• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dokumen Tentang AFIKSASI

N/A
N/A
Ratna Sulistyowati

Academic year: 2023

Membagikan "Dokumen Tentang AFIKSASI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

AFIKSASI

Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan mengimbuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks.

Prefiks Infiks Sufiks Kombinasi afiks Konfiks

Asli Serapan Asli Asli Serapan Asli Asli

meN- pra- -el- -an -man memper- ber-an

ke- maha- -em- -i -wan diper- ber-kan

ber- non- -er- -kan -wati memper-kan ke-an

di- swa- -in- -nya -a diper-kan pe-an

peN- tuna- -i keber-an per-an

per- inter- -at kese-an per-kan

ter- anu- -in keter-an per-i

se- dwi- -isme pember-an se-nya

anti- pemer-an me-i

a- penye-an me-an

auto- perse-an me-kan

hetero- perseke-an di-i

homo- epi- mikro- super-

Prefiks (awalan), yaitu afiks yang diletakkan di depan kata dasar.

Infiks (sisipan), yaitu afiks yang diletakkan di dalam bentuk dasar.

Sufiks (akhiran), yaitu afiks yang diletakkan di belakang bentuk dasar.

Konfiks, yaitu afiks yang terdiri atas dua unsur, yaitu di depan dan di belakang bentuk dasar.

Kombinasi afiks (imbuhan gabung), yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan bentuk dasar.

(2)

Ketentuan khusus untuk meN- dan peN-

a. Berubah menjadi me- dan pe- jika bertemu dengan kata dasar berawalan l, m, n, r Contoh: lebur -> melebur -> pelebur

b. Berubah menjadi meng- dan peng- jika bertemu dengan kata dasar berawalan a, e, g, h, i, u, o, k.

Contoh: gambar -> menggambar -> penggambar

c. Berubah menjadi men- dan pen- jika bertemu dengan kata dasar berawalan c, d, j Contoh: cuci -> mencuci -> pencuci

d. Berubah menjadi mem- dan pem- jika bertemu dengan kata dasar berawalan b, f, v Contoh: baca -> membaca -> pembaca

e. Berubah menjadi menge- dan penge- jika diikuti kata dasar dengan satu suku kata.

Contoh: tik -> mengetik -> pengetik.

(3)

FRASA, KLAUSA, DAN KALIMAT 1. Frasa

Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang memiliki makna.

Ciri-cirinya:

- Lebih dari satu kata

- Tidak mengandung predikat (kata kerja) - Menempati satu fungsi gramatikal Contoh:

Buku biru

Perempuan berambut panjang dengan baju berwarna merah 2. Klausa

Klausa adalah gabungan kata yang terdiri dari subjek dan predikat.

Ciri-cirinya:

- Terdiri atas minimal dua kata

- Klausa tidak diakhiri dengan intonasi akhir dan tidak memiliki tanda baca (tanda/intonasi tanya, perintah, maupun berita)

- Mengandung (minimal) subjek dan predikat Contoh:

Ibu sedang memasak Ayah mencuci

Klausa bisa membentuk kalimat jika diakhiri tanda baca akhir.

3. Kalimat

Kalimat adalah gabungan beberapa kata yang sedikitnya mengandung subjek dan predikat.

Ciri-cirinya:

- Bisa terdiri atas lebih dari satu klausa.

- Diawali huruf kapital, diakhiri tanda baca akhir/ penutup.

Membedakan antara klausa dan kalimat Ayah mencuci. (satu kalimat, satu klausa)

Ayah mencuci baju dan ibu pergi ke pasar. (satu kalimat, dua klausa)

(4)

KALIMAT MAJEMUK

 Kalimat majemuk: sebuah kalimat yang memiliki dua pola klausa atau lebih, yang terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat.

 Biasanya ada kata sambung/konjungsi diantara dua klausa tersebut.

A. Kalimat Majemuk Setara

Memiliki klausa bersifat koordinatif, yang artinya klausa yang membentuk kalimat bisa menjadi kalimat sendiri apabila konjungsinya dihilangkan atau dihapus.

Contoh:

Klausa 1: adik bermain bola

Klausa 2: kakak menonton di tepi lapangan

Kalimat majemuknya: Adik bermain bola sementara kakak menonton di tepi lapangan Ketika konjungsinya hilang, masih bisa terbentuk dua kalimat yang bermakna.

B. Kalimat Majemuk Rapatan

Mirip dengan kalimat majemuk setara. Bedanya, subjek dari penggabungan kedua klausa tersebut dijadikan menjadi satu atau dirapatkan.

