di handphone. Untuk menghindari penipuan tersebut, masyarakat harus mawas diri dan tidak sembarangan posting dan share data-data pribadi di media sosial. Dengan kemampuan digital safety masyarakat diharapkan dapat mengetahui dan menganalisis apa media yang digunakan untuk pencurian data. Selain itu juga masyarakat diharapkan kesadaranya untuk meningkatan pelindungan data pribadi

Usulan Operasionalisasi

Literasi digital di Indonesia akan terus berkembang jika ada kolaborasi dengan berbagai pihak terutama pendidikan. Literasi digital perlu dikenalkan sejak dini agar kecakapan dan kewaspadaan terhadap dunia digital tertanam sejak dini. Dalam pendidikan literasi digital bisa

(5)

dibuat menjadi sebuah mata pelajaran di sekolah. Adanya literasi digital di sekolah berupaya agar siswa-siswa siap memasuki era digital dan tidak mudah tersesat dengan banjirnya informasi. Siswa sekolah sekarang adalah generasi yang memang lahir di era digital biak dari generasi Z sampai alpha maka literasi digital menjadi sangat penting untuk diberikan kepada generasi-generasi tersebut. Tidak hanya literasi digital diterapkan di pendidikan formal namun dalam keluarga juga harus diterapkan agar anak-anak mampu meningkatkan kemampuan berfikir aktif, kreatif, kritis dan positif dalam menggunakaan teknologi digital (Mustofa dan Budiwati, 2019). Dengan pemahaman literasi digital sejak dini maka budaya literasi digital akan terbangun

Daftar Pustaka

Agustini, Pratiwi. 2021. “Warganet Meningkat, Indonesia Perlu Tingkatkan Nilai Budaya Di Internet.” Kementerian Komunikasi Dan Informatika. 2021.

https://aptika.kominfo.go.id/2021/09/warganet-meningkat-indonesia-perlu-tingkatkan- nilai-budaya-di-internet/.

Hanum, Zubaedah. 2021. “Kemenkominfo: 89% Penduduk Indonesia Gunakan Smartphone.”

Media Indonesia. 2021. https://mediaindonesia.com/humaniora/389057/kemenkominfo- 89-penduduk-indonesia-gunakan-smartphone.

Kementerian Komunikasi dan Informatika. 2021. “Empat Pilar Literasi Untuk Dukung Transformasi Digital.” 2021. https://aptika.kominfo.go.id/2021/01/empat-pilar-literasi- untuk-dukung-transformasi-digital/.

Monggilo, Zainuddin Muda Z, Novi Kurnia, Yudha Wirawanda, Presiana Yolanda Desi, Ade Irma Sukamwati, Citra Rosalyn Anwar, Indah Wenerda, and Santi Indra Astuti. 2021.

Cakap Bermedia Digital. Jakarta: Kementerian Komunikasi dan Informatika.

http://literasidigital.id/books/modul-cakap-bermedia-digital/.

Mustofa, and B. Heni Budiwati. 2019. “Proses Literasi Digital Terhadap Anak: Tantangan Pendidikan Di Zaman Now.” Pustakaloka 11 (1): 114–30.

https://doi.org/https://doi.org/10.21154/pustakaloka.v11i1.1619.

Restianty, A. 2018. “Literasi Digital, Sebuah Tantangan Baru Dalam Literasi Media.” Jurnal Gunahumas 1 (1): 72–87.

https://ejournal.upi.edu/index.php/gunahumas/article/view/28380.

Spires, Melissa, and Hiller Bartlett. 2012. “Digital Literacies and Learning : Designing a Path Forward.” Friday Institute White Paper Series No. 5 (June): 1–24.

www.fi.ncsu.edu/whitepapers.

Wheeler, Steve. 2013. “Digital Literacies for Engagement in Emerging Online Cultures.”

ELC Researcj Paper Series, no. 5: 14–25.

Referensi

Dokumen terkait

Penguatan literasi digital dapat dilakukan melalui model pengembangan kurikulum pendidikan SMA Islam yang memanfaatkan media digital dalam tujuan, materi, strategi maupun

Hasil penelitian menyatakan bahwa literasi digital dapat dikembangkan melalui pembelajaran IPA dengan berbagai cara misalnya mengarahkan siswa untuk mencari sumber informasi

Dengan adanya literasi digital diharapkan mitra memiliki kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan,

Literasi digital, terutama bagi anak muda dan orang dewasa juga haruslah dilihat sebagai praktik sosial yang melekat pada perkembangan teknologi, sehingga masyarakat hendaknya

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa literasi digital merupakan kompetensi seorang dalam menggunakan media digital dalam menemukan, memanfaatkan, mengolah,

91 jaringan.6 Secara umum, terdapat tiga media digital yang digunakan untuk efektifitas diseminasi informasi, yakni media sosial, website, dan aplikasi.7 Salah satu produk literasi

6 2, September, 2023 Literasi Keuangan Young Adult di Era Ekonomi Digital Dwi Indah Lestari1*; Ifan Wicaksana Siregar2; Eka Yulianti3 1 [email protected] 1,2 Program

i LEMBAR HAK CIPTA PERAN LITERASI DIGITAL DALAM MENINGKATKAN KETERLIBATAN SISWA DALAM BERDEMOKRASI DI ERA DIGITAL PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Oleh: Riana