• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUSTIN PRATIWI D0109082

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SUSTIN PRATIWI D0109082"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN BERBASIS

WEBSITE PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (BPPT)

KABUPATEN KARANGANYAR

Disusun Oleh:

SUSTIN PRATIWI

D0109082

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Administrasi

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)
(3)
(4)

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

Maka apabila kamu telah selesai,

Kerjakanlah dengan sunguh-sungguh yang lain,

Dan hanya kepada Tuhanmulah kamu berharap

(QS. Al Insyroh : 6-8)

(Abraham Lincoln)

Tantanglah dirimu untuk melakukan sesuatu yang selama ini engkau anggap

dirimu tidak mampu melakukan

(Eleanor Roosevelt)

Tidaklah mudah untuk menjadi ikhlas, tetapi dengan didasari keikhlasan

segalanya akan menjadi lebih mudah

(5)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT karya ini kupersembahkan kepada :

Bapak dan Ibuku tercinta yang selalu memberi doa, kasih sayang, dan

semangat dalam setiap langkah hidupku.

Adik-adikku tersayang yang sudah membantu dalam menyelesaikan tugas

ini.

Sahabat-sahabatku tersayang yang selalu memberi motivasi dan semangat

serta kebersamaannya.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Berbasis Website Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Karanganyar.

Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk meraih gelar Sarjana strata satu (S1) Program Studi Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan banyak pihak. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Drs. Is Hadri Utomo, M.Si selaku Pembimbing Skripsi yang telah memberikan dukungan dan arahan selama penulisan skripsi ini,

2. Ibu Faizatul Ansoriyah, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran selama menempuh masa studi, 3. Bapak dan Ibu Dosen jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Terima kasih atas ilmu yang telah diberikan,

(7)

5. Bapak Yudi Astri Hermawan, ST selaku staf dan pengelola website Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Karanganyar yang telah membantu memberikan data dan informasi,

6. Semua teman-teman AN angkatan 2009 tanpa terkecuali. Terima kasih atas persahabatan, keakraban, dan perhatian kalian.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis selalu terbuka untuk menerima segala kritik dan saran sebagai masukan demi perbaikan skripsi ini.

Surakarta, Februari 2013

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR TAMPILAN ... xii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.1.Rumusan Masalah ... 12

1.2.Tujuan Penelitian ... 13

1.3.Manfaat Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR ... 15

2.1. Tinjauan Pustaka ... 15

2.1.1. Pengertian Pengembangan ... 15

2.1.2. Pengertian SIM ... 17

2.1.3. Komponen SIM ... 20

2.1.4. Sistem Informasi Berbasis Komputer ... 22

2.1.5. Pelayanan Publik ... 29

2.1.6. Sitem Informasi Pemerintah Daerah ... 35

2.1.7. Tantangan Dalam Mengembangkan Sistem Informasi Global ... 43

2.1.8. Pengembangan SIM Berbasis Website... 45

(9)

BAB III METODE PENELITIAN ... 49

3.1. Jenis Penelitian ... 49

3.2. Lokasi Penelitian ... 49

3.3. Jenis Data ... 50

3.4. Tekhnik Penarikan Sampel ... 51

3.5. Tekhnik Pengumpulan Data ... 51

3.6. Validitas Data ... 52

3.7. Tekhnik Analisis Data ... 53

BAB IV PEMBAHASAN ... 55

4.1. Deskripsi Lokasi ... 55

4.1.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karanganyar ... 55

4.1.2. Sejarah Singkat BPPT ... 57

4.1.3. Visi, Misi, dan Motto BPPT ... 60

4.1.4. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi ... 60

4.1.5. Struktur Organisasi ... 62

4.1.6. Uraian Tugas ... 65

4.1.7. Keadaan Pegawai ... 69

4.1.8. Jenis Pelayanan Perizinan ... 73

4.1.9. Sarana dan Prasarana Pendukung Pelayanan ... 74

4.1.10.Jadwal Kerja BPPT Kabupaten Karanganyar ... 76

4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 77

1. Tahap Publikasi ... 82

2. Tahap Interaksi ... 90

3. Tahap Transaksi ... 95

BAB V PENUTUP ... 99

5.1. Kesimpulan ... 99

5.2. Saran ... 100 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 : Interaksi Dalam E-Gov ... 36

Bagan 2.2 : Tahapan Dalam E-Gov ... 38

Bagan 2.3 : Kerangka Pemikiran ... 48

Bagan 3.1 : Skema Model Analisis Interaktif ... 54

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Jenis Pelayanan Perizinan ... 5

Tabel 4.1 : Keadaan Pegawai Berdasar Golongan/Kepangkatan ... 69

Tabel 4.2 : Jumlah Pegawai Berdasar Jenjang Pendidikan ... 70

Tabel 4.3 : Data Pegawai ... 71

Tabel 4.4 : Jenis Pelayanan Perizinan Dengan Dasar Hukum Baru ... 73

Tabel 4.5 : Data Barang Inventaris BPPT Kabupaten Karanganyar per April 2012 ... 75

Tabel 4.6 : Jadwal Kerja BPPT Kabupaten Karanganyar ... 77

(12)

DAFTAR TAMPILAN

Tampilan 1.1 : Standar Pelayanan Minimal (SPM) ... 7

Tampilan 1.2 : Layanan Pengaduan ... 8

Tampilan 1.3 : Blangko Perizinan ... 10

Tampilan 4.1 : Izin Mendirikan Bangunan ... 84

Tampilan 4.2 : Syarat Pengajuan Izin Mendirikan Bangunan ... 84

Tampilan 4.3 : Proses Pengaduan ... 92

(13)

ABSTRAK

Sustin Pratiwi. D0109082. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Berbasis Website Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Karanganyar. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2013.

Pengembangan sistem informasi sudah menjadi suatu hal yang harus dilaksanakan untuk menunjang kinerja suatu instansi. Perkembangan tekhnologi dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan kualitas pelayanan suatu instansi.Dengan kemajuan tekhnologi yang semakin pesat, maka akan semakin banyak kemudahan yang didapat. Sebagai wujud pengembangan di bidang tekhnologi, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Karanganyar melakukan inovasi pelayanan berbasis website.Pelayanan berbasis website ini bertujuan untuk memberi kemudahan bagi para pengguna jasa. Penelitian ini memfokuskan pada pengembangan website di BPPT dan bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengembangan website di BPPT serta kendala yang dihadapi oleh BPPT.

Penelitian ini dilakukan di (BPPT) Kabupaten Karanganyar. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Tekhnik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dengan informan. Validitas data menggunakan tekhnik triangulasi data. Tekhnik analisis data menggunakan model analisis interaktif.

(14)

ABSTRACT

Sustin Pratiwi. D0109082. Development of Web-Based Management Information Systems In BPPT Karanganyar.Faculty of Social and Political Sciences. Sebelas Maret University. Surakarta. 2013.

Development of information systems has become a thing that implemented to support an institution's performance. Technological developments can be fully utilized to improve the quality of . The rapid advance of technology, the more convenience gained. As a form of development in the field of technology, BPPT Karanganyarwas tried to developing website based service inovation. Aims website based service inovation to provide convenience for the users of services. This study focused on the application website at BPPT and aims to determine how the application website at BPPT and the constraints faced.

The research was conducted in BPPT Karanganyar. The type of research is descriptive qualitative. Collecting the data is taken from interviewing the informants. The validity of data is using triangulation. The analysis of data is using interactive data on analysis model.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan salah satu teknologi yang berkembang dengan sangat pesat. Pesatnya perkembangan TIK akan membuka peluang dan tantangan untuk menciptakan (to create), mengakses (to access), mengolah (to process), dan memanfaatkan (to utilize) informasi secara tepat dan akurat. Informasi merupakan suatu komoditi yang sangat berharga di era globalisasi untuk dikuasai dalam rangka meningkatkan daya saing suatu organisasi (termasuk Pemda) secara berkelanjutan. (Hasibuan, 2007, h. 66).

