• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan - JENIS-JENIS KALIMAT BERDASARKAN ISINYA PADA PEMAKAIAN BAHASA GAUL DI STATUS BBM MAHA SISWA PBSI UMP ANGKATAN 2012 KELAS A - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan - JENIS-JENIS KALIMAT BERDASARKAN ISINYA PADA PEMAKAIAN BAHASA GAUL DI STATUS BBM MAHA SISWA PBSI UMP ANGKATAN 2012 KELAS A - repository perpustakaan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Relevan

Penelitian mengenai Jenis-jenis Kalimat pada Pemakaian Bahasa Gaul di

Status BBM mahasiswa PBSI UMP angkatan 2012 kelas A berbeda dengan jenis

penelitian sejenis yang telah ada. Untuk membuktikannya, peneliti meninjau dua

penelitian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Mahasiswa tersebut

adalah Waluyaningsih dan Riana. Penelitian Waluyaningsih dilakukan pada tahun

2010 dan penelitian Riana pada tahun 2013. Sedangkan penelitian dengan judul

Jenis-jenis Kalimat pada Pemakaian Bahasa Gaul di Status BBM mahasiswa PBSI UMP

angkatan 2012 kelas A dilakukan pada tahun 2016. Perbedaan penelitian sebelumnya

dapat dilihat sebagai berikut.

1. Penelitian dengan Judul Ragam Bahasa Gaul dalam Wacana Kartu Seluler pada Koran Harian Kompas

Penelitian tersebut dilakukan oleh Waluyaningsih pada tahun 2010 dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian Waluyaningsih bertujuan untuk

mendeskripsikan proses pembentukan ragam bahasa tidak baku (gaul) serta aspek dan efek komunikasi dalam wacana iklan kartu seluler pada koran harian Kompas. Dalam proses pembentukan bahasa gaul dalam wacana iklan kartu seluler pada koran harian

Kompas membahas mengenai: (a) proses nasalisasi “kata kerja aktif – in” untuk

membentuk kata kerja aktif transitif, (b) penghilangan, (c) pemendekan, (d) penggunaan istilah lain, (e) penggantian, (f) pengindonesiaan bahasa asing (inggris

(2)

10

tersebut merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data pada penelitian berupa

kosakata ragam bahasa tidak baku (gaul) yang terdapat dalam wacana iklan kartu seluler pada koran harian kompas. Metode penelitian ada tiga tahap, yaitu: (a) Tahap penyediaan data, (b) Tahap analisisan data, (c) Tahap hasil analisis data. Dalam tahap

penyediaan data metode yang digunakan metode simak teknik sadap dan metode cakap dan teknik lanjutannya yaitu teknik catat. Kemudian metode yang digunakan dalam tahap analisis data adalah metode padan dengan teknik dasar teknik Pilah Unsur

Penentu (PUP). Metode analisis lain yang digunakan adalah metode agih. Teknik dasar yang digunakan dalam metode agih adalah teknik Bagi Unsur Langsung (BUL). Teknik lanjutan metode agih yang digunakan adalah teknik lesap, teknik ganti.

Sedangkan tahap penyajian hasil analisis data, menggunakan metode penyajian informal dan penyajian formal.

Penelitian di atas memiliki perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang

akan peneliti lakukan. Perbedaannya yaitu penelitian yang akan peneliti lakukan

mengenai analisis jenis-jenis kalimat pada pemakaian bahasa gaul di status BBM

Mahasiswa PBSI UMP angkatan 2012 kelas A. Sedangkan penelitian di atas

berkenaan dengan proses terbentuknya ragam bahasa tidak baku (gaul). Serta aspek

dan efek komunikasi ragam bahasa tidak baku (gaul) dalam wacana kartu seluler pada

koran harian kompas. Persamaannya penelitian di atas dengan penelitian yang akan

peneliti lakukan, yaitu sama-sama meneliti tentang ragam bahasa tidak baku (gaul).

2. Penelitian dengan Judul Proses Pembentukan Kata dalam Ragam Bahasa Gaul pada Tabloid Gaul Edisi 15 – 21 Tahun 2012

Penelitian tersebut dilakukan oleh Riana pada tahun 2013 dari Universitas

(3)

11

proses pembentukan kata dalam ragam bahasa gaul pada tabloid Gaul edisi 15 – 21

tahun 2012. Proses pembentukan dalam kata bahasa gaul pada tabloid Gaul membahas

mengenai: (a) nasalisasi “kata kerja aktif – in” untuk membentuk kata kerja aktif

transitif. (b) bentuk pasif 1: “di + Kata Dasar + -in”, (c) bentuk pasif 2: “ke + Kata

Dasar”, (d) penggunaan istilah lain, (e) pengindonesiaan bahasa asing (inggri), (f)

penggunaan bahasa inggris secara utuh, (g) satuan yang lebih ringkas, (h) pemendekan

kata: singkatan, penggalan, akronim, (i) perubahan huruf, (j) sisipan “-ok-“, (k)

penggantian suku kata akhir, (l) nasalisasi kata kerja aktif. Penelitian tersebut

merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data pada penelitian berupa kata ragam

bahasa tidak baku (gaul) yang terdapat dalam wacana tabloid Gaul edisi 15 hungga

edisi 21 tahun 2012. Tahap penelitian ada tiga tahap, yaitu: (a) Tahap penyediaan data,

