BAB 10 DISKRIMINASI DALAM TARIP ANGKUTAN BARANG
1.PENGERTIAN DISKRIMINASI TARIP DAN FAKTOR PENGARUH
Yang di maksud dengan diskriminasi dalam trip adalah pembedaan dalam harga / tarip dikenakan atas pemakaian jasa angkutan yang identic atau sama tidak didasarkan atas perbedaaan dalam ongkos-ongkos untuk mnghasilkannya.
Biasannya terdapat perbedaan yang besar di antara para carrier ( perusahaan angkutan ) dalam kemampuan dan kesempatannya untuk mengadakan diskriminasi dalam trip yang biasannya didasarkan atas value of service angkutan yang bersangkuta.
Kecenderungan dari pada carriers untuk mengadakan diskriminasi dalam tarip angkutan pada dasarnya timbul dari beberapa factor,yaitu yang dapat berupa atau bersifat :
1. Incentif factors 2. Enabling factors,dan 3. Pressure factors.
1. Ad (1)
incentive factors atau factor -factor insentif timbul terutama berhubungan oleh karena terdapatnya underutilization atau kelebihan kapasitas yang terpakai dari pada peralatan dan fasilitas-fasilitas Perusahaan angkutan yang bersangkutan misalnnya terjadi pada jalan atau rute tertentu,pada musim atau periode waktu tertentu,ataupun pada satu arah dari rute pengangkutan.
2. Ad (2)
Enabling factors atau factor-faktor yang memungkinkan timbul terutama disebabkan karena suatu Perusahaan angkutan mempunyai Tingkat kekuatan konkurensi yang lebih besar atau karena posisinya mempunyai kekuatan monopoli.misalnya angkutan kereta api yang mempunyai kekuatan monopoli pada wilayah tertentu.terutama untuk angkutan barang- barang bersifat bulky (low grade commodities).
3. Ad (3)
Pressure factors ( forced factors), atau factor-factor yang bersifat tekanan pada umumnya datang atau berasal dari pada shipper yang menghendaki barang angkutannya di masukkan dalam klasifikasi yang lebih rendah atau tarip angkutan yang lebih rendah,hal ini di perlukan pihak shipper tertentu untuk menghadapi persaingan dari pada saingan yang barang angkutannya di bawa oleh Perusahaan angkutan lain untuk memasuki suatu pasar yang sama.
Pada umumnya di samping adanya peraturan-peraturan dasar yang melarang adanya diskriminasi tarip angkutan yang tidak sehat dan tidak beralasan,maka terdapat 2 kriteria atau pedoman utama yang senantiasa harus di perhatikan yaitu hal-hal yang berikut:
a. Terdapat larangan untuk memungut tarip angkutan yang lebih tinggi bagi sesuatu barang untuk suatu jarak yang lebih pendek pada rute dan tujuan yang sama atau searah serta apabila jarak yang pendek itu telah merupakan bagian dari pada jarak yang Panjang tersebut.
Tarip dari A ke C atau dari C ke B tidak boleh lebih dari pada tarip dari arah A ke B b. Tarip angkutan terusan (through rute ) tidak boleh melebihi atau lebih besar dari pada
jumlah tarip-tarip angkutan antara intermediate points.
Tarip P ke Q tidak boleh melebihi jumlah tarip ( PR + RS + SQ )
2. Bentuk Atau Macam Diskriminsai Dalam Tarip Angkutan
Seperti di jelaskan di muka diskriminasi dalam tarip angkutan terdapat bila dikenakannya beban atau ongkos pengangkutan yang berbeda untuk jasa angkutan yang sama,perbedaan mana tidak didasarkan atas ongkos-ongkos untuk menghasilkannya.di samping itu sesungguhnya suatu usaha angkutan di katakana juga mengadakan diskriminasi tarip angkutan untuk barang-barang yang sama yang di angkut pada jarak dan dengan jasa yang sama.
