• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA SLOGAN PADA IKLAN ROKOK DI KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKNA SLOGAN PADA IKLAN ROKOK DI KOTA MAKASSAR"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

FAKHRUL YUSUF 10533762514

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(2)
(3)
(4)

Terakreditasi Institusi B

SURAT PERNYATAAN

Nama : FAKHRUL YUSUF

Nim : 10533 7625 14

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Makna Slogan Pada Iklan Rokok di Kota Makassar

Skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah asli hasil karya sendiri, bukan hasil ciplakan atau dibuatkan orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, 10 Agustus 2020 Yang memberi pengajuan

(5)

Terakreditasi Institusi B

SURAT PERJANJIAN Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : FAKHRUL YUSUF

Nim : 10533 7625 14

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Makna Slogan Pada Iklan Rokok di Kota Makassar Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Mulai dari penyusunan proposal hingga penyelesaian skripsi ini, saya akan mengerjakannya sendiri tanpa tidak dibuatkan oleh siapapun.

2. Dalam penyusunan proposal dan skripsi ini, saya akan melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan dalam penyusunan proposal dan skripsi ini.

4. Apabila saya melanggar perjanjian pada butir 1, 2, dan 3, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 10 Agustus 2020 Yang membuat perjanjian

(6)

vi

menulislah jika kau ingin lebih mengetahui, dan berbagi pengetahuanlah jika kau tak ingin mati.”

– Abd. Rahman Rahim

“Hidup adalah perjalanan, maka berjalanlah untuk kehidupan.” – Dibelantara

karya ini kupersembahkan untuk:

kedua orang tuaku, kakak dan adik kandungku, dan teman hidupku kelak.

(7)

Hambali dan Andi Adam.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud makna slogan iklan rokok yang berada di kota Makassar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah data yang berwujud verba yaitu kata-kata, ungkapan, kalimat yang terkait dengan ragam makna semantik dalam slogan iklan rokok. Sumber dalam penelitian ini diambil dari slogan-slogan iklan rokok pada papan iklan di bahu-bahu jalan kota Makassar. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menjawab semua permasalan yang ada yaitu metode dokumentasi dan metode simak dengan teknik catat. Proses analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam suatu proses yaitu penganalisisan data telah mulai dilakukan sejak pengumpulan data dan dikerjakan secara intensif sampai berakhirnya penelitian.

Dari data yang dikumpulkan terpilih sembilan slogan dari empat produk iklan rokok yaitu A Mild, Class Mild, Surya Pro Mild, dan U Mild. Hasil analisis data dapat disimpulkan dari sembilan slogan iklan rokok di kota Makassar memiliki makna leksikal, gramatikal dan makna kontekstual. Slogan yang mengandung makna leksikal berbentuk kata dasar. Slogan yang mengandung makna gramatikal berbentuk struktur gramatikal yakni frasa, klausa, maupun kalimat. Slogan yang mengandung makna kontekstual berbentuk konteks situasi.

(8)

viii

Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan hidayah dan magfirah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Makna Slogan Pada Iklan Rokok di Kota Makassar” diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Berbekal dari kekuatan dan ridha Allah Subhanahu wa ta’ala semata, maka penulisan skripsi ini dapat terselesaikan meski dalam bentuk yang sangat sederhana. Tidak sedikit hambatan dan rintangan yang penulis hadapi, akan tetapi penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada keberhasilan tanpa kegagalan. Oleh sebab itu, hanya dari pertologan Allah Subhanahu wa ta’ala yang hadir lewat uluran tangan serta dukungan dari berbagai pihak. Karenanya, penulis menghaturkan terima kasih atas segala bantuan dan spiritual yang diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih dan penghargaan teristimewa dengan segenap rasa kasih sayang yang tak terhingga penulis haturkan kepada ayahanda Drs. Muh. Yusuf dan ibunda Rosnaedah atas pengorbanan dan doa yang tak pernah terputus, serta dengan sabar membimbing dan mengajari penulis arti hidup yang sesungguhnya.

(9)

ix selesainya skripsi ini

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. H. Ambo Esse M.Ag., (Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar), Erwin Akib, M.Pd., Ph.D., (Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar), Dr. Munirah, M.Pd., (Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar), dalam penyusunan skripsi ini serta dosen-dosen dan staf-staf Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah mengorbankan waktu, pikiran dan tenaganya demi sebuah intelektualitas mahasiswanya.

Ucapan terimakasih kepada Abd Rahman Rahim yang selalu memberi bantuan dan masukan pada penulis. Egi Juniardi Amir, Ifal Nurbaiska dan Rahmat Hidayat yang tiada bosan-bosannya mengingatkan dan memberi motivasi. Mahayani perempuan kedua yang penulis sayangi (pertama ibu) yang begitu sabar menemani dan memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

Teman-teman sejawat di kampus Universitas Muhammadiyah Makassar khususnya jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan angkatan 2014 yang sudah bersedia saling melukis cerita

(10)

x

Teruntai permohonan maaf penulis atas segala khilaf dan teriring doa semoga Allah Subhanahu wa ta’ala. melimpahkan ridha dan magfirah-Nya kepada mereka.

Akhirnya harapan dan doa penulis, semoga sumbangsih dalam bentuk moril maupun materil dari semua pihak mendapat ridha dari Allah Subhanahu wa ta’ala. dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua, serta bernilai ibadah di sisi-Nya insyAallah amin ya rabbal alamin dan semoga kesalahan atas kekurangan dalam penyusunan skripsi ini semakin memotivasi penulis dalam belajar dan berguna bagi pembaca yang budiman. Untuk itu sangat diperlukan kritik dan saran untuk memperbaiki tulisan ini.

Makassar, 10 Agustus 2020

(11)

xi

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian ... 4 D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka ... 5

1. Penelitian yang Relavan ... 5

2. Bahasa ... 6 3. Makna ... 7 4. Slogan ... 16 5. Iklan... 18 6. Rokok ... 21 B. Kerangka Pikir ... 21

(12)

xii

C. Sumber Data dan Data ... 24

D. Metode Pengumpulan Data ... 25

E. Prosedur Penelitian ... 26

F. Instrumen Penelitian ... 27

G. Teknik Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 29

B. Pembahasan ... 34

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 52

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi untuk mendukung proses interaksi dalam kehidupan manusia. Banyak orang menggunakan bahasa bukan hanya sebagai alat komunikasi lisan, namun komunikasi tertulis juga. Bahasa juga sering digunakan sebagai alat komersial suatu bisnis perusahaan. Salah satu contohnya ialah penggunaan bahasa dalam bidang periklanan.

Iklan merupakan salah satu kegiatan komunikasi. Iklan digunakan sebagai penyampai pesan produsen mengenai suatu produk tertentu dengan tujuan untuk mempengaruhi khalayak(calon konsumen) sehingga mereka tertarik untuk membeli produk yang mereka tawarkan. Iklan merupakan kegiatan komunikasi antara produsen dan khalayak yang bersifat persuasif (mengajak). Pesan produsen disampaikan melalui iklan dalam bentuk bahasa media. Iklan hadir dalam berbagai media, seperti majalah, radio, koran dan televisi. Tanpa disadari, iklan telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dan selalui mewarnai serta berpengaruh dalam kehidupan.

Dunia periklanan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang cukup pesat. Hal ini ditandai dengan adanya beberapa peluang-peluang yang berkembang secara global dalam beriklan. Menurut Morissan (2010: 35) Iklan sebagai salah satu bentuk komunikasi yang bersifat persuasif. Bentuk komunikasi lisan pada periklanan diwujudkan dalam bentuk iklan pada media cetak seperti Koran, majalah, papan iklan, dan sebagainya. Unsur-unsur iklan biasanya dibuat merek dagang, logo, ilustrasi, teks iklan, dan slogan.

Dalam pembuatan iklan, produsen berusaha menyampaikan pesan kepada konsumen dalam bentuk lambang bermakna melalui suatu media, diantaranya yaitu televisi. Lambang makna yang dimaksud adalah bahasa. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam periklanan walaupun masih banyak lagi alat komunikasi yang lain, seperti gambar, warna dan bunyi. Bentuk lambang yaitu bahasa yag digunakan sebagai alat komunikasi dalam

(14)

periklanan memiliki makna tersendiri. Komunikasi yang terjadi adalah pemberitahuan adanya suatu produk atau jasa kepada masyarakat. Sebagian masyarakat tidak akan langsung memahami makna iklan tersebut. Tidaklah mengherankan jika bahasa iklan cenderung diciptakan unik, selalu singkat dan selalu menciptakan kata-kata baru.

