• Tidak ada hasil yang ditemukan

01 Dokumen Kajian Risiko Bencana Desa Wonocolo Kec Kedewan Kab Bojonegoro Jawa Timur 2023

N/A
N/A
sancaya institute

Academic year: 2025

Membagikan "01 Dokumen Kajian Risiko Bencana Desa Wonocolo Kec Kedewan Kab Bojonegoro Jawa Timur 2023"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

Fasilitator :

Alex Candra Widodo

(2)

Halaman 1 dari 67

DAFTAR ISI

Hal

BAB I PENDAHULUAN ………. 2

A. Latar Belakang ………. 2

B. Tujuan ………..……….. 2

C. Ruang Lingkup ………. 3

D. Landasan Hukum ………. 3

E. Pengertian ... 3

BAB II KONDISI KEBENCANAAN ………. 6

A. Gambaran Umum Wilayah .………. 6

B. Kajian Desa Partisipatif ……….. 23

C. Potensi Bencana Wilayah ………. 35

BAB III PENGKAJIAN RISIKO BENCANA ………….………. 38

A. Penilaian Ancaman ………...………. 38

1. Pemeringkatan Ancaman ……… 38

2. Penilaian Karakter Ancaman ……… 39

B. Penilaian Risiko ……….……… 41

1. Tingkat Kerentanan ………. 41

2. Kapasitas Individu/Keluarga dan Masyarakat/Kelompok……. 45

3. Tingkat Risiko ………. 47

C. Pemetaan Risiko Bencana ……… 51

BAB IV REKOMENDASI ………..……….. 52

A. Rekomendasi Kebijakan ………...……….. 52

B. Rekap Rekomendasi ……….. 57

BAB V PENUTUP ………….………..…………..……….. 64

A. Kesimpulan ………….………...……….. 64

B. Rencana Tindak Lanjut ..……… 64

Lampiran ………. 65

(3)

Halaman 2 dari 67

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat internasional menjuluki Indonesia sebagai “supermarket bencana”. Karena segala macam bentuk bencana bisa terjadi di Indonesia. Menyebabkan kerugian nyawa dan harta benda. Jenis bencana di Indonesia bisa berasal dari ancaman alamiah maupun akibat kegiatan manusia. Mulai dari tsunami, banjir, erupsi gunungapi dan lahar hujan, gempa bumi, longsor, angin puting beliung, gelombang pasang, abrasi, kekeringan, kebakaran hutan, kebakaran, elevasi, pencemaran lingkungan, kegagalan teknologi, wabah penyakit, konflik sosial, terorisme dan kecelakaan transportasi.

Terbitnya Undang Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, menjadi langkah maju Indonesia dalam menata upaya penanggulangan bencana. Undang Undang tersebut kemudian ditindaklajuti dengan penerbitan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Salah satu turunan dari PP 21/2008 tersebut adalah Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana.

Pengkajian risiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk memperlihatkan potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana yang melanda.

Potensi dampak negatif yang timbul dihitung berdasarkan tingkat kerentanan dan kapasitas kawasan tersebut. Potensi dampak negatif ini dilihat dari potensi jumlah jiwa yang terpapar, kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mendorong terwujudnya masyarakat tangguh dan mampu melakukan pengurangan risiko bencana secara mandiri dan berkelanjutan.

(4)

Halaman 3 dari 67

2. Tujuan Khusus

a. Menilai potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana desa Wonocolo.

b. Menilai potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana desa Wonocolo

c. Menilai potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana desa Wonocolo.

d. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat dalam pengurangan risiko bencana desa Wonocolo.

e. Meningkatnya kerjasama pengurangan risiko bencana oleh para pemangku kepentingan desa Wonocolo.

C. Ruang Lingkup

1. Wilayah pengkajian meliputi wilayah Desa Wonocolo 2. Subyek kajian meliputi ancaman, kerentanan dan kapasitas D. Landasan Hukum

1. UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Pasal 36 ayat (1) dan (2) 2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

Penanggulangan Bencana Pasal 6

3. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana

E. Pengertian

1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis;

2. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor

(5)

Halaman 4 dari 67

3. Ancaman Bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana; Perubahan iklim adalah suatu perubahan statistik yang signifikan pada pengukuran keadaan rata-rata atau ketidakkonsistenan iklim di suatu tempat atau daerah selama periode waktu yang panjang, yang diakibatkan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh dampak kegiatan manusia pada komposisi atmosfer global atau oleh ketidakkonsistenan alam.

4. Manajemen Penanggulangan Bencana adalah keseluruhan aspek dari mulai perencanaan hingga tanggap darurat dalam bencana. Dan manajemen disini adalah manajemen juga yang berhubungan dengan resiko dan dampak bencana, serta aktifitas yang dilakukan sebelum, saat, dan sesudah bencana. Siklus MB dapat dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu pencegahan/mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan rehabilitasi.

5. Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat;

6. Kerawanan adalah peristiwa yang luar biasa yang memiliki potensi untuk mengancam kehidupan manusia, baik dirinya, harta benda, kehidupannya, maupun lingkungannya.

Contoh : Tanah longsor, tsunami, banjir, gempa bumi, gunung meletus, kebakaran, dan lain – lain.

7. Kerentanan adalah sebuah kondisi yang mengurangi kemampuan manusia untuk menyiapkan diri, atau menghadapi kerawanan ataupun bencana.

8. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna;

9. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana;

10. Peringatan Dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang-wenang;

(6)

Halaman 5 dari 67

11. Status Keadaan Darurat Bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi Badan yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana;

12. Tanggap Darurat Bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sesegera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan serta pemulihan prasarana dan sarana;

13. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.

14. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.

15. Bantuan Darurat Bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat

(7)

Halaman 6 dari 67

BAB II. KONDISI KEBENCANAAN

A. Gambaran Umum Wilayah

Desa Wonocolo adalah adalah salah satu desa dari 5 (lima) desa di wilayah Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur. Desa Wonocolo berada di bagian utara Kabupaten Bojonegoro. Desa Wonocolo berada dalam wilayah hutan tanaman industri dimana tipologinya merupakan kehutanan (prodeskel 2022). Saat ini dalam perkembangannya menurut Indeks Desa Membangun (IDM), Wonocolo masuk dalam tingkatkatan MAJU dengan dengan skor 0,7706 (IDM 2022), sementara untuk SDG’s Desa mencapai skor 41,36 (SDG’s 2022). Sedangkan berdasarkan profil perkembangan desa masuk dalam klasifikasi SWAKARSA dengan kategori MULA (prodeskel 2022).

1. Letak Geografis

Secara geografis Desa Wonocolo Kecamatan Kedewan Kabupaten Bojonegoro berada pada 111.677139 BT dan -7.050825 LS.

2. Letak Administratif

Secara administratif desa Wonocolo masuk dalam wilayah kecamatan Kedewan Kabupaten Bojonegoro, yang termasuk wilayah utara Kabupaten Bojonegoro yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Tuban.