(16)

menuju masyarakat yang berbasis pengetahuan (Knowledge-based Society). (Hasibuan, 2007, h. 66).

Pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah digulirkan oleh pemerintah sejak tahun 2001 yang kemudian dengan Keputusan politik pemerintah yang menetapkan kebijakan desentralisasi melalui Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 jo UU 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, berimplikasi bukan saja bagi daerah-daerah tetapi juga bagi pemerintahan pusat sendiri. Implikasi tersebut terlihat dari perubahan dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah, salah satu perubahan itu adalah pemberian wewenang yang lebih luas dalam penyelenggaraan beberapa bidang pemerintahan terutama terkait dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam hal penyelenggaraan pelayanan publik oleh beberapa pemerintah daerah di Indonesia. Peluang untuk menerapkan e-government dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sangat besar. Peluang tersebut didukung oleh kebijakan pemerintah pusat dengan berbagai kebijakan mulai dari kebijakan yang berupa Undang-Undang sampai keputusan presiden atau keputusan menteri. (Putera dan Valentina, 2010, h. 72).

(17)

3

memperoleh kebebasan dalam akses informasi dan keterlibatan secara langsung dalam seluruh proses pembangunan. Tidak heran jika kekritisan masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik harus mendapat respon dari pemerintah. Pemerintah semakin dituntut profesional, efektif dan efisien dalam penyelenggaraan pelayanan publik, khususnya pelayanan perijinan. Pelayanan yang prima dan consumen oriented akan turut mendukung terwujudnya prinsip good governance.

Untuk penerapan e-government di Indonesia sendiri dibidangi oleh adanya Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government. Walaupun demikian jauh sebelum adanya Inpres No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-government lahir, beberapa pemerintah daerah sudah terlebih dahulu menggagas serta menerapkan sistem pelayanan publik berbasis elektronik atau e-government dalam skala terbatas. Pemerintah Kabupaten Takalar di Propinsi Sulawesi Selatan tampil sebagai daerah pelopor pertama penerapan teknologi informasi atau e-government di tingkat pemerintah daerah. Kabupaten Takalar mulai menerapkan Teknologi Informasi melalui sebuah bentuk sistem yang dinamakan Sistem Pelayanan Satu Atap (SIMTAP) sejak tahun 2000. (Putera dan Valentina, 2010, h. 76).

(18)

beberapa daerah yang sudah mengalami perbaikan dalam manajemen pemerintah daerah dengan penerapan e-government Dalam Mewujudkan Pelayanan Publik Prima yaitu: Kabupaten Sragen Propinsi Jawa Tengah dan Kota Pare-pare Propinsi Sulawesi Selatan. Kedua daerah ini telah menjadi proyek percontohan pelayanan publik yang prima dengan pemanfaatan e-government di Indonesia. Selain di kedua daerah itu pemerintah daerah lain yang sudah menggunakan e-government dalam memberikan pelayanan publik adalah Kota Jogjakarta di Propinsi DIY dan Kabupaten Jembrana Propinsi Bali. (Putera dan Valentina, 2010, h. 77).

Pada Kabupaten Karanganyar sendiri, demi memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan perizinan yang prima, maka dibuatlah suatu mekanisme pelayanan satu atap. Lembaga pelayanan perizinan tersebut dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 23 Tahun 2006 tentang Kantor Pelayanan Terpadu yang kemudian diubah menjadi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dengan dasar hukum Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 3 Tahun 2009. Sebelumnya pelayanan perizinan tersebar di beberapa satuan kerja, dengan dibentuknya BPPT maka pelayanan perizinan terpusat di BPPT sebagai wujud pelayanan satu atap dengan moto Melayani sepenuh hati dan sepenuh waktu . (http://bppt.karanganyarkab.go.id/profil/sambutan-kepala-bppt).

(19)

5

dilaksanakan untuk menunjang kinerja suatu instansi. Perkembangan tekhnologi dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan kualitas pelayanan suatu instansi. Dengan kemajuan tekhnologi yang semakin pesat, maka akan semakin banyak kemudahan yang didapat. Sebagai wujud pengembangan di bidang tekhnologi, BPPT Kabupaten Karanganyar melakukan inovasi pelayanan berbasis website.

Pelayanan berbasis website ini bertujuan untuk memberi kemudahan bagi para pengguna jasa. Kemudahan yang diberikan berupa informasi mengenai jenis-jenis pelayanan hingga layanan pengaduan jika terjadi ketidakpuasan. Berikut adalah data mengenai jenis-jenis pelayanan yang ditawarkan melalui website tersebut.

Tabel 1.1

Jenis Pelayanan Perizinan

No JENIS PERIZINAN & NON DASAR HUKUM WAKTU

PROSES

1. IZIN LOKASI Perda Nomor 12 Tahun

2009 12 Hari

2. IZIN GANGGUAN (HO) Perda Nomor 4 Tahun

2007 12 Hari

3. IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB)

Perda Nomor 19 Tahun

2006 12 Hari

4. IZIN PENGGILINGAN PADI (HULLER)

7. TANDA DAFTAR GUDANG Perda Nomor 9 Tahun

2002 5 Hari Izin Salon Kecantikan, Izin Hiburan Umum, Izin Usaha Rekreasi Dll)

Perda Nomor 20 Tahun

(20)

Insidentil

Di bidang pelayanan non perizinan terdapat akta catatan sipil yang terdiri dari perkawinan, perceraian, kematian, pengakuan dan pengesahan anak, pengangkatan anak, dll. (http://bppt.karanganyarkab.go.id).

(21)

7

Tampilan 1.1

Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Sumber : http://bppt.karanganyarkab.go.id

Berdasarkan tampilan diatas, dapat diketahui apa saja jenis perizinan yang disediakan oleh BPPT lengkap dengan dasar hukum yang mengaturnya dan lamanya waktu proses pelayanan. Masalah yang muncul pada bagian ini adalah waktu proses pelayanan yang ditampilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Beberapa konsumen menunjukkan ketidakpuasan terhadap pelayanan BPPT melalui website tersebut terkait waktu proses pelayanan yang tidak sesuai dengan SPM.

(22)

harus memberikan informasi seputar layanan pada institusinya sehingga masyarakat pengguna layanan tidak kebingungan. Publikasi merupakan hal yang penting karena memuat berbagai macam informasi penting. Informasi tersebut bukan hanya sekedar jenis layanan saja, melainkan informasi seputar BPPT itu sendiri

Website BPPT juga menyediakan layanan pengaduan. Layanan pengaduan ini dapat dimanfaatkan oleh pengguna layanan jika mereka merasa tidak puas terhadap layanan yang diberikan. Selain menerima aduan ketidakpuasan dari pengguna layanan, hal ini dapat juga dijadikan sarana untuk menerima kritik ataupun saran dari pengguna. Sehingga BPPT dapat lebih meningkatkan kinerja instansinya terkait dengan pelayanan tersebut. Berikut ini adalah tampilan layanan pengaduan pada website BPPT.

Tampilan 1.2

Layanan Pengaduan

(23)

9

Pada bagian pengaduan ini akan dijelaskan bagaimana proses pengaduan yang harus dilakukan konsumen. Konsumen dapat menyampaikan kritik, saran, pertanyaan, ataupun ketidakpuasan melalui kolom yang disediakan pada website tersebut. Dilihat dari tingkatan layanan e-government terkait aspek interaksi, BPPT belum memaksimalkan perannya sebagai penyedia layanan. Hal ini dapat diketahui ketika konsumen memberikan pertanyaan, kritik, saran, atau ketidakpuasan terkait pelayanan, pihak pengelola website BPPT tidak segera memberikan tanggapan. Sehingga hal ini memicu ketidakpuasan konsumen.