Slogan adalah bentuk iklan yang selalu ada, baik iklan media audio maupun visual. Hal ini disebabkan fungsi slogan untuk memberikan daya pikat agar konsumen penasaran dengan produk yang dipasarkan. Selain itu, Makna yang terkandung dalam slogan biasanya gagasan atau informasi yang ingin disampaikan oleh pengiklan melalui slogan kepada konsumen mengenai produk mereka. Peran slogan dalam menghadirkan iklan rokok dapat diharapkan membantu minat konsumen untuk selalu mengingat merek dari produk rokok yang ditawarkan.

Salah satu slogan yang menarik untuk diteliti adalah slogan dari iklan rokok. Keunikan bahasa yang dimiliki oleh iklan rokok yang berbeda dengan iklan kebanyakan layak untuk dikaji lebih mendalam. Makna apa yang terkandung dari bahasa iklan yang tidak biasa digunakan oleh masyarakat.

Berikut contoh slogan iklan rokok yang akan dijadikan objek dalam penelitian :

(1) Class Mild, “Talk Less Do More”

(2) A Mild “Nanti juga Lo Paham Ekspresi Gue”

Slogan dari Class Mild, “Talk Less Do More”. Menghadirkan potret seseorang yang sukses bekerjakeras sehingga menghasilkan sebuah mahakarya. Slogan tersebut dalam bahasa Indonesia berarti “sedikit bicara banyak bekerja”. Kata /berbicara/ pada slogan tersebut dibentuk dari kata dasar /bicara/. Secara leksikal makna kata bicara pada slogan tersebut adalah akal budi, pikiran, berbahasa dan berkata (KBBI Depdiknas, 2002: 40). Setelah kata bicara mengalami proses gramatikal yaitu proses afiksasi melekatnya awalan /ber-/ pada kata bicara menjadi berbicara. Maknanya berubah menjadi makna gramatikal menjadi berbicara yang berarti berkata, bercakap, berbahasa, atau melahirkan pendapat. Sama halnya dengan kata

(15)

bekerja menimbulkan makna melakukan perbuatan (Poerwadarminta, 2011: 578).

Slogan dari rokok A Mild versi mengendarai mobil “nanti juga lo paham ekspresi gue”. Iklan tersebut muncul dalam versi mengendarai mobil. Jika diperhatikan gambar pada papan iklan tersebut tidak berhubungan dengan iklan yang dimaksud. Produk yang diiklankan berupa produk rokok “A Mild” sementara iklan yang dimunculkan berupa seorang pria mengendarai sebuah mobil dengan ekspresi wajah yang serius. Namun berdasarkan konteks situasi kata ekspresi pada slogan tersebut memperlihatkan atau menyatakan maksud dari aktifitas seoarang pria yang mengendarai sebuah mobil nantinya akan kita pahami.

Berdasarkan Keunikan bahasa dari contoh slogan di atas, membuat peneliti memilih masalah slogan iklan rokok untuk dikaji maknanya secara semantik. Mengkaji makna dalam bahasa adalah objek studi sematik. Peneliti memilih masalah makna slogan pada iklan rokok karena bahasa iklan rokok mampu merespon kosumen terhadap iklan tersebut. Hal ini karena, bahasa iklan dalam rokok tidak dapat langsung dipahami, harus dianalisis terlebih dahulu. Meskipun iklan rokok tidak menghadirkan bagaimana cara merokok atau menampilkan wujud rokok berupa gambar pada media. Menariknya adalah setiap bahasa iklan rokok kontradiksi dengan ilustrasi yang ditampilkan dalam iklan. Slogan iklan rokok yang terdapat di wilayah Makassar terletak secara strategis di bahu-bahu jalan kota Makassar yang sering dilewati pengguna lalu lintas menjadi sasaran dalam penelitian ini. Keunikan bahasa iklan rokok dalam setiap slogannya memberikan daya tarik tersendiri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan suatu masalah yakni Bagaimanakah makna slogan yang terdapat pada iklan rokok di kota Makassar?

(16)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mendekripsikan penggunaan makna slogan yang terdapat pada iklan rokok di kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Baik secara teoritis maupun praktis. Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti, serta masyararakat mengenai makna dan pesan yang terdapat pada slogan iklan rokok. b. Sebagai bahan perbandingan untuk memahami makna dari setiap slogan

pada iklan rokok. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dengan data yang akurat bagi penulis, terutama penelitian tentang makna suatu slogan sehingga dapat menambah pengetahuan dalam berbahasa.

b. Bagi Pembaca

Hasil penelitian analisis makna slogan pada iklan rokok dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran kepada masyarakat untuk dapat menafsirkan dan memahami makna slogan pada iklan rokok. c. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian yang lain.

(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian Yang Relevan

Berikut ini adalah penelitian yang relevan dengan objek kajian penelitian ini: Saraswati Kartika Sari, (2014) dengan judul “Analisis Praanggapan pada Slogan Iklan Kendaraan Harian Surat Kabar Solopos Edisi November 2013-Februari 2014”. Penelitian ini menfokuskan pada praanggapan eksistensial, praanggapan faktil, praanggapan leksikal, praanggapan struktural, dan praanggapan konterfaktual. Penelitian ini cukup relevan karena sama-sama meneliti tentang slogan.

Hasil dalam penelitian ini menegaskan bahwa dari 60 data slogan iklan diperoleh 100 praanggapan yang terdiri dari lima jenis praanggapan. Sesaui data, ditemukan 9 data praanggapan eksistensial, 61 data praanggapan faktif, 20 data pranggapan leksikal, 9 data praanggapan structural, dan 1 data praanggapan konterfaktual.

Diah Rahayu Marwati (2014) dengan judul “Analisis Aspek Makna Tujuan pada Slogan Lalu Lintas di Kota Surakarta: Tinjauan Semantik”. Penelitian ini membahas tentang slogan dalam aspek makna tujuan yang terdiri dari makna tujuan imperatif, makna tujuan deklaratif, makna tujuan pedagodis, makna tujuan naratif, dan makna tujuan persuasif. Penelitian ini relevan karena selain sama-sama menganalisis makna slogan juga menggunakan teori yang sama yaitu semantik.

Sri Wahyuni (2010) juga pernah melakukan penelitian terhadap slogan iklan rokok dengan judul “Makna Slogan pada Iklan Rokok di Televisi Swasta di Indonesia”. Ia meneliti mengenai makna leksikal, gramatikal, konotasi dan denotasi pada slogan iklan rokok. Penelitian ini sangat relevan karena membahas tentang makna slogan iklan rokok. Perbedaannya hanya pada data yang dianalisis.

(18)

Hasil analisis disimpulkan bahwa ada lima belas slogan pada iklan rokok ditelevisi swasta yang memunculkan makna berbeda. Tiap-tiap slogan rokok menyampaikan pesan makna yang tersendiri sesuai makna masing-masing yaitu makna leksikal, gramatikal, denotasi, dan konotasi yang merupakan identitas dari produk rokok tersebut.

2. Bahasa

a. Pengertian Bahasa

Kata “bahasa” dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu pengertian. Selama ini kita mengartikan bahasa sebagai alat komunikasi dan itupun tidaklah salah, karena pada dasarnya bahasa merupakan suatu alat. Kridalaksana (1992) dalam Chaer dan Aminuddin mendefenisikan bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.

Beberapa hal menarik yang dapat disimpulkan dari batasan pengertian itu yaitu, (a) bahasa merupakan suatu sistem, (b) sebagai sistem bahasa bersifat arbitrer, (c) sebagai sistem arbitrer, bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi, baik dengan orang lain maupun dengan diri sendiri.

Bahasa bagi sebagian masyarakat tidak lebih dari sekedar alat komunikasi yang mereka peroleh secara tidak disadari, terus berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan (Alwasilah, 2003:55). Namun dibalik hal itu, bahasa yang digunakan di masyarakat, misalnya bahasa iklan setidaknya memberikan pengaruh terhadap masyarakat itu sendiri. Mungkin tidaklah pantas apabila menganggap bahwa bahasa sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja, karena ternyata banyak hal yang istimewa dalam bahasa tatkala mereka dihadapkan pada sejumlah persoalan.

Pateda (1994:3) mendefenisikan bahasa sebagai bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh alat bicara manusia dan harus bermakna. Bahasa adalah alat yang ampuh untuk menghubungkan dunia

(19)

seseorang dengan dunia di luar diri kita, dunia seseorang dengan lingkungannya, dunia seseorang dengan alamnya, bahkan dunia sesorang dengan Tuhannya.

b. Fungsi Bahasa

Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Terdapat tiga fungsi utama bahasa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Berikut fungsi bahasa tersebut:

1. Sebagai Alat Komunikasi

Bahasa merupakan kata-kata yang memiliki makna. Setiap kata memiliki makna dan hubungan abstrak dengan suatu konsep atau objek yang diwakilinya. Melalui bahasa, setiap individu dapat melakukan komunikasi dua arah yang dapat dimengerti oleh masing-masing individu.