Desa Wonocolo ini merupakan dataran tinggi perbukitan yang dikelilingi hutan yang sebagian besar milik Perhutani. Akses jalan menuju Wonocolo dari ibukota Kabupaten Bojonegoro sejauh ±58 km yang dapat ditempuh dengan kendaraan selama ±2 jam. Sedangkan dari ibukota Kecamatan Kedewan menuju Wonocolo hanya berjarak ±4 km. Secara administratif, desa Wonocolo berbatasan dengan;

Tabel 1. Batas Administratif wilayah Desa Wonocolo

Batas Wilayah Perbatasan Desa Kecamatan/Kabupaten Sebelah Utara Desa Kaligede & Desa Jatisari Kecamatan Senori /Kabupaten Tuban Sebelah Selatan Desa Sekaran Kecamatan Kasiman/ Kabupaten

Bojonegoro

Sebelah Timur Desa Kawengan Kecamatan Kedewan/Kabupaten Bojonegoro

Sebelah Barat Desa Hargomulyo dan Desa

Kedewan Kecamatan Kedewan/Kabupaten

Bojonegoro

Sumber: Profil Desa Wonocolo 2023

(8)

Halaman 7 dari 67

Gambar 1. Peta Desa Wonocolo Kecamatan Kedewan Kabupaten Bojonegoro

3. Sejarah Desa

Desa Wonocolo dahulunya merupakan wilayah hutan lebat yang kemudian dilakukan

‘babat alas’ atau pembukaan hutan. Menurut sejarah lisan, bahwa mbah Seto Yudo yang lahir pada hari minggu pahing adalah orang pertama yang membuka lahan desa Wonocolo saat masih ditumbuhi hutan lebat. Wonocolo yang dengan ejaan lama disebut WONODJOLO dimana Wono berarti “alas” (hutan) dan Djolo berarti “obor”

DESA WONOCOLO

Jawa Timur

Bojonegoro

(9)

Halaman 8 dari 67

(penerang). Hingga saat ini, petilasan Mbah Seto Yudo dijadikan tempat sakral bagi masyarakat desa Wonocolo dimana tiap tahunnya dijadikan tempat kegiatan Sedekah bumi/Syukuran rakyat.

Adapun menurut sejarah lisan pula, sumber minyak Wonocolo sudah di temukan oleh warga Wonocolo sebelum datangnya penjajahan. Pada saat Mbah Saridjan Sumowidjjojo menjabat sebagai kepala desa, beliaulah yang mengintruksikan agar dapat memanfaatkan sumber minyak Wonocolo sehari-hari, mengingat sawah dan ladang cukup sulit untuk tumbuh subur. Pada saat itu desa Wonocolo hanya berpenduduk sekiar 25 kepala keluarga. Warga setiap hari menimba minyak itu secara bergilir dan bergantian. Adapun pemasaranya dengan cara di pikul dan berjalan kaki ke tempat penjual yakni di daerah Maospati, Madiun, Cepu, Tuban, Ngawi dan daerah terdekat lainnya.

Disuatu hari ada dua orang Belanda yang bernama tuan Martins dan tuan Rains datang ke Wonocolo. Mereka berdua memberikan peraturan, supaya warga Wonocolo tidak mengambil minyak dengan seenaknya tetapi supaya menyetornya ke Belanda. Sehingga mulai saat itu penduduk Wonocolo diperbudak oleh penjajah;

menimba minyak sendiri tapi hasil penjualanya di serahkan ke panjajah sementara penambang hanya di kasih upah 10 ringgit perminggu.

Pada tahun 1942 saat Jepang masuk ke Indonesia termasuk ke desa Wonocolo, Belanda terusir dari Bojonegoro. Belanda tidak lupa merusak sumber minyak sebelum meninggalkan Wonocolo supaya penduduk Wonocolo tidak bisa mencari nafkah dari sumbur minyak itu.

Pada saat pendudukan Jepang, warga tidak di perbolehkan mengambil minyak sama sekali. Biarpun ada yang nekad nyawalah taruhanya, karena Jepang tidak segan- segan menembak di tempat. Sudah banyak penduduk Wonocolo menjadi korban keberingasan tentara Jepang. Hingga pada tahun 1949 setelah Jepang menyerah dan Indonesia merdeka, Belanda melakukan agresi militer untuk mencoba menduduki kembali Indonesia termasuk Wonocolo.

Pada saat itu Jendral Soedirman dan anak buah nya melakukan perang gerilya hingga sampai di Desa Wonocolo. Setibanya di desa Wonocolo Jendral Soedirman menemui Kepala Desa Wonocolo yang pada saat itu dipimpin oleh Mbah Sarijan alias

(10)

Halaman 9 dari 67

Sumo Wijoyo. Jendral Soedirman mengajak dan meminta Kepala Desa untuk mengerahkan seluruh warganya untuk ikut melawan Belanda.

Banyak pejuang gerilya bersama pribumi yang bersembunyi di Wonocolo.

Tidak tanggung-tanggung, sebanyak 82 pasukan gerilya yang bersembunyi dan dibantu warga dalam memenuhi kebutuhan pangan para pejuang gerilya tersebut.

Bahkan Kepala desa pun ikut serta bergerilya.

Para pejuang Gerilya bertempur tanpa ada rasa takut mati. Berbekal senjata seadanya termasuk bambu runcing, para pejuang gerilya berhasil memenangi peperangan di Cepu, Ngawi, Semarang dan di daerah lainya. Pejuangan Gerilya mendapat senjata sitaan dari hasil perang dengan Belanda sebanyak 14 buah senapan.

Pada tahun 1951, mbah Saridjan berniat Mengundurkan diri dari Kepala desa, di karenakan usisa yang sudah lanjut, tetapi tidak disetujui oleh pemerintah saat itu bahkan Jendral Sudirman pun ikut turut ikut campur supaya jabatan Kepala Desa tetep di pegang oleh mbah Saridjan Somowidjoyo. Sampai akhirnya Mbah Saridjan pun dipanggil oleh Gubernur Jawa Timur saat itu supaya bisa mensejahterakan penduduk desa Wonocolo dengan cara menyerahkan lahan minyak Wonocolo kepada penduduk desa Wonocolo. Penyerahan lahan miny aini juga mengingat jasa- jasa beliau sebagai pejuang gerilya. Para petinggi daerah pun menyetujui hal tersebut, termasuk juga panglima Jendral Sudirman, supaya lahan minyak bumi di serakan Kepada Penduduk Desa Wonocolo.

Kemudian diadakanlah serah terima dengan saksi-saksi antara lain; Guburnur Jawa Timur Samadikun, Jendral Soedirman, Residen Musigit, Bupati Bojonegoro Surowiyono, Widono Suyitno, Devisi Semarang Jawa Tengah Mulyadi dan Lurah Wonocolo Saridjan Sumowidjoyo. Semua pejabat di atas adalah saksi atas penyerahan lahan minyak bumi Wonocolo kepada penduduk Desa Wonocolo dan sampai sekarang kegiatan minyak bumi secara tradisional oleh penduduk desa Wonocolo.

Untuk menambah pendapatan, warga yang menjadi penambang berinisiatif mengolah minyak mentah (lantung) menjadi bahan bakar minyak (BBM). Proses

(11)

Halaman 10 dari 67

pengolahan minyak mentah menjadi BBM ini juga dilakukan dengan cara penyulingan tradisional.

Dengan perkembangan jaman tambang minyak yang dikerjakan secara tradisional (mluntur) ini kemudian dikembangkan menjadi destinasi ‘wisata Teksas Wonocolo’. Keberadaan destinasi wisata ‘Teksas Wonocolo’ tradisional ini sebagai satu-satunya di Indonesia bahan mungkin di dunia sebagai penambangan dengan caraa tradisional.

