• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOKUMEN HUKUM DAGANG

N/A
N/A
Auliyaul 06

Academic year: 2023

Membagikan "DOKUMEN HUKUM DAGANG"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM DAGANG

ASRI ELIES ALAMANDA, S.H., M.H

(2)

PERDAGANGAN ?

(3)

• Sebelum kita mengkaji pengertian hukum dagang ada baiknya terlebih

dahulu kita mengetahui apa arti dari perdagangan. Perdagangan atau

perniagaan pada umumnya ialah pekerjaan membeli barang dari

suatu tempat atau pada suatu waktu dan menjual barang itu di

tempat lain atau pada waktu yang berikut dengan maksud

memperoleh keuntungan.

(4)

• Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (selanjutnya disingkat dengan KUHD) dibagi atas 2 (dua) buku, yakni buku pertama tentang dagang pada umumnya, dan buku kedua tentang hak-hak dan kewajiban yang terbit dari pelayaran.

• Jika disimak secara seksama pasal demi pasal dari KUHD tidak

ditemukan definisi dari pada Hukum Dagang.

(5)

Pengertian Hukum Dagang

Munir Fuadi; segala perangkat aturan tata cara pelaksanaan kegiatan perdagangan, industri, atau keuangan yang dihubungkan dengan produksi atau kegiatan tukar menukar barang.

Achmad Ichsan; hukum dagang adalah hukum yang mengatur soal-soal perdagangan, soal-soal yang timbul karena tingkah laku manusia dalam perdagangan.

Hukum Dagang adalah keseluruhan dari aturan hukum mengenai perusahaan dalam lalu lintas perdagangan, sejauh mana diatur dalam KUHD dan beberapa undang-undang tambahan. Di Belanda Hukum Dagang dan Hukum Perdata dijadikan dalam 1 (satu) buku, yaitu Buku II dalam BW baru Belanda.

(6)

Dari beberapa pengertian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa secara sederhana pengertian Hukum

Dagang adalah keseluruhan aturan hukum yang berlaku dalam lalu lintas perdagangan atau dunia usaha yang bersumber dari aturan hukum yang telah

dikodifikasikan maupun yang ada diluar kodifikasi.

(7)

SEJARAH KUHD DI INDONESIA

Tahun 1807-

1838 Tahun

1848 Tahun

1945

Pada tahun 1838, dengan azas konkordansi, hukum perdata belanda mengadaptasi hk Prancis, kemudian menjadi Code civil menjadi Burgerlijk Wetboek (Kitab hukum Perdata Belanda) dan Code du Commerce menjadi Wetboek van Koophandel (Kitab Hukum Dagang Belanda)

Belanda menjajah Indonesia, sehingga berlakulah WvK dan BW .

•WvK dikenal dengan Kitab Undang-undang hukum Dagang (KUHD) •BW dikenal dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

Setelah Indonesia merdeka, KUH Perdata dan KUHD dinyatakan tetap berlaku untuk mengisi kekosongan hukum.

(8)

Sumber-sumber Hukum Dagang

Hukum tertulis yang dikodefikasikan yaitu:

a. KUH Perdata (khususnya buku III perihal perikatan).

b. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD).

c. Peraturan-peraturan di bidang perdagangan di luar KUHD (koperasi, paten, merek, perum, perjan, persero, perusahaan negara, dan lain- lain)

Hukum tertulis yang belum dikodefikasikan, yaitu peraturan-peraturan khusus yang

mengatur hal-hal yang berhubungan dengan perdagangan. Selanjutnya, KUHD terdiri dari 2 (dua) buku yaitu:

a. Buku I tentang Perdagangan

b. Buku II tentang Hukum Laut (Hukum Maritim)

(9)

Hukum tertulis yang di kodifikasikan;

1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentangWajib Daftar Perusahaan.

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan.

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UndangUndnag Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.

6. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.

7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten.

8. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

9. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

10. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

11. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(10)

Hubungan Antara KUH Perdata dengan KUHD

• Kitab Undang-Undang Hukum Dagang merupakan ketentuan khusus,

• sedangkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata merupakan ketentuan umumnya.

• Oleh karena itu, dengan kata lain dapat pula dikatakan bahwa hukum dagang merupakan hukum perdata khusus.

