PENERAPAN PIPA PVC PADA LUBANG RESAPAN BIOPORI (LRB) SEBAGAI SOLUSI DRAINASE RAMAH LINGKUNGAN
A. KONSEP DASAR DRAINASE (DEFINISI, PERMASALAHAN DRAINASE)
Konsep drainase yang secara umum di terapkan di hampir seluruh Indonesia saat ini adalah konsep drainase konvensional.
Konsep ini memiliki paradigma penanganan drainase dengan prinsip bahwa seluruh air hujan yang jatuh di suatu wilayah harus secepat-cepatnya dibuang ke saluran drainase. Dengan demikian kemampuan saluran drainase dalam menerima beban dapat melampaui dari kapasitasnya, sehingga air dapat meluap dan dapat mengakibatkan terjadinya genangan air (Lopa et al., 2020).
Drainase bertujuan untuk mereduksi air limpasan baik dari air hujan maupun dari aktivitas irigasi lainnya yang mengubah tata guna lahan. Sistem drainase dibuat agar mampu mereduksi kelebihan air di suatu tempat sehingga tata guna lahan kembali berjalan dengan baik. Sistem drainase terdiri
dari saluran sekunder, saluran primer dan tubuh bangunan. Drainase juga memiliki bangunan lain seperti sipon, jembatan air, gorong-gorong, pintu air, bangunan pelimpah. Sistem penyedia sistem drainase terdiri dari empat macam. Sistem drainase utama adalah sistem drainase yang melayani masyarakat yang ada di wilayah tersebut, Sistem drainase terpisah adalah sistem drainase yang terpisah antara air limpasan dan saluran pembuang. Sistem drainase lokal adalah sistem drainase yang digunakan minoritas warga. Sistem drainase gabungan adalah gabungan dari system drainase yang mempunyai saluran sejenis antara limpasan dan pembuang. Limpasan adalah sekumpulan aliran permukaan, aliran yang mengendap dan aliran dibawah permukaan.
Limpasan sangat krusial dalam perencanaan drainase, dan pengendalian banjir (Sulistyaningtyas et al., 2021).
KONSEP DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN
1. Drainase Pengatusan
Konsep drainase yang dulu dipakai di Indonesia (paradigma lama) adalah drainase pengatusanya itu mengatuskan
air kelebihan (utamanya air hujan) ke badan air terdekat. Air kelebihan secepatnya dialirkan ke saluran drainase, kemudian ke sungai dan akhirnya ke laut, sehinggga tidak menimbulkan genangan atau banjir. Konsep pengatusan ini masih dipraktekkan masyarakat sampai sekarang. Pada setiap proyek drainase, dilakukan upaya untuk membuat alur- alur saluran pembuang dari titik genangan ke arah sungai dengan kemiringan yang cukup untuk membuang sesegera mungkin air genangan tersebut. Drainase pengatusan semacam ini adalah drainase yang lahir sebelum pola pikir komprehensif berkembang, dimana masalah genangan, banjir, kekeringan dan kerusakan lingkungan masih dipandang sebagai masalah lokal dan sektoral yang bisa diselesaikan secara lokal dan sektoral pula tanpa melihat kondisi sumber daya air dan lingkungan di hulu, tengah dan hilir secara komprehensif (Saktyanu P, 2016)
2. Drainase Ramah Lingkungan
Drainase ramah lingkungan didefinisikan sebagai upaya untuk
mengelola air kelebihan (air hujan) dengan berbagai metode diantaranya dengan menampung melalui bak tandon air untuk langsung bisa digunakan, menampung dalam tampungan buatan atau badan air alamiah, meresapkan dan mengalirkan ke sungai terdekat tanpa menambah beban pada sungai yang bersangkutan serta senantiasa memelihara sistem tersebut sehingga berdaya guna secara berkelanjutan (Saktyanu P, 2016).