(24)

Tampilan 1.3

(25)

11

Sumber: http://bppt.karanganyarkab.go.id

Kurang efektifnya pengembangan sistem informasi manajemen berbasis website disebabkan oleh kendala-kendala terkait dengan kurangnya fasilitas, personil, dan prosedur yang masih berbelit-belit. Penggunaan website pada tahap ini masih sebatas pada pemberian informasi saja. Penggunaan dalam bentuk layanan belum dilakukan secara maksimal. Penggunaan website yang maksimal akan membantu mempermudah proses pelayanan.

(26)

secara manual, maka pelayanan akan lebih efektif dan cepat. Hal inilah yang belum dilakukan oleh BPPT.

Dengan terciptanya pelayanan berbasis website, seharusnya pelayanan menjadi lebih efektif. Penggunaan website seharusnya dapat mempermudah konsumen untuk bertransaksi dan melakukan pelayanan. Akan tetapi, yang terjadi tidak demikian. Website BPPT hanya sebatas memberikan informasi saja, namun belum bertindak sampai pada tahap transaksi. Di samping itu, banyak konsumen yang kurang puas dikarenakan informasi yang diberikan tidak sesuai dengan yang terjadi di lapangan. Konsumen tidak hanya membutuhkan informasi seputar perizinan saja tetapi juga kebenaran dan ketepatan informasi yang diberikan. Karena alasan itulah, maka penelitian ini penting untuk dilakukan.

1.2.Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengembangan sistem informasi manajemen berbasis website pada BPPT Kabupaten Karanganyar?

(27)

13

1.3.Tujuan Penelitian

1. Tujuan Operasional

a. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan sistem informasi manajemen berbasis website pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Karanganyar.

b. Untuk mengetahui apakah ada kendala yang dihadapi oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Karanganyar dalam mengembangkan sistem informasi manajemen berbasis website tersebut.

2. Tujuan Fungsional

a. Dapat memberikan sumbangan bagi instansi, dalam hal ini Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Karanganyar untuk lebih meningkatkan kinerjanya terkait dengan pelayanan kepada pengguna jasa layanan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan bagi masyarakat untuk ikut serta dalam mengawasi penyelenggaraan pelayanan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Karanganyar.

3. Tujuan Individu

(28)

1.4.Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu Administrasi Negara.

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Pengertian Pengembangan

Dalam beberapa kesempatan kita sering mendengar istilah pengembangan, seperti pengembangan kurikulum, pengembangan sistem, dan seterusnya, namun banyak juga yang belum tau apa yang dumaksud pengembangan. Pengembangan berasal dari kata dasar kembang yang berarti menjadi bertambah sempurna. Kemudian mendapat imbuan pe- dan an sehingga menjadi pengembangan yang artinya proses, cara atau perbuatan mengembangkan. Jadi pengembangan di sini adalah usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan agar lebih sempurna dari pada sebelumnya.

Pengembangan sistem (system development) (Istiningsih, 2009:6) adalah menyusun suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada. Sistem yang lama perlu diperbaiki atau diganti disebabkan karena beberapa hal, yaitu sebagai berikut ini:

1. Adanya permasalahan-permasalahan yang timbul di sistem yang lama yang dapat berupa:

(30)

Ketidakberesan dalam sistem yang lama menyebabkan sistem yang lama tidak dapat beroperasi sesuai dengan yang diharapkan. Ketidakberesan ini dapat berupa:

- Kecurangan-kecurangan disengaja yang menyebabkan tidak

amannya harta kekayaan perusahaan dan kebenaran dari data menjadi kurang terjamin.

- Kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja yang juga dapat

menyebabkan kebenaran dari data kurang terjamin.

- Tidak efisiensinya operasi.

- Tidak ditaatinya kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan.

b. Pertumbuhan Organisasi

Pertumbuhan organisasi yang menyebabkan harus disusunnya sistem yang baru. Pertumbuhan organisasi diantaranya adalah kebutuhan informasi yang semakin luas, dan volume pengolahan data semakin meningkat. Karena adanya perubahan ini, maka menyebabkan sistem yang lama tidak efektif lagi, sehingga sistem yang lama sudah tidak dapat memenuhi lagi semua kebutuhan informasi yang dibutuhkan manajemen.

2. Untuk meraih kesempatan-kesempatan (Opportunities)

(31)

17

sehingga dapat mendukung dalam proses pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh manajemen. Dalam keadaan pasar bersaing, kecepatan informasi atau efisiensi waktu sangat menentukan berhasil atau tidaknya strategi dan rencana-rencana yang telah disusun untuk meraih kesempatan-kesempatan yang ada. Bila pesaing dapat memanfaatkan teknologi ini, maka kesempatan-kesempatan akan jatuh ke tangan pesaing. Kesempatan-kesempatan ini dapat berupa peluang-peluang pasar, pelayanan yang meningkat kepada pelanggan dan lain sebagainya.

3. Adanya instruksi-instruksi (derivatives)

Penyusunan sistem yang baru dapat juga terjadi karena adanya instruksi-instruksi dari atas pimpinan ataupun dari luar organisasi, seperti misalnya peraturan pemerintah.

2.1.2. Pengertian Sistem Informasi Manajemen (SIM)

(32)

(tulis-menulis), biasanya melibatkan beberapa orang di dalam satu atau lebih departemen, yang diterapkan untuk menjamin penanganan yang seragam dari transaksi-transaksi bisnis yang terjadi. Pendekatan yang lebih menekankan pada elemen atau komponennya mendefinisikan sistem sebagai kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. (Tata Sutabri, 2005:9).

Informasi adalah data yang telah diklasifikasi atau diolah atau diinterpretasi untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Sistem pengolahan informasi mengolah data menjadi informasi atau tepatnya mengolah data dari bentuk tak berguna menjadi berguna bagi penerimanya. Nilai informasi berhubungan dengan keputusan. (Tata Sutabri, 2005:23).

Menurut Barry E (dalam Mulyanto, 2009:17), informasi merupakan sesuatu yang menunjukkan hasil pengolahan data yang diorganisasi dan berguna kepada orang yang menerimanya.

Informasi adalah suatu pengetahuan yang berguna untuk pengambilan keputusan. Jadi, segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan sebagai dasar pengambilan keputusan pada dasarnya dapat kita kelompokkan sebagai informasi. (Eko Nugroho, 2008:15).

Informasi yang baik harus memiliki kualifikasi (Eko Nugroho, 2008:16) sebagai berikut:

1. Akurasi

(33)

benar-19

benar menyatakan apa yang harus dinyatakan. Bebas dari bias berarti bahwa informasi tersebut teliti.

2. Tepat waktu

Jelas informasi harus diberikan pada waktu yang tepat. Informasi yang sudah kedaluwarsa hanya bernilai sampah, sekalipun informasinya sama dan tidak berubah.

3. Relevan

Informasi tersebut benar-benar sesuai kebutuhan pihak yang membutuhkan informasi.

4. Kelengkapan

Para pengguna hendaknya dapat memperoleh informasi yang menyajikan suatu gambaran lengkap atas suatu masalah tertentu atau solusinya. Namun, sistem hendaknya juga tidak menenggelamkan pengguna dalam lautan informasi. Istilah kelebihan muatan informasi (information overload) menunjukkan bahwa memiliki informasi yang terlalu banyak juga dapat memberikan kerugian. Informasi dikatakan lengkap jika memiliki jumlah agregasi yang tepat dan mendukung semua area di mana keputusan akan diambil. (Raymond dan George, 2005:43).

(34)

luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. (Tata Sutabri, 2005:42).

Menurut Gordon B. Davis (dalam Sutabri, 2005:91) SIM adalah sistem manusia/mesin yang terpadu guna menyajikan informasi untuk mendukung fungsi operasi, manajemen dan pengambilan keputusan di dalam suatu organisasi.

Gelinas, Oram, dan Wiggins (dalam Mulyanto, 2009:28) mendefinisikan sistem informasi sebagai suatu sistem buatan manusia yang secara umum terdiri atas sekumpulan komponen berbasis komputer dan manual yang dibuat untuk menghimpun, menyimpan, dan mengelola data serta menyediakan informasi keluaran kepada para pemakai.