Jasa angkutan (buyers) dapat dibagi dalam grup-grup yang membentuk pasar yang sungguh-sungguh berbeda,untuk mana diperlukan syarat sebagai berikut:
a. Barang -barang yang di kenakan ongkos/tarip angkutan lebih tinggi tidak dapat akan memasukki pasar harga atau tarip lebih rendah.
b. Mereka yang membeli atau mempunyai arti atau berhasil bila mana ada efek-efeknya terhadap mereka yang berkepentingan (shipper)
Selama tidak terdapat atau tidak ada sifat yang merugikan (injury),maka pemerintah yang bersangkutan biasannya tidak ikut campur dalam hal diskriminasi tarip tersebut.sebaliknya jika terdapat hal yang merugikan pemerintah akan ikut campur dalam hal diskriminasi tersebut.
Kontrol atau campur tangan pemerintah biasanya hanya terbatas pada penetapan tarip angkutan pada tingkat yang reasonable (wajar) dan lawful (berdasarkan hukum). Adapun mengenai bentuk/macam diskriminasi ini pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga macam, yaitu:
(1) Personal discrimination,
(2) Local or place discrimination, dan (3) Commodity discrimination.
Ad (1) Personal Discrimination
Bentuk personal discrimination yang sederhana adalah memberikan konsesi yang spesial dari tarip angkutan yang telah ditetapkan yang menguntungkan shippers tertentu. Jadi adalah cara memungut tarip angkutan barang yang lebih tinggi bagi shippers atau orang-orang tertentu untuk pelayanan jasa yang sama atau dengan tarip angkutan barang yang sama bagi shippers tertentu
dengan pemberian pelayanan jasa yang berbeda. Alasan-alasan untuk mengadakan personal discrimination ini biasanya adalah sebagai akibat daripada adanya konkurensi diantara industri angkutan yang mempunyai ongkos overhead yang besar, terutama seperti pada angkutan kereta api. Industri angkutan yang bersangkutan sanggup dan mau memberi special rate bagi shippers tertentu agar supaya ia mendapatkan trafik yang sebetulnya dapat diangkut oleh konkurennya atau agar supaya shippers tertentu dapat memasuki pasaran bagi hasil produksinya.
Bentuk-bentuk daripada personal discrimination bermacam-macam antara lain adalah sebagai berikut:
(a) Rebating atau potongan tarip, yaitu penyimpangan dari tarip angkutan yang telah diumumkan/ditetapkan, yang kadang-kadang disebut sebagai "midnight rates" di mana kepada shippers tertentu diperingatkan atau diberitahu terlebih dahulu tentang keringanan tarip tersebut, sedangkan yang lainnya tidak. Jadi untuk orang-orang atau shippers tertentu tersebut secara tidak resmi diberikan reduksi dalam tarip angkutan barangnya.
(b) Free Passes, yaitu pemberian secara gratis pengangkutan untuk pegawai/buruh sendiri atau untuk langganan yang reguler, sedangkan untuk barang-barang angkutannya (yang dibawanya) dikenakan tarip angkutan yang biasa.
(c) Underclassification, yaitu pengenaan tarip angkutan untuk sesuatu barang golongan tertentu atau menjadi milik ship-pers tertentu dimasukkan ke golongan atau kelas lainnya yang lebih rendah dan yang lebih murah tarip angkutannya dari pada yang sesungguhnya menurut daftar tarip. Misalnya barang golongan A dimasukkan ke golongan B yang lebih rendah tarip angkutannya, khusus bagi orang-orang atau langganan tertentu.
(d) False billing, yaitu pembebanan tarip yang disengaja secara salah (palsu) atas volume barang yang diangkut sesungguhnya. Misalnya kalau barang yang diangkut oleh shipper tertentu adalah sebesar 20 ton dituliskan 18 ton saja, dalam arti yang harus dibayar tarip atau ongkos angkutannya hanyalah yang 18 ton saja.