2. Sebagai Alat Pemersatu Bangsa

Bahasa berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa karena penggunaannya sebagai alat untuk berkomunikasi. Setiap warga suatu bangsa dapat menyampaikan pemikirannya dengan menggunakan bahasa yang bisa dimengerti. Komunikasi masyarakat dengan menggunakan bahasa yang sama dan dapat dimengerti satu sama lain akan mempersatukan bangsa menjadi lebih kuat.

3. Sebagai Identitas Suatu Suku atau Bangsa

Setiap bangsa atau suku pasti memiliki bahasa yang berbeda-beda, hal ini bisa menjadikan bahasa sebagai identitas dan keunikan tersendiri bagi suatu bangsa atau suku.

3. Makna

1. Pengertian Makna

Istilah semantik tentu tidak akan lepas dari makna, karena makna merupakan objek kajian semantik. Makna yang dimaksud tentunya

(20)

berkaitan dengan makna dari satuan-satuan bahasa, seperti kata, klausa, frasa, kalimat dan wacana.

Semantik adalah ilmu tentang makna. Istilah umum dipakai dalam studi linguistic (Parera,2004:43). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna berarti maksud pembicara atau penulis, pengertian yang diberikan pada suatu kebahasaan. Dengan demikian, makna lebih menyangkut segi dalam ujaran.

Pada dasarnya, makna bermula dari “kata‟ (Aminuddin, 2003:52). Selain bermula dari kata, makna juga memiliki hubungan erat dengan (1) sistem sosial budaya maupun realitas luar yag diacu, (2) pemakai, (3) konteks sosial -situasional dalam pemakaian. Dengan demikian pengertian makna dibatasi sebagai hubungan antara bahasa dan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti (Grice, 1957 dalam Aminuddin, 2003:53).

Pada tahun 1923 muncul buku The Meaning Of Meaning karya Odgen dan Richards yang menekankan hubungan tiga unsur dasar , yakni thought of reference (pikiran, sebagai unsur yang menghadirkan makna tertentu) yang memiliki hubungan signifikan dengan referent (acuan). Pikiran mempunyai hubungan langsung dengan symbol (lambang), tetapi lambang tidak memiliki hubungan langsung dengan acuan, karena misalnya, fonem /u/ menyatakan “besar” seperti didalam bahasa

Indonesia kata gulung (hasilnya besar), bandingkan dengan fonem /i/ menyatakan “kecil” seperti kata giling (hasilnya kecil/halus). Berikut bagan hubungan tersebut.

(21)

Gambar segitiga dasar model Ogden & Richards

Simbol atau lambang adalah elemen linguistik yang berupa kata atau kalimat. Referen atau acuan adalah objek, peristiwa atau proses di dalam dunia pengalaman manusia. Sedangkan pikiran atau konsep adalah apa yang ada didalam otak tentang objek yang diacu oleh simbol.

Bagaimana hubungan antara ketiganya. Pikiran sebagai unsur yang mengadakan sigfinikasi sehingga menghadirkan makna, memiliki hubungan langsung, baik dalam simbol atau lambang maupun dengan referen. Gagasan (referensi) merupakan hasil konseptualisasi hubungan antara simbol dengan referen yang diacu. Sedangkan antara simbol dengan referen terdapat hubungan tidak langsung karena keduanya memiliki hubungan yang bersifat arbitrer. Hubungan antara simbol dan referen selamanya melalui konsep atau pikiran yang berada dalam otak (Suwandi, 2011: 57-58).

Makna ternyata dapat didefenisikan bermacam-macam, tergantung dari sudut manakah kita hendak memandangnya. Makna juga dalam arti luas menyangkut semua hal yang dikomunikasikan dengan bahasa. Blommfield, salah seorang pakar linguistik menyarankan bahwa makna suatu bentuk kebahasaan harus dianalisis dalam batas unsur-unsur penting situasi penutur mengutarakannya. Bentuk situasi tersebut diantaranya (1) rangsangan penutur (2) ujaran (tanggapan penutur dan rangsangan pendengar) (3) tanggapan pendengar (Farida, 2008:40-41).

(22)

2. Ragam Makna

Makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria, yang antara lain berdasarkan jensi semantiknya, nilai rasa, referensi, dan ketepatan makna. Terdapat banyak pendapat mengenai ragam makna. Kridalaksana mengemukakan adanya berbagai ragam makna diantaranya, makna denotatif, makna konotatif, makna hakikat, makna intensi, makna ekstensi, makna kognitif, makna leksikal, makna gramatikal, makna luas, makna sempit, makna pusat (tak berciri), makna referensial, makna kontekstual, makna konstruksi, dan sebagainya. Shipley menyatakan berbagai jenis, yaitu makna emotif, makna kognitif atau makna deskriptif, makna referensial, makna pictorial, makna kamus, makna inti, dan makna ideasional (Suwandi, 2011: 80).

Makna Leksikal Chaer (2009: 60) menyatakan bahwa leksikal adalah bentuk Adjektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon (vokabuleri, kosa kata, perbendaharaan kata). Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna. Makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Karena itu dapat dikatakan makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referensinya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera, atau makna yang sungguh -sungguh nyata dalam kehidupan. Misalnya kata tikus makna lesikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tipes. Makna ini tampak jelas dalam kalimat tikus itu mati diterkam kucing. Kata tikus merujuk kepada binatang tikus, bukan kepada yang lain. Tetapi, kata tikus dalam kalimat “kita perlu membasmi tikus-tikus yang banyak bercokol di instansi pemerintah agar tercipta aparatur Negara yang bersih” , bukanlah makna leksikal.

Bandingkan pula pemakai kata kaki pada kedua kalimat berikut ini: (1) kaki Alfius sakit karena kecelakaan lalu lintas kemarin; (2)

(23)

rombongan pendaki sudah tiba di kaki gunung sejak pukul 17.00 WIB. Kata kaki pada kalimat pertama bermakna leksikal; sedangkan pada kalimat kedua kata kaki digunakan secara metaforis, yakni mempersamakan salah satu ciri makna kata kakidengan yang ada pada kata gunung (Suwandi: 2011: 80). Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa makna leksikal dari suatu kata adalah gambaran yang nyata tentang suatu konsep seperti yang dilambangkan kata itu. Makna leksikal suatu kata sudah jelas bahwa tanpa kehadiran kata itu dalam suatu konteks kalimat. Berbeda dengan makna yang bukan makna leksikal, yang jelas apabila berada dalam konteks kalimat. 1. Makna Leksikal

Chaer (2009: 60) menyatakan bahwa leksikal adalah bentuk Adjektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon (vokabuleri, kosa kata, perbendaharaan kata). Satuan dari leksikon adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna. Makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata.karena itu dapat dikatakan makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan. Misalnya kata tikus makna lesikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tipes.

Makna ini tampak jelas dalam kalimat tikus itu mati diterkam kucing. Kata tikus merujuk kepada binatang tikus, bukan kepada yang lain. Tetapi, kata tikus dalam kalimat “kita perlu membasmi tikus-tikus yang banyak bercokol di instansi pemerintah agar tercipta aparatur Negara yang bersih”, bukanlah makna leksikal.

Bandingkan pula pemakai kata kaki pada kedua kalimat berikut ini: (1) kaki Alfius sakit karena kecelakaan lalu lintas kemarin; (2) rombongan pendaki sudah tiba di kaki gunung sejak pukul 17.00 WIB. Kata kaki pada kalimat pertama bermakna

(24)

leksikal; sedangkan pada kalimat kedua kata kaki digunakan secara metaforis, yakni mempersamakan salah satu ciri makna kata kaki dengan yang ada pada kata gunung (Suwandi: 2011: 80).

Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa makna leksikal dari suatu kata adalah gambaran yang nyata tentang suatu konsep seperti yang dilambangkan kata itu. Makna leksikal suatu kata sudah jelas bahwa tanpa kehadiran kata itu dalam suatu konteks kalimat. Berbeda dengan makna yang bukan makna leksikal, yang jelas apabila berada dalam konteks kalmia.

2. Makna Gramatikal

Makna gramatikal (grammatical meaning, functional meaning, structural meaning) adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah leksem di dalam kalimat. Kridalaksana (dalam Suwandi, 2011: 81) menyatakan bahwa makna gramatikal menunjuk pada hubungan hubungan antara unsur-unsur bahasa dalam satuan-satuan yang lebih besar. Misalnya hubungan antara kata dengan kata yang lain dalam frasa atau klausa.