Sistem informasi merupakan sistem konseptual yang memakai sumber daya konseptual, data, dan informasi untuk mewakili sistem fisik yang dalam hal ini berupa perusahaan atau organisasi. (Eko Nugroho, 2008:18).

Kita mendefinisikan SIM sebagai suatu sistem berbasis komputer yang membuat informasi tersedia bagi pengguna yang memiliki kebutuhan serupa. (Raymond dan George, 2008:12).

2.1.3. Komponen SIM

(35)

21

manusia, hardware, software, data, dan jaringan. Berikut ini akan dijelaskan secara rinci komponen SIM tersebut. (Agus Mulyanto, 2009:31).

1. Sumber Daya Manusia

Manusia mengambil peranan yang penting bagi sistem informasi. Manusia dibutuhkan untuk mengoperasikan sistem informasi. Sumber daya manusia dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu pengguna akhir dan pakar sistem informasi. Pengguna akhir adalah orang-orang yang menggunakan informasi yang dihasilkan dari sistem informasi, misalnya pelanggan, pemasok, teknisi, mahasiswa, dosen, dan orang-orang yang berkepentingan dengan informasi dari ssitem informasi tersebut. Sedangkan pakar sistem informasi adalah orang-orang yang mengembangkan dan mengoperasikan sistem informasi, misalnya sistem analis, developer, operator sistem, dan staf administrasi lainnya.

2. Sumber Daya Hardware

Sumber daya hardware adalah semua peralatan yang digunakan dalam pemrosesan informasi. Sumber daya hardware tidak hanya sebatas komputer saja, melainkan semua media data seperti lembaran kertas dan disk mengetik atau optikal.

3. Sumber Daya Software

(36)

prosedur adalah sekumpulan aturan yang digunakan untuk mewujudkan pemrosesan informasi dan mengoperasikan perintah bagi orang-orang yang akan menggunakan informasi.

4. Sumber Daya Data

Sumber daya data bukan hanya sekadar bahan baku untuk masukan sebuah sistem informasi, melainkan sebagai dasar membentuk sumber daya organisasi. Sumber data dapat berupa teks, gambar, audio, maupun video.

5. Sumber Daya Jaringan

Sumber daya jaringan merupakan media komunikasi yang menghubungkan komputer, pemroses komunikasi, dan peralatan lainnya, serta dikendalikan melalui software komunikasi. Sumber daya jaringan dapat berupa media komunikasi seperti modem, software pengendali, serta prosesor antar jaringan.

2.1.4. Sistem Informasi berbasis Komputer

1. Sistem Komputer

(37)

23

pengambilan keputusan. Sistem informasi berbasis komputer mengandung arti bahwa komputer mempunyai peranan yang sangat penting dalam sebuah sistem informasi. Walaupun dalam teori tidak semua sistem informasi harus menggunakan komputer, tetapi kenyataannya dalam mengelola sistem informasi yang kompleks tidak akan lepas dari istilah komputer. (Agus Mulyanto, 2009:27).

Komputer merupakan perangkat keras yang berkecepatan tinggi. namun, secepat apa pun komputer tersebut, tidak dapat berbuat apa-apa tanpa adanya perangkat lunak (software). Komputer hanya sebuah alat yang digunakan untuk memproses informasi. Sedangkan yang memproses informasi adalah perangkat lunak. Perangkat lunak merupakan sekumpulan perintah atau instruksi yang dienkapsulasi dalam bentuk program yang dapat dieksekusi oleh komputer dengan tujuan menghubungkan antara pengguna dan perangkat kerasnya. Instruksi-instruksi ini ditulis oleh manusia untuk mengaktifkan fungsi dari perangkat keras agar dapat bertindak sesuai yang dikehendaki oleh yang memberikan instruksi tersebut. berdasarkan fungsinya, perangkat lunak dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu perangkat lunak sistem dan perangkat lunak aplikasi. (Agus Mulyanto, 2009:87).

(38)

pengguna akhir, misal pengolah kata, spreadsheet, DBMS, e-mail sender, web browser, dll. Sedangkan program aplikasi khusus adalah program yang secara khusus digunakan untuk mendukung aplikasi khusus untuk para pemakai seperti aplikasi untuk bisnis, aplikasi untuk pendidikan, aplikasi multimedia, dan aplikasi lainnya yang digunakan sesuai bidangnya. (Agus Mulyanto, 2009:88).

2. Internet, Intranet, Ekstranet

Pemanfaatan internet semakin meluas seiring dengan banyaknya bisnis, organisasi, komputer, dan jaringan-jaringan yang tergabung dalam web global dengan menggunakan jaringan ini, sebuah organisasi dapat melakukan pertukaran informasi internal maupun informasi eksternal dengan organisasi lain. Secara khusus, internet tidak memiliki sistem komputer pusat. Pesan yang dikirim memiliki kode khusus yang akan memudahkan server internet untuk melakukan pengiriman sesuai tujuannya. Internet atau international network merupakan rangkaian jaringan terbesar di dunia dimana semua jaringan berada pada semua organisasi dihubungkan dengan suatu jaringan terbesar sehingga dapat saling berkomunikasi. Dalam jaringan tersebut mungkin melibatkan LAN, MAN, dan WAN. (Agus Mulyanto, 2009:113).

(39)

25

sebuah komputer tunggal atau jaringan komputer lokal atau local area network (LAN) di suatu lokasi. Komunikasi antar sistem komputer ini menggunakan media transmisi gelombang radio (microwave), satelit, jaringan telepon, dan serat optik (fiber optic). (Jogiyanto, 2005:280).

jaringan komputer di dalam suatu organisasi yang menggunakan tekhnologi internet, untuk menyediakan lingkungan yang mirip dengan internet, sehingga memungkinkan saling berbagi informasi, komunikasi, kerja sama, dan dukungan bagi proses bisnis.

Organisasi dapat membatasi akses ke jaringan mereka hanya kepada anggota-anggota organisasi dengan menggunakan intranet. Intranet menggunakan protokol jaringan yang sama dengan internet, namun membatasi akses ke sumber daya komputer hanya pada sekelompok orang terpilih di dalam organisasi. (Raymond dan George, 2005:148).

(40)

Ketika intranet diperluas untuk mencakup pengguna-pengguna di luar perusahaan, maka disebut sebagai ekstranet. Hanya para pelanggan dan sekutu bisnis yang dipercaya saja yang mampu mendapat akses ekstranet, karena akses ini mengizinkan kemungkinan penggunaan sistem informasi dan sumber daya komputer yang tidak secara langsung berhubungan dengan komunikasi. (Raymond dan George, 2005:148).

Ekstranet memungkinkan terciptanya hubungan strategis antar perusahaan. Perusahaan juga dapat menggunakan ekstranet untuk publikasi dan menawarkan produk mereka kepada pihak lain. selain itu, perusahaan dapat memberikan layanan kepada sejumlah perusahaan yang menjadi mitra bisnisnya. Ekstranet juga dapat membantu proses bisnis perusahaan yang berorientasi pada pelanggan dengan menyediakan layanan dan informasi yang interaktif kepada pelanggan. (Agus Mulyanto, 2009:118).

3. World Wide Web (www)

World Wide Web (www atau web) merupakan salah satu

(41)

27

digunakan kembali. MySQL merupakan salah satu database server yang berkembang di lingkungan open source dan didistribusikan secara free (gratis) di bawah lisensi GPL (General Public LicenseMySQL merupakan Relational Database Management System (RDBMS) server. (Hartono, Utomo, dan Mulyanto, 2010, h. 16).