Tokoh lurah pertama yang menjabat di Woncolo bernama Jiput, disebut-sebut sebagai kepala desa yang dermawan dan baik hati. Sampai saat ini desa Wonocolo pun sudah beberapa kali berganti-ganti pemimpin atau Kepala Desa diantaranya dalah sebagai berikut :

Tabel 2. Sejarah Kepala Desa yang pernah menjabat di desa Wonocolo

Nama Lurah Menjabat Keterangan

1 Jiput 2 Lapar 3 Saridin 4 Sukiban

5 Saridjan Somowidjoyo

7 Mbah Watah 1960 – 1988

8 Pagimin 1988 – 1989 Pejabat sementara

9 Suryono 1989 – 1994

10 Supiyono 1995 – 1996 Pejabat sementara 11 Kaneko Putro 1997 - 2000

12 Suparwan 2001 2002 Pejabat sementara

13 Setiyono 2003 – 2008

14 Supiyono Pejabat sementara

15 Jasmin 2009 – 2014,

16 Setiyono 2015 – 2016 Pejabat sementara

17 Jasmin 2016 – 2022

18 Gangsar Panrimo Pejabat sementara

19 Sarimanto 2022 - Sekarang

Sumber : Arsip desa Wonocolo

Pembangunan di Desa Wonocolo dimulai sejak dipimpin oleh Lurah/Kepala Desa Pertama terus dilakukan guna memenuhi harapan masyarakat. Kebijakan Dana Desa juga dirasakan oleh pihak pemerintah Desa Wonocolo. Semenjak kebijakan kewenangan desa dalam pengelolaan Dana Desa ini muncul dari tahun 2015 sampai sekarang, Desa Wonocolo bisa memaksimalkan pembangunan disegala bidang.

(12)

Halaman 11 dari 67

Namun demikian, program-program pembangunan yang sudah dilaksanakan tersebut baik fisik maupun non fisik sampai sekarang masih jauh dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, terutama karena terbatasnya dana swadaya dari masyarakat serta masih sedikitnya Pendapatan Asli Desa (PAD).

4. Kondisi Fisik Desa

Di kawasan desa Wonocolo terdapat sumur-sumur tua yang dipercaya sebagai peninggalan nenek moyang serta saat Belanda menjajah Indonesia yang jumlahnya sekitar 700 sumur tua yang terkenal akan area penambangan dan dikelola secara tradisional oleh warga. Saat ini, dari keterangan disebutkan jika jumlah sumur minyak tua yang masuk kontrak dengan Pertamina Cepu adalah sebanyak 250 sumur tua.

Setelah memasuki kawasan hutan dan masuk ke Desa Wonocolo, suasana penambangan minyak bumi tradisional akan dirasakan. Sumur-sumur minyak tua beroperasi dikelilingi dengan kayu yang disusun sebagai penyangga alat timba minyak bumi tradisional. Tetapi mungkin sebagian saja yang mengetahui bahwa Bojonegoro mempunyai tempat penambangan minyak bumi yang benar-benar masih tradisional.

a. Topografi

Desa wonocolo terletak di bagian barat dari pusat Kota Bojonegoro dan merupakan daerah puncak pegunungan. Sebagaian besar kawasan diwilayah ini merupakan kawasan yang berbukit. Secara umum kondisi topografi di Desa wonocolo merupakan dataran tinggi, berbukut-bukit, berlereng dan berlembah.

Desa Wonocolo ini dikeliligi areal hutan milik Perhutani yang sebagian dikerjakan oleh warga untuk berladang. Jenis tanaman diusahakan umumnya dipilih yang memiliki nilai ekonomis dan cocok di lahan kering yaitu jagung. Disamping perawatanya sangatlah mudah, Jagung lebih tahan dengan hama, serta tidak terlalu membutuhkan air yang banyak. Karenanya cocok dengan kondisi desa wonocolo dimana lahan pertanian hanya mengandalkan tadah hujan.

 Tinggi tempat dari permukaan laut : 25 mdpl

 Bentang wilayah : dataran tinggi

 Topografi : penggunungan

(13)

Halaman 12 dari 67

b. Iklim

Kondisi iklim di Desa Wonocolo seperti halnya di Kecamatan Kedewan pada umumnya termasuk berhawa sejuk yang mendukung mayoritas matapencaharian penduduk di bidang pertanian khususnya untuk komoditas holtikultura. Petani masih mengolah lahan dengan cara tradisional dengan alat-alat pertanian tradisional seperi cangkul, sabit, parang dan lain sebagainya. Selain itu masyarakat desa Wonocolo menggunakan kotoran ternak sebagai tambahan pupuk untuk menyuburkan tanah.

 Jumlah bulan hujan : 5 bulan

 Curah hujan : 1252 mm

 Suhu rata-rata harian : 28,4° celcius

 Kelembaban : 80 %

Struktur pengelolaan sawah disana masih menggunakan sistem terasiring bagi kawasan yang di wilayah lereng, hal ini di karenakan agar tidak terjadi longsor maupun pengikisan pada lapisan tanah khusunya ketika musim hujan tiba. Bagi yang di kawasan lahan datar mereka bertani dengan pengelolaan lahan yang seperti biasanya.

c. Luas Tanah Desa

Wilayah Desa Wonocolo hanya terbagi dalam 1 (satu) wilayah dusun yang dikepalai oleh seorang Kepala Dusun. Dari 1 (satu) wilayah dusun tersebut kemudian dibagi lagi menjadi 3 wilayah RW (Rukun Warga) dan 9 RT (Rukun tetangga). Total keseluruhan luasan 140,002 Ha dengan gambaran penggunaan lahan adalah sebagai berikut ;

Tabel 3. Gambaran Lahan dan Tata Guna Lahan Desa Wonocolo Areal/penggunaan lahan Luas

1 Sawah tadah hujan 31,054 Ha

2 Tegal/Ladang 47,518 Ha

3 Pemukiman 39,240 Ha

4 Pekarangan 16,810 Ha

5 Tanah Kas Desa 4,1500 Ha

6 Tanah Hutan 2.1300 Ha

7 Tempat Pemakaman desa/umum 0,7500 Ja

(14)

Halaman 13 dari 67

Areal/penggunaan lahan Luas

8 Lapangan olahraga 0,0800 Ha

9 Perkantoran Pemerintah 0,0150 Ha

10 Bangunan Sekolah 0,2500 Ha

11 Hutan milik Perhutani Ha 12 Hutan Milik Perorangan Ha

13 Jenis Tanah Kering 103,57 Ha

Total 140.0020 ha

Sumber: Isian profil Desa Wonocolo 2023

d. Kondisi Sarana dan Prasarana

Saat ini dengan perkembangan semakin banyaknya jumlah kendaraan pribadi, jumlah angkutan desa yang masuk dan melalui Wonocolo sudah sangat menurun.

Selain kendaraan pribadi, kendaraan mobil pick up/bak terbuka menjadi pilihan sebagai moda transportasi massal untuk pergi ke pasar-pasar terdekat yang beroperasi di waktu-waktu tertentu atau berdasarkan permintaan.

Jalan penghubung antar desa sudah berupa aspal maupun cor beton.

Dengan kondisi tanah yang rawan longsor menyebabkan beberapa jalan dibuat dengan dicor beton. Sementara jalan penghubung antar pemukiman sebagian besar berupa setapak, serta Sebagian lagi berupa konblok yang dibangun dari swadaya masyarakat. Kondisi demikian dikarenakan kondisi geografis dimana membuat jarak satu rumah ke rumah yang lain berjauhan.