Makna gramatikal biasa bertentangan dengan makna leksikal. Jika makna leksikal mengacu pada makna kata atau leksem yang sesuai dengan referennya, maka makna gramatikal merupakan makna yang muncul sebagai hasil proses gramatika. Misal, kata presiden dibubuhi konfiks ke-an menjadi kepresidenan yang menyatakan makna ‘’tempat’’ (kepresidenan ’’tempat presiden’’, kedutaan ‘’tempat duta’’).

Demikian pula dengan konfiks pen-an yang dilekatkan pada kata adil menjadi pengadilan yang menyatakan ‘’tempat’’ (pengadilan ‘’tempat mengadili’’). Sebenarnya konfiks ke-an dan semua afiks lainnya tidak mempunyai arti.

Sebuah afiks, baru mempunyai kemungkinan makna gramatika jika sudah berproses dengan sebuah kata. Misalnya, kepresidenan ‘’tempat presiden’’; penyajian ‘’cara menyajikan’’; pembacaan

(25)

‘’melakukan perbuatan membaca’’. Kata kepresidenan, penyajian, dan pembacaan baru mempunyai kepastian makna jika sudah berada dalam sebuah konteks kalimat. Misalnya, kata penglihatan dapat menyatakan ‘’hasil perbuatan‟ dan ‘’alat’’. Kedua kata itu jelas perbedaan maknanya jika sudah digunakan dalam kalimat (Suwandi, 2011: 81-82).

Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa perwujudan makna gramatikal antara bahasa satu dengan bahasa yang lain tidak sama. Setiap bahasa mempunyai alat atau sarana gramatikal sendiri untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal itu.

3. Makna Kontekstual

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kontekstual mengacu pada konteks, yaitu (1) bagian suatu uraian atau kalimat yang mendukung atau menambah kejelasan makna, (2) situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian. Sebuah wacana akan sulit dipahami maknanya, jika kita sendiri tidak memahami konteks keberlangsungan ujaran-ujaran. Untuk memahami sebuah ujaran, harus diperhatikan konteks situasi. Berdasarkan analisis konteks situasi itu, kita dapat memecahkan aspek-aspek non linguistik dapat dikorelasikan.

Konteks menurut Leech (1983:13) adalah latar belakang pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun lawan tutur sehingga lawan tutur dapat membuat interpretasi mengenai apa yang dimaksud oleh penutur pada waktu membuat tuturan tertentu.Sepadan dengan pernyataan tersebut, istilah konteks menurut Mey (1993: 38) adalah situasi lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami (Nadar, 2009:4).Arti atau makna dari sebuah kalimat dapat ditentukan

(26)

setelah memahami konteks. Jika konteks berubah, maka makna ujaran juga dapat berubah.

Dell Hymes (1968: 99) mengemukakan adanya faktor-faktor yang menandai terjadinya peristiwa komunikasi dengan singkatan SPEAKING, yaitu sebagai berikut (Hasan, 2010: 87).

S: Setting atau scene yaitu tempat bicara dan suasana bicara (ruang diskusi dan suasana diskusi).

P: Partisipan yaitu pembicara, lawan bicara dan pendengar. Dalam diskusi, partisipan adalah seluruh peserta diskusi.

E: End atau tujuan yaitu tujuan akhir diskusi.

A: Act yaitu suatu peristiwa ketika seseorang pembicara sedang mempergunakan kesempatan bicaranya.

K: Key yaitu nada suara dan ragam bahasa yang dipergunakan dalam menyampaikan pendapatnya dan cara mengemukakan pendapatnya.

I: Instrumen yaitu alat untuk menyampaikan pendapat. Misalnya secara lisan, tertulis, lewat telepon, dan sebagainya.

N: Norma yaitu aturan permainan yang mesti ditaati oleh setiap peserta diskusi.

G: Genre yaitu jenis kegiatan diskusi yang mempunyai sifat -sifat lain dari jenis kegiatan yang lain.

Konteks pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu; (1) konteks fisik (physicalcontext) yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu komunikasi, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi itu dan tindakan atau perilaku dari para peran dalam peristiwa komunikasi itu; (2) konteks epistemik(epistemic context) atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh pembicara ataupun pendengar; (3) konteks linguistik (linguistics context) yang terdiri atas kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang mendahului satu kalimat atau tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi; (4)

(27)

konteks sosial (social context), yaitu relasi sosial dan latar setting yang melengkapi hubungan antara pembicara dengan pendengar (Hasan, 2011: 60).

Keempat konteks tersebut mempengaruhi kelancaran komunikasi. Ciri-ciri konteks harus dapat diidentifikasi untuk menangkap maksud penutur (Hasan, 2011: 60-61). Awalnya, kita harus memahami pentingnya konteks linguistik (3), karena dengan memahami struktur bahasa dan wujud pemakaian kalimat kita dapat memahami dasar suatu tuturan dalam komunikasi. Namun hal tersebut belum cukup, harus dilengkapi dengan pengetahuan konteks fisiknya (1), yaitu di mana komunikasi terjadi dan apa objek pembicaraannya. Selanjutnya, pengetahuan tentang konteks sosial (4), yaitu bagaimana hubungan antara si pembicara dan si pendengar dalam “lingkungan sosialnya”.Terakhir, pemahaman konteks epistemik (2), yaitu pemahaman yang sama-sama dimiliki oleh pembicara dan pendengar.

Teori kontekstual mengisyaratkan bahwa sebuah kata atau simbol ujaran tidak mempunyai makna jika terlepas dari konteks. Konteks itu sendiri merupakan satu situasi yang terbentuk karena terdapat setting, kegiatan dan relasi. Jika terjadi interaksi antara tiga komponen itu, maka terbentuklah konteks. Parera (2004:228) menyebutkan bahwa setting tersebut meliputi waktu dan tempat situasi itu terjadi. Secara umum yang termasuk setting yaitu (1) unsur-unsur material yang ada disekitar interaksi berbahasa, (2) tempat, yakni tata letak dan tata atur barang dan orang, (3) waktu, yakni pengaturan urutan waktu dalam peristiwa interaksi berbahasa. Makna kontekstual menurut Chaer (2009 :290) adalah makna leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks. Makan konteks dapat pula berkenaan dengan situasinya yakni tempat, waktu dan lingkungan penggunaan bahasa itu.

(28)

Makna kontekstual adalah makna kata yang sesuai dengan konteksnya. Kita perhatikan kalimat-kalimat berikut ini yang samasama menggunakan kata buaya. (1) Penangkapan buaya secara liar dilarang pemerintah. (2) Dia memang terkenal sebagai laki-laki buaya. (3) Dasar buaya, semua orang dirampoknya tanpa pandang bulu. (4) Harga kulit buaya sangat mahal. (5) Daun lidah buaya sebagai bahan pembuatan sampo. (Suwandi, 2011: 84). 4. Slogan

Slogan adalah frasa yang digunakan sebagai ekspresi sebuah ide atau tujuan yang mudah diingat. Kata "slogan" sendiri diambil dari istilah dalam bahasa Gaelik, sluagh-ghairm, yang berarti "teriakan bertempur". Bentuk slogan bervariasi, dari yang tertulis dan terlihat, sampai yang diucap dan yang vulgar. Pada umumnya bentuk retorika sederhananya memberikan ruang untuk menyampaikan informasi yang lebih rinci, selain itu juga disampaikan dalam bentuk ekspresi sosial dari tujuan bersama, daripada proyeksi dari beberapa orang saja. Slogan biasanya menggunakan kalimat persuasif.

Ada beberapa hal yang patut diperhatikan seperti di bawah ini: Slogan diberi ritme, rima, maupun bunyi.

a) Dengan ketiga hal tersebut, slogan bukan sekadar rangkaian kata-kata maupun kata-kata-kata-kata mati dan tidak berbunyi. Intinya, slogan ini menyentuh salah satu indera manusia, khususnya pendengaran. Dengan adanya ritme dan rima, slogan menjadi sesuatu yang tak terlupakan karena memiliki sesuatu (baca: bunyi yang khas). Contoh slogan Bounty, yang berbunyi "The quilted quicker picker upper."

b) Tekankan manfaat utama

Slogan seharusnya menekankan pesan utama dari diferensiasi dari produk maupun merek. Pesan utama ini harus diangkat dengan tegas. Tidak sebaliknya, berkutat dengan kata-kata indah, tapi pesan utama tidak sampai kepada audiens. Slogan merupakan impresi

(29)

pertama audiens. Sekali tersentuh, audiens tidak bakal melupakannya. Contoh slogan Miller Lite yang berbunyi "Great taste, less filling."