• Hubungan kedua hukum tersebut merupakan genus (umum) dan species (khusus). Dalam hubungan yang demikian berlaku asas lex specialis deroga lex generalis (hukum yang khusus dapat mengalahkan hukum yang umum).

(11)

• Artinya ada beberapa ketentuan hukum dagang yang diatur dalam KUHD saja, atau diatur dalam KUHPerdata saja, yang gambarannya sebagai berikut:

1. Jika KUHD tidak mengaturnya, maka yang berlaku adalah KUHPerdata.

Sebagi contoh adalah tentang pemberian kuasa. KUHD tidak mengaturnya secara khusus, namun KUHPerdata mengaturnya dalam Pasal 1792-1819, sehingga merujuk pada KUHPerdata.

2. Jika KUHD mengatur secara khusus dari KUHPerdata, maka yang berlaku adalah KUHD. Sebagai contoh adalah pasal 7 KUHD dengan pasal 1881 BW

(12)

• Dalam perkembangannya, perumusan pasal 2-5 KUHD menimbulkan banyak kesulitan, karena terlalu sempit, sehingga banyak orang merasa tidak puas, dikarenakan perdagangan lebih luas dari itu dan tidak terbatas hanya dalam pasal-pasal tersebut.

• Karena dianggap sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan lagi dan tidak sesuai dengan perkembangan zaman, maka dikeluarkan Stb. 1934-347 untuk negeri Belanda dan Stb. 1938-276 untuk Hindia Belanda yang berlaku sejak 17 Juli 1938.

PENGHAPUSAN ISTILAH PEDAGANG

(13)

• selanjutnya mengganti istilah: a) Pedagang diganti dengan pengusaha b) Perbuatan dagang diganti dengan menjalankan perusahaan.

• Penghapusan tersebut berhubungan dengan istilah Hukum Dagang

yang diartikan sebagai Hukum Pedagang (Pasal 2 KUHD), dimana

hal itu dianggap terlalu sempit karena hanya mengatur khusus

pedagang saja.

(14)

Alasan pencabutan Pasal 2 – 5 KUHD

1. Pengertian barang pada Pasal 3 KUHD hanya meliputi barang bergerak sehingga jual beli barang tidak bergerak tidak tunduk pada Pasal 2-5 KUHD.

2. Kegiatan perniagaan sebagaimana diatur dalam Pasal 3 KUHD hanya kegiatan membeli sedangkan menjual adalah tujuan dari kegiatan perdagangan.

3. Kemudian Pasal 4 KUHD menyatakan bahwa kegiatan menjual merupakan bagian dari kegiatan perdagangan.

4. Menurut Pasal 2 KUHD bahwa perbuatan dagang hanya dilakukan oleh pedagang, namun Pasal 4 KUHD menentukan bahwa kegiatan perdagangan juga termasuk komisioner, makelar, penyewa,dsb.

5. Jika terjadi perselisihan antara pedagang dengan bukan pedangan maka tidak dapat digunakan KUHD.

6. Maka dari itu Istilah dagang dalam KUHD diganti dengan istilah perusahaan.

(15)

SUBJEK HUKUM DAGANG

1. Manusia; Manusia sebagai Subjek Hukum yaitu manusia pribadi (natuurlijke persoon) sebagai subjek hukum mempunyai hak dan mampu menjalankan hak yang dijamin oleh hukum yang berlaku. Secara riil menurut KUHPer.

Manusia sebagai subjek hukum berlaku sejak ia lahir dan berakhir dengan kematian, sehingga dikatakan bahwa selama manusia hidup, maka ia menjadi manusia pribadi.

Adapun pengecualian dalam Pasal 2 KUHPerdata, yaitu anak yang dalam kandungan dianggap telah lahir apabila kepentingan anak menghendaki

(16)

2. Badan hukum (Recht Persoon); Badan hukum merupakan kumpulan manusia pribadi (natuurlike persoon) atau kumpulan badan hukum seperti Perusahaan Terbatas, Koperasi sesuai Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan lain-lain. Dari segi kewenangan hukum yang diberikan kepada badan hukum, maka badan hukum dapat diklasifiksikan menjadi dua macam yaitu:

- badan hukum public ; badan hukum yang dibentuk oleh pemerintah, diberi wewenang menuruthukum publik, misalnya departemen pemerintah, lembaga Negara seperti MPR, DPR dll.