(b) Tahap analisis data, (c) Tahap penyajian hasil analisis data. Dalam tahap

penyediaan data metode yang digunakan metode pustaka. Kemudian metode yang

digunakan dalam tahap analisis data, menggunakan metode agih. Teknik dasar yang

digunakan dalam metode agih adalah teknik Bagi Unsur Langsung (BUL). Teknik

lanjutan metode agih yang digunakan adalah teknik lesap, teknik ganti. Sedangkan

tahap penyajian hasil analisis data, menggunakan metode penyajian informal dan

penyajian formal.

Penelitian tersebut memiliki perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang

akan peneliti lakukan. Perbedaannya yaitu penelitian yang akan peneliti lakukan

mengenai analisis jenis-jenis kalimat pada pemakaian bahasa gaul di status BBM

Mahasiswa PBSI UMP angkatan 2012 kelas A. Sedangkan penelitian di atas

berkenaan dengan proses pembentukan kata dalam ragam bahasa gaul. Ragam bahasa

(4)

12

di atas dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu sama-sama meneliti tentang

ragam bahasa tidak baku (gaul).

B. Kalimat

1. Pengertian Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap (Putrayasa, 2009: 1). Menurut Alisyahbana, (dalam Putrayasa, 2009: 1), kalimat adalah satuan bentuk bahasa yang terkecil, yang mengucapkan suatu pikiran yang lengkap. Sedangkan menurut Dewi (2009: 3), kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun dan naik. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, keras lemah, disertai jeda, dan akhiri intonasi naik atau turun. Dalam wujud tulisan kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengann tanda baca titik (.), tanya (?), atau seru (!).

Jadi dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil berupa klausa yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap. Kalimat dalam bahasa lisan yaitu satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang, disertai nada akhir turun dan naik. Sedangkan kalimat dalam bahasa tulis adalah suatu kalimat yang dimulai dari huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca. Tanda baca tersebut diantaranya tanda baca baca titik (.), tanya (?), atau seru (!). Pada kalimat yang berwujud tulisan juga dapat digunakan tanda koma (,), titik dua (:) tanda pisah (-).

2. Fungsi Sintaksis Unsur Kalimat

Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang biasa disebut jabatan kata (peran

(5)

13

(Ket) (Achmad, 2015: 185). Sedangkan menurut Dewi (2009: 3), dalam kalimat

terdapat beberapa fungsi sintaksis. Fungsi sintaksis unsur kalimat dapat dimiliki oleh

setiap kalimat. Unsur kalimat tersebut merupakan satuan gramatik dan unsur tersebut

dapat berupa kata, frasa, atau klausa yang membentuk kalimat. Selanjutnya unsur

-unsur dalam kalimat dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Subjek (selanjutnya disebut S)

Menurut Achmad (2015: 185), subjek (S) merupakan bagian kalimat yang

menunjuk pada pelaku, tokoh sosok sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Sebagian besar subjek diisi oleh kata benda, kata kerja, dan

klausa. Subjek kalimat dapat dicari dengan rumus pertanyaan apa atau siapa. Subjek

pada kalimat umumnya terletak di sebelah kiri predikat dan dapat diikuti partikel pun.

Partikel pun mengandung arti menggantikan kata juga, saja, meski, biar, kendati. Partikel pun juga menyatakan aspek bahwa perbuatan mulai terjadi dan untuk

menguatkan atau manyatakan pokok kalimat (Depdiknas, 2007: 920). Pada kalimat,

subjek dapat menjadi objek jika kalimat tersebut dipasifkan (Dewi, 2009: 3). Subjek

yang diisi kata benda sebagai berikut:

Contoh: Ayah membaca koran di teras S (kata benda) P O ket. Tempat

b. Predikat (selanjutnya disebut P)

Menurut Dewi (2009: 5), predikat merupakan unsur yang harus ada dalam

kalimat. Oleh karena itu predikat disebut unsur inti kalimat. Unsur predikat dapat diisi

oleh kata kerja, kata benda, kata sifat, kata bilangan, frasa kerja, frasa benda,

(6)

14

tahu perbuatan yang dilakukan subjek. Predikat dapat dicari dengan rumus pertanyaan

bagaimana, mengapa atau diapakan (Achmad, 2015: 186). Berikut predikat yang

berupa kata kerja yaitu:

Contoh: Aditya sedang membaca buku S P O

c. Objek (selanjutnya disebut O)

Menurut Dewi (2009: 5), objek terletak setelah predikat. Objek wajib hadir

dalam kalimat transitif, dalam kalimat intransitif objek tidak diperlukan. Objek dalam

kalimat aktif akan menjadi subjek dalam kalimat pasif. Objek dapat berupa kata benda

atau frasa benda, dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif dan dapat diganti dengan

pronomina –nya. Letak objek di belakang predikat yang berupa verba transitif, yaitu

verba yang menuntut wajib hadirnya objek. Objek dapat dicari dengan rumus

pertanyaan apa atau siapa terhadap tindakan subjek (Achmad, 2015: 187). Berikut

objek yang berupa kata benda yaitu:

Contoh: Amin meletakkan buku di meja S P O ket. Tempat

d. Pelengkap (selanjutnya disebut Pel.)