Gambar : Siklus Hidrologi pada suatu Daerah Aliran Sungai
(Sumber. Saktyanu P, 2016)
Air hujan yang turun ke bumi, akan ditangkap oleh hutan, pepohonan, lapangan rumput, dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di daerah perkotaan. Air tersebut akan diresapkan kedalam tanah dan menjadi air tanah, lalu sungai-sungai akan diisi oleh air tanah tersebut. Air yang sudah menjadi air sungai akan mengalir menuju laut, tetapi sungai melambatkan gerakan air dengan meliuk-liukkan alirannya, sehingga tanah sekitarnya akan terisi kembali dengan air tanah. Demikian juga ada kesempatan air menguap dan akan mengalami pendinginan, lalu menjadi hujan. Siklus ini yang harus kita pelihara, sehingga meskipun kita terus membangun kota, usahakan air tanah tidak berkurang (Saktyanu P, 2016).
B. PENGENALAN PIPA PVC DAN LUBANG RESAPAN BIOPORI
Pipa PVC (Polyvinyl Chloride) adalah jenis pipa yang terbuat dari plastik PVC. Pipa PVC sering digunakan dalam berbagai aplikasi konstruksi, sistem perpipaan, dan perpipaan sanitasi. Ini adalah pipa yang tahan korosi, tahan terhadap kerusakan oleh banyak bahan kimia, dan tahan terhadap cuaca ekstrem. Pipa PVC
memiliki beberapa keunggulan, termasuk ketahanan terhadap korosi, ketahanan terhadap tekanan dan kelembaban, serta kemudahan instalasi. Ini juga relatif ringan dan tahan lama. Namun, pipa PVC tidak selalu cocok untuk semua aplikasi.
Misalnya, dalam sistem perpipaan yang mengangkut cairan berbahaya atau sangat panas, pipa PVC mungkin tidak cocok, dan alternatif lain mungkin lebih sesuai (Gholam et al., 2021).
Lubang Resapan Biopori (LRB) merupakan lubang berbentuk silinder di dalam tanah dengan diameter dan kedalaman yang bervariasi. Lubang Resapan Biopori (LRB) merupakan salah satu bentuk teknologi sederhana yang proses pembuatan dan pengerjaannya kategori ekonomis, tidak membutuhkan ketrampilan yang spesifik, mudah pengerjaannya dan tidak memerlukan area yang luas untuk aplikasinya di lapangan (Alit Widyastuty et al., 2019). Biopori dapat dibedakan menjadi dua, yaitu biopori yang terjadi secara alami dan biopori buatan.
Biopori alami, yaitu lubang-lubang kecil pada tanah yang terbentuk karena aktivitas organisme yang hidup dalam tanah seperti cacing, rayap atau pergerakan akar-akar
tanaman yang dalam tanah. Lubang tersebut akan berisi udara dan menjadi jalur mengalirnya air. Sehingga air hujan tidak langsung masuk ke saluran pembuangan air, akan tetapi meresap ke dalam tanah melalui lubang tersebut sehingga bisa menjadi air tanah. Akan tetapi karena lahan terbuka di bumi sudah sangat berkurang, maka biopori yang terbentuk secara alami pun semakin berkurang. Ide dari pembuatan biorpori buatan adalah mengadopsi teknologi biopori alami yang memiliki kawasan/
lahan sempit. Biopori buatan yang selanjutnya disebut lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm, kedalaman sekitar 100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang kemudian diisi dengan sampah organik yang berfungsi untuk menghidupkan mikroorganisme tanah, seperti cacing. Mikroorganisme atau fauna dalam tanah ini akan membentuk pori-pori atau terowongan dalam tanah (biopori) yang dapat mempercepat resapan air ke dalam tanah secara horizontal (Karuniastuti, 2014). Penerapan drainase
ramah lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan lubang resapan biopori.
Lubang resapan biopori memiliki prinsip kerja dimana limpasan air hujan harus mampu meresapkan pada saat itu juga ke tanah tanpa menambahkan debit air ke Sungai. Penerapan lubang resapan biopori dapat menaikkan kemampuan resap tanah sehingga mengurangi limpasan dan genangan (Ichsan and Hulalata, 2018).