- badan hukum private ; ,yaitu badan hukum yang dibentuk oleh pemerintah atau swasta , diberi kewenangan menurut hukum perdata. Badan Hukum privat mempunyai tujuan beragam tujuan

(17)

• Terdapat 3 macam klasifikasi badan hukum berdasarkan eksistensinya terdiri dari:

1) Badan hukum yang dibentuk oleh pemerintah (penguasa), contoh badan-badan pemeritah, perusahaan Negara (Perum)

2) Badan hukum yang diakui oleh pemerintah (penguasa), contoh Perseroan Terbatas (PT), Koperasi.

3) Badan hukum yang diperbolehkan atau untuk suatu tujuan tertentu

bersifat ideal, contoh yayasan (pendidikan, sosial, keagamaan dst )

(18)

KEWAJIBAN PEMBUKUAN

• Setiap perusahaan yang beroperasi atau berkedudukan di wilayah hukum Indonesia wajib melaksanakan pembukuan sesuai dengan prinsip dan undang- undang yang berlaku di Indonesia. Diatur dan dijelaskan Pasal 6 KUHD.

• Diharuskan menyimpan, akan segala buku-buku dan surat yang bersangkutan, catatan-catatan tadi dibuat beserta neracanya selama tigapuluh tahun,

• dan surat-surat dan surat-surat kawat yang diterimanya beserta segala tembusan dari surat-surat dan surat-surat kawat yang dikirimkannya selama sepuluh tahun

(19)

MANFAAT PEMBUKUAN

Menunjukan hak dan kewajiban perusahaan dan jaminan bagi kreditur (pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata)

Pasal 7 KUHD :”Hakim bebas untuk kepentingan masing-masing akan memberi kekuatan bukti sedemikian rupa kepada pemegangan buku setiap pengusaha, sebagaimana menurut pendapatnya dalam tiap-tiap kejadian khusus harus diberikannya.”

Pasal 11 UU No. 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan: “Kewajiban penyimpanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) tidak menghilangkan fungsi dokumen yang bersangkutan sebagai alat bukti sesuai dengan kebutuhan sebagaimana ditentukan dalam ketentuan mengenai daluwarsa suatu tuntutan yang diatur dalam peraturan perundangundangan yang berlaku, atau untuk kepentingan hukum lainnya.”

• SISI HUKUM • SISI EKONOMI

Informasi bagi manajer untuk

membuat keputusan bagi perusahaan

Informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan tentang keadaan perusahaan

(20)

SIFAT PEMBUKUAN

• Pembukuan perusahaan yang diperintahkan oleh pasal 6 KUHD bersifat RAHASIA.

• Perusahaan yang mengidentifikasikan siapa saja yang berkepentingan melihat pembukuan.

• Namun kerahasiaan pembukuan tidak absolut (mutlak) karena KUHD memberi kemungkinan penerobosan yaitu melalui pembukaan dan pemberitaan.

(21)

PEMBUKAAN RAHASIA PEMBUKUAN

Menurut Pasal 8 KUHD;

• Proses pembukaan terjadi apabila ada sengketa.

• Yang memerintahkan adalah hakim.

• Hakim mendengar keterangan ahli yang memeriksa pembukuan

(22)

Masa Penyimpanan Pembukuan

KUHD

Pasal 6 ayat (3) KUHD :

30 tahun untuk pembukuan

10 tahun untuk

surat-surat dan telegram

UU No. 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan

Pasal 11 ayat (1) :

Catatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, bukti pembukuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, dan data pendukung administrasi keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a, wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak akhir tahun buku perusahaan yangbersangkutan

(23)

SANKSI PIDANA TIDAK MELAKUKAN PEMBUKUAN

PASAL 396 KUHP

hukuman penjara satu tahun empat bulan

PASAL 397 KUHP

hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun

(24)

Dasar Hukum Wajib Daftar Perusahaan

• Pertamakali diatur dalam KUHD pasal 23 ; “Para persero firma wajib

melakukan pendaftaran pada register kepaniteraan pengadilan negeri dimana firma tersebut berdiri”

• Pasal 38 KUHD; Para persero diwajibkan untuk mendaftarkan akta itu dalam

keseluruhannya beserta ijin yang diperolehnya dalam register yang diadakan untuk itu pada panitera raad van justitie dari daerah hukum kedudukan perseroan itu, dan mengumumkannya dalam surat kabar resmi.