c) Sampaikan komitmen perusahaan

Mungkin perusahaan tidak menjual produk maupun layanan yang unik. Namun, slogan tetap diperlukan untuk membedakan dengan perusahaan kompetitor. Slogan didedikasikan untuk layanan pelanggan dan secara khusus memberikan jaminan kualitas dan kepuasan mereka. Misalnya, ada perusahaan lain yang menjual produk yang sama dengan perusahaan kita, sampaikan sesuatu yang berbeda dengan jujur yang akhirnya menimbulkan kepercayaan dalam diri pelanggan. Coontoh slogan Avis yang berbunyi "We're number two, so we try harder.

d) Jujur

Slogan senantiasa mencerminkan bisnis yang ada. Sebab itu, slogan yang hiperbolis bukanlah slogan yang efektif mengingat audiens sekarang cukup sensitif dan peka dengan situasi yang sedang menimpa perusahaan. Audiens sekarang jauh lebih well-informed karena saling terhubung dan dengan gampang mengakses informasi. Sebab itu, bersikap jujur dan realistik menjadi fundamental. Tentu, dengan menunjukkan cara yang elegan dan cerdas. Contoh slogan Visa yang berbunyi "It's everywhere you want to be."

e) Pendek

Slogan yang berdaya bukanlah slogan yang berpanjang kata dan berbelit-belit. Buatlah rangkaian kata yang pendek dengan pilihan kata yang tepat. Idealnya, tidak lebih dari enam sampai delapan kata. Singkat membuat slogan mudah diingat. Contoh slogan Apple yang berbunyi "Think different."

(30)

5. Iklan

Kata iklan didefinisikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai berita pesanan untuk mendorong, membujuk kepada khalayak ramai tentang benda dan jasa yang ditawarkan; iklan dapat pula berarti pemberitahuan kepada khalayak ramai mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang di dalam media massa seperti surat kabar dan majalah (KBBI: 322). Informasi melalui iklan dinilai berpengaruh langsung maupun tak langsung terhadap persepsi, pemahaman, dan tingkah laku masyarakat (Darmawan dalam Djajasudarma, 2006).

Iklan memiliki fungsi untuk menyebarkan informasi tentang penawaran suatu produk, gagasan atau jasa. Keberadaan suatu barang atau jasa diketahui konsumen lewat iklan. Iklan berusaha memberikan informasi tentang keunggulan, kelebihan, manfaat dan sifat yang diberikan barang, jasa atau gagasan yang dimaksudkan atau dianjurkan. Di sisi yang lain iklan merupakan alat persuasi agar konsumen membeli atau menggunakan barang, jasa atau gagasan tersebut. Berbeda dengan sebuah berita dalam suratkabar, iklan tidak sekedar menyampaikan informasi tentang suatu benda atau jasa, tetapi mempunyai sifat "mendorong" dan "membujuk" agar orang menyukai, memilih dan kemudian membelinya.

Dalam proses periklanan terjadi proses yang berkaitan dengan disiplin psikologi; mulai dari tahap penyebaran informasi sebagai proses awal, hingga ke tahap menggerakkan konsumen untuk membeli atau menggunakan jasa adalah suatu proses psikologi. Iklan dapat dikatakan berhasil apabila mampu menggerakan konsumen untuk pertama kali saat melihat penampilan iklan tersebut; rangsangan visual dari penampilan iklan langsung mendapat perhatian dari pemerhati. Proses berikut adalah hadirnya penilaian akhir terhadap isi atau pesan dari iklan, dengan mempertimbangkan perasaan calon konsumen, yang memunculkan tindakan atau sikap sesuai dengan penilaian akhirnya. Fenomena-fenomena sosial-budaya seperti fashion, makanan, furniture, arsitektur,

(31)

pariwisata, mobil, barang-barang konsumer, seni, desain dan iklan dapat dipahami berdasarkan model bahasa (Piliang dalam Djajasudarma, 1995: 27). Pragmatik merupakan tataran yang ikut memperhitungkan manusia sebagai pengguna bahasa.

Iklan sungguh berbeda dengan papan pengumuman biasa. Pengumuman biasa bersifat informatif, sedangkan iklan lebih diarahkan untuk membujuk seseorang atau sekelompok orang agar membeli barang atau jasa yang dikomunikasikan. Iklan membutuhkan suatu alat untuk menyampaikan pesannya tersebut, salah satunya adalah dengan bahasa. Bahasa yang digunakan dalam iklan disebut bahasa iklan (Harlie, 1999: 2)

Adapun pengertian iklan secara komprehensif adalah semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang, jasa secara nonpersonal yang dibayar oleh sponsor tertentu. Secara umum, iklan berwujud penyajian informasi nonpersonal tentang suatu produk, perusahaan, atau toko yang dijalakan dengan kompensasi biaya tertentu. Dengan kata lain, iklan merupakan sebuah promosi barang, jasa, perusahaan dan ide yang harus di bayar sponsor.

a) Jenis Iklan

1) Berdasarkan media yang digunakan

Pembagian secara umum iklan secara teoritik menurut Bittner ada dua jenis Iklan, yaitu:

(a) Iklan Standar.

(b) Iklan Layanan Masyarakat

2) Sementara itu menurut Frank Jefkins secara garis besar iklan dapat digolongkan menjadi tujuh kategori pokok, antara lain:

(a) Iklan Konsumen (b) Iklan Antarbisnis (c) Iklan Perdagangan (d) Iklan Eceran (e) Iklan Keuangan

(32)

3) Iklan Langsung

(a) Iklan Lowongan Kerja

4) Menurut Courtland L. Bovee iklan secara khusus dapat dibagi dalam beberapa kategori, antara lain:

(a) Berdasarkan khalayak sasaran psikografis. (b) Berdasarkan khalayak sasaran geografis.

(c) Iklan internasional, nasional, regional, dan local. (d) Berdasarkan penggunaan media.

(e) Iklan media cetak dan media elektronik. (f) Berdasarkan fungsi dan tujuan iklan.

(g) Iklan produk/bukan produk, iklan komersial/bukan komersial, iklan berdampak langsung/tidak langsung 5) Sementara itu Alo Liliweri juga telah menyusun pembagian

iklannya secara khusus yang meliputi, antara lain: (a) Media above line

Media above the line memiliki beberapa karakter yang khas, antara lain, Informasi yang disebarkan bersifat serempak. Khalayak penerima pesan cenderung anonim. Mampu menjangkau khalayak secara luas. Contoh media ini antara lain Surat Kabar, Majalah, Tabloid, Televisi, Radio, dan Internet.

(b) Media below line

(c) Media below the line adalah iklan yang menggunakan media khusus seperti antara lain leaflet, poster, spanduk, bus stop, point of purchase (POP), stiker, shop sign, flyer, dan baliho.

b) Fungsi Bahasa Iklan

Ciri-ciri bahasa iklan adalah sebagai berikut: 1) Menggunakan slogan

2) Kalimat Persuasif

(33)

6. Rokok

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.

Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung (walaupun pada kenyataannya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi).

Menurut riset Tabacco Atlas Indonesia meraih peringkat satu dunia untuk jumlah perokok aktif di usia 15 tahun. Data tersebut menunjukan sebanyak 62,7 juta jiwa dengan rasio 65% pria di Indonesia merokok, sedangkan 5% perokok merupakan wanita. Peringkat kedua terbanyak yaitu Rusia dengan 60% pria perokok di atas 15 tahun. Peringkat tiga hingga Sembilan, berturut-turut, yaitu China 53%, Filipina 48%, Vietnam 47%, Thailand 56%, Malaysia 44%, India 24%, dan Brasil dengan 22%.

B. Kerangka Pikir

Pikiran sebagai unsur yang mengadakan sigfinikasi sehingga menghadirkan makna, memiliki hubungan langsung, baik dalam simbol atau lambang maupun dengan referen. Makna juga dalam arti luas menyangkut semua hal yang dikomunikasikan dengan bahasa.

Slogan adalah motto atau frasa yang digunakan sebagai ekspresi sebuah ide atau tujuan yang mudah diingat. Bentuk slogan bervariasi, dari yang tertulis dan terlihat, sampai yang diucap dan yang vulgar.

(34)

Iklan berusaha memberikan informasi tentang keunggulan, kelebihan, manfaat dan sifat yang diberikan barang, jasa atau gagasan yang dimaksudkan atau dianjurkan.

Berdasarkan uraian tersebut, sudah tampak kerangka berpikir dalam penelitian ini. Peneliti akan menjaring data dan mendeskripsikan hasil pembedahan makna slogan iklan rokok.

Untuk memperjelas aktivitas penelitian ini, peneliti menggambarkannya dalam bentuk bagan kerangka berpikir sebagai berikut.