World Wide Web (www) (dalam Nugroho, 2008:49) adalah suatu file yang asal mulanya harus dibuat dengan bahasa HTML (Hyper Text Markup Language). Jaringan ini merupakan fasilitas internet. File www ini biasanya disebut situs web (website) dan dapat diakses dari seluruh penjuru dunia mana pun yang sudah terhubung dengan internet. File www mempunyai nama yang sudah diatur dengan standar baku internasional. Contoh nama suatu situs adalah ugm.ac.id. Nama tersebut terdiri dari tiga kata yang satu sama lain dipisahkan tanda titik (dot). Kata id adalah kode untuk negara Indonesia. Kata ac menunjukkan jenis organisasinya yang artinya academic atau pendidikan. Adapun kata ugm menunjukkan pemilik nama tersebut. nama tersebut disebut nama domain. Selain nama domain yang berorientasi negara, ada juga nama domain yang berorientasi internasional tanpa menunjukkan identitas negara, contohnya microsoft.com milik perusahaan Microsoft atau Kompas.com milik perusahaan harian Kompas, contoh lain adalah www.jogja.com sebuah portal bisnis kota Jogja. (Eko Nugroho, 2008:50).

(42)

gambar, suara, atau video. Penggunaan jaringan ini memungkinkan seseorang pengguna pindah dari satu halaman dokumen tertentu ke dokumen lain tanpa harus tahu bahwa masing-masing dokumen sebenarnya terdapat di komputer (web server) yang berbeda dan bahkan mungkin tersebar di seluruh dunia. Memang untuk mengakses dokumen dari web server seseorang memerlukan perangkat lunak web browser. (Sondang P. Siagian, 2005:108).

www merupakan layanan internet yang paling populer dan paling banyak digunakan dewasa ini. Populernya layanan www adalah karena dengan menjalankan browser, pemakai dapat mengakses dokumen yang disimpan di berbagai web server di seluruh dunia. Pemakai tinggal mengisi URL dan meskipun yang bersangkutan tidak mengetahui lokasi webserver, ia akan memperoleh dokumen yang diinginkannya. (Sondang P. Siagian, 2005:109).

(43)

29

HTTP (Hypertext Transfer Protocol) adalah protokol (kumpulan dari aturan-aturan komunikasi) yang mengatur komunikasi antara server web dengan web browser. Tiap-tiap dokumen web mempunyai sebuah alamat yang disebut dengan URL (Uniform Resource Locator). Sedangkan HTML (Hypertext Markup Language) merupakan bahasa yang digunakan untuk menentukan isi dan struktur dari halaman-halaman web. bahasa HTML ini berkembang terus seiring dengan berkembangnya website (situs-situs web yang semakin banyak dibuat). Generasi baru dari bahasa HTML adalah XML (eXtensible Markup Language) dan penerapannya di pelaporan akuntansi yaitu XBRL (eXtensible Business Reporting Language). (Jogiyanto, 2005:284-285).

2.1.5. Pelayanan Publik

1. Pengertian Umun Pelayanan Publik

Segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di Lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003).

(44)

penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Asas Pelayanan Publik

Berdasarkan Keputusan menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 tahun 2004 (dalam Ratminto dan Atik, 2010:19) penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi asas-asas sebagai berikut: a. Transparansi

Bersifat terbuka, mudah, dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti. b. Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

d. Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

(45)

31

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi.

f. Keseimbangan hak dan kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

3. Pelayanan Pemerintahan dan Perizinan

Beberapa pengertian yang terkait dengan manajemen pelayanan pemerintahan dan perizinan (Ratminto dan Atik, 2010:243) adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan pemerintahan dan perizinan adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat yang bersifat legalitas atau yang melegalkan kepemilikan, hak, keberadaan, dan kegiatan individu atau organisasi.

2. Prinsip dasar adalah hal paling penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah pada saat mendesain atau mengevaluasi suatu pelayanan pemerintahan dan perizinan. Prinsip-prinsip ini akan dapat memberikan pedoman tentang perlu atau tidaknya suatu jenis pelayanan pemerintahan dan perizinan diselenggarakan.

(46)

4. Tata cara pelayanan adalah merupakan ketentuan yang mengatur tentang penyelenggaraan pelayanan pemerintahan dan perizinan. Tata cara adalah merupakan terjemahan dari method, yang biasanya di-Indonesia-kan menjadi metoda atau tata laksana.

5. Tata aliran adalah merupakan penjelasan tentang urut-urutan hal yang harus dilakukan oleh seseorang pada saat akan mengurus pelayanan pemerintahan dan perizinan tertentu. Ini adalah merupakan terjemahan dari procedure, yang biasanya di-Indonesia-kan menjadi prosedur.

4. Standar Pelayanan Minimal

Ketentuan tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) diatur di dalam Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 100/757/OTDA Tahun 2002, kemudian diatur lebih kanjut di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005. (Ratminto dan Atik, 2010:255).

Penetapan standar pelayanan menjadi isu yang sangat penting dalam pengembangan sistem pelayanan publik di Negara Kesatuan. Standar pelayanan perlu mengatur aspek input, proses, dan output pelayanan. Input pelayanan penting untuk distandarisasi mengingat kuantitas dan kualitas dari input pelayanan yang berbeda antar daerah menyebabkan sering terjadinya ketimpangan akses terhadap pelayanan yang berkualitas. (Agus Dwiyanto, 2010:35).

(47)

33

menyelenggarakan layanan publik. Standar proses sebaiknya hanya mengatur prinsip dasar penyelenggaraan layanan, yaitu: penyelenggaraan pelayanan publik harus memenuhi prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik. standar proses dirumuskan untuk menjamin pelayanan publik di daerah memenuhi prinsip-prinsip penyelenggaraan pelayanan yang transparan, non-partisan, efisien, dan akuntabel.

Standar juga harus mengatur secara proporsional hak dan kewajiban antara penyelenggara dan pengguna layanan. Selain harus proporsional, hak dan kewajiban dari warga pengguna dan penyelenggara layanan perlu diatur secara jelas pada standar tentang transparansi pelayanan. Standar transparansi juga harus mengatur pemberian informasi tentang biaya dan waktu yang diperlukan bagi warga pengguna untuk mendapatkan pelayanan publik. Standar waktu dan biaya sangat penting karena ketidakpastian waktu dan biaya sangat mempengaruhi perilaku warga dalam mengakses layanan. (Agus Dwiyanto, 2010:36-37).

5. Pemberdayaan Warga Pengguna

(48)

menyediakannya. Dengan penilaian yang seperti itu warga cenderung menerima apa adanya pelayanan dari pemerintah dan birokrasinya. (Agus Dwiyanto, 2010:115).

Karena birokrasi tidak sensitif terhadap kepuasan dan kepentingan warga pengguna, maka ketika warga pengguna menyampaikan kepeduliannya kepada rezim pelayanan secara individual cenderung diabaikan dan tidak memperoleh respon yang wajar dari rezim penyelenggara layanan. Kecuali apabila warga dapat mengkonsolidasi dirinya dan bergabung dalam suatu kelompok pengguna. Keberadaan kelompok pengguna ini diperlukan selain sebagai kelompok kepentingan, juga sebagai wahana bagi para pengguna untuk berbagi informasi dan pengalamannya dalam mengakses pengalaman tertentu. (Agus Dwiyanto, 2010:118).

(49)

35

sampaikan melalui papan pengumuman atau website. (Agus Dwiyanto, 2010:119).

2.1.6. Sistem Informasi Pemerintah Daerah

Pengembangan aplikasi sistem informasi dan telekomunikasi di lingkungan pemerintah dikenal dengan sebutan e-government (e-gov). Menurut Bank Dunia (dalam Nugroho, 2008:165), istilah e-gov didefinisikan sebagai penggunaan tekhnologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas layanan pemerintahan. Sedangkan menurut Clay G. Wescott (dalam Suyanto, 2005:331) e-government adalah penggunaan tekhnologi komunikasi dan informasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya pemerintahan, meningkatkan pelayanan pemerintah, lebih memberikan akses informasi yang lebih besar kepada masyarakat dan membuat pemerintah lebih bertanggung jawab kepada rakyat.