• Mengenai wajib daftar perusahaan untuk lebih lanjut diatur dalam Undang- undang No 3 Tahun 1982 tentang Wajib Dafar Perusahaan.

(25)

Tujuan dan Sifat Daftar Perusahaan

• Tujuan;

1. Mencatat secara benar-benar keterangan suatu perusahaan meliputi identitas, data serta keterangan lain tentang perusahaan

2. Menyediakan informasi resmi untuk semua pihak yang berkepentingan 3. Menjamuin kepastian berusaha bagi dunia usaha

4. Menciptakan iklim dunia usaha yang sehat bagi dunia usaha 5. Terciptanya transparansi dalam kegiatan dunia usaha

(26)

• Daftar Perusahaan bersifat terbuka untuk semua pihak.

• Yang dimaksud terbuka adlah bahwa daftar perusahaan itu dapat dipergunakan oleh pihak ketiga sebagai sumber informasi (ps.3)

• Sifat Daftar Perusahaan • Cara pendaftaran

• Pendaftaran dilakukan dengan cara mengisi formular yang ditetapkan oleh Menteri pada kantor tempat pendaftaran perusahaan

(27)

• Waktu pendaftaran

• Wajib dalam jangka waktu 3 bulan setelah perusahaan menjalankan usahanya

• Tempat pendaftaran

• Tempat kedudukan kantor perusahaan

• Ditempat kedudukan setiap kantor cabang atau kantor pembantu atau kantor anak perusahaan

• Ditempat kedudukan setiap kantor agen dan perwakilan perusahaan yang mempunai wewenang untuk mengadakan perjanjian

(28)

PERIKATAN dan PERJANJIAN

• Hukum dagang masuk dalam kategori hukum perdata, tepatnya hukum perikatan. Alasannya karena hukum dagang berkaitan dengan tindakan manusia dalam urusan dagang. Oleh karena itu hukum dagang tidak masuk dalam hukum kebendaan.

• Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu

• Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal

(29)

• Hubungan perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan perikatan.

• Perjanjian adalah sumber perikatan, di sampingnya sumber-sumber lain.

• Suatu perjanjian kerja dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu

setuju untuk melakukan sesuatu. Dapat dikatakan bahwa dua

perkataan (perjanjian dan persetujuan) itu adalah sama artinya.

(30)

SUMBER HUKUM PERIKATAN

• Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan ”Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena perjanjian, baik karena undang-undang”.

• Maknanya, perikatan bersumber dari,

1) Perjanjian,

2) Undang-Undang.

• Namun demikian, perikatan juga dapat bersumber dari Jurisprudensi, Hukum Tertulis dan Hukum Tidak Tertulis serta Ilmu Pengetahuan Hukum.

(31)

• Perikatan yang lahir dari perjanjian, memang dikehendaki oleh dua orang atau dua pihak yang membuat suatu perjanjian, sedangkan perikatan yang lahir dari Undang-Undang diadakan oleh Undang- Undang diluar kemampuan para pihak yang bersangkutan.

• Apabila dua orang mengadakan suatu perjanjian, maka mereka

bermaksud supaya antara mereka berlaku suatu perikatan hukum

(32)

Pengaturan Perjanjian

• Hukum kontrak atau perjanjian di Indonesia masih menggunakan peraturan pemerintah kolonial Belanda yang terdapat dalam KUHPerdata.

• Dalam kitab Undang-Undang Hukum Perdata menganut sistem terbuka (open system), artinya bahwa para pihak bebas mengadakan kontrak dengan siapapun, menentukan syarat-syaratnya, pelaksanaannya, maupun bentuk kontraknya baik secara tertulis maupun lisan.

• Disamping itu, diperenankan membuat kontrak, baik yang telah dikenal dalam KUH Perdata. Hal ini sesuai dengan Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang berbunyi:

semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.

(33)

• Dalam perencanaan atau pembuatan kontrak hal penting yang harus diperhatikan oleh para pihak adalah syarat sahnya perjanjian atau kontrak sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang pada intinya mengatur tentang;

a. Sepakat para pihak b. Kecakapan para pihak c. Objek tertentu

d. Sebab yang halal.