Bagan Kerangka Pikir

Kontekstual Gramatikal Leksikal Analisis Semantik Temuan

Makna Slogan pada Iklan Rokok

Gambaran Makna Slogan pada Iklan Rokok di Kota Makassar

Slogan Semantik

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Menurut Azwar (2010: 5) penelitian dengan pendekatan kualitatif lebih menekankan analisisnya terhadap hubungan antar fenomena yang diamati dan menggunakan langkah ilmiah. Penelitian ini bersifat deskriptif karena data yang diperoleh tidak dapat dituangkan dalam bentuk bilangan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian penggunaan bahasa slogan pada teks iklan rokok memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan tujuan penelitian ini. Metode ini meliputi masalah actual dengan jalan mengumpulkan, menyusun, mengklarifikasikan, menganalisa, dan menyimpulkan (Sugiyono, 2009: 39).

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif kualitatif. Artinya, data-data yang telah ditemukan berupa slogan pada teks-teks iklan rokok. Kemudian diidentifikasi dan klarifikasi terhadap makna semantik slogan iklan rokok tersebut. Setelah itu, menyimpulkan hasil pembahasan analsis dengan tujuan untuk mengetahui makna leksikal, makna gramatikal, dan makna kontekstual slogan iklan rokok.

B. Batasan Istilah

Untuk memperoleh gambaran dan memperjelas arah penelitian ini, secara operasional variabel memiliki batasan istilah, yaitu:

1. Iklan didefinisikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai berita pesanan untuk mendorong, membujuk kepada khalayak ramai tentang benda dan jasa yang ditawarkan; iklan dapat pula berarti

(36)

pemberitahuan kepada khalayak ramai mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang di dalam media massa seperti surat kabar dan majalah .

2. Makna pragmatik adalah kajian tentang arti yang disampaikan atau dikomunikasikan oleh pembicara dan diinterpretasikan oleh pendengar. Dengan kata lain, pragmatik mencakupi kajian makna yang dikomunikasikan oleh pengguna bahasa. Arti atau makna yang dikomunikasikan oleh pengguna bahasa melebihi dari makna yang terucap dalam tulisan. Ini berarti pragmatik adalah unit linguistik yang dapat berupa bunyi, kata, frasa, klausa, paragraf, atau bentuk linguistik lainnya.

3. Wacana yaitu : (1) perkataan, ucapan, tutur yang merupakan satu kesatuan; (2) keseluruhan tutur. Dalam hal ini, wacana digambarkan wujudnya dengan keseluruhan tutur yang menggambarkan muatan makna (semantik) yang didukung wacana.

C. Sumber Data dan Data

Data adalah kumpulan informasi yang diperoleh dari suatu pengamatan yang memberikan informasi mengenai keadaan atau persoalan.Sementara itu, sumber data adalah sumber obyek dari tempat mana data bisa diperoleh.

Data dan sumber data merupakan suatu kesatuan dalam penelitian yang tidak bisadipisahkan. Hal ini dikarenakan data-data akan diperoleh melalui sumber data.

1. Sumber Data

Data diperoleh langsung dari hasil pengumpulan penulis berupa slogan iklan rokok. Sumber data dalam penelitian ini adalah slogan iklan rokok yang diambil dari papan iklan di pinggir jalan Kota Makassar selama bulan Juli 2018.

2. Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang berwujud verba yaitu kata, frasa, dan kalimat. Oleh karena

(37)

itu data dalam penelitian ini adalah kata-kata,ungkapan, kalimat yang terkait dengan makna semantik dalam slogan iklan rokok. D. Metode Pengumpulan Data

Metode secara umum diarttikan sebagai proses, cara, atau prosedur yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Metode Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan langkah awal dalam metode pengumpulan data. Studi putaka merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan kepada pencarian data dan informasimelalu dokemn-dokemen, baik dokumen tertulis, foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses penulisan. “Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.” (Sugiyono, 2005 : 83).

2. Metode Lapangan

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Metode dokumentasi, simak dan catat. Hal tersebut dilakukan karena objek dalam penelitian ini merupakan kalimat yang terdapat dalam slogan iklan rokok.

a. Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat, dimana responden bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-harinya . Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiono, 2009:329).

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih kredibel/dapat dipercaya (Sugiono, 2009:329).

(38)

Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi sebagai instrumen penelitian untuk mengumpulkan slogan-slogan pada papan iklan rokok yang tersebar pada papan iklan di pinggir jalan kota Makassar. Pengumpulan slogan dilakukan dengan cara merekam dengan menggunakan camera sehingga data berupa foto. Foto-foto ini kemudian diseleksi dengan cara memilih iklan yang memiliki slogan. b. Metode Simak

Metode simak merupakan metode penyediaan data yang dilakukan dengan cara menyimak penggunaan dan penelitian bahasa. Metode simak adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan menyimak penggunaan bahasa. Dinamakan metode simak karena cara yang digunakan untuk memperoleh data yaitu dengan cara menyimak penggunaan bahasa (Mahsun, 2007 : 29). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data lisan, yaitu data berupa alih kode yang terjadi pada masyarakat. Metode simak merupakan metode yang dilakukan dengan penyimakan, yang disejajarkan dengan metode observasi.

c. Teknik Catat

Teknik catat digunakan sebagai teknik dalam pengumpulan data. Teknik catat adalah mencatat beberapa bentuk yang relevan bagai penelitiannya dari penggunaan bahasa secara tertulis (Mahsun, 2005 : 93). Selanjutnya langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data, yaitu menentukan sumber data.

E. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Mengumpulkan data iklan rokok yang memiliki slogan.

2. Slogan iklan rokok tersebut merupakan iklan rokok di papan iklan yang berada di wilayah Kota Makassar.

3. Waktu penelitian akan dilakukan bulan Juli 2018.

4. Penelitian ini rancang, diteliti dan diujikan keabsahannya oleh peneliti sendiri dengan menggunakan metode dan teknik yang tepat.

(39)

5. Data diambil dengan cara mendokumentasikan seluruh iklan rokok yang berada di bahu jalan dengan menggunakan alat seperti kamera. 6. Data tersebut di catat dalam bentuk kartu data yang telah disiapkan. 7. Data slogan iklan rokok di kota Makassar sangat banyak sehingga

dibatasi pada sembilan iklan rokok dengan berbagai merk yang berada di wilayah Kota Makassar. Iklan rokok dipilih secara acak sehingga mencukupi pada sembilan iklan.

8. Iklan satu merk rokok dapat memiliki slogan iklan lebih dari satu. Namun, tetap dianalisis karena mengingat batasan wilayah yang diambil hanya pada satu kota.

9. Setelah data dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan tiga metode yaitu metode padan intralingual dan metode padan ekstralingual. sedangkan metode triangulasi untuk menguji validitas data tersebut.

10.Penyajian data dalam bentuk informal yaitu menampilkan kemudian menganalisis kata-kata, frasa, atau kalimat dalam slogan iklan rokok. F. Instrumen Penelitian

Kebenaran dan ketepatan data yang diperoleh bergantung pada alat pengumpulan data yang digunakan atau yang biasa disebut instrumen, serta sumber data. Instrumen pada penelitian ini adalah dokumentasi dengan ceklis sedangkan simak dan catat dengan kartu data.

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan ceklis dan kartu data untuk mencatat slogan-slogan iklan rokok.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik identifikasi, semua data yang diperoleh. Data tersebut kemudian dikelompokkan sesuai kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini. Akhirnya data tersebut diolah dan dianalisis untuk menentukan ciri, bentuk dan fungsi penggunaan bahasa dalam iklan rokok yang berdasarkan pada makna slogan. Maka diambil langkah-langkah berikut.

(40)

1. Mengumpulkan iklan

2. Mengelompokkan iklan berdasarkan jenis rokok

3. Menganalisis iklan berdasarkan prinsip makna (berdasarkan skema, implikatur, dan presuposisi).

4. Menentukan pola penggunaan iklan rokok (pola yang digunakan berdasarkan konteks).

(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Data mengenai slogan iklan rokok diambil dari papan iklan rokok di wilayah Kota Makassar. Tujuan dari iklan rokok adalah mengenalkan produk rokok tersebut. Namun, tampilan rokok tidak boleh ditampilkan. Dari data yang dikumpulkan di bulan Juli 2018 terpilih sembilan slogan dari empat produk rokok yaitu rokok Class Mild, A Mild, Surya 12, dan U Mild.