Menurut Dewi (2009: 6), pelengkap disebut juga komplemen. Pelengkap pada

dasarnya mirip dengan objek sehingga orang sering mencampuradukkan pengertian

objek dan pelengkap. Objek dan pelengkap sama-sama terletak di belakang predikat.

Pelengkap berupa frasa benda, frasa kerja, frasa sifat, frasa depan, atau klausa.

Pelengkap berada langsung di belakang predikat jika tidak ada objek dan di belakang

(7)

15

subjek dalam kalimat pasif, tidak dapat diganti dengan –nya, kecuali bergabung

dengan preposisi selain di, ke, dari, dan akan. Contoh pelengkap sebagai berikut:

Contoh: Ibu sedang belajar menanam pohon mangga di pekarangan

e. Keterangan (selanjutnya disebut Ket.)

Menurut Dewi (2009: 7), keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling

mudah berpindah tempat. Keterangan dapat berada di akhir, di awal, atau di tengah

kalimat. Kehadiran keterangan dapat bersifat manasuka atau dapat ada atau tidak

dalam kalimat. Keterangan dapat berupa frasa benda, frasa kerja, frasa sifat, atau frasa

depan. Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan pelengkap dan klausa

dalam kalimat (Achmad, 2015:189). Keterangan alat dalam kalimat sebagai berikut:

Contoh: Fahri memotong kertas dengan gunting S P ]O Ket. Alat

Menurut Dewi (2009: 7) keterangan dapat dibagi menjadi sembilan jenis.

Jenisrangan yaitu keterangan tempat, waktu, alat, tujuan, cara, penyerta, perbandingan

atau kemiripan, dan sebab. Sejalan dengan pendapat Dewi, Achmad (2015: 189)

membagi keterangan menjadi delapan jenis, antara lain keterangan waktu, tempat,

cara, alat, alasan/ sebab, tujuan, similatif, dan penyerta. Perbedaan pendapat dua ahli

tersebut hanya pada keterangan similatif. Untuk lebih jelasnya, macam-macam

keterangan menurut Dewi (2009: 7) akan di uraikan sebagai berikut:

1) Tempat

Fungsinya keterangan tempat yaitu untuk memberikan informasi mengenai

tempat terjadinya peristiwa atau keadaan. Keterangan tempat juga berfungsi untuk

(8)

16

berfungsi untuk menerangkan tempat asal atau yang ditinggalkan. Dapat pula

digunakan sebagai jawaban pertanyaan di mana, ke mana, dan dari mana. Makna

keterangan tempat dapat diketahui dengan adanya kata depan di, ke, dari, dalam, pada.

Berikut ini keterangan yang ditandai dengan kata depan di, ke, dari, yaitu:

Contoh: Andre berbicara dengan Ikbal di kamar Ayah pergi ke medan

Ibu dari Manado

2) Waktu

Keterangan waktu berfungsi untuk menginformasikan berlangsungnya sesuatu

dalam waktu tertentu. Keterangan waktu dapat pula berfungsi untuk memberikan

informasi mengenai saat terjadinya peristiwa. Unsur pengisi keterangan waktu bukan

saja menjawab pertanyaan bilamana. Keterangan waktu dapat juga menjawab

pertanyaan sejak bilamana, hingga bilamana, dan berapa lama. Preposisi atau kata

penghubungnya yaitu sebelum, sesudah, selama, sepanjang. Berikut ini keterangan

waktu yang menggunakan kata penghubung sebelum, sesudah, dan sepanjang dalam

kalimat, yaitu:

Contoh: Saudara harus datang ke kantor sebelum pukul 5 Sesudah pukul sepuluh baru boleh pergi

Sepanjang tahun ini banyak terjadi bencana alam di Indonesia

3) Alat

Keterangan alat menjelaskan tentang dengan alat apa seseorang melakukan

sesuatu (Ramlan, 1987: 128). Fungsinya keterangan alat yaitu untuk menyatakan ada

tidaknya alat yang dipakai untuk melakukan suatu perbuatan. Keterangan alat

(9)

17

pertanyaan tersebut, keterangan alat juga dapat menjawab pertanyaan dengan

memakai kata hubung. Preposisi atau kata penghubungnya keterangan alat yaitu:

dengan. Keterangan alat dalam kalimat sebagai berikut:

Contoh: Ikbal memotong kertas dengan gunting Ibu memotong sayuran dengan pisau Ayah memotong bambu dengan golok

4) Tujuan

Keterangan tujuan berfungsinya untuk menunjukkan arah. Di dalam kalimat,

keterangan tujuan dapat juga berfungsi untuk menunjukan jurusan. Adapun fungsi

keterangan tujuan yang lain yaitu untuk menunjukkan maksud perbuatan atau

kejadian. Ciri keterangan tujuan yaitu dapat menjawab pertanyaan untuk siapa, bagi

siapa, kepad siapa. Preposisi atau kata penghubungnya yaitu: agar/ supaya, untuk,

bagi, demi. Contoh kalimat Agar kamu pintar, kamu harus belajar, keterangan

tujuannya yaitu pada kalimat Agar kamu pintar, sedangkan kalimat kamu harus

belajar adalah cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan.