Tabel 4. Ketersediaan prasarana jalan di Desa Wonocolo

Kategori Jenis Prasarana Baik Rusak 1 Jalan antar Desa/Kecamatan Jalan Aspal 8 km 12 km 2 Jalan antar Desa/Kecamatan Jalan tanah 2 km

3 Jalan Desa Jalan tanah 9 km

4 Jalan Desa Jalan aspal 3 km

5 Jalan Desa Makadam 8 km

6 Jalan Desa Konblok/ Benton 6 km

Sumber: Profil Desa Wonocolo 2017

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat dan mempunyai peranan sangat strategis terutama dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat maupun dalam mendorong pertumbuhan perekonomian.

Di Desa Wonocolo sendiri masyarakatnya banyak mengandalkan air sumur.

(15)

Halaman 14 dari 67

Beberapa rumah juga memanfaatkan sumber air yang dikelola melalui PDAM.

Berikut ini tabel Prasarana Air bersih dan Sanitasi di Desa Wonocolo.

Tabel 5. Ketersediaan prasarana air bersih dan sanitasi Desa Wonocolo Jenis

Prasarana Jumlah Pemanfaat Keterangan 1 Mata air 3 titik 130 KK Disalurkan dengan pipa 2 Sumur gali 50 unit 371 KK Swadaya

3 PAM 1 unit 50 KK Pamsimas

Sumber: Isian Profil Desa Wonocolo 2022

Agama memiliki otoritas tersendiri bagi pemeluknya melalui seperangkat nilai dan norma yang terkandung dalam ajarannya. Agama sendiri dapat mendukung keberhasilan pembangunan. Kehidupan beragama di desa Wonocolo yang sangat religius dengan mayoritas pemeluknya bergama Islam sangat menunjang proses dan tujuan pembangunan agar senantiasa sesuai dengan nilai- nilai ajaran yang ada. Di Desa Wonocolo, Islam menjadi mayoritas agama yang dianut warganya. Adapun ketersediaan tempat peribadatan di Wonocolo adalah sebagai berikut:

Tabel 6. ketersediaan sarana peribadatan di Desa Wonocolo Jenis sarana peribadatan Jumlah

1 Masjid 1 unit

2 Mushola 7 unit

3 Geraja -

4 Vihara Pura -

5 Pura -

Total 8 unit

Sumber: Profil Desa Wonocolo 2022

Kesehatan merupakan modal utama bagi seseorang untuk dapat hidup produktif. Dalam konteks kebencanaan, sarana Kesehatan termasuk dalam kapasitas yang dapat dimobilisasi untuk mengurangi kerentanan. Kesehatan ini sangat dipengaruhi ketersediaan sarana dan tenaga kesehatan yang tersedia.

Adapun ketersediaan sarana dan tenaga kesehatan di Wonocolo adalah sebagai berikut:

(16)

Halaman 15 dari 67

Tabel 7. Kondisi sarana dan tenaga kesehatan di Desa Wonocolo

Jenis ketersediaan Jumlah Jarak Kemudahan untuk mencapai

1. Rumah Sakit umum - 25 km Sulit

2 Rumah Sakit bersalin - 25 km Sulit 3. Puskesmas dengan rawat inap - 5 km Mudah

4. Puskesmas pembantu - 15 km Sulit

5. Poliklinik/Balai Pengobatan - 18 km Sulit 6. Tempat praktik dokter - 5 km Mudah

9. Poskesdes - 5 km Mudah

10. Polindes 1 unit -

11. Apotek 1 unit 18 km Mudah

12. Pelayanan Posyandu 1 bulan 1 kali 3 unit 14. Bidan menetap di desa/kelurahan 1 orang

Sumber: Profil Desa Wonocolo 2018

Selain Kesehatan, fasilitas pendidikan dasar di Desa Wonocolo belum cukup memadai. Fasilitas Pendidikan ini menunjang terutama pada tingginya angka pendidikan dasar masyarakat Desa Wonocolo. Sampai saat ini, fasiltas pendidikan di desa Wonocolo masih sebatas sampai jenjang Pendidikan dasar.

Berikut ini kondisi ketersediaan akses pendidikan di desa Woncolo Tabel 8. Ketersediaan akses terhadap Pendidikan di Desa Wonocolo

Jenis ketersediaan Negeri Swasta Jarak Kemudahan untuk diakses

1. PAUD 1 unit -

2. TK - 1 unit -

3. SD/MI 2 unit - -

4. SMP/MTS 1 unit - 5 km Mudah

5. SMU/MA - - 15 km Sulit

6. SMK - - 18 km Sulit

7. Akademi/Perguruan tinggi - - 25 km Sulit

Sumber: Profil Desa Wonocolo 2018

(17)

Halaman 16 dari 67

5. Demografi Desa

Secara demografi Desa Wonocolo dengan perbandingan luasan dan total penduduk mencapai 1.998 jiwa tersebut mencapai kepadatan 182 Jiwa/per km2 yang menyebar di 3 (tiga) wilayah RW terdiri dari ;

- Jumlah laki-laki : 991 orang - Jumlah perempuan : 1.007 orang - Jumlah KK : 579 KK

Tabel 9. Penduduk berdasarkan rentang usia di Desa Wonocolo No Penduduk Usia Laki-laki

(orang) Perempuan (orang) 1 Usia 0 - 4 (tahun) 106 101 2 Usia 5 - 9 (tahun) 89 77 3 Usia 10 - 14 (tahun) 74 94 4 Usia 15 - 19 (tahun) 59 82 5 Usia 20 - 24 (tahun) 63 69 6 Usia 25 - 29 (tahun) 64 54 7 Usia 30 - 34 (tahun) 65 67 8 Usia 35 - 39 (tahun) 92 83 9 Usia 40 - 44 (tahun) 79 87 10 Usia 45 - 49 (tahun) 72 60 11 Usia 50 - 54 (tahun) 56 38 12 Usia 55 - 59 (tahun) 40 44 13 Usia 60 - 64 (tahun) 35 47 14 Usia 65 - 69 (tahun) 47 44 15 Usia 70 - 74 (tahun) 33 28 16 Usia 75 (tahun) keatas 16 30

Sumber: SDGs Desa Wonocolo 2022

6. Kondisi Sosial ekonomi

Wilayah perbukitan Desa Wonocolo ini sesuai namanya, “Wono” yang artinya

“hutan”, dahulunya merupakan wilayah hutan. Saat ini telah banyak beralih fungsi menjadi hutan tanaman industri yang dikelola oleh Pehutani bersama Masyarakat sekitar yang dalam pemanfaatannya petani sekitar mengusahakan dengan tanaman pangan seperti jagung serta tanaman ladang lainnya.

(18)

Halaman 17 dari 67

Mata pencaharian masyarakat dulunya memang merupakan para Petani di wilayah samping-samping hutan. Dengan masuknya penjajah Belanda dan Jepang masyarakat pun lebih dituntut untuk menjadi pekerja sumur-sumur tambang minyak yang menjadi ekploitasi sumberdaya alam oleh penjajah. Karenanya bukan pertanian hutan yang menjadi sumber mata pencaharian utama, tetapi dari aktivitas menambang minyak tua peninggalan kolonial Belanda tersebut. Hasil dari pertambang minyak bumi tersebut banyak dipasok kepada Pertamina yang saat ini secara turun-temurun dilanjutkan oleh masyarakat sekitar sebagai tambang minyak bumi tradisional.

