1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rawan kekurangan gizi, karena terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang dikandung. Pola makan yang salah pada ibu hamil membawa dampak terhadap terjadinya gangguan gizi antara lain anemia, pertambahan berat badan yang kurang pada ibu hamil dan gangguan pertumbuhan janin.1 Salah satu masalah gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia gizi, yang merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia.2
Data World Health Organization (WHO) tahun 2012 menyebutkanbahwa prevalensi anemia pada ibu hamil di dunia adalah 41,8%. Diketahui, prevalensi anemia pada ibu hamil di Asia sebesar 48,2%.
Anemia dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan yang utama di negara berkembang dengan tingkat kesakitan tinggi pada ibu hamil. Total penderita anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah 70%, artinya dari 10 ibu hamil, sebanyak 7 orang akan menderita anemia. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, angka kejadian anemia ibu hamil di Indonesia meningkat yaitu dari 37,1% tahun 2013 menjadi 48,9% tahun 2018 ibu hamil yang mengalami anemia.1
Di Indonesia anemia gizi masih merupakan salah satu masalah gizi di samping tiga masalah gizi lainnya yang utama di Indonesia. Dampak kekurangan zat besi pada wanita hamil dapat diamati dari besarrnya angka kesakitan dan kematian maternal, peningkatan angka kesakitan dan kematian janin, serta peningkatan risiko terjadinya berat badan lahir rendah.
Penyebab utama kematian maternal antara lain perdarahan pasca partum dan plasenta previa yang bersumber pada anemia defisiensi.2
Anemia gizi besi pada ibu hamil masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dimana angka kematian ibu hamil yang cukup tinggi. Penyebab utama anemia ini adalah kekurangan zat besi.
2
Selama kehamilan terjadi peningkatan kebutuhan zat besi hampir tiga kali lipat untuk pertumbuhan janin dan keperluan ibu hamil. Konsekuensi anemia pada ibu hamil dapat membawa pengaruh buruk baik terhadap kesehatan ibu maupun janinnya, keadaan ini dapat meningkatkan morbiditas maupun mortalitas ibu dan anak.3
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik, baik bagi ibu maupun janin. Bagi ibu di trimester tiga dapat menyebabkan ketuban pecah dini, mudah terjadi infeksi, perdarahan, sedangkan pada janin yang dikandung dapat menyebabkan gangguan nutrisi dan oksigenasi utero plasenta. Hal ini jelas menimbulkan gangguan pertumbuhan hasil konsepsi, sering terjadi immaturitas, prematuritas, cacat bawaan, atau janin lahir dengan berat badan yang rendah.4
Anemia ibu hamil merupakan kondisi ibu dimana kadar hemoglobin dibawah 11 gr/dl.2 Anemia yang sering terjadi pada ibu hamil adalah anemia karena defisiensi besi (Fe) atau disebut dengan anemia gizi besi (AGB).
Sekitar 95% kasus anemia selama kehamilan adalah karena kekurangan zat besi. Untuk menentukan diagnose anemia pada kehamilan digunakan nilai ambang batas yang tercantum dalam Mentri Kesehatan RI No.736a/Menkes/XI/1989 yaitu menentukan kadar Hemoglobin (Hb) ibu hamil kurang dari 11 g/dL adalah menderita anemia.4
Anemia yang sering terjadi pada ibu hamil adalah anemia karena defisiensi besi (Fe) atau disebut dengan anemia gizi besi (AGB). Sekitar 95% kasus anemia selama kehamilan adalah karena kekurangan zat besi.
Pendapatan keluarga merupakan penyebab pola konsumsi masyarakat kurang baik, tidak semua masyarakat dapat mengkonsumsi lauk hewani dalam makanan. Keanekaragaman konsumsi makanan berperan penting dalam membantu meningkatkan penyerapan Fe di dalam tubuh.
Pengetahuan dan pendidikan yang dimiliki oleh seorang ibu akan mempengaruhi pengambilan keputusan dalam memberikan gizi yang cukup bagi ibu dan bayinya serta lebih mudah menerima informasi sehingga dapat mencegah dan mengatasi anemia pada masa kehamilan. Asupan zat besi dan
3
protein yang kurang akibat tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Adanya zat penghambat penyerapan besi atau inhibitor yang sering dikonsumsi oleh ibu hamil seperti kafein, tanin (pada teh), oksalat, fitat dapat menyebabkan terhambatnya penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga menimbulkan anemia defisiensi besi.2
Teh merupakan salah satu minuman yang sangat populer di dunia. Teh dibuat dari pucuk daun muda tanaman teh (Camellia sinensis). Teh telah menjadi salah satu minuman yang cukup sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Suwarni, salah seorang guru pengajar teh ala Jepang mengatakan dalam Jurnal Nasional bahwa tradisi minum teh sudah berakar kuat di Indonesia. Namun kebiasaan minum teh ini tidak hanya sekedar tradisi di Indonesia, melainkan juga gaya hidup.1,4
Tanaman teh (Camellia sinensis) merupakan tanaman yang memiliki kandungan tanin alami yang tinggi. Daun teh yang direndam dalam air panas akan memiliki rasa khas yang menjadi ciri dari tanin. Hal ini disebabkan oleh catechin dan flavonoid, yang dikategorikan sebagai tanin oleh ahli biologi, dan kimia. Senyawa tanin apabila dikonsumsi dalam jumlah berlebihan akan menghambat penyerapan mineral misalnya besi. Hal ini karena sifat tanin yang merupakan inhibitor potensial karena dapat mengikat zat besi secara kuat membentuk Fe-tanat yang bersifat tidak larut.
Tanin ini dapat mengikat beberapa logam seperti zat besi, kalsium, dan aluminium, ibu hamil yang mengkonsumsi teh rentan mengalami anemia.
Kebiasaan konsumsi teh apabila dikonsumsi bersamaan dengan zat tertentu maka dapat menyebabkan sel darah merah terganggu. Hal ini disebabkan karena adanya kandungan senyawa tanin didalam teh yang berlebihan dalam darah dapat mengikat mineral sehingga akan menganggu penyerapan zat besi.4 Cara mencegah masalah ini, disarankan untuk minum teh dan kopi tidak saat waktu makan. Namum oleh karena bahan makanan tersebut mengandung bahan yang dapat menghambat absorpsi dalam usus, maka sebagian besar besi tidak akan diabsorpsi dan dibuang bersama feses.4
4
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan kajian literature mengenai ”Pengaruh kebiasaan konsumsi teh terhadap kadar hemoglobin pada ibu hamil di trimester tiga”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil rumusan masalah, yaitu
“Apakah ada pengaruh konsumsi teh terhadap kadar haemoglobin ibu hamil di trimester tiga”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh kebiasaan konsumsi teh terhadap kadar hemoglobin pada ibu hamil trimester tiga
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui senyawa yang ada di dalam teh yang bisa mempengaruhi kadar hemoglobin pada ibu hamil
b. Mengetahui dosis teh dikonsumsi pada ibu hamil
c. Mengetahui cara teh bekerja dalam pengaruh hemoglobin pada ibu hamil