5) Cara

Keterangan cara berfungsi untuk menyatakan jalannya suatu peristiwa dalam

kalimat itu berlangsung. Selain fungsi tersebut, keterangan cara juga dapat digunakan

untuk menjawab pertanyaan bagaimana subjek. Misalnya pada kalimat Pencuri itu

lari dengan cepat. Di dalam kalimat frasa dengan cepat menduduki fungsi keterangan

cara. Buktinya yaitu dapat menjawab pertanyaan bagaimana pencuri itu lari. Preposisi kata penghubungnya keterangan cara yaitu: dengan, secara, dengan cara, dengan jalan.

(10)

18

menggunakan kata penghubung dengan dan secara, sebagai berikut:

Contoh: Pencuri itu masuk ke rumah dengan diam-diam

Secara hati-hati saat menganalisis data

6) Penyerta

Fungsinya keterangan penyerta yaitu untuk menyatakan ada tidaknya orang

yang menyertai orang lain dalam melakukan sesuatu. Dapat dikemukakan bahwa

makna penyerta ditandai oleh kata depan dengan. Selain kata tersebutkata beserta dan

bersama juga digunakan untuk menandai makna ini. Keterangan penyerta dapat

menjawab pertanyaan dengan atau bersama dengan siapa. Preposisi atau kata

penghubung keterangan penyerta yaitu: dengan dan bersama. Berikut ini kaliamt yang

menggunakan keterangan penyerta, yaitu sebagai berikut:

Contoh: Abdul pergi dengan adiknya

Ahmad berlibur ke Jakarta bersama kedua orang tuannya

7) Perbandingan atau kemiripan

Perbandingan atau kemiripan menduduki fungsi keterangan. Fungsinya untuk

menyatakan kesetaraan atau kemiripan antara suatu keadaan. Dapat pula menyatakan

kesetaraan kejadian atau perbuatan dengan keadaan. Selanjutnya dapat menyatakan

kesetaraan kejadian atau perbuatan yang lain. Ada juga perbandingan yang tidak

menunjukan persamaan, dalam hal ini digunakan kata depan daripada. Preposisi atau

kata penghubungnya yaitu: seperti, bagaikan, laksana. Keterangan perbandingan atau

kemiripan dalam kalimat yaitu:

Contoh: Rudi berlari seperti angin

(11)

19

8) Sebab

Jenis keterangan yang terakhir yaitu keterangan sebab. Fungsi keterangan

sebab yaitu untuk menyatakan sebab atau alasan terjadinya suatu keadaan. Keterangan

tersebut di dalam kalimat dapat juga menyatakan kejadian. Selanjutnya keterangan

sebab dapat menunjukan perbuatan yang terjadi. Keterangan sebab dalam kalimat

dapat dicari dengan pertanyaan mengapa atau sebab. Preposisi atau kata

penghubungnya yaitu: karena, sebab. Berikut ini contoh kalimat yang menggunakan

keterangan sebab dengan kata penghubung karena dan sebab, yaitu:

Contoh: Karena perempuan itu, Ahmad rela meninggalkan istrinya

Sebab kecerobohannya tidak memakai helm, maka Martono ditilang polisi

3. Jenis Kalimat Berdasarkan Isinya

Menurut Putrayasa (2009: 19), jenis-jenis kalimat dibedakan berdasarkan 6

hal, yaitu: (a) jenis kalimat berdasarkan isi. (b) jenis kalimat berdasarkan jumlah

klausa. (c) jenis kalimat berdasarkan predikat yang membentuknya. (d) jenis kalimat

berdasarkan sifat hubungan Aktor-Aksi. (e) jenis kalimat berdasarkan struktur internal

klausa utama. (f) jenis kalimat berdasarkan ada tidaknya perubahan dalam

pengucapan. Dalam pembahasan kali ini, peneliti hanya membatasi mengenai jenis

kalimat berdasarkan isinya. Menurut Putrayasa (2009: 19) jenis kalimat berdasarkan

isinya dapat dibedakan atas tiga bagian, yaitu kalimat berita, kalimat tanya dan

kalimat perintah. sedangkan menurut Cook dalam Tariga (2009: 18) menyebut jenis

kalimat berdasarkan isinya dengan istilah kalimat berdasarkan jenis responsi yang

diharapkan dibedakan atas tiga bagian, yaitu kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan

(12)

20

berdasarkan isinya:

a. Kalimat Berita

Kalimat berita adalah kalimat yang mengandung suatu pengungkapaan

peristiwa atau kejadian. Kalimat berita sering juga disebut kalimat pernyataan.