Tabel 4.1 Tabel Data Slogan No Merek Iklan

Rokok Slogan Keterangan

1. A Mild “Nanti juga Lo Paham Ekspresi Gue”

Versi Pria

mengendarai mobil 2 A Mild Karena logika beda tipis

sama loe gila

Versi outbond

3. A Mild Buka-bukaan yang

bukanbukan

Versi wajah Close up

4. A Mild Loe pikir aman itu mapan ? Versi mapan 5. A Mild Berisik gue berisi Versi main gitar 6. Surya 12 Taklukkan Tantanganmu Versi naik motor 7 Surya Pro Mild Main bareng bukan jaim

Bareng

Versi kumpul bersama teman 8 Class Mild Talk Less Do More Versi orang sukses 9 U Mild Sekali percaya tetap percaya Versi janjian di

stasiun kereta

Dengan merujuk teori skema, implikatur dan presuposisi dan pengaplikasiannya ke dalam bahasa teks poster iklan rokok, maka makna pragmatik yang ditemukan sebagai berikut :

(42)

1. Iklan A Mild Versi Pria Mengendari Mobil

Seorang pria mengendarai sebuah mobil dengan ekspresi wajah yang serius, warna mobil yang digunakan adalah warna kuning. Terlihat pada gambar dia sedang mengendarai mobilnya di jalan raya dengan pengeras suara yang berada di atas mobilnya, dan kata “nanti juga lo paham ekspresi gue” yang terletak di bagian bawah gambar dengan kata ekspresi digarisbawahi.

2. Iklan A Mild Versi Outbond

Iklan rokok A Mild versi outbond menampilkan seorang lelaki yang sedang berjalan di atas seutas tali yang terbentang dari ketinggian. Sang lelaki berjalan dengan santai meskipun tanpa alat pengaman apa pun.

(43)

Dengan latar iklan tebing yang curam. Slogan iklan tersebut berbunyi :“KARENA LOGIKA BEDA TIPIS SAMA LO GILA”.

3. Iklan A Mild Versi Wajah Close Up

Iklan rokok A Mild versi wajah close up menampilkan seorang pria yang wajahnya di close up. Membuka mulutnya seolah-olah sedang meneriakan sesuatu. Latar iklan hitam putih dengan bunyi slogan iklan sebagai berikut : “BUKA-BUKAAN YANG BUKAN-BUKAN”.

4. Iklan A Mild Versi Mapan

Iklan rokok A Mild versi mapan diilustrasikan dengan seorang pria yang bergaya dan duduk dengan nyaman di sebuah sofa. Dilatari oleh warna biru polos dengan slogan yang berbunyi : “LO PIKIR AMAN ITU MAPAN ?”.

(44)

5. Iklan A Mild Versi Main Gitar

Iklan rokok A Mild versi main gitar menampilkan seorang laki-laki yang sedang memainkan alat music gitar di atap gedung. Dengan latar matahari di sore hari. Slogan iklan berbunyi : “BERISIK GUE BERISI” 6. Iklan Surya 12 Versi Naik Motor

Iklan rokok surya 12 versi naik motor menampilkan seorang laki-laki yang sedang mengendarai motor di jalan raya pada malam hari. Dengan latar cahaya lampu jalan yang menerangi aspal dan motornya. Slogan iklan berbunyi: “TAKLUKKAN TANTANGANMU”

(45)

7. Iklan Surya Pro Mild Versi Kumpul Teman

Iklan Surya Pro Mild versi kumpul bersama teman menampilkan 4 orang pemuda sedang berkumpul bersama dengan ekspresi ceria. Pemuda tersebut menggunakan pakaian yang santai sambil tertawa bersama, mereke terlhat akrab dan tidak memiliki rasa canggung satu sama lain. Slogan iklan ini berbunyi : “Main Baren bukan Jaim Bareng”

8. Iklan Clas Mild Versi Orang Sukses

Iklan rokok class mild pada gambar berlatar putih dengan warna tulisan biru dan merah yang simple dengan tulisan slogan Talk Less Do more. Selain itu pada bagian samping tulisan talk less do more terdapat logo produk rokok class mild.

(46)

9. Iklan U Mild Versi Stasiun Kereta

Iklan rokok U Mild versi stasiun kereta menampilkan 3 orang laki-laki yang berada di stasiun kereta. 2 orang laki-laki-laki-laki menunggu seorang temannya yang msih berada di jalan, sedang kereta yang akan ditumpangi akan segera berangkat.dan selang beberapa detik kemudian temannya pun datang tepat waktu, Dengan slogan iklan ini sekali percaya tetap percaya. B. Pembahasan

Data slogan iklan Rokok dianalisis dengan dengan ragam makna semantik yang terdiri dari makna leksikal, makna gramatikal, dan makna kontekstual.

Adapun uraiannya sebagai berikut. 1. Analisis Makna Leksikal

Analisis makna secara leksikal diuraikan berdasarkan pada lampiran III. Adapun uraiannya dirincikan sebagai berikut:

a) Iklan Rokok A Mild Versi Pria Mengendarai Mobil

Slogan iklan rokok A mild adalah “NANTI JUGA LO PAHAM EKSPRESI GUE”. Slogan tersebut terdiri atas kata nanti, juga, lo, paham, ekspresi, dan gue

1) Kata nanti memiliki arti :

(a) Waktu yang tidak lama dari sekarang (b) Waktu kemudian; kelak

2) Kata juga meliliki arti :

(a) Selalu demikian halnya (kadang-kadang untuk menekankan kata di depannya)

(47)

(b) Sama atau serupa halnya dengan yang lain atau yang tersebut dahulu

3) Kata Lo memiliki arti : (a) Kamu

(b) Kata seru yang menyatakan heran, terperanjat,dan sebagainya (KBBI, 2002: 712)

4) Kata paham memiliki arti : (a) Pengertian

(b) Pendapat; pikiran 5) Kata ekspresi memiliki arti :

(a) Pengungkapan atau proses menyatakan (memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan, dan sebagainya)

(b) Pandangan air muka yang memperlihatkan perasaan seseorang.

6) Kata gue memiliki arti : (a) Aku

(b) Saya (KBBI, 2002 : 386).

Makna leksikal pada slogan tersebut sesuatu yang disampaikan melalui ekspresi.

b) Iklan Rokok A Mild Versi Outbond

Slogan iklan Rokok A Mild adalah “KARENA LOGIKA BEDA TIPIS SAMA LO GILA”. Slogan tersebut terdiri atas kata karena, logika, beda, tipis, sama, lo, dan gila.

1) Kata Karena memiliki arti:

(a) Kata penghubung untuk menandai sebab atau alasan (b) Disebabkan oleh; lantaran (KBBI, 2002: 523). 2) Kata Logika memiliki arti:

(a) Pengetahuan tentang kaidah berpikir

(48)

3) Kata Beda memiliki arti:

(a) Sesuatu yang menjadikan berlainan (tidak sama) antara benda yang satu dan benda yang lain

(b) Ketidaksamaan

(c) Selisih (KBBI, 2002: 115). 4) Kata Tipis memiliki arti:

(a) Sedikit antara permukaan yang satu dengan yang lain (tentang barang-barang yang pipih)

(b) Kurang tebal (tentang lapisan, cat, dan sebagainya (c) Kurang padat (tentang awan, udara, dan sebagainya) (d) Kurang nyata kelihatan (tentang tulisan tinta dan

sebagainya)

(KBBI. 2002: 1282). 5) Kata Sama memiliki arti:

(a) Serupa (halnya, keadaannya, dan sebagainya), tidak berbeda,

tidak berlainan

(b) Berbarengan, bertepatan

(c) Seimbang; sebanding; setara (KBBI, 2002: 1017). 6) Kata Lo memiliki arti:

(a) Kamu

(b) Kata seru yang menyatakan heran, terperanjat,dan sebagainya

(KBBI, 2002: 712) 7) Kata Gila memiliki arti:

(a) Sakit ingatan (kurang beres ingatannya); sakit jiwa (sarafnya

terganggu atau pikirannya tidak normal)

(b) Tidak biasa; tidak sebagaimana mestinya; berbuat yang bukanbukan (tidak masuk akal)

(49)

(c) Terlalu; kurang ajar (dipakai sebagai kata seru, kata afektif);

uangkapan kagum

(d) Terlanda perasaan sangat suka

(e) Tidak masuk akal (KBBI, 2002: 379).

Makna leksikal pada slogan tersebut sangat berlawanan antara kata logika dan lo gila. Namun, makna secara keseluruhan kalimat slogan adalah Kata logika dan kamu gila disamaartikan. c) Iklan Rokok A Mild Wajah Close Up

Slogan iklan rokok A Mild adalah “BUKA-BUKAAN YANG BUKAN-BUKAN”.Slogan tersebut terdiri atas kata buka-bukaan, yang dan bukanbukan.

1) Kata Buka memiliki arti: (a) Jarak

(b) Antara

(c) Lebar (KBBI, 2002: 182) 2) Kata Yang memiliki arti:

(a) Kata untuk menyatakan bahwa kata atau kalimat yang berikut diutamakan atau dibedakan dari yang lain

(b) Kata yang dipakai sebagai kata pembeda (KBBI, 2002: 1368)

3) Kata Bukan memiliki arti:

(a) Berlainan dengan yang sebenarnya

(b) Kata tanya untuk mengukuhkan isi atau maksud suatu pernyataan yang digunakan sesudah pernyataa itu (KBBI, 2002: 183)

Makna secara leksikal adalah terbuka pada hal yang tidak boleh untuk dibicarakan.