Keberadaan sumur minyak ini memang memberi keuntungan bagi warga setempat, karena hampir seluruh warga dapat dengan mudah menggantungkan hidup mereka dengan bekerja di sumur-sumur yang ada. Dengan demikian dapat dikatakan tidak ada pengangguran, walaupun uang yang didapatkan dari pekerjaan tersebut tidak terlalu banyak. Hingga kini, hasil penambangan tradisional dari sumur- sumur minyak tersebut belum memberi kontribusi berarti bagi pembangunan daerah.

Hampir keseluruhan tanah desa berupa tanah kering seluas 1133ha, sedangkan tanah sawahnya hanya seluas sekitar 4Ha. Struktur tanah yang cenderung tandus dan berkapur hanya cocok ditanami oleh tanaman tanaman keras serta tanaman tadah hujan. Letak pemukiman yang dikelilingi oleh hutan jati banyak membantu kehidupan masyarakat setempat, misalnya mereka dapat memanfaatkan daun-daun jati yang dijual sebagai bungkus, akar-akar pohon mati (rencek) dimanfaatkan sebagai kayu bakar, dsb. Sehingga yang banyak terjadi selain kesibukan utama menambang minyak, barulah mengusahakan bercocoktanam di ladang serta memelihara ternak. Berikut ini mata pencaharian pokok Desa Wonocolo:

Tabel 10. Mata pencaharian pokok penduduk Desa Wonocolo No Jenis Pekerjaan Laki-Laki

(orang) Perempuan

(orang) Jumlah (Orang)

1 Petani 170 51 221

2 Buruh Tani 8 0 8

3 Pegawai Negeri Sipil 7 1 8

4 Montir 3 0 3

5 Perawat swasta 0 1 1

6 Bidan swasta 0 1 1

(19)

Halaman 18 dari 67

No Jenis Pekerjaan Laki-Laki

(orang) Perempuan

(orang) Jumlah (Orang) 7 Pengusaha kecil, menengah dan

besar 4 2 6

8 Pedagang Keliling 0 28 28

7 Peternak 1 0 1

8 Montir 3 0 3

9 Bidan swasta 0 1 1

10 Perawat swasta 0 1 1

11 Pensiunan PNS/TNI/Polri 1 0 1

12 Pengusaha kecil dan menengah 4 2 6

13 Pengacara 2 0 2

14 Penambang 370 0 370

15 Pengacara 1 0 1

16 Karyawan Perusahaan Swasta 13 10 23

17 Karyawan Perusahaan

Pemerintah 4 0 4

18 Lain-lain 333 506 450

19 Jumlah Total (Orang) 916 1094 1.965

Sumber: Isian Profil Desa Wonocolo 2022

Secara sosio-kultural Masyarakat Desa Wonocolo dikenal sebagai masyarakat yang homogen, hidup berada didalam lingkungan yang di kelilingi hutan dan di dataran tinggi pegunungan menjadikan mereka hidup dengan alam dan menggantungkan kehidupannya semua dari alam. Masyarakat desa wonocolo masih memegang teguh aturan yang dibuat oleh sesepuh dan desa. Aturan hubungan manusia dan alam tersebut memiliki pengaruh yang tinggi dalam pelestarian lingkungan, seperti peraturan ketika orang menebang pohon di hutan maka sebelum melakukan penebangan harus menanam pohon sejenis sebagai gantinya agar supaya ada regenerasi serta menjadi bekal bagi anak cucu berikutnya. Rata-rata pohon yang ada di hutan pegunungan Kendeng di desa Wonocolo tersebut adalah pohon jati, sementara di wilayah perkampungan banyak di temukan pohon Mahoni.

Dahulunya, kebanyakan masyarakat penghuni desa Wonocolo merupakan pendatang dari berbagai wilayah yang ada di Bojonegoro. Ketika masa penjajahan berlangsung mereka pada awalnya ikut membuka lahan untuk berlindung dan sampai akhirnya menetap disana. Pada awalnya masyarakat memiliki keyakinan Hindu-Budha sebelum datangnya penyebaran agama Islam di wilayah tersebut dan sampai saat ini

(20)

Halaman 19 dari 67

keyakinan agama di masyarakat Wonocolo adalah islam dan juga masih ada yang menganut keyakinan kejawen (agama Jawa) budaya, tradisi, ritual, seni, sikap dan pandangan hidup orang Jawa. Selain itu Kejawen juga berarti kebatinan atau Spiritualitas Jawa. Akulturasi budaya Jawa sangat mewarnai kehidupan sehari-hari masyarakatnya dengan adanya berbagai kegiatan tahlilan, yasinan, brokohan, dsb.

Tabel 11. Jumlah penganut agama di Desa Wonocolo

No Agama Jumlah %

1 Islam 1.983 Orang 99,25 2 Kristen 13 Orang 0,65

3 Katolik - 0

4 Hindu 2 Orang 0,10

5 Budha - 0

6 Khonghucu - 0

Sumber : SDG’s Desa Wonocolo 2023

Kawasan Pertanian meliputi lahan pertanian milik masyarakat desa wonocolo sendiri dan juga milik perhutani yang di garap oleh warga dengan bagi hasil yang telah di sepakati.

Petani desa mulai menanam menjelang musim hujan tiba maka ketika menjelang musim kemarau tanaman-tanaman itu siap di panen, jika seperti sekarang ini sudah memasuki musim kemarau panjang disana tananam jagung sudah mulai di hilangkan dedaunan dan disisakan buah yang masih tertutup kulit kelobot serta batangnya, dibiarkan sampai benar-benar tua seperti mongering dan nanti siap dipanen. Untuk batang dan daunnya yang masih hijau tersebut dimanfaatkan sebagai pakan ternak para warga secara langsung ada juga yang di keringkan untuk dibuat cadangan ketika musim yang sulit mencari Pakan ternak.

Tabel 12. Jenis Ternak di Desa Wonocolo

No Komoditas Jumlah Pemilik Perkiraan jumlah

1 Sapi 35 orang 72 ekor

2 Kerbau - -

3 Ayam Kampung 450 orang 4500 ekor

4 Ayam potong/broiler - -

5 Bebek 3 orang 15 ekor

6 Kambing 65 orang 260 ekor

7 Domba - -

8 Angsa 1 orang 3 ekor

9 Kelinci 5 orang 15 ekor

Sumber : Isian profil Desa Wonocolo 2022

(21)

Halaman 20 dari 67

Struktur pengelolaan lahan serta sawah di Wonocolo menggunakan sistem terasiring, hal ini di karenakan agar tidak terjadi longsor maupun pengikisan pada lapisan tanah khususnya ketika musim hujan tiba. Pengelolahan lahan pertaniannya masih menggunakan cara tradisional, dengan alat seperti cangkul, sabit, parang dan sebagainya. Belum ada penggunaan mesin traktor untuk membajak sawah, melainkan menggunakan tenaga manusia atau ada juga yang memanfaatkan sapi untuk membantu dalam pengolahan sawah. Petani disana juga menyadari pentingnya penggunaan kotoran ternak sebagai tambahan pupuk untuk menyuburkan tanah. Jika hanya mengandalkan pupuk kimia, maka ketika selesai masa panen kondisi tanah akan mengganggu dan menjadi lebih labil karena kondisi tanah yang berada di lereng pegunungan.