Menurut Dewi (2009: 20) kalimat berita merupakan kalimat yang berisi pemberitaan.

Kalimat berita diakhiri dengan intonasi netral dan nada turun. Dalam kalimat berita

tidak ada unsur yang ditonjolkan. Kalimat berita yaitu kalimat yang dibentuk untuk

menyiarkan informasi tanpa mengharapkan responsi tertentu (Cook dalam Putrayasa,

2009: 19). Sedangkan menurut Achmad (2015: 208) kalimat berita adalah kalimat

yang isinya memberitahukan sesuatu.

1) Bentuk Penulisan kalimat Berita

Menurut Putrayasa (2009: 20) bentuk penulisan kalimat berita dimulai dengan

huruf kapital di awal kalimat. Sedangkan menurut Achmad (2015: 208) penulisan

kalimat berita biasanya diakhiri tanda titik (.). Pada akhir kalimat digunakan tanda

titik (.). tanda titik (.) berfungsi untuk menunjukan kalimat tersebut sudah selesai.

Misalnya pada kalimat “Anak itu bermain bola.” Kalimat tersebut merupakan kalimat

berita, karena berisi pemberitaan ada anak yang bermain bola. Bentuk penulisan

kalimat berita tersebut di awali huruf kapital pada kata Anaknya. Di akhir kalimat berita itu di akhiri tanda baca titik (.). Bentuk penulisan kalimat berita yang lain

sebagai berikut:

Contoh: Korban Lapindo blokir rumah Ical.

Aksi premanisme terjadi di kota-kota besar.

(13)

21

2) Struktur Kalimat Berita

Menurut Putrayasa (2009: 20), kalimat berita dipisahkan menjadi dua struktur,

yaitu struktur utama dan struktur variasi atau struktur inversi. Struktur utama kalimat

berita mengikuti hukum D-M. Hukum D-M (singkatan dari diterangkan

-menerangkan) menyebutkan bahwa baik dalam kata majemuk maupun dalam kalimat,

segala sesuatu segala yang menerangkan selalu terletak di belakang yang diterangkan.

Sedangkan struktur inversinya dibagi menjadi dua, yaitu struktur inversi total dan

struktur inversi sebagian. Untuk lebih jelas tentang struktur kalimat berita, berikut

pemapaparannya, yaitu:

a) Struktur Utama

Penyusunan frasa-frasa pada struktur utama ini mengikuti hukum D-M

(Diterangkan-Menerangkan). Artinya, frasa yang dianggap penting akan didahulukan

dari frasa yang dianggap kurang penting. Berdasarkan hukum D-M tersebut, terdapat

beberapa struktur utama dalam bahasa Indonesia, yaitu: (1) Subjek-Predikat (S-P),

contoh: Gubernur itu diperiksa. (2) Subjek-Predikat-Objek (S-P-O), contoh: Ketua

DPRD menerima usulan itu. (3) Subjek-Predikat-Objek-Keterangan (S-P-O-K),

contoh: Kepala Sekolah mengumumkan berita itu tadi pagi.

b) Struktur Variasi atau Struktur Inversi

Struktur variasi atau struktur inversi dibedakan atas dua bagian, yaitu: Struktur

inversi total dan struktur inversi parsial atau sebagian. Inversi total terjadi kalau frasa

predikat secara keseluruhan mendahului subjek. Sedangkan struktur inversi parsial

(14)

22

mendahului subjek. Jadi struktur inversi parsial atau sebagian terjadi apabila predikat

pada kalimat tetap berada di belakang subjek. Berikut adalah struktur variasi atau

struktur inversi di dalam kalimat, yaitu:

Contoh struktur inversi total: Bawa bibit itu kemari P S Ket

Contoh struktur inversi parsial: Dengan sangat keras Andi menangis O S P

b. Kalimat Tanya

Menurut Putrayasa (2009: 26), kalimat tanya adalah kalimat yang mengandung

suatu pertanyaan kepada orang lain. Ahli lain mengatakan bahwa kalimat tanya adalah kalimat yang berisikan pertanyaan seseorang kepada orang lain dengan tujuan untuk memperoleh jawaban dari pihak yang ditanya (Dewi, 2009: 21). Sedangkan menurut

Achmad (2015: 210) kalimat tanya adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang yang bertujuan untuk memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) tentang masalah yang diharapkan. Kata tanya yang dipergunakana yaitu bagaimana, di mana, berapa, kapan, dan lain-lain.

1) Bentuk Penulisan kalimat Tanya

Menurut Putrayasa (2009: 27), penulisan kalimat tanya dimulai dengan huruf

kapital. Kemudian di akhir kalimat tanya menggunakan tanda tanya (?). Tanda baca

tanya (?) digunakan untuk menggantikan intonasi tanya. Sedangkan menurut Achmad

(2015: 210) menyatakan bahwa kalimat tanya diakhiri dengan tanda tanya (?).