(50)

d) Iklan Rokok A Mild Versi Mapan

Slogan iklan rokok A Mild “LO PIKIR AMAN ITU MAPAN” Slogan tersebut terdiri atas kata lo, pikir, aman, itu, dan mapan.

1) Kata Lo memiliki arti: (a) Kamu

(b) Kata seru yang menyatakan heran, terperanjat,dan sebagainya (KBBI, 2002: 712)

2) Kata Pikir memiliki arti:

(a) Akal budi; ingatan; angan-angan

(b) Kata dalam hati; pendapat (KBBI, 2002: 891) 3) Kata Aman memiliki arti:

(a) Bebas dari bahaya (b) Bebas dari gangguan

(c) Terlindung atau tersembunyi; tidak dapat diambil orang

(d) Pasti; tidak meragukan; tidak mengandung risiko (e) Tenteram; tidak merasa takut atau bahaya (KBBI,

2002: 29). 4) Kata Itu memiliki arti:

(a) Kata penunjuk bagi benda (waktu, hal) yang jauh dari Pembicara

(b) Demikian itu (KBBI, 2002: 456). 5) Kata Mapan memiliki arti:

(a) Mendapatkan atau menemukan tempat (kedudukan, kehidupan)

(b) Mantap (baik, tidak goyah, stabil) kedudukannya (kehidupannya) (KBBI, 2002: 747).

Makna leksikal secara keseluruhan pada slogan tersebut adalah berpikir bahwa keadaan aman bukan berarti hidup mapan.

(51)

e) Iklan Rokok A Mild Versi Main Gitar

Slogan iklan rokok A Mild adalah “BERISIK GUE BERISI” Slogan di atas terdiri dari kata berisik, gue, dan berisi.

1) Kata Berisik memiliki arti : (a) Ribut

(b) Hingar-bingar (c) Ramai

(d) Berasa medengung pada telinga (KBBI, 2002: 144). 2) Kata Gue memiliki arti:

(a) Aku

(b) Saya (KBBI, 2002: 386). 3) Kata Berisi memiliki arti:

(a) Ada isinya (b) Tidak kosong (c) Tidak hampa (d) Berilmu (e) Padat dan kuat

(f) Mengandung, memuat (KBBI, 2002: 459)

Makna leksikal secara keseluruhan adalah keributan membuatku memiliki isi.

f) Iklan Rokok Surya 12 Versi Naik Motor

Slogan iklan rokok surya 12 adalah “TAKLUKKAN TANTANGANMU!” Slogan di atas terdiri dari kata taklukkan dan tantanganmu.

1) Kata takluk memiliki arti:

(a) Mengaku kalah dan mengakui kekuasaan pihak yang dianggap menang; menyerah kalah kepada; tunduk kepada

(52)

2) Kata tantang memiliki arti:

(a) Mengajak berkelahi (bertanding, berperang) menghadapi, melawan

(b) Merasa berkewajiban karena dapat tantangan untuk melakukan sesuatu; sudah di tantang, mendapat tantangan

(c) Ajakan berkelahi (berperang dan sebagainya); hal atau objek yang menggugah tekad untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah; rangsangan (untuk bekerja lebih giat dan sebagainya)

Makna leksikal secara keseluruhan adalah segala sesuatu atau hambatan itu dapat dilalui.

g) Iklan Rokok Surya Pro Mild Versi Kumpul Bersama Teman

Slogan iklan rokok surya pro mild adalah “MAIN BARENG BUKAN JAIM BARENG” slogan di atas terdiri dari kata main, bareng, bukan, jaim, dan bareng

1) Kata main memiliki arti:

(a) Melakukan permainan untuk menyenangkan hati (dengan menggunakan alat-alat tertentu atau tidak) (b) Melakukan perbuatan untuk bersenang-senang (c) Berjudi

(d) Dalam keadaan berlangsung atau mempertunjukan (tontonan dan sebagainya)

(e) Bertindak sebagai pelaku dalam sandiwara (KBBI, 2002: 732).

2) Kata Bareng memiliki arti:

(a) Bersama (KBBI, 2002: 101). 3) Kata Bukan memiliki arti :

(a) Berlainan dengan yang sebenarnya; sebenarnya tidak (dipakai untuk menyangkal)

(53)

(b) Kata Tanya untuk mengukuhkan isi atau maksud suatu pernyataan yang digunakan sesudah pernyataa itu (KBBI, 2002: 183).

4) Kata Jaim memiliki arti:

(a) Jaga image atau jaga citra

Menampilkan pencitraan diri (KBBI, 2002: 459). Makna leksikal secara keseluruhan adalah bersenang-senang bersama bukan saling menampilkan pencitraan diri bersama.

h) Iklan Rokok Class Mild Versi Orang Sukses

Slogan iklan rokok Class Mild adalah “Talk Less Do More” slogan di atas terdiri dari kata talk, less, do, dan more

1) Kata talk memilki arti: (a) Akal budi; pikiran (b) Perundingan

(c) Pertimbangan pikiran; pendapat (d) Berbahasa; berkata

(e) Sedang dipakai untuk bercakap (dalam telepon) 2) Kata less memiliki arti

(a) Belum atau tidak cukup (sampai, genap, lengkap, tepat, dan sebagainya)

(b) Belum atau tidak sama dengan yang seharusnya (c) (dalam perbandingan menyatakan) tidak lebih dari (d) Tidak berapa; sedikit

(e) Sesuatu yang tidak ada (yang menyebabkan tidak lengkap, tidak genap, tidak cukup, tidak sempurna, dan sebagainya)

3) Kata do memiliki arti

(a) Mengerjakan (menjalankan dan sebagainya)

(b) Mengadakan (suatu perbuatan, tindakan, dan sebagainya)

(54)

(c) Melaksanakan; mempraktikkan; menunaikan

(d) Menjadikan (membuat dan sebagainya) berlaku; menjadikan laku

(e) Berbuat sesuatu terhadap (suatu hal, orang, dan sebagainya)

4) Kata more memiliki arti

(a) Lewat dari semestinya (tentang ukuran, banyaknya, besarnya, dan sebagainya)

(b) (ber)sisa; ada sisanya (c) Bertambah; makin

Makna leksikal secara keseluruhan adalah tidak perlu terlalu banyak bicara karena yang penting adalah membuktikannya dalam perbuatan.

i) Iklan Rokok U Mild Versi Janjian di Stasiun Kereta

Slogan iklan rokok U Mild adalah “SEKALI PERCAYA TETAP PERCAYA” slogan di atas terdiri dari kata sekali, percaya, tetap, percaya.

1) Kata sekali memiliki arti (a) Satu kali

(b) Semuanya; sekaligus (c) Suatu waktu

(d) Seluruhnya; tidak ada berkecuali; sama sekali 2) Kata percaya memiliki arti

(a) Mengakui atau yakin bahwa sesuatu memang benar atau nyata

(b) Menganggap atau yakin bahwa sesuatu itu benar-benar ada

(c) Menganggap atau yakin bahwa seseorang itu jujur (tidak jahat dan sebagainya)

Gambar

Gambar segitiga dasar model Ogden & Richards
Tabel 4.1  Tabel Data Slogan  No  Merek Iklan

Referensi

Dokumen terkait

PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN BERSAMA KULIAH KERJA NYATA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN Periode: Reguler LXI Semester Genap Tahun Akademik 2017.. Unit/Kelompok

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh citra merek, kualitas produk, dan promosi terhadap keputusan pembelian minuman Isotonik Pocari Sweat pada Mahasiswa Fakultas

[r]

Keterlaksanaan kegiatan pembelajaran dalam siklus I kegiatan pembelajaran membaca lancar dengan menggunakan media kartu kalimat belum terlaksana dengan baik karena

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan perlakuan (KB,KBC,KBE) tidak berpengaruh pada konsumsi pakan, konversi pakan, bobot akhir, pertambahan bobot badan, bobot potong,

(1) Juru Mudi I, Juru Mudi II, dan Juru Mudi III sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf g, huruf h dan huruf i merupakan pembantu Mualim selama Kapal

sangatlah besar karena jika peningkatan momen nominal yang terjadi tidak disertai dengan peningkatan kemampuan geser, maka akan terjadi kegagalan geser yang

Sumber: BPPT Kabupaten Karanganyar.. Kekurangan SDM yang handal untuk mengembangkan website juga mengakibatkan pihak BPPT belum melakukan inovasi lebih lanjut terkait dengan