Lubang resapan biopori merupakan suatu lubang dengan diameter 10-30 cm sedalam 80 cm-100 cm yang difungsikan sebagai tempat penampungan air hujan untuk kemudian diresapkan ke dalam tanah.
Biopori mampu mereduksi genangan air dan menjadi cadangan air tanah di dalamnya.
Lubang resapan biopori dinilai menjadi salah satu alternatif dalam mengurangi limpasan serta mampu menjadi konservasi air sehingga dapat menjaga kualitas tanah (Sarbidi, 2013).
C. CARA KERJA PIPA PVC PADA LRB Biopori alami terbentuk karena aktivitas organisme tanah seperti cacing, tikus, rayap dan serangga tanah lainnya.
Hasil aktivitas organisme dalam tanah
tersebut menyebabkan terbentuknya lubang- lubang kecil yang dapat dilalui air. Sehingga air akan lebih cepat meresap ke dalam tanah pada saat turun hujan. Menurut (Karuniastuti, 2014), hasil resapan air hujan tersebut akan terakumulasi dan menjadi air tanah. Selain meresapkan air hujan, Lubang Resapan Biopori (LRB) mempunyai beberapa fungsi lainnya antara lain untuk menyuburkan tanah. Sampah organik yang dimasukkan ke dalam Lubang Resapan Biopori (LRB) akan terdegradasi sehingga akan menyuburkan tanah setelah melalui proses inkubasi selama 1 – 2 bulan. Fungsi berikutnya adalah mengurangi genangan air, Lubang Resapan Biopori (LRB) yang terbentuk akan lebih cepat mengalirkan air hujan ke dalam tanah sehingga menurunkan genangan air yang timbul setelah turun hujan. Mengantisipasi timbulnya beberapa jenis penyakit yang disebabkan oleh lalat, nyamuk dan organisme lainnya yang berpotensi memicu timbulnya penyakit akibat penumpukan sampah dan genangan air (Setyowati, 2022).
Pipa PVC dapat digunakan dalam sistem biopori sebagai salah satu komponen penting untuk membantu proses infiltrasi air ke dalam tanah. Sistem biopori adalah
metode yang digunakan untuk mengurangi genangan air dan meningkatkan infiltrasi air hujan ke dalam tanah(Nurhayati et al., 2018) .
Keuntungan menggunakan pipa PVC dalam sistem biopori adalah memudahkan pengaliran air hujan ke dalam tanah, mencegah erosi permukaan, dan mengurangi risiko banjir di daerah yang memiliki masalah genangan air. Selain itu, pipa PVC juga membantu menjaga kebersihan sistem biopori dengan mencegah sampah dan endapan dari masuk ke dalam biopori (Safitri et al., 2019).
Contoh penggunaan Pipa PVC dalam Lubang Pintar Biopori (Basyaruddin et al., 2022)
a. Dibuat lubang yang berbentuk silindris dengan diameter sekitar 10 cm dan kedalaman 100 cm secara vertikal kedalam tanah. Jarak antar lubang pintar jika ingin dibuat lebih dari 1 lubang maka jaraknya 50-100 cm antar lubang.
b. Pipa paralon PVC dengan diameter 10 cm dipasang didalam tanah sepanjang 20 cm-30 cm dari permukaan tanah. Hal ini dilakukan agar tanah yang di permukaanatas tidak longsor kedalam
lubang pintar yang sudah dibuat. Mulut lubang kemudian ditutup dengan tutup pipa.
c. Lubang pintar yang sudah terbentuk seperti pada sudah dapat diisi dengan sampah organik (sampah rumah tangga seperti sisa sayuran, daun-daun kering, kulit buah, sampah buah yang busuk serta sampah organik lainnya).
d. Sampah organik didalam lubang pintar tersebut didiamkan sekitar 20-40 hari hingga terbentuk kompos. Setelah itu kompos dapat dapat diambil untuk digunakan menyuburkan tanaman di sekitarperumahan warga.
e. Selama hujan atau saat air dialirkan ke dalam biopori, pipa PVC berperan sebagai saluran yang memungkinkan air masuk ke dalam tanah secara langsung.