Misalnya pada kalimat “Di mana rumahmu?”. Kalimat tersebut merupakan kalimat

(15)

23

akhir kalimat terdapat tanda baca tanya (?). Kalimat tanya yang lain sebagai berikut:

Contoh: Apa Saudara seorang mahasiswa? Bagaimana cara menggunakan alat ini?

2) Struktur Kalimat Tanya.

Menurut Putrayasa (2009:27), membedakan struktur kalimat tanya menjadi 6 (enam) struktur, yairu: a) Struktur kalimat berita (KB) + intonasi tanya, contoh kalimatnya yaitu: Mereka bercerai? . b) Struktur inversi kalimat berita (KB) +

intonasi tanya, contoh kalimatnya yaitu: Berceraikah mereka?. c) Struktur kalimat berita (KB) + kata tanya “apa”, contoh kalimatnya sebagai berikut: Apakah buku ini dipinjamkan?. d) Struktur pengganti unsur kalimat berita (KB) dengan kata tanya,

contoh kalimatnya sebagai berikut: Kepada siapakah Gadis memberikan surat itu?. e) Struktur frasa, contoh kalimatnya yaitu: Gaun itu, siapakah perancangnya?. f) Struktur kalimat langsung, contoh kalimatnya sebagai berikut: Pukul berapakah ayah berangkat?. Tanya Bagus

c. Kalimat Perintah

Menurut Putrayasa (2009: 31), kalimat perintah adalah kalimat yang isinya

menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki. Ciri-ciri kalimat

perintah adalah mempergunakan intonasi perintah, diakhiri dengan nada naik pada

akhir kalimat. Kata kerja yang dipakai untuk mendukung isi perintah biasanya

merupakan kata dasar, mempergunakan partikel pengeras –lah. Dalam bentuk tulis

kalimat perintah diakhiri dengan tanda seru (!). Kalimat perintah dapat berisi

permohonan, ajakan, persilaan, larangan, ejekan, atau harapan (Dewi, 2009: 22).

(16)

24

bertujuan memberikan perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Berikut

ini beberapa kali mat perintah yang lain, yaitu:

Contoh: Buanglah sampah itu Belajarlah hingga pandai Cuci piring itu

1) Bentuk Penulisan Kalimat Perintah

Menurut Putrayasa (2009: 31) bentuk penulisan kalimat perintah dimulai dengan huruf Kapital. Sedangkan di akhir kalimat perintah menggunakan tanda titik

(.) atau tanda seru (!). Sedangkan menurut Achmad (2015: 207), menyatakan bahwa dalam penulisannya kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru (!). Tanda

baca seru digunakan untuk mengganti intonasi perintah. Misalnya pada kalimat “Tutuplah pintu itu !”. Bentuk penulisan pada kalimat tersebut yaitu diawali huruf kapital pada kata “Tutuplah”. Selanjutnya pada contoh kalimat tersebut diakhiri dengan tanda baca seru (!). Bentuk penulisan kalimat perintah yang lain sebagai berikut:

Contoh: Berikan buku ini kepadanya kalau dia datang ! Tanamkanlah modalmu di perusahaan ini !

Mandilah sekarang!

Berjuanglah hingga berhasil!

2) Struktur Kalimat Perintah

Kalimat perintah menggunakan kalimat berita sebagai sumber strukturnya

ditambah dengan intonasi perintah. Menurut Suparman (dalam Putrayasa, 2009: 31),

kalimat perintah mempunyai kemungkinan struktur sebagai berikut: (1) Struktur

Subjek-Predikat (S-P), contoh: kalian beristirahat saja dulu !. (2) Struktur Keterangan

(17)

25

perasaannya !. (3) Struktur Predikat-Objek (P-O), contoh: Buanglah sampah itu !. (4)

Struktur Predikat (P), dalam struktur ini yang digunakan hanya predikat, dari struktur

predikat yang paling lengkap hingga tinggal predikatnya saja. Struktur P, merupakan

struktur yang paling tepat, karena subjeknya orang kedua (kamu) yang tidak

disebutkan. Sesungguhnya penyebutan orang kedua tidak perlu lagi, karena sudah

cukup jelas (Putrayasa, 2009: 32), contoh: Kerjakanlah !. (5) Struktur Oleh – Kamu,

struktur kalimat perintah ini hanya memperjelas pelakunya saja, yaitu orang kedua,

contoh: Bacalah oleh kamu buku ini !. (6) Struktur Jangan dan Tidak, struktur kalimat

perintah jangan dan tidak juga disebut kalimat larangan. Kata larangan jangan dan

tidak mempunyai fungsi yang berbeda. Kata jangan digunakan untuk melarang

melakuka sesuatu bagi lawan bicara yang kedudukannya lebih rendah daripada

pembicara. Sementara kata tidak digunakan untuk melarang melakukan sesuatu bagi

lawan bicara yang kedudukannya lebih tinggi daripaada pembicara, contoh: Jangan

tidur !. (7), contoh: Biarlah mereka mengatasi persoalan itu !.