Tujuan-tujuan e-gov (Eko Nugroho, 2008:166) antara lain:

1. Penyediaan akses yang mudah terhadap informasi dan layanan pemerintah ke masyarakat dan dunia usaha.

2. Peningkatan kualitas layanan dengan cara peningkatan kecepatan, kesempurnaan, dan proses yang efisien.

(50)

4. Interaksi yang lebih baik antara pemerintah dan masyarakat bagi kemajuan layanan publik yang semakin baik.

Macam interaksi yang ada dalam e-gov dapat digambarkan pada gambar berikut:

C2C C2G G2G

C2B B2G

B2B

Bagan 2.1 Interaksi dalame-gov

(Eko Nugroho, 2008:166)

C2C : customer to customer (masyarakat ke masyarakat) C2B : customer to bisnis (masyarakat ke dunia bisnis) C2G : customer to government (masyarakat ke pemerintah) B2B : bisnis to bisnis (dunia bisnis ke dunia bisnis)

G2G : government to government (antarinstansi pemerintah) B2G : bisnis to governement (dunia bisnis ke pemerintah) MASYA

RAKAT

MASYA RAKAT

PEMERIN TAH

PEMERIN TAH

BISNIS

(51)

37

Aplikasi government to citizens (G2C) merupakan aplikasi pelayanan pemerintah kepada masyarakat yang paling umum. Pelayanan tersebut dapat berupa pelayanan pajak, pelayanan kartu penduduk, pelayanan peraturan pemerintah, pelayanan perijinan reklame, pendaftaran hak cipta, pelayanan perpanjangan SIM dan STNK, pelayanan ibadah haji, dsb. Aplikasi government to business (G2B) merupakan aplikasi pelayanan pemerintah kepada bisnis. Pelayanan tersebut dapat berupa pelayanan pembayaran pajak perusahaan, pelayanan tender proyek pemerintah, pelayanan perijinan pendirian usaha, informasi lokasi bisnis, informasi kebutuhan belanja pemerintah, pelayanan Kamar Dagang Indonesia (KADIN), dsb. Aplikasi government to government (G2G) merupakan aplikasi pelayanan pemerintah kepada pemerintah lain. Pelayanan tersebut dapat berupa hubungan administrasi antar pemerintah dengan kedutaan besar atau konsulat jenderal, aplikasi kantor pemerintah dengan bank-bank pemerintah, aplikasi pemerintah berhubungan dengan bank-bank asing, dsb. Government to employees (G2E) merupakan aplikasi pelayanan pemerintah kepada pegawainya. Pelayanan pemerintah kepada pegawainya terdiri dari berbagai aplikasi perkantoran, peraturan kepegawaian, peluang karir, record pegawai, kompensasi pegawai, dsb. (Suyanto, 2005:331-332).

Zhiyuan Fang dalam E-Government in Digital Era: Concept, Practise, and Development (Vol. 10, No. 2, 2002:1) menyebutkan bahwa:

(52)

(B2G); Government-to-government (G2G); Government-to-Nonprofit (G2N); Nonprofit-to-Government (N2G); and Government-to-Employee (G2E

(Secara garis besar tulisan ini menyebutkan delapan tipe berbeda atau model yang biasa digunakan dalam e-government adalah government-tocitizen (G2C), citizen-to-government (C2G), government-to-business (G2B), business-to-government (B2G), government-to-government (G2G), government-to-nonprofit (G2N), nonprofit-to-government (N2G), dan government-to-employee (G2E)).

Agar e-gov sukses (Eko Nugroho, 2008:167) maka diperlukan tiga hal berikut:

1. Infrastruktur tekhnologi harus mencukupi.

2. SDM harus memiliki keterampilan yang memadai. 3. Ketersediaan akses ke internet.

Tahapan perkembangan aplikasi e-gov dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:

Bagan 2.2 Tahapan dalam e-gov

(Eko Nugroho, 2008:167) PUBLIKASI

Layanan penyediaan informasi untuk pengguna (masyarakat, bisnis, dan

instansi lain)

INTERAKSI

Layanan pencarian dan pengambilan informasi bagi pengguna

TRANSAKSI

(53)

39

1. Tahap Publikasi

Secara terminologi, publikasi berarti penyiaran, pengumuman atau penerbitan. Ton kertapati menjelaskan dalam bukunya Dasar Dasar Publisistik Dalam Perkembangannya Di Indonesia Menjadi Ilmu Komunikasi bahwa istilah publisistik berasal dari kata kerja bahasa latin publicare yang berarti mengumumkan. Dari penjelasan tersebut, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa istilah publikasi dapat diartikan pengumuman tentang suatu hal yang disiarkan lewat media elektronik dan atau diterbitkan di media cetak.

Publikasi menurut Djoko Agung Harijadi (http://madina.co.id/) adalah memberikan informasi tidak hanya berupa berita, namun lebih dari itu adalah memberikan informasi seluruh kegiatan pemerintahan seperti rancangan undang undang, regulasi, kebijakan dan belanja pemerintah yang akan dilaksanakan. Pada tahap ini aplikasi e-gov digunakan terutama untuk publikasi tentang kegiatan pemerintah kepada masyarakat. Melalui pelayanan tersebut, antara lain situs internet, masyarakat dapat melihat berbagai macam kegiatan pelayanan pemerintah yang dilakukan bagi masyarakat.

2. Tahap Interaksi

(54)

atas partisipasi para pemangku kepentingan. Tahapan ini sebagai tahapan dimana masyarakat dan pemerintah telah berinteraktif dengan menggunakan fasilitas website dimana pengguna atau masyarakat dapat men-download formulir dan berkomunikasi dengan pegawai pemerintah di internet. Pada tahap ini aplikasi e-gov sudah dapat melayani permintaan masyarakat tentang suatu informasi berdasarkan kriteria tertentu yang dikehendaki, termasuk apabila masyarakat ingin mengunduh (mendownload) suatu informasi atau suatu formulir dari pemerintah sehingga aktivitas ini dapat dilakukan.

3. Tahap Transaksi

(55)

41

Model tahapan pengembangan e-gov yang lain dikembangkan oleh Moon (dalam Nugroho, 2008:168) adalah sebagai berikut:

Tahap Fokus Aktivitas Pembelajaran Kriteria

(56)

Kesiapan menuju keberhasilan e-Government menurut Heeks (dalam

Hartono, Utomo, dan Mulyanto, 2010, h. 16) berkaitan dengan:

1. Infrastruktur legal/hokum. Perlu adanya perangkat hokum untuk menangkal

kejahatan digital, serta melindungi privasi, sekuriti data/informasi dan transaksi

digital perorangan, perusahaan dan lembaga pemerintah.

2. Infrastruktur kelembagaan. Perlu adanya instansi khusus yang menangani

e-Government yang memberikan layanan informasi kepada masyarakat termasuk

layanan digital.

3. Infrastruktur SDM. Sistem kepegawaian perlu dapat dikembangkan agar mampu

menarik SDM berkualitas professional dalam bidang telematika untuk ikut

berkiprah dalam e-Government milik pemerintah.

4. Infrastruktur teknologi. Meskipun teknologi yang diperlukan relative mahal, tapi

peluang kerjasama dengan swasta perlu dikembangkan dalam membangun

infrastruktur teknologi untuk mendukung e-Government.

5. Suport, Capacity, Value

6. Political environment, Leadership, Planning, Stakeholder, Transparency,

Budgets, Technology, Innovation

Manfaat yang diperoleh oleh negara yang telah melaksanakan

e-government (Suyanto, 2005:331-336) antara lain:

1. Mengurangi secara nyata biaya keseluruhan administrasi, relasi, dan interaksi

yang dikeluarkan pemerintah maupun yang dikeluarkan masyarakat, pelaku

bisnis, industri, dan lembaga lain untuk keperluan sehari-hari serta

meningkatkan kualitas pelayanan pemerintah kepada yang berhubungan

dengannya (masyarakat, pelaku bisnis, industri, dan lembaga lain) yang berkait

(57)

43

2. Memberdayakan masyarakat, pelaku bisnis, industri dan lembaga lain sebagai

mitra pemerintah dalam proses pemngambilan berbagai kebijakan publik secara

merata dan demokratis.

3. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat dan

tepat menjawab tantangan permasalahan yang dihadapi dalam persaingan global

yang sangat ketat, seperti yang dilakukan Pemerintah Malaysia lewat Tekhnologi

Informasi Development Corporation memberikan penghargaan kepada

perusahaan-perusahaan atau institusi-institusi atau fakultas-fakultas yang

berpartisipasi dan melakukan aktivitas ICT-nya dan diberi predikat MSC Satus.

4. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber

pendapatan baru melalui interaksinya dengan masyarakat, pelaku bisnis, industri,

dan lembaga lainnya, misalnya pendapatan dari menyewakan ruang untuk iklan.

5. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan

pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Corporate Governance.

Misalnya Departemen Keuangan memberikan kesempatan kepada masyarakat

untuk melaporkan ke Inspektur Jenderal Departemen Keuangan bila terjadi

KKN.

2.1.7. Tantangan Dalam Mengembangkan Sistem Informasi Global

(58)

batas negara. Berikut adalah beberapa kendala yang harus diatasi oleh pengembang GIS. (Raymond dan George, 2008:40).

1. Kendala-kendala Politis

Pemerintah nasional di suatu negara di mana anak perusahaan berada dapat menerapkan beragam pembatasan yang menjadikan perusahaan induk mengalami kesulitan untuk memasukkan anak perusahaan tersebut ke dalam jaringan. Pembatasan yang umum adalah akses yang terbatas ke komunikasi berkecepatan tinggi. Karena infrastruktur telepon biasanya dimiliki dan dioperasikan oleh pemerintah dan bukannya perusahaan swasta, hal ini dapat menjadi suatu rintangan yang cukup berat.

2. Rintangan Budaya dan Komunikasi

Rintangan budaya juga dapat mempengaruhi rancangan suatu GIS. Di dalam beberapa masyarakat tertentu, penggunaan tekhnologi dianggap sebagai suatu pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian, sedangkan di masyarakat lainnya dipandang sebagai suatu pertanda tingkat sosial. a. Pembatasan pembelian dan impor piranti keras

(59)

45

Kebijakan nasional dapat mengatur bahwa data harus diproses di dalam negeri, bukan dikirim ke luar negeri dan diproses di tempat lain.

c. Pembatasan komunikasi data

Pembatasan komunikasi data yang paling banyak dipublikasikan adalah pembatasan yang dikenakan pada aliran data antar negara. Aliran data antar negara (transborder data flow-TDF) adalah pergerakan data yang dapat dibaca oleh mesin melintasi batas negara. Peraturan TDF, yang diawali pada tahun 1970-an telah diberlakukan oleh banyak negara sebagai salah satu cara untuk melindungi privasi pribadi warga negaranya.

3. Masalah Tekhnologi

Di beberapa negara, sumber listrik yang dapat diandalkan mungkin tidak tersedia, sehingga mengakibatkan seringnya terjadi gangguan listrik. Sirkuit telekomunikasi sering kali hanya dapat mengirimkan data dengan kecepatan yang rendah, dan kualitas transmisinya juga buruk. Peranti lunak juga dapat menjadi masalah. Karena banyak negara tidak memperhatikan hak cipta atas peranti lunak dan menutup mata pada peranti lunak bajakan. Beberapa vendor peranti lunak menolak untuk berbisnis di beberapa negara tertentu.

2.1.8. Pengembangan SIM Berbasis Website

(60)

sistem informasi berbasis website atau yang sering disebut dengan e-government. Salah satu media penciptaan integrasi pelaksanaan SIM berbasis website yaitu dengan dibukanya website resmi BPPT yang beralamat

www.bppt.karanganyarkab.go.id. Melalui website

www.bppt.karanganyarkab.go.id BPPT dapat mempublikasikan data maupun informasi terkait pelayanan kepada pengguna sehingga pengguna bisa mengakses data maupun informasi dengan cepat, tepat, dan akurat.

Dalam pengembangan aplikasi layanan SIM berbasis website melalui website www.bppt.karanganyarkab.go.id, maka komponen dasar penentu keberhasilan integrasi pelaksanaan SIM berbasis website yaitu meliputi pengembangan layanan publik, pengayaan informasi melalui web informasi, pengembangan media komunikasi dan akses publik, dan pengelolaan informasi dan pengetahuan. Pengembangan SIM berbasis website atau biasa disebut sebagai e-government sudah menjadi suatu hal yang mutlak dilakukan oleh pemerintah daerah atau institusi pemerintah. Hal ini seiring dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government.

Ali Rokhman dalam E-Government Adoption in Developing Countries; the Case of Indonesia (Vol. 2, No. 5, 2011:228) disebutkan bahwa:

(61)

47

development of government, (d) ICT training for supporting e-government implementation, (e) implementation of the Local

(Departemen Komunikasi dan Informatika pada tahun 2003 telah mengeluarkan Pedoman Pengembangan E-Government. Pedoman ini mengatur semua instansi pemerintah termasuk pemerintah daerah, tentang: (a) pembangunan infrastruktur Portal pemerintah, (b) pengelolaan dokumen pemerintah elektronik, (c) perencanaan pembangunan e-government, (d) pelatihan TIK untuk mendukung e-government pelaksanaan, (e) pelaksanaan website Pemerintah Daerah). Pedoman ini dapat dijadikan landasan bagi BPPT Kabupaten Karanganyar untuk mencapai keberhasilan dalam mengembangkan aplikasi layanan SIM berbasis website).

Untuk mencapai keberhasilan, maka BPPT harus memperhatikan apakah website yang dikelola sudah sesuai dengan Pedoman Pengembangan E-Government. BPPT juga harus meningkatkan kualitas layanannya. Kualitas layanan di sini terkait dengan SDM yang profesional dalam bidang tekhnologi informasi agar dapat mengelola website BPPT secara maksimal. Peningkatan

kualitas SDM dapat dilakukan dengan cara pemberian pelatihan bagi pegawai dalam

bidang tekhnologi informasi. Dengan adanya pelatihan di bidang tekhnologi

informasi, maka pegawai dapat mengembangkan konsep layanan perizinan dengan

menerapkan SIM berbasis website yang sesuai dengan tahapan layanan dalam

e-government.

2.2.Kerangka Berpikir

(62)

Kendala tersebut antara lain kurangnya SDM yang berkualitas, kurangnya sarana dan prasarana, serta adanya prosedur yang berbelit-belit.

Berlandaskan pada Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government, maka BPPT berupaya mengembangkan sistem informasi berbasis website dengan lebih baik lagi. Pengembangan website tersebut akan melalui tahapan publikasi, interaksi, dan publikasi. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan di BPPT. Untuk memudahkan, dapat dilihat bagan di

Inpres No 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan

Strategi Nasional Pengembangan E-Gov

(63)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk menggali dan memahami serta mendeskripsikan fenomena sosial tentang bagaimana proses pengembangan sistem informasi manajemen berbasis website pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Karanganyar. Metode penelitian kualitatif (Sugiyono, 2010:8) adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, tekhnik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa penelitian kualitatif (Muhammad Idrus, 2009:23) adalah meneliti informan sebagai subjek penelitian dalam lingkungan hidup kesehariannya.

3.2. Lokasi Penelitian

(64)

dan sesuai untuk melakukan penelitian serta mengumpulkan berbagai jenis data serta informasi yang dibutuhkan oleh peneliti terkait pengembangan SIM berbasis website yang dilakukan oleh BPPT Kabupaten Karanganyar.

3.3. Jenis Data

Data untuk suatu penelitian dapat dikumpulkan dari berbagai sumber. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.