Terkait dengan hasil-hasil pertanian ini, berikut ini tabel produksi tanaman pangan, holtikultura, buah-buahan serta perkebunan Desa Wonocolo ;

Tabel 13. produksi tanaman pangan dan holtikultura Desa Wonocolo No Komoditas Luas Panen Produksi

1. Padi Sawah ha ton 2. Padi ladang ha ton 3. Jagung ha ton 4. Ubi kayu ha ton 5. Talas ha ton 6. Cabe ha ton

Sumber : Profil Desa Wonocolo 2023

Tabel 14. produksi buah-buahan dan hasil perkebunan di Kecamatan Kedewan Wonocolo

No Komoditas Produksi

1 Alpukat 88 kuintal 2 Rambutan 359 kuintal 3 Mangga 300 kuintal 5 Jambu Biji 594 kuintal 7 Pisang 7882 kuintal 8 Pepaya 266 kuintal 10 Sirsak 283 kuintal 11 Sukun 92 kuintal 12 Nangka/Cempedak 167 kuintal

Sumber : Profil Desa Wonocolo 2020

Dalam konteks kebencanaan, kemiskinan menjadi sallah satu faktor penyebab kerentanan. Kemiskinan membuat individu atau kelompok sosial tidak memiki kemampuan dalam mengupayakan pembiayaan kegiatan/aktivitas yang dapat

(22)

Halaman 21 dari 67

mengurangi individu atau kelompok tersebut dari paparan risiko bencana. Salah satu hal paling sering terjadi adalah bagaimana keluarga miskin mau tidak menempati rumah yang lokasinya rawan terjadi longsor. Mereka secara ekonomi tidak punya kemampuan untuk memilih lokasi lain karenanya dihadapkan pada tidak adanya pilihan lain selain menempati rumah tersebut. Upaya mekanisme coping misalnya dengan menguatkan pondasi rumah atau membuat tanggul pengaman longsor memerlukan biaya yang tidak sedikit.

Di Desa Wonocolo sendiri masih terdapat keluarga miskin yang saat ini difasilitasi oleh desa selain secara swadaya sosial juga menerima sasaran program penanggulangan kemiskinan seperti; PKH, BLT, Bansos dsb.

Tabel 15. Jumlah keluarga penerima bantuan sosial pemerintah

Jenis bantuan sosial Jumlah keluarga Prosentase 1 Penerima BLT Dana Desa Desa 133 Keluarga 50,76 % 2 Penerima Program Keluarga Harapan 0 Keluarga 0,00 % 3 Penerima Bantuan Sosial Tunai 0 Keluarga 0,00 % 4 Penerima Bantuan Presiden / Banpres 48 Keluarga 18,32 % 5 Penerima Bantuan UMKM 1 Keluarga 0,38 % 6 Penerima Bantuan Untuk Pekerja 6 Keluarga 2,29 % 7 Penerima Bantuan Pendidikan Anak 58 Keluarga 22,14 % 8 Penerima Bantuan Lainnya 16 Keluarga 6,11 % 9 TOTAL PENERIMA BANTUAN SOSIAL 262 Keluarga 100 %

Sumber: SDGs Desa Wonocolo 2022

Tabel 16. Jumlah keluarga menurut tingkat kesejahteraan

Tingkat Kesejahteraan Jumlah keluarga 1 Keluarga Prasejahtera (KK) 104 2 Keluarga Sejahtera 1 (KK) 191 3 Keluarga Sejahtera 2 (KK) 175 4 Keluarga Sejahtera 3 (KK) 56 5 Keluarga Sejahtera 3+ (KK) 23

Jumlah Kepala Keluarga 549

Sumber: Isian profil Desa Wonocolo 2023

Kedaulatan pangan menjadi salah satu tujuan untuk menekan kemiskinan.

Kedaulatan pangan menargetkan tidak ada kelaparan di desa, juga desa mencapai kedaulatan pangan, memperbaiki nutrisi dan mempromosikan pertanian yang berkelanjutan. Berdasarkan hasil pendataan, dari total 1998 penduduk terdapat 1 orang jumlah penduduk yang menderita stunting (SDG’s Desa 2022).

(23)

Halaman 22 dari 67

Selain penderita stunting, penyandang disabilitas menjadi salah satu kelompok yang diprioritaskan dalam konteks kelompok rentan. Di Desa Wonocolo sendiri terdapat beberapa penduduk yang menjadi penyandang disabilitas. Berikut ini data penyandang disabilitas di Desa Wonocolo;

Tabel 17. Penyandang disabilitas di Desa Wonocolo

No Jenis Disabilitas Jumlah

1 Tunanetra (buta) 12 orang

2 Tunarungu (tuli) 31 orang

3 Tunawicara (bisu) 0 orang

4 Tunarungu - wicara (tuli & bisu) 9 orang 5 Tunadaksa (cacat tubuh) 3 orang 6 Tunagrahita (cacat mental) 4 orang 7 Tunalaras (gangguan mengendalikan

emosi dan kontrol sosial) 14 orang

8 Pernah Cacat Kusta 3 orang

9 Cacat Ganda (fisik & mental) 8 orang

Jumlah 84 orang

Sumber: SDGs Desa Wonocolo 2023

Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat SDM (Sumber Daya Manusia) yang dapat berpengaruh dalam jangka panjang pada peningkatan perekonomian. Pendidikan juga menjadi salah satu aspek yang guna mengurangi kerentanan. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan masyarakat yang pada gilirannya akan membuka akses pada kesempatan kerja, permodalan dan jaringan yang lebih luas. Prosentase tingkat pendidikan Desa Wonocolo rata-rata telah menempuh pendidikan Dasar.

Adapun gambaran tingkat pendidikan penduduk Desa Wonocolo adalah sebagai berikut;

Tabel 18. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Wonocolo

No Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah 1 Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 12 15 27 2 Usia 3 - 6 tahun yang sedang Tk/Play

Group 43 45 88

3 Usia 7 - 18 tahun yang tidak pernah

sekolah 2 2 4

4 Usia 7 - 18 tahun yang sedang

sekolah 154 168 322

(24)

Halaman 23 dari 67

No Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah 5 Usia 18 - 56 tahun tidak pernah

sekolah 3 6 9

6 Usia 18 - 56 tahun pernah SD tetapi

tidak tamat 3 7 10

7 Tamat SD/sederajat 260 412 672

8 Usia 18 - 56 tahun tidak tamat SLTP 2 9 11 9 Usia 18 – 56 tahun tidak tamat SLTA 3 7 10

10 Tamat SMP/Sederajat 245 207 452

11 Tamat SMA/Sederajat 167 138 305

12 Tamat D-1 1 1 2

13 Tamat D-2 11 5 16

14 Tamat D-3/Sederajat 2 4 6

15 Tamat S-1/Sederajat 7 17 24

16 Tamat S-2/Sederajat 1 0 1

909 1043 1949

Sumber: Isian profil Desa Wonocolo 2022

B. Kajian Desa Partisipatif

Kajian desa partisipatif digunakan untuk memotret keadaan desa dari berbagai macam arah melalui proses partisipasif. Seperti halnya kajian risiko bencana partisipatif, kajian desa partisipatif ini pada prosesnya merupakan alat analisa sosial yang dapat menumbuhkan ‘kesadaran kritis’ masyarakat terhadap permasalahan-permasalahan yang ada.

Melalui alat analisa ini, masyarakat lebih terdorong untuk mengkritisi permasalahan-permasalahan di desa dan terlibat lebih aktif terlibat dalam perencanan pembangunan desa. Dalam konteks kebencanaan, kajian desa partisipatif menghasilkan data lebih mendalam pada faktor-fakto penyebab kerentanan, permasalahan akses terhadapa sumber daya, serta potensi-potensi yang dapat dimobilisasi menjadi kapasitas sehingga rekomendasi-rekomendasi dalam kegiatan pengurangan risiko bencana nantinya lebih mengakomodir sesuai dengan karakteristik masyarakatnya.