C. Bahasa Gaul

1. Pengertian Bahasa Gaul

Bahasa Indonesia yang digunakan dikalangan anak remaja yang lebih dikenal

dengan istilah ABG (Anak Baru Gede) Indonesia saat ini sangat berbeda dengan

bahasa Indonesia yang baik dan benar. Menurut Mastuti (2008: 37), bahasa gaul

adalah bahasa yang tidak mengikuti kaidah dan aturan yang berlaku. Ketidakbakuan

bahasa gaul tersebut tercermin dalam kosa kata, struktur kalimat dan intonasi. Ragam

bahasa gaul memiliki ciri khusus seperti singkat, lincah, dan kreatif. Kata-kata yang

(18)

26

melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang lebih pendek.

Sedangkan menurut Lumintaintang dalam Mastuti (2008: 38), bahasa gaul lebih

cenderung memilih ragam santai, sehingga tidak terlalu baku.

2. Pembentukan Bahasa Gaul

Ada banya cara untuk menciptakan bahasa gaul, dari yang paling standar

sesuai aturan-aturan tertentu sehingga mudah untuk dipelajari. Tidak hanya itu, bahasa

gaul juga dapat dibentuk dari istilah-istilah baru yang sangat asing dan bahkan tidak

terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Pembentukan kata dalam

bahasa gaul tidak memiliki rumus yang tetap dan dapat berubah seiring perkembangan

bahasa para pemakai bahasa tersebut. Bahasa gaul bersifat terbuka dalam menerima

istilah-istilah baru, oleh karena itu setiap istilah dalam bahasa gaul tidak bertahan

lama sesuai perkembangan zaman dan kalangan penutur bahasa tersebut. Bentuk

bahasa gaul akan diuraikan lebih lanjut menururut dua ahli untuk saling melengkapi,

yaitu sebagai berikut:

a) Pembentukan Bahasa Gaul Menurut Indari Mastuti

Menurut Mastuti (2008:56) ada sebelas peraturan dalam membentuk bahasa

gaul, yaitu: 1) Proses nasalisasi kata kerja aktif + in untuk membentuk kata kerja

transitif aktif, contoh: pikir menjadi mikirin. 2) Bentuk pasif 1: di + kata dasar + in,

contoh: dua menjadi diduain. 3) Bentuk pasif 2: ke + kata dasar, contoh: timbang

menjadi ketimbang. 4) Penghilangan huruf (fonem) awal, contoh: habis menjadi abis.

5) Penghilangan huruf “h” pada awal suku kata bentuk baku, contoh: tahu menjadi

(19)

27

kasih menjadi makasih. 7) Penggunaan istilah lain, contoh: cantik menjadi kece. 8)

Pengganti huruf “a’ dengan “e”, contoh: benar menjadi bener. 9) Pengganti diftong

“ au” dengan “o” dan “ai” dengan “e”, contoh: kalau menjadi kalo. 10)

Pengindonesiaan bahasa asing (Inggris), contoh: sorry menjadi sori. 11) Penggunaan

bahasa Inggris secara utuh, contoh: friend, what

b) Pembentukan Bahasa Gaul Menurut i Dewa Putu Wijana

Sebagian besar kata-kata yang digunakan dalam bahasa gaul sudah dikreasikan

atau diubah maknanya oleh para pemakainya. Pengubahan tersebut bertujuan untuk

memenuhi berbagai kepentingan tertentu. Kepentingan tersebut seperti untuk menjalin

keakraban, melucu, menyindir, merahasiakan, dan sebagainya. Menurut Wijana (2010:

54), dari sekian banyak kata-kata bahasa gaul remaja yang telah mengalami perubahan

makna, jenis-jenis relasi hubungan bentuk dan makna yang dinyatakan dapat

dibedakan menjadi dua, yakni singkatan dan akronim. Kedua pembentukan bahasa

gaul tersebut diuraikan lebih lanjut sebagai berikut:

1) Singkatan

Menurut Wijana (2010: 18) singkatan adalah pemendekan yang tidak dapat

dibaca sebagai kata biasa. Singkatan dapat dibentuk dengan bermacam-maacam cara,

dan hasilnya adalah bentuk-bentuk pendek yang di dalam bahasa gaul diberi makna

yang bermacam-macam. Satuan ekspresi bahasa gaul cukup banyak yang dikreasikan

dengan singkatan yaitu: (1) Singkatan huruf awal (abreviasi), contoh: BOS artinya

bekas orang susah. (2) Singkatan huruf awal diganti dengan angka, contoh: D3 artinya

(20)

28

merepresentasikan kata, contoh: Dit4 yang artinya di tempat. (4) Singkatan berupa

kata, contoh: BGT artinya banget (sangat, sekali). (5) Satu kata mungkin disingkat

dengan satu huruf, sedangkan kata yang lain disigkat dengan beberapa huruf, contoh:

MBGT artinya mahal banget.