1. Data Primer

Data primer (Ulber Silalahi, 2010:289) adalah suatu objek atau dokumen original-material mentah dari pelaku yang disebut first hand information. Dalam penelitian ini sumber data primer akan diperoleh secara langsung dari lapangan melalui wawancara dengan informan. Wawancara akan dilakukan secara langsung dari sumbernya (informan), yaitu informasi yang berasal dari Kepala Sub Bidang Informasi dan Pendaftaran, petugas pengelola website, serta konsumen pengguna website BPPT.

2. Data Sekunder

(65)

51

3.4. Tekhnik Penarikan Sampel

Penarikan sampel dalam penelitian ini akan dilakukan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling (Ulber Silalahi, 2010:272) merupakan pemilihan siapa subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Adapun dalam hal ini yang dipercaya sebagai informan yang tepat dan akan digunakan sebagai sarana pengumpulan data dan informasi adalah Kepala Sub Bidang Informasi dan Pendaftaran yakni Ibu Endang Widowati, SE. Kemudian informan selanjutnya adalah petugas pengelola website yakni Bapak Yudiastri Hermawan, ST. Dan beberapa informan dari pengguna website.

3.5. Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini direncakan akan menggunakan tekhnik wawancara dan observasi.

1. Wawancara

(66)

informasi sebanyak-banyaknya dan selengakap-lengkapnya terkait bagaimana pengembangan sistem informasi manajemen berbasis website di BPPT Kabupaten Karanganyar.

2. Observasi

Observasi atau pengamatan (Muhammad Idrus, 2009:101) merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis. Menurut Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2010:166) observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan tekhnik observasi non-participant. Artinya peneliti tidak terlibat langsung dan hanya berperan sebagai pengamat.

3.6. Validitas Data

Untuk meningkatkan validitas data, maka dalam penelitian ini akan digunakan tekhnik triangulasi. Pengertian tekhnik triangulasi (Moloeng, 2004:330) adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek

(67)

53

3.7. Tekhnik Analisis Data

Mengacu pada jenis penelitian dalam penelitian ini yang merupakan penelitian kualitatif, maka peneliti merancang akan menggunakan tekhnik analisis data interaktif menurut Miles dan Huberman (dalam Silalahi, 2010:339). Kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Kegiatan melakukan reduksi data berlangsung terus-menerus, terutama selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung atau selama pengumpulan data. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian Data

(68)

jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan) berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut.

3. Penarikan Simpulan

Tahapan terakhir dalam teknik analisis data interaktif adalah penarikan simpulan. Pada tahap ini peneliti akan melakukan generalisasi dari hasil reduksi data yang kemudian disajikan secara logis dan sistematis.

Bagan 3.1

Skema Model Analisis Interaktif

Sumber: Ulber Silalahi (2010:340)

Pengumpulan data

Reduksi data

Penyajian data

(69)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi

4.1.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karanganyar

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah dengan rata-rata ketinggian wilayah 511 m berada di atas permukaan laut serta beriklim tropis dengan temperatur 220C sampai 310C. Wilayah terendah Kabupaten Karanganyar berada di Kecamatan Jaten yang hanya 90 m dan wilayah tertinggi berada di Kecamatan Tawangmangu yang mencapai 2000 m di atas permukaan laut. Kabupaten Karanganyar terletak antara 110040'-110070' Bujur Timur dan 7028'-7046' Lintang Selatan. Batas wilayah Kabupaten Karanganyar sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Kabupaten Sragen 2. Sebelah Timur : Propinsi Jawa Timur

3. Sebelah Selatan : Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo 4. Sebelah Barat : Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali

(70)

9.729,50 Ha dan perkebunan seluas 3.251,50 Ha. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya luas tanah sawah di Kabupaten Karanganyar mengalami penyusutan sekitar 5,31 Ha. Sedangkan untuk luas tanah kering mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yakni sebesar 5,31 Ha, namun penggunaan tanah kering untuk tegalan/kebun sesungguhnya mengalami penurunan untuk pekarangan/bangunan sebesar 16,30 Ha. Perubahan fungsi penggunaan ini dapat dimaklumi seiring dengan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Karanganyar.

(71)

57

Kecamatan Karanganyar 77.413 jiwa (8,81%), Kecamatan Jaten 71.109 jiwa (8,10%), dan Kecamatan Gondangrejo 69.897 (7,96%). Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Jenawi, yaitu 27.916 jiwa (3,18%), Kecamatan Ngargoyoso 35.845 jiwa (4,08%) dan Kecamatan Kerjo 37.947 jiwa (4,32%).

4.1.2. Sejarah Singkat Badan Pelayanan Perizinan Terpadu

Pemerintah Kabupaten Karanganyar dalam upaya meningkatkan pelayanan umum kepada masyarakat khususnya pelayanan perizinan dan akta capil telah membentuk Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap (UPTSA) berdasarkan SK Bupati Karanganyar Nomor 39 Tahun 1998 tanggal 1 Desember 1998 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Pelayanan Satu Atap Kabupaten Karanganyar yang kemudian disempurnakan dan ditingkatkan menjadi Kantor Pelayanan Terpadu (KPT) berdasarkan: 1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

2. Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar No. 23 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Karanganyar.

(72)

4. Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 433 Tahun 2006 tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan di Bidang Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan Kepada Kepala Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Karanganyar.

Kantor Pelayanan Terpadu (KPT) tersebut dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 23 Tahun 2006, yang kemudian diubah atas dasar penyempurnaan struktur organisasi menjadi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) dengan dasar hukum Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 3 Tahun 2009. Setelah sebelumnya pelayanan perizinan tersebar di beberapa satuan kerja, dengan dibentuknya BPPT maka pelayanan perizinan terpusat di BPPT sebagai wujud pelayanan satu atap dengan moto Melayani sepenuh hati dan sepenuh waktu. Dasar hukum berdirinya Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Karanganyar sebagai berikut:

1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Atap;

2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah; 3. Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 23 Tahun 2006 tentang

Gambar

Tabel 1.1 : Jenis Pelayanan Perizinan ...................................................
Tabel 1.1  Jenis Pelayanan Perizinan
gambar berikut:
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

terkait kedinasan, bersama ini dimintakan kepada seluruh pegawai Kementerian Negara BUMN untuk melakukan pengisian CV di website :www.bumn-ri.com/sdm.. Kesulitan

TERKAIT / UNTUK MERUMUSKAN DAN MENGEMBANGKAN BERBAGAI KONSEP PEMBANGUNAN PERTANIAN / SECARA BAIK // SEMENTARA / PENINGKATAN SDM YANG BERGERAK DI BIDANG PERTANIAN SANGATLAH

Inovasi yang dilakukan perusahaan adalah sedang tahap proses mengembangkan website marketing sendiri untuk lebih dikenal, pembuatan akun LinkedIn untuk karyawan

Dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya PT Mitra Adiperkasa Tbk dapat bertahan hingga 22 tahun ini dan terus mengembangkan inovasi dan

Peng-SH-00001/BEI.PP1/01-2020 Pemegang Saham di atas 5% KSEI Terkait Aplikasi IDXnet Terkait Website Bursa Libur Bursa Pemegang Saham Tertentu Peraturan Saham Hilang Laporan

Peng-P-00261/BEI.PP1/08-2019 Pemegang Saham di atas 5% KSEI Terkait Aplikasi IDXnet Terkait Website Bursa Libur Bursa Pemegang Saham Tertentu Peraturan Saham Hilang Laporan Pemegang

Dengan memperhatikan kekurangan pada website marketplace untuk UMKM Kabupaten Jombang yang pernah diluncurkan tahun 2020, penulis merancang SIKMAJO dengan pengembangan lebih lanjut bagi

Rencana Tindak Lanjut Pendamping mengembangkan Rencana Tindak Lanjut RTL untuk proses pendampingan selanjutnya, tuliskan apa saja yang akan di rencanakan oleh pendamping terkait proses