(25)

Halaman 24 dari 67

Tabel 19. Aktivitas harian laki-laki & perempuan desa Wonocolo Kajian desa : Aktivitas harian

Desa/Kec : Wonocolo/Kedewan Kabupaten/Provinsi : Bojonegoro/Jawa Timur

LAKI LAKI

1. Bangun, ibadah (sholat subuh), minum kopi, aktivitas rumah, merawat ternak, dll

2. Berangkat kerja, ke tambang minyak, bertani/berladang

3. Pulang dari tambang minyak, hutan/ladang, mandi, sarapan, ngopi, dll

4. Ibadah (sholat dluhur), istirahat siang, bersantai 5. Bekerja, bertani/berladang, mencari pakan

ternak

6. Ibadah (sholat ashar), bertani/berladang, cari pakan ternak

7. Pulang dari sawah/kebun, bersantai, aktivitas rumah, merawat ternak

8. Ibadah (sholat magrib, sholat isya’), makan, bersantai, kumpulan, aktivitas rumah 9. Tidur

PEREMPUAN 1. Bangun, ibadah (sholat subuh), 2. Memasak

3. Bersih-bersih rumah

4. Berangkat kerja, bertani/berladang, belanja ke pasar

5. Pulang dari hutan/ladang, mandi, sarapan, dll 6. Bersantai (nonton tv, hp,)

7. Ibadah (sholat dluhur), istirahat (tidur siang) 8. Bekerja ke hutan/ladang, mencari kayu bakar 9. Pulang dari hutan/ladang, Ibadah (sholat ashar) 10. Memasak (aktivitas dapur), bersih-bersih

rumah, mandi

11. ibadah (sholat magrib, ngaji, sholat isya) 12. Mendampingi anak belajar,

13. bersantai (nonton tv) 14. Tidur

Sumber: Kajian Partisipatif Desa Wonocolo 2023

Analisa : Dalam hal pembagian peran, perempuan memilki peran yang lebih banyak daripada laki-laki. Dimulai dari mengurusi dapur, mendampingi anak, mencari kayu bakar sampai dengan berladang. Karena kesenjangan peran yang demikian menuntut mobilitas perempuan lebih tinggi, sehingga perempuan memiliki tingkat kerentanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.

(26)

Halaman 25 dari 67

Tabel 20. Peta Mobilitas Harian Penduduk Desa Wonocolo Kajian desa : Peta Mobilitas harian penduduk

Desa/Kec : Wonocolo/Kedewan Kabupaten/Provinsi : Bojonegoro/Jawa Timur

Jalur Bepergian Jarak Waktu tempuh Biaya Tujuan

1 Pasar Cepu 25 km 45 menit Rp. 20.000 Perdagangan

2 Terminal Cepu 25 km 45 menit Rp. 20.000 Perjalanan luar kota

3 Bank BRI 20 km 45 menit Rp.17.000 Simpan pinjam

4 SMPN Kedewan 4 km 10 menit Rp. 10.000 Sekolah/belajar 5 Puskesmas Kedewan 4 km 10 menit Rp. 10.000 Berobat

6 Pasar Kedewan 4 km 10 menit Rp. 10.000 Perdagangan 7 Kantor Kecamatan

Kedewan 4 km 10 menit Rp. 10.000 Mengurus administrasi

kependudukan 8 KUA Kedewan 4 km 10 menit Rp. 10.000 Mengurus pernikahan 9 Tambang minyak 2 km 6 menit Rp. 5.000 Bekerja menambang 10 Kebun alpukat 150 meter 4 menit Rp. 2.000 Wisata, pertanian 11 SDN Wonocolo I 100 meter 3 menit Rp. 2.000 Belajar

12 SDN Wonocolo II 100 meter 3 menit Rp. 2000 Belajar 13 SMP Migas Senori 3 km 8 menit Rp. 8.000 Belajar 14 SMA Migas Senori 3 km 8 menit Rp. 8.000 Belajar

15 MTS Senori 15 km 30 menit Rp. 15.000 Belajar

16 Pasar Senori 15 km 30 menit Rp. 15.000 Perdagangan

17 Pasar Malo 15 km 30 menit Rp. 15.000 Perdagangan

18 Rumah sakit/RSUD 25 km 45 menit Rp. 20.000 Berobat Sumber: Kajian Partisipatif Desa Wonocolo 2023

Analisa : Dengan kondisi geografis yang ada, mobilitas masyarakat untuk bekerja lebih banyak dilakukan di dalam desa, sedangkan anaka-anak untuk mengakses pendidikan di jenjang menengah sampai atas harus menempuh jarak yang jauh di luar desa, bahkan sampai dengan luar Kecematan. Dari gambaran diatas, anak- anak memiliki kerentanan yang cukup tinggi dikarenakan mobilitas hariannya yang cukup jauh.

(27)

Halaman 26 dari 67

Tabel 21. Kalender Musim Desa Wonocolo Kajian desa : Kalender musim

Desa/Kec : Wonocolo/Kedewan Kabupaten/Provinsi : Bojonegoro/Jawa Timur

MUSIM /MONGSO

JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER

Musim penghujan v vv v v v V v v v

Musim kemarau v v v v vv v

Musim tanam jagung + + + + + +

Musim tanam palawija + + + + + +

Musim panen jagung + +

Musm panen palawija + + + + + + + + + + + +

Musim panen palawija + + + + + + + + +

Musim panen jamur + +

Musim panen belalang + + ++

Musim Ulat ungker + +

Musim ancaman longsor - -

Musim angin kencang - -

Sumber: Kajian Partisipati Desa Wonocolo 2023

Analisa : Dari kalender musim tersebut tergambarkan potensi-potensi positif yang muncul di musim-musim tertentu, seperti panen jagung, panen jamur dsb.

Di satu sisi tergambarkan adanya potensi ancaman yang sifatnya musiman yakni angin kencang dan longsor.

Tabel 22. Kalender pasaran (perniagaan) Jawa di desa Wonocolo Kajian desa : Kelender perniagaan/pasaran Jawa

Desa/Kec : Wonocolo/Kedewan Kabupaten/Provinsi : Bojonegoro/Jawa Timur

HARI/PASARAN PASAR PERDAGANGAN

1 Pon Pasar Senori Hasil pertanian, perkebunan, ternak kambing, sembako, dll 2 Wage Pasar Malo Hasil bumi (pertanian, perkebunan, ternak) sembako, dll.