Contoh:

Klausa 1: Rani membeli buku Klausa 2: Nisa membeli buku

Kalimat majemuk rapatan: Rani dan Nisa membeli buku.

Klausa 1: Rani membeli buku Klausa 2: Rani ke sekolah

Kalimat majemuk rapatan: Rani membeli buku lalu ke sekolah.

C. Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat jenis ini isi dari kalimatnya terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Dari sini kedua klausa yang terdapat dalam kalimat majemuk jenis ini tidak bisa dipisah jika konjunginya dihilangkan.

Contoh:

Lisa sering terlambat karena rumahnya jauh.

Lisa sering terlambat: klausa lengkap

Rumahnya jauh: klausa tidak lengkap karena tidak memiliki subjek

Jika konjungsinya dihilangkan, klausa kedua tidak bisa membentuk kalimat lengkap.

Klausa pertama sebagai induk kalimat, klausa kedua sebagai anak kalimat.

D. Kalimat Majemuk Campuran

(5)

Sama halnya di atas, kalimat ini memiliki induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat dialam kalimat majemuk campuran mampu untuk berdiri sendiri atau termasuk kalimat sempurna, tapi pada kalimat ini klausa kedua digunakan sebagai penjelasan dari klausa pertama.

Contoh:

Klausa 1: kacamatanya mulai rusak

Klausa 2: kacamatanya dibeli tiga tahun lalu

Kalimat majemuknya: Kacamatanya yang dibeli tiga tahun lalu mulai rusak.

Klausa 2 disisipkan sebagai penjelas induk kalimat E.

(6)

KONJUNGSI A. Konjungsi Intrakalimat

Konjungsi yang menghubungkan klausa-klausa dalam satu kalimat.

1. Konjungsi Koordinatif a. Penambahan: dan, serta

Mereka makan dan minum di kantin.

b. Pemilihan: atau

Dia ingin membeli baju berwarna merah atau ungu.

c. Perlawan: tetapi, melainkan

Ayah tidak menyukai daging ayam, melainkan daging sapi.

2. Konjungsi Subordinatif a. Konjungsi Temporal

1) Sederajat

- Untuk kalimat majemuk setara

- Konjungsinya: kemudian, sebelumnya, lalu, sesudahnya, selanjutnya Bersihkan lukamu lalu beri obat.

2) Tidak Sederajat

- Untuk kalimat majemuk tidak setara

- Konjungsinya: ketika, sehingga, sejak, sementara, bila, sebelum, waktu, demi, saat, sambil.

Ibu pergi ke pasar saat hari masih gelap.

b. Syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala

c. Pengandaian: andaikan, sekiranya, seandainya, seumpamanya d. Tujuan: agar, biar, supaya

e. Konsensif: biarpun, meskipun, sekalipun walau(pun), sunguhpun, kendatipun f. Pemiripan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana g. Penyebaban: sebab, karena, oleh karena

h. Pengakibatan: sehingga, sampai (-sampai), maka(-nya) i. Penjelasan: bahwa

j. Cara: dengan 3. Konjungsi Korelatif

baik... maupun...

tidak hanya... tetapi...

entah... entah...

bukan hanya... melainkan...

apakah... atau...

(7)

B. Konjungsi Antarkalimat

Konjungsi antar kalimat adalah kata yang menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya.

1. Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya: biarpun demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu, sesungguhnya demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, dan meskipun demikian/begitu.

2. Konjungsi yang menyatakan lanjutan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya: sesudah itu, setelah itu, dan selanjutnya.

3. Konjungsi yang menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar dari yang telah dinyatakan sebelumnya: tambahan pula, lagi pula, dan selain itu.

4. Konjungsi yang menyatakan kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya:

sebaliknya.

5. Konjungsi yang menyatakan keadaan yang sebenarnya: sesungguhnya.

6. Konjungsi yang menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya: bahkan.

7. Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan keadaan sebelumnya:

namun dan akan tetapi.

8. Konjungsi yang menyatakan konsekuensi: dengan demikian.

9. Konjungsi yang menyatakan akibat: oleh karena itu dan oleh sebab itu.

10. Konjungsi yang menyatakan kejadian yang mendahului hal yang dinyatakan sebelumnya: sebelum itu.

C. Konjungsi Antarparagraf

Kata penghubung yang menghubungkan paragraf sebelumnya dengan paragraf berikutnya. Kata penghubung ini ditandai oleh kata (a) adapun, mengenai serta (b) alkisah, konon.

Kelompok kata penghubung (a) sering digunakan di dalam bahasa Indonesia. Kelompok kata (b) umumnya terdapat pada naskah karya sastra lama.

Referensi

Dokumen terkait