(34)

• Syarat 1 dan 2 disebut syarat subyektif, karena menyangkut subyek

pembuatan kontrak. Akibat hukum tidak dipenuhinya syarat subyektif maka kontrak dapat dibatalkan, artinya akan dibatalkan atau tidak, terserah pihak yang berkepentingan.

• Syarat 3 dan 4 disebut syarat obyektif, karena menyangkut obyek

kontrak. Akibat hukum jika tidak dipenuhi syarat obyektif maka kontrak

itu batal demi hukum, artinya kontrak itu sejak semula dianggap tidak

pernah ada. Juga perjanjian yang bertentangan dengan undang-undang

kesusilaan dan ketertiban umum adalah batal demi hukum.

(35)

WANPRESTASI

• Wanprestasi atau yang juga dikenal dengan cidera janji; default;

nonfulfillment; ataupun breach of contract adalah suatu kondisi tidak dilaksanakannya suatu prestasi/ kewajiban sebagaimana mestinya yang telah disepakati bersama – sebagaimana yang dinyatakan dalam kontrak.

• Wanprestasi dapat terjadi karena kesengajaan; kelalaian ataupun tanpa

kesalahan (kesangajaan dan/kelalaian). Konsekwensi yuridis dari

wanprestasi adalah timbulnya hak dari pihak yang dirugikan dalam

kontrak tersebut untuk menuntut ganti rugi dari pihak yang melakukan

wanprestasi.

(36)

• Bentuk-bentuk ataupun model wanprestasi adalah :

1. Wanprestasi berupa tidak memenuhi prestasi;

2. Wanprestasi berupa terlambat memenuhi prestasi;

3. Wanprestasi berupa tidak sempurna memenuhi prestasi.

• Pada beberapa kondisi tertentu, seseorang yang telah tidak

melaksanakan prestasinya sesuai dengan ketentuan yang dinyatakan

dalam kontrak, maka pada umumnya (dengan beberapa perkecualian)

tidak dengan sendirinya dia dianggap telah melakukan wanprestasi.

(37)

• CONTOH : seorang pemborong mengikatkan dirinya kepada pihak

yang memborongkan untuk mendirikan bangunan. Setelah dinyatakan

selesai pekerjaannya ternyata dia belum memasangkan kunci-kunci

bagi bangunan tersebut, apakah pemborong tersebut dianggap

wanprestasi?

(38)

Jawab:

Dalam hal wanprestasi yang terjadi adalah berupa tidak sempurna memenuhi

prestasi, maka dalam ilmu hukum kontrak dikenal suatu doktrin yang disebut

Doktrin Pemenuhan Prestasi Substansial (Substantial Performance)” yang mengajarkan bahwa dalam hal terjadi wanprestasi berupa tidak sempurna memenuhi prestasi, namun pihak tersebut telah melaksanakan prestasinya secara substantial maka pihak lain tersebut harus juga melaksanakan prestasinya secara sempurna (Substantial Performance).

Dari kasus diatas, maka dapat dikatakan dia telah melaksanakan kontrak tersebut secara substansial.

(39)

TERIMAKASIH

Referensi

Dokumen terkait

(3) Dalam hal hasil pemeriksaan fisik kapal penangkap ikan dan alat penangkapan ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah sesuai dengan dokumen kapal, maka

Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan rencana umum nasional Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 203 ayat (2) dan kewajiban

Dengan diberlakukannya UU ITE maka terdapat suatu pengaturan yang baru mengenai alat-alat bukti dokumen elektronik. Berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat 1 UU ITE ditentukan

24 Tahun 1997 menyebutkan “Dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat pembuktian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pembukuan hak dapat dilakukan

Menurut Martini (2015:38) sistem ini adalah sistem penyimpanan dokumen yang berdasarkan kepada isi dari dokumen yang bersangkutan atau pokok masalah, sistem ini sering

usaha pada masa kini, maka hal-hal yang sudah diatur dalam KUHD kini dirasakan sudah tidak dapat mengakomodir perkembanagn tersebut seperti :. – Masa penyimpanan dokumen

(6) Kewajiban penyampaian Laporan Keuangan melalui Sistem Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menghilangkan kewenangan Kementerian dan/atau Lembaga untuk

usaha pada masa kini, maka hal-hal yang sudah diatur dalam KUHD kini dirasakan sudah tidak dapat mengakomodir perkembanagn tersebut seperti :. – Masa penyimpanan dokumen