2) Akronim

Berbeda dengan singkatan yang dibentuk dengan representasi huruf awal frasa,

atau beberapa huruf yang ada dalam kata. Menurut Wijana (2010: 21) akronim adalah

bentuk dari gabungan suku pembentuk frasa sehingga memungkinkan diucapkan

seperti kata biasa. Sering kali di dalam akronim berlaku aturan yang sangat longgar.

Dari kelonggaran tersebut sehingga bagian-bagian yang digabungkan tidak selalu suku

kata satuan yang direpresentasikan. Kelonggaran inilah yang menyebabkan akronim

sebagai satuan ekspresi yang paling besar jumlahnya dibandingkan dengan satuan

ekspresi yang lain. Adapun contoh akronim bahasa gaul yaitu:

a. Duren artinya duda keren b. Gimrong artinya gigi mrongos c. Hadija artinya hati-hati di jalan

d. Sate kambing artinya saya yang kate kok kamu yang bingung e. Narkoba artinya nasi goreng karo bakwan

Pada contoh (a), (b), dan (c) pembentukan dilakukan dengan penggabungan

suku dengan berbagai kombinasinya, yakni suku awal dengan suku akhir (a) dan suku

awal dengan suku awal (b) dan (c). Dalam (d) dan (e) yang digabungkan tidak persis

suku kata, tetapi memungkinkan pula bagian kata. Misalnya bing dalam (d) mewakili

bingung dan ko serta ba dalam (e) mewakili karo dan bakwan, yang jelas-jelas bukan

suku kata-kata bersangkutan. Dari lima data di atas, terlihat bentuk akronim mungkin

(21)

29

memungkinkan pula dipadankan dengan bentuk-bentuk yang sudah ada sebelumnya

dengan berbagai motivasi atau latar belakang yang tidak mudah diidentifikasikan,

misalnya dengan buah-buahan duren, nama orang Hadija, dan obat terlarang narkoba.

D. BlackBerry

1. Pengertian BlackBerry

BlackBery pertama kali diperkenalkan pada tahun 1995. Saat itu Research In

Motion (RIM) pertama kali mengeluarkan BlackBery berupa 2-way pager yang

dilengkapi dengan keyboard ukuran kecil. Baru pada tahun 1997 BlackBery secara

resmi dikenalkan ke pasaran dan mendapatkan respon yang baik dari masyarakat.

BlackBerry adalah salah satu smart phone canggih yang digunakan untuk

berkomunikasi dengan sesama pengguna BlackBerry. BlackBerry merupakan

gabungan dari fungsi komputer, elektronika, dan wireless. Fungsinya yaitu untuk

bermain game, akses facebook, chatting, mendengarkan musik, menjelajah internet,

dan sebagainya. Penemu BlackBerry yaitu Mike Lazaridis yang ingin membuktikan

impian gurunya dengan menemukan teknologi terbaru dan canggih. Pada awalnya

BlackBerry hanya bisa digunkan untuk sesama pengguna BlackBerry saja. Tetapi

seiring perkembangan zaman, BlackBerry dapat digunakan pada sistem operasi

Android dan IOS (Juju dan Matamaya, (2009: 1).

2. BlackBerry messenger (BBM)

Salah satu keunggulan BlackBerry adalah terdapatnya fitur blackberry

Messenger (BBM). BBM adalah aplikasi chatting yang sudah terintegrasi dengan

(22)

30

dengan menggunakan PIN yang dimiliki. Kelebihan dari BBM dibandingkan layanan

pesan yang lain yaitu dapat menemukan fitur untuk mengirim file dan voice note.

Tidak hanya untuk chatting saja, BBM juga dapat memberikan informasi,

mengungkapkan perasaan dan lain-lain melalui status BBM. Seiring kemajuan zaman,

fungsi BlackBery mungkin akan lebih canggih karena pengaruh perkembangan ilmu

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi aktivitas kelompok : stimulasi persepsi terhadap peningkatan harga diri pada lansia dengan harga diri

different ideas: the denial of the body, which is represented by Maman in Life is Elsewhere and Tereza in The Unbearable Lightness of Being , and the celebration of the

Tujuan utamanya adalah naskah atau dokumen ilmiah yang diterbitkan oleh seluruh unit kerja yang ada di BATAN dapat terkendali sehingga dapat terhindari dari duplikasi judul atau

Transformator sangat berperan penting dalam jaringan distribusi untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk ke kebeban, agar transformator dapat bekerja terus

Padahal petikemas hanya bisa diakses dari atas, yang menujukkan bahwa petikemas yang dibutuhkan lebih dulu loading adalah petikemas dibawahnya sehingga perlu

Komposit montmorillonite-NCC ini dapat digunakan sebagai pengganti karbon aktif dalam proses adsorpsi merkuri pada industri. gas

Distilasi vakum: memisahkan dua kompenen yang titik didihnya sangat tinggi, motede yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari 1

Kesimpulan yang diperoleh yaitu batas maksimal penggunaan tepung daun apu- apu fermentasi dalam pakan benih ikan nilem yaitu 30%, dimana pada penambahan 30% tepung