Ini membantu mengurangi genangan air permukaan dan memungkinkan air meresap lebih dalam ke dalam tanah, yang kemudian akan mengisi lapisan air tanah dan meningkatkan suplai air tanah.
Gambar : Contoh Biopori menggunakan pipa PVC
(Sumber. Basyaruddin et al., 2022) GDSJDHK (Fathurrohman et al., 2023)
Alit Widyastuty, A. A. S., Adnan, A. H., &
Atrabina, N. A. (2019). Pengolahan Sampah Melalui Komposter Dan Biopori Di Desa Sedapurklagen Benjeng Gresik. Jurnal Abadimas Adi Buana, 2(2), 21–32.
https://doi.org/10.36456/abadimas.v2.i2.a1757 Basyaruddin, Wulandari, M., & Febrianti, N.
(2022). Sosialisasi pemanfaatan lubang pintar (biopori) guna mengatasi masalah sampah produksi rumah tangga. 3(2), 84–89.
Fathurrohman, M. I., Erinasari, F. D., Hawa, U. M.,
& Farisa, D. T. (2023). Inovasi Lubang Resapan Biopori Menggunakan Pipa Paralon sebagai Upaya Mengurangi Penumpukan Sampah Organik di Desa Margasari. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat (PIM), 5(1), 61–67.
https://doi.org/10.29244/jpim.5.1.61-67 Gholam, G. M., Kurniawati, I. D., Laely, P. N.,
Amalia, R., Mutiaradita, N. A., Rohman, S.
N., Pangestiningsih, S., Widyaningsih, H., &
Amalia, K. R. (2021). Pembuatan dan Edukasi Pentingnya Lubang Resapan Biopori (LRB) untuk Membantu Meningkatkan Kesadaran Mengenai Sampah Organik serta Ketersediaan Air Tanah di Dusun Tumang Sari Cepogo.
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah, 9(2), 108.
https://doi.org/10.26418/jtllb.v9i2.48548 Karuniastuti, N. (2014). Teknologi Biopori untuk
Mengurangi Banjir dan Tumpukan Sampah Organik. Jurnal Forum Teknologi, 04(2), 64.
Lopa, A. T., Sampebua, O., & Arfandi, A. (2020).
Penerapan Drainase Biopori dan Kolam Resapan pada lingkungan Perumahan.
Dedikasi, 22(2), 117–121.
https://doi.org/10.26858/dedikasi.v22i2.16117 Nurhayati, I., Ratnawati, R., Shofwan, M., &
Kholif, M. Al. (2018). Lubang Resapan Biopori Sebagai Strategi Konservasi Air Tanah di Desa Kalanganya Kecamatan Sedati
Sidoarjo. Prosiding Seminar Nasional Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat (SNPM), 34–41.
Safitri, R., Purisari, R., & Mashudi, M. (2019).
Pembuatan Biopori dan Sumur Resapan untuk Mengatasi Kekurangan Air Tanah di
Perumahan Villa Mutiara, Tangerang Selatan.
Agrokreatif Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(1), 39–47.
https://doi.org/10.29244/agrokreatif.5.1.39-47 Saktyanu P, M. E. S. (2016). Prinsip-Prinsip Dan
Permasalahan Drainase Jalan Berkelanjutan.
Setyowati, E. A. (2022). IMPLEMENTASI
TEKNOLOGI BIOPORI SEBAGAI SARANA MENUJU DESA RAMAH LINGKUNGAN ( DRL ). 571–576.
Sulistyaningtyas, P., Asmorowati, E. T., &
Sarasant, D. (2021). Analisis Penerapan Lubang Resapan Biopori Untuk Mengurangi Limpasan Pada Desa Tempuran Kecamatan Sooko Mojokerto. Inersia: Jurnal Teknik Sipil, 13(2), 61–68.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/inersiajur nal/article/view/17294