(e) Extension of credit, yaitu pembebanan biaya angkutan secara kredit di mana bagi orang-orang atau shippers tertentu diberikan keringanan yaitu ongkos angkut angkutannya boleh dibayar kemudian, misalnya setelah barang dagangannya terjual,
setelah habis bulan, dan sebagainya. Terdapat berbagai keberatan terhadap diberlakukannya personal discrimination tersebut antara lain ialah sebagai berikut:
(a) Bertentangan dengan asas demokrasi dan keadilan di mana setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama.
(b) Merusak persamaan atau perimbangan dalam hal kesempatan memperoleh bisnis.
(c) Merusak atau menghalangi keuntungan yang sebenarnya dapat diperoleh bagi industri-industri yang secara ekonomis adalah sehat.
Ad (2) Local Discrimination atau Place Discrimination
Local discrimination ialah mengenakan tarip angkutan yang berbeda yang tidak ada hubungannya dengan atau tidak disebabkan oleh jauhnya jarak angkut yang ditempuh.
Local discrimination ini dapat timbul karena sesuatu carrier menginginkan kemajuan trafiknya atau oleh karena persaingan yang berasal dari pusat-pusat produksi dan terjadi pada pasar tertentu. Local discrimination tersebut dapat terjadi dalam berbagai bentuk yaitu sebagai berikut:
(a) Pembedaan dalam tarip angkutan untuk jarak-jarak yang sama.
(b) Tarip angkutan yang sama untuk jarak angkut yang berbeda.
(c) Mengenakan tarip yang "increasing" dengan jarak yang kurang cepat daripada atau kurang secepat pertambahan ongkos-ongkos yang dikeluarkan untuk menghasilkan jasa angkutan yang bersangkutan.
(d) Mengenakan tarip angkutan yang lebih tinggi untuk angkutan jarak dekat dibandingkan dengan untuk angkutan jarak jauh. Hal ini merupakan bentuk khusus dan yang sering terjadi pada local discrimination dan yang lazim disebut sebagai long and short haul discrimination.
Long and short haul discrimination biasanya tidak dibenarkan bila hal itu dilakukan pada rute yang sama atau melalui trayek yang sama. Jadi pada umumnya hanya berlaku atau dibenarkan bila diskriminasi ini dilakukan pada rute yang berbeda atau melalui trayek yang berlainan.
Ad (3) Commodity Discrimination
Diskriminasi ini terutama terdapat dalam bidang hasil-hasil industri, yaitu mengadakan tarip angkutan yang menguntungkan beberapa jenis barang hasil industri terhadap atau dibandingkan dengan barang hasil industri lainnya, dengan perkataan lain diskriminasi dalam tarip angkutan terhadap barang-barang yang berlainan tapi yang sama atau kira-kira sama fungsinya atau dapat saling bersubstitusi satu sama lainnya.
Diskriminasi tarip angkutan di antara berbagai barang atau komoditi ini dicapai atau dilakukan dengan dua alat/cara, yaitu:
(a) Klasifikasi daripada muatan-muatan yaitu penggolongan barang-barang ke dalam sejumlah kelas atau grup yang tertentu yang terbatas untuk tujuan mengenakan tarip yangberlainan.
(b) Memberikan tarip yang spesial atau yang rendah atas barang-barang untuk mana pengenaan tarip kelas yang biasa adalah tidak cocok.
Diskriminasi tarip angkutan tersebut haruslah untuk barang-barang yang bersaingan satu sama lainnya atau yang dalam pemakaiannya (konsumsi) harus bersifat "subtitutability" atau dapat menggantikan satu sama lainnya. Misalnya antara gandum dengan tepungnya, lemari buku dengan lemari pakaian, minyak kelapa dengan minyak kelapa sawit, bensin dengan minyak tanah, dan sebagainya.