3 Kliwon Pasar Senori Hasil bumi (pertanian, perkebunan, ternak), sembako, dll 4 Legi Pasar Malo Hasil bumi (pertanian, perkebunan, ternak), sembako, dll 5 Pahing Pasar pahing Malo Hasil bumi (pertanian, perkebunan) sembako

Sumber: Kajian Partisipati Desa Wonocolo 2023

(28)

Halaman 27 dari 67

Tabel 23. Kalender musim tradisi bulan Jawa masyarakat desa Wonocolo Kajian desa : Kalender musim tradisi bulan Jawa

Desa/Kec : Wonocolo/Kedewan Kabupaten/Provinsi : Bojonegoro/Jawa Timur

MUSIM /MONGSO KEGIATAN TEMPAT

1 Suro - Ritual soro/ tolak bala Depan balai desa

2 Safar - Musim hajatan Seluruh desa

3 Mulud - Mauludan Balai desa, mushola, masjid, lapangan 4 Ba’da Mulud - Musim hajatan Seluruh desa

5 Jumadil Awal ( Tidak ada ) -

6 Jumadil Akhir - Musim hajatan Seluruh desa

7 Rajab - Rejeban, puasa rejeb Mushola, masjid, balai desa 8 Ruwah - Ziarah ke makam lelulur Makam desa

9 Poso - Puasa Ramadhan, Oklik Keliling kampung

10 Sawal - Silaturahmi Masjid, balai desa

11 Selo / Longkang (tidak ada) - 12 Besar - Haji, Kurban, Musim hajatan Masjid

Sumber: Kajian Partisipati Desa Wonocolo 2023

Analisa : Dari kalender musim bulan Jawa tersebut tergambarkan bentuk-bentuk budaya spiritual yang masih dilestarikan. Bentuk-bentuk spiritual tersebut syarat akan nilai-nilai luhur termasuk dalam hal ini nilai-nilai pelestarian lingkungan. Dalam konteks penanggulangan bencana, Nilai pelestarian lingkungan ini salah satu strategi utama. Karenanya apabila bentuk-bentuk budaya spiritual diatas diangkat serta dimajukan dalam aksi penanggulangan bencana, akan lebih diterima sebagai bagian tradisi yang telah mandarah daging.

Sementara kalender pasaran/perniagaan Jawa diatas juga menggambarkan bentuk kearifan lokal dalam rangka distribusi serta pemerataan ekonomi. Dalam konteks membangun ketangguhan masyarakat desa, dengan adanya pemerataan ekonomi ini akan mendukung pada upaya menjalin Kerjasama antar desa atau Kerjasama Kawasan.

(29)

Halaman 28 dari 67

Tabel 24.. Analisa Trend/kecenderungan Desa Wonocolo Kajian desa : Trend/Kecenderungan

Desa/Kec : Wonocolo/Kedewan Kabupaten/Provinsi : Bojonegoro/Jawa Timur

Kurun waktu Jenis (tahun) Kecenderungan

1970an 1980an 1090an 2000an 2010an 2020

Budidaya kelapa   

  

Budidaya pisang   

 

 

 



Budidaya padi     

Budidaya kluwih     

Buddidaya pucung      

Budidaya kopi  

Ternak sapi 

 

 

 





Ternak kambing    





Kendaraan pribadi   



 



Angkutan antar desa  

 

 

Penambangan minyak tradisonal 

 

 

 

 



Banyaknya minyak yg dihasilkan dari sumur minyak



`





 

 

Penggundulan Hutan   

 



Kualitas/Kesuburan tanah 







   

Debit sumber/mata air 

 

 

Kualitas air 

 

 

 

 



Kualitas Udara 







 

 



Trend kejadian longsor   

Cuaca ekstrim (angin kencang)   

Sumber : Kajian Partisipatif Desa Wonocolo 2023

Analisa : Dari Analisa trend diatas tergambarkan berbagai perubahan yangs sifatnya berangsung angsur mengalami trend kenaikan atau penurunan. Dari trend yang berakitan dengan kualitas tanah, debit sumber/mata air dan trend kejadian longsor dapat tergambarkan adanya perubahan iklim juga berdampak di Woncolo. Dalam konteks pengurangan risiko bencana, perubahan iklim ini menjadi salah satu faktor yang mengancam dan meningkatkan kerentanan.

(30)

Halaman 29 dari 67

Tabel 25. Bagan mata pencaharian dan tingkat kesejahteraan desa Wonocolo Kajian desa : Bagan mata pencaharian dan tingkat kesejahteraan

Desa/Kec : Wonocolo/Kedewan Kabupaten/Provinsi : Bojonegoro/Jawa Timur

Kelompok mata

pencaharian Karakteristik/ukuran kesejahteraan Tingkat

kesejahteran Prosen- tase (%) Kelompok pemilik

lahan

& pengusaha

- Punya sapi 2- 6 ekor, Punya kambing 2-20 ekor - Kepemilikan lahan ¼ sd 1 hektar

- Pengusaha tambang minyak,

- Profesi umum; Pengusaha Pemilik sumur minyak, Perangkat desa, pegawai kantor,

Sejahtera 10 %

Kelompok menengah, pengusaha kecil, pegawai negeri, karyawan, pengrajin,

- Punya sapi 1-2 ekor, Punya kambing 1-5 ekor - Kepemilikan lahan 1000 sd 2000 m2

- Profesi umumnya; Pengrajin, pedagang, Mebel, karyawan, pengusaha tambang minyak skala kecil,

- Kepemilikan ladang, memiliki alat produksi; kendaraan angkut, punya alat untuk menambang/mengolah minyak

Pra sejahtera 40%

Kelompok petani kecil, Pekerja tambang minyak, pedagang, penyedia jasa,

- Punya kambing sedikit atau gaduh (memelihara ternak milik orang lain), Ternak ayam kampung, bebek, dll

- Kepemilikan lahan 500 – 1000 m2 - Bekerja di tambang minyak

- Petani kecil yang membudidayakan jagung, palawija

Kurang

sejahtera 40%

Kelompok Buruh tani, pekerja serabutan

- Tidak punya lahan - Biasanya buruh tani

- Biasanya melakukan gaduh (memelihara ternak kambing atau sapi milik orang lain/juragan)

- Tingkat pendidikan rendah

- Pekerjaan serabutan, bekerja di tambang minyak

Kurang

mampu 10%

Sumber : Kajian Partisipatif Desa Wonocolo 2023

Analisa : Dari bagan mata pencaharian diatas menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat di Wonocolo berkaitan dengan kepemilikan lahan, kepemilikan alat produksi serta ternak yang dimilikinya.

(31)

Halaman 30 dari 67

Tabel 26. Transek Desa Wonocolo Kajian desa : Transek/jelajah desa

Desa/Kec : Wonocolo/Kedewan Kabupaten/Provinsi : Bojonegoro/Jawa Timur RT/RW :

- RT 001 / RW 001 - RT 002 / RW 001 - RT 003 / RW 001 - RT 004 / RW 002 - RT 005 / RW 002 - RT 006 / RW 002 - RT 007 / RW 003 - RT 008 / RW 003 - RT 009 / RW 003

ZONA

ANALISA TEGALAN PEMUKIMAN AKSES JALAN TAMBANG

MINYAK TEBING/

PERENGAN HUTAN

Jenis tanah /

jenis air -Tanah kering - Air hujan

& irigasi

-Tanah kering - Air sumur

-Aspal - Paving - Cor

-Lumpur - Air asin &

panas bercampur minyak bumi/bladuk

-Tanah kering

- Berkapur -Tanah kering - Berkapur -

Tingkat Kesuburan/

kejernihan air

- Subur - Subur - - Subur - Subur - Subur

Potensi &

sejarah - Ekonomi

- Tanah pemajakan

- Tempat tinggal -Tempat

ibadah - Sekolah -Bangunan

bersejarah;

Balai desa, Rumah mbah Watah, Gedung SDN 1 Wonocolo -

- Jl. Tunggul manik -Pariwisata

- Sumur tua peninggalan Belanda

- -

Penggunaan

lahan - Bercocok

tanam - Tempat tinggal - Untuk

melakukan aktivitas

- Transportasi

umum - Mata

pencaharian - Bercocoktanam

terasering - Mencari kayu bakar

- Mencari pakan ternak

Status lahan - Milik

pribadi - Milik

pribadi - Milik desa - Milik pemda -Milik negara

- Milik

masyarakat - Milik desa

- Perhutani - Perhutani

Referensi

